BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan di SD N 02 Karangrejo Selomerto Wonosobo pada kelas IV mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui interview guru kelas masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai mata pelajaran IPA yaitu rata-rata nilai 57 sedangkan KKM yang ditentukan adalah 65 (Lampiran 20 ). Berdasarkan hasil observasi di SD N 02 Karangrejo ditemukan bahwa pada saat proses belajar mengajar guru lebih banyak menggunakan metode ceramah monoton. Guru juga tidak pernah menggunakan alat peraga. Hal ini menjadikan siswa harus berpikir abstrak sehingga siswa merasa kurang termotivasi untuk belajar, siswa tidak senang dalam mengikuti pelajaran, siswa kesulitan dalam mengerjakan soal, bercerita sendiri, dan akan berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru tidak hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Berhasilnya
tujuan
pembelajaran
ditentukan
oleh
banyak
faktor
diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan (Djamarah, 2002). Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana 1
2
proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar adalah proses pembelajaran yang ideal. Pada dasarnya, proses pembelajaran yang ideal adalah proses pembelajaran yang mampu membuat siswa mengembangkan daya imajinatif dan kreatifitas pemikiran mereka dalam belajar. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar adalah mata pelajaran IPA. Secara umum mata pelajaran IPA dianggap mampu meningkatkan daya nalar serta kreatifitas siswa. Kurikulum IPA di Sekolah Dasar menyatakan bahwa IPA adalah hasil dari kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Berdasarkan teori diatas penulis berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan alam lebih pada keterlibatabn siswa secara langsung dalam mengkaji alam sekitar, untuk menganalisa, memahami konsep-konsep di dalamnya. Pada Pembelajaran IPA dapat kita lihat bahwa siswa akan belajar efektif apabila mereka terlibat secara langsung dalam pengorganisasian dan pertemuan serta hubungan-hubungan dengan informasi yang dihadapinya. Berkaitan dengan proses interaksi belajar mengajar ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah metode pembelajaran. Metode yang digunakan guru dalam mengajar menentukan sikap siswa, sehingga siswa kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar. Pemilihan dan penggunaan metode yang tepat sesuai dengan tujuan kompetensi sangat diperlukan. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Untuk itu guru sebagai pengarah dan pembimbing tidak hanya pandai dalam memilih metode pembelajaran namun usaha guru-guru untuk mengoptimalkan komponen pembelajaran diperlukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar. Ilmu pengetahuan alam merupakan sebuah mata pelajaran yang membutuhkan
3
kecermatan dan ketelitian sehingga metode yang digunakan harus sesuai agar mendapatkan hasil yang maksimal (Djamarah, 2002). Kondisi siswa yang jenuh terhadap pelajaran dan tidak fokus dan aktif sehinga mengakibatkan siswa kelas IV SD Negeri 02 Karangrejo berbicara, bermain dengan teman disaat PBM, yang paling terlihat adalah kesulitan dialami oleh sebagian besar siswa kelas IV SD Negeri 02 Karangrejo dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru terbukti pada saat siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal, siswa masih kesulitan dalam menyelesaikannya soal yang diberikan gurunya dan hal ini terlihat juga ketika siswa mengerjakan soal evaluasi, terlihat bahwa siswa kurang mampu mengerjakan soal yang mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan bahkan masih terdapat siswa yang nilainya di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), seperti terlihat pada tabel nilai tes semester I berikut ini. Tabel 1.1 Daftar Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karangrejo No 1 2 3
Nilai 70-74 65-69 60-64
Jumlah Siswa 1 2 -
Persentase (%) 8,3 16,6 -
4
55-59
2
16,6
5
50-54
2
16,6
6
≤ 49
5
41,5
12
100
Jumlah * KKM = 65
Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas -
Dapat dilihat dari tabel 1.1 bahwa masih terdapat 9 siswa atau 74,7% yang nilainya masih di bawak KKM, oleh kerena itu penulis beranggapan bahwa penyampaian materi pelajaran yang dilakukan tanpa menggunakan metode pembelajaran adalah kurang sesuai terutama pada siswa SD, oleh karena itu dapat dilakukan penelitian yang mencobakan metode eksperimen untuk membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Metode eksperimen menurut Mulyani (2001:136) adalah merupakan cara belajar
4
mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu. Pemikiran anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkret (Concret Operational Though), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau konkret. Yusmaida (2002) dalam buku penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengajar menggunakan Metode Eksperimen Dalam pembelajaran IPA” membuktikan bahwa keterampilan penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran IPA memberikan pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar siswa, serta dapat meningkatkan kinerja guru untuk menjadi guru profesional. Dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan menarik kesimpulan dari proses yang dialami. Hal ini juga telah dibuktikan oleh Adinova (2010) yang telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas dalam skripsinya yang berjudul Upaya meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode eksperimen pada pelajaran IPA kelas V SDN Tenggaron 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan prestasi belajar peserta didik yang signifikan. Dari siklus I kondisi awal (pre test) dengan rata-rata nilai 55,5 dan setelah mendapatkan perlakuan dengan hasil (post test) rata-rata nilai 65,0. Selanjutnya pada siklus II rata-rata nilai 80,0 dengan pencapaian ketuntasan belajar 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Untuk mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, guru memiliki stategi di dalam mengajar yang baik dan mampu memilih model-model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut (Sardiman, 2003).
5
Penggunaan metode eksperimen diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini memilih judul: “Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV Di SD N 02 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut: apakah penggunaan metode eksperimen berpengaruh terhadap keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV di SD N 02 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode eksperimen terhadap keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV di SD N 02 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012.
1.4 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat untuk dunia pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian ini secara umum memberikan masukan dalam pembelajaran dan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan untuk menerapkan/ mencobakan teori tentang cara meningkatkan hasil belajar siswa
6
dengan menciptakan pembelajaran PAIKEM melalui metode eksperimen pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.
1. Bagi Siswa a. Bermanfaat sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi IPA dengan metode eksperimen. b. Menciptakan suasana kelas agar siswa tidak merasa bosan dan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran IPA karena pembelajarannya menyenangkan dengan berbagai variasi. Sehinga siswa lebih kreatif dalam belajar. c. Sebagai upaya memberikan pengaruh yang positif bagi siswa dalam belajarnya terutama yang terkait dengan pentingnya penggunaan metode eksperimen. 2. Bagi Guru a. Sebagai masukan agar dalam pelaksanaan proses pembelajaran perlu memperhatikan cara yang tepat dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. b. Menambah wawasan guru dalam menyajikan materi pembelajaran IPA di kelas agar lebih menarik dan aktif. c. Sebagai upaya meningkatkan potensi guru terutama kreatifitas guru untuk dapat memilih metode pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan metode eksperimen dengan tepat 3. Bagi Sekolah Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan metode mengajar dalam pelaksanaan pendidikan. 4. Bagi Peneliti Dapat digunakan sebagai bahan rujukan yang dapat memberikan manfaat dalam memperkuat landasan teori yang dibutuhkan dalam penelitian selanjutnya.