BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keselamatan dan keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Keselamatan juga merupakan hal yang sangat penting dalam setiap pelayanan kesehatan, sehingga dapat dikatakan bahwa keselamatan merupakan tanggung jawab dari pemberi jasa pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan profesi yang berfokus kepada pelayanan dan bertujuan membantu pasien mencapai kesehatannya secara optimal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien, perawat harus mampu memastikan bahwa
pelayanan keperawatan yang diberikannya mengutamakan keselamatan pasien. Unruh (2003) melakukan penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan jumlah tenaga perawat dengan penurunan angka kejadian atelektasis, ulkus dekubitus, pasien jatuh dan infeksi saluran kemih. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sochalski (2004) memberikan informasi bahwa perawat yang mengemban beban kerja lebih tinggi dilaporkan lebih sering melakukan kesalahan dan mengalami kejadian pasien jatuh pada saat mereka berdinas. Hasil temuan kedua penelitian di atas sesuai dengan pernyataan Kane, et al. (2007) yang mengungkapkan bahwa rumah sakit yang tidak memiliki kecukupan tenaga perawat mempunyai risiko lebih tinggi dalam menimbulkan dampak merugikan bagi pasien seperti peningkatan angka kejadian infeksi, shock dan kegagalan untuk memberikan pertolongan ( failure to rescue ) kepada pasien. Huber
(2006)
mendefinisikan
beban
kerja
perawat
(nursing
workload/nursing intensity) sebagai jumlah dari perawatan dan kerumitan perawatan yang diperlukan oleh pasien yang dirawat di rumah sakit. Sementara itu, Marquis dan Huston (2001) mendefinisikan beban kerja dalam bidang keperawatan sebagai jumlah hari pasien (patient days), dalam istilah lain unit beban kerja dikaitkan dengan jumlah prosedur, pemeriksaan, kunjungan pasien, injeksi, dan tindakan lainnya yang diberikan kepada pasien. Berdasarkan beberapa
1
2
studi mengenai ketidakseimbangan antara jumlah tenaga perawat dengan jumlah pasien (understaffing) terutama pada beban kerja puncak diketahui berhubungan dengan adanya peningkatan insiden yang merugikan ( adverse events ) baik pada pasien maupun perawat (Tappen, et al., 2004). Dep.Kes. R.I.(2006) mendefinisikan keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit sebagai suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman bagi pasien. Banyak istilah yang dipadankan dengan keselamatan pasien, misalnya adalah hasil yang merugikan pasien (adverse outcome ). Dalam kebanyakan kasus, adverse outcome seringkali terjadi sebagai akibat kesalahan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibandingkan akibat dari penyakit itu sendiri (Hickam, et al., 2003). Penemuan insiden keselamatan pasien yang sensitif terhadap kondisi pelayanan keperawatan (nursing-sensitive adverse outcome) tersebut menurut Needleman (2002) hendaknya tidak dianggap sebagai alat ukur keselamatan pasien, tetapi harus dianggap sebagai indikator atau kejadian sentinel yang dapat terjadi sebagai akibat dari tidak imbangnya jumlah perawat dengan pasien. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di ruang Medical Surgical Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar didapatkan data bahwa jumlah perawat jaga pada saat dilakukan penelitian dan observasi di ruang Medical Surgical berjumlah 25 orang dan terbagi dalam 3 shift kerja dimana 10 orang pada shif pagi, 6 orang pada shif sore, 6 orang pada shif malam, dan terdapat 3 orang perawat primer yang bertugas sebagai manajerial pada setiap shif. Ruang Medical Surgical merupakan ruangan intermediet yang merawat kasus bedah, neuro dan interna yang memerlukan observasi ketat. Dengan rasio perawat dengan pasien pada shif pagi adalah 1:4, shift sore dan malam 1:6 dengan rentang waktu untuk shif tujuh jam,shif sore tujuh jam dan shif malam 12 jam, sedangkan standarnya adalah 1:2 setiap pergantian shif. Kondisi pasien di ruang medical surgical termasuk pada kelompok dengan ketergantungannya tinggi, karena membutuhkan perhatian dan bantuan yang lebih spesifik dibandingkan pasien-pasien lain serta keadaan umum pasien dengan observasi yang ketat.
3
Berdasarkan formula Douglas maka seharusnya jumlah perawat pagi untuk 36 pasien di ruang medical surgical adalah sebanyak 12 orang, siang 11 orang dan malam sebanyak 7 orang. Jika dilihat dari kondisi yang ada di ruang Medical Surgical hal tersebut menggambarkan bahwa kondisi tenaga perawat di ruang Medical Surgical kurang sehingga beban kerja perawat bisa dikatakan overload. Petugas medis juga kerap mengalami kesulitan dalam memberikan terapi terhadap pasien dikarenakan banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan penunjang, jenis prosedur tindakan, serta jumlah pasien yang cukup besar yang merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan. Beban kerja dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara subyektif dan obyektif. Beban kerja secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan, tentang perasaan kelebihan jam kerja, ukuran dan tekanan pekerjaan dan kepuasan kerja (Marquis dan Huston, 2004).
Beban kerja adalah jumlah pekerjaan yang
harus
diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu dan sebagai sumber ketidakpuasan disebabkan oleh kelebihan beban kerja secara kualitatif dan kuantitatif (Caplan & Sadock, 2006). Sedangkan menurut Gde Wedayana (2011) menyebutkan bahwa beban kerja perawat adalah kegiatan atau aktifitas yang dilakukan perawat sesuai dengan jenis pekerjaan dan beratnya pekerjaan dalam satuan waktu tertentu yang meliputi : time load, mental effort load, dan psychological stress load yang ditentukan berdasarkan kriteria pada tabel SWAT. Dalam studi ini, peneliti menggunakan enam sasaran Patient Safety yang terdiri dari melakukan identifikasi pasien secara tepat; meningkatkan komunikasi yang efektif; meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan perhatian; mengurangi risiko salah lokasi, salah pasien dan tindakan operasi; mengurangi risiko infeksi; dan mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh untuk memperoleh data keselamatan pasien. Keenam Sasaran Patient Safety tersebut di atas
dianggap mencerminkan pengaruh pelayanan keperawatan
terhadap keselamatan pasien sesuai standar yang diterapkan oleh RSUP Sanglah Denpasar. (KP-RS RSUP Sanglah Denpasar, 2011).
4
Hasil penelitian patient safety pada bulan Oktober 2013 dengan beberapa kepala ruangan diperoleh informasi bahwa para kepala ruangan mengatakan beban kerja mereka cukup tinggi sehingga mereka tidak dapat secara optimal melaksanakan tugas-tugas manajerial selaku seorang kepala
ruangan karena
seringkali harus merangkap tugas-tugas yang seharusnya dapat dilaksanakan oleh perawat pelaksana. Sedangkan dari hasil wawancara dengan perawat pelaksana didapatkan informasi bahwa para perawat pelaksana mengeluhkan beban kerja mereka sangat tinggi sehingga para perawat pelaksana jarang dapat melakukan kontak dengan pasien dan cenderung berorientasi kepada tugas (task oriented). Dapat disimpulkan bahwa keselamatan pasien merupakan kewajiban penting dan terkini serta tidak dapat diabaikan. Perubahan tingkat pendidikan dan status sosial masyarakat pada saat ini meningkatkan kesadaran mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak saja bermutu namun juga aman. RSUP Sanglah sebagai salah satu rumah sakit pendidikan Tipe A dengan sumber daya manusia (dokter, perawat, dan lainlain) yang cukup dan telah mempunyai berbagai peralatan canggih yang memadai dijadikan rumah sakit pusat rujuan pasien. Peneliti bermaksud untuk menggali lebih dalam
bagaimana hubungan beban kerja perawat di RSUP Sanglah
khususnya ruang Medical Surgical dengan pengelolaan terhadap gerakan Keselamatan Pasien. Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin melakukan suatu penelitian dengan judul
Hubungan Beban Kerja Perawat dengan
Keselamatan Pasien di Ruang Medical Surgical RSUP Sanglah Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan atas latar belakang, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut : Adakah hubungan beban kerja perawat dengan keselamatan pasien di Ruang Medical Surgical RSUP Sanglah Denpasar? 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan
5
tujuan khusus. 1.3.1
Tujuan umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah
hubungan beban kerja perawat dengan keselamatan pasien di Ruang Medical Surgical RSUP Sanglah Denpasar.. 1.3.2
Tujuan khusus Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1.
Mengidentifikasi beban kerja perawat di Ruang Medical Surgical RSUP Sanglah Denpasar
2.
Mengidentifikasi keselamatan pasien di Ruang Medical Surgical RSUP Sanglah Denpasar
3.
Menganalisis hubungan beban kerja dengan keselamatan pasien di Ruang Medical Surgical RSUP Sanglah Denpasar
1.4 Manfaat Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.4.1
Manfaat secara teoritis Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuan
dalam manajemen keperawatan terutama dalam hal beban kerja perawat serta dapat digunakan sebagai data untuk melaksanakan
penelitian selanjutnya di
bidang manajemen keperawatan. 1.4.2 1.
Manfaat secara praktis Bagi Mahasiswa Sebagai referensi bagi penelitian lanjutan mengenai beban kerja perawat dan keselamatan pasien.
2.
Bagi Pelayanan Keperawatan Penelitian ini memberikan gambaran beban kerja perawat pelaksana di RSUP Sanglah Denpasar khususnya di ruang Medical Surgical sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan
6
kebijakan
manajemen
khususnya
manajemen
keperawatan
yang
berimplikasi kepada beban kerja perawat di RSUP Sanglah Denpasar, seperti penentuan kebutuhan tenaga perawat sesuai jumlah pasien 3.
Bagi Masyarakat Penelitian ini memberikan gambaran tentang keselamatan pasien di RSUP Sanglah khususnya di ruang Medical Surgical sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk standar keselamatan keluarga.
1.5 Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya : 1.5.1 Shinta Prawitasari mahasiswa program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tahun 2009 dalam penelitiannya untuk mendapatkan gambaran tentang beban kerja perawat pelaksana dengan keselamatan pasien di Rumah Sakit Husada Jakarta didapatkan sampel yang berjumlah 93 data dinas perawat pelaksana dan 93 dokumen rekam medik. Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap unit penyakit dalam dan unit bedah kelas I – II. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
korelasi
dengan
pendekatan
pengumpulan
data
secara
restrospective, descriptive cross sectional terhadap data administratif rumah sakit khususnya data dinas perawat pelaksana dan data pasien pulang rawat inap. Proporsi masalah keselamatan pasien adalah sebesar 19,4%. Uji Kai-kuadrat digunakan untuk mengetahui adanya hubungan beban kerja perawat pelaksanadengan keselamatan pasien dengan hasil p=0.000. Penelitian ini menyimpulkan bahwa beban kerja perawat pelaksana tinggi, masih ada masalah keselamatan pasien yang buruk dan terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja perawat pelaksana dengan keselamatan pasien. 1.5.2 Wa Satria dkk, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS, penelitiannya berjudul “Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat Dalam
7
Mengimplementasikan Patient Safety Di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Tahun 2013” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
beban
kerja dengan
kinerja
perawat
dalam
mengimplementasikan patient safety di RS Universitas Hasanuddin. Jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah
observasional
dengan
pendekatan cross sectional study. Populasinya adalah seluruh perawat pelaksana di
Instalasi
Rawat
Inap Rumah Sakit
RS
Universitas
Hasanuddin. Jumlah keseluruhan perawat pelaksana di instalasi rawat inap adalah 64 orang. Sampel penelitian diambil dengan teknik sampling jenuh karena jumlah populasinya yang relatif kecil. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak adanya hubungan beban kerja safety.
dengan
kinerja
perawat dalam mengimplementasikan patient