BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura dari kelompok tanaman sayuran umbi yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Pengembangan agribisnis kentang mempunyai prospek yang baik, karena dapat menunjang program penganekaragaman (diversifikasi) pangan, peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Kentang termasuk bahan pangan yang mudah rusak karena memiliki kadar air tinggi, oleh karena itu perlu dilakukan pengawetan sehingga dapat memperpanjang umur simpan, salah satu caranya melalui pengeringan. Pengeringan dapat mengurangi kandungan air dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan mikroba sehingga dapat memperpanjang umur simpan kentang (Ayulestari, 2014). Kentang sebagian besar diolah dan dikonsumsi sebagai sayuran ataupun berupa olahan makanan tradisional. Saat ini telah dikembangkan suatu teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan umur simpan yaitu diolah menjadi tepung. Dengan cara ini dapat meningkatkan nilai ekonomi para petani. Dalam produksi tepung kentang masalah yang sering dihadapi, yaitu terjadinya pencoklatan enzimatis. Reaksi pencoklatan enzimatis akibat adanya oksigen dan aktivitas enzim fenoloksidase yang mengkatalisis terjadinya reaksi oksidasi senyawa fenolik menjadi kuinon yang berwarna coklat. Hal tersebut dapat menyebabkan menurunnya mutu tepung dan mengurangi daya tarik. Telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi reaksi pencoklatan pada kentang yaitu menggunakan sulfit, bisulfit, dan metabisulfit. Namun senyawa-senyawa sulfit tersebut dapat menganggu kesehatan, diantaranya mengganggu sistem pencernaan, beracun terhadap paru-paru dan kulit. Senyawa 1 Serra Oktaviani MP, 2014 Pengaruh Edible Coat Kitosan Terhadap Kandungan Gizi Tepung Kentang Pada Kondisi Pengeringan Berbeda Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini juga dapat menimbulkan reaksi asmatik (Hui, 2006). Untuk menghindari efek samping tersebut dapat dilakukan salah satunya menggunakan
edible coat.
2 Serra Oktaviani MP, 2014 Pengaruh Edible Coat Kitosan Terhadap Kandungan Gizi Tepung Kentang Pada Kondisi Pengeringan Berbeda Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Edible coat adalah lapisan pada permukaan materi yang di coating yang dapat dikonsumsi. Peranan
edible coat untuk menghambat kontak dengan
oksigen sehingga pencoklatan dapat dicegah. Edible coat dapat berasal dari protein, polisakarida, dan lipid. Kitosan merupakan biopolimer polisakarida berasal dari kitin yang telah dideasetilasi, dapat di isolasi dari limbah pengolahan kulit hewan crustaceae seperti udang dan kepiting. Edible coat kitosan sudah banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya diantaranya Apai et.al., 2009 menggunakan kitosan yang dikombinasikan dengan asam sitrat dalam mencegah pencoklatan pada buah lengkeng, Nongtaodum dan Jangchud, 2009 untuk menghambat perubahan warna dan pencoklatan pada mangga, selanjutnya Qi et.al.,2011 untuk menghambat perubahan warna dan pencoklatan pada apel fuji. Pemanfaatan edible coat kitosan sebagai penghambat pencoklatan pada tepung kentang telah diteliti oleh Ayulestari, 2014. Pada penelitiannya dipelajari perbandingan antara kitosan dengan kentang terbaik dalam menghambat pencoklatan, selain itu dilakukan penentuan
waktu
perendaman kentang dalam edible coat kitosan terbaik terhadap tingkat kecerahan tepung kentang yang dihasilkan. Perbandingan terbaik kitosan dengan kentang diperoleh 1:20. Hasil waktu terbaik yang diperoleh adalah 150 menit, namun belum diketahui pengaruh coating terhadap kandungan gizinya. Pada penelitian ini dilakukan analisis kandungan gizi terutama kadar air, vitamin C, abu dan mineral dari tepung kentang hasil coating. Penentuan kadar air untuk mengetahui kemampuan kitosan sebagai edible coat dalam melindungi materi yang dicoating. Analisis vitamin C untuk melihat kemampuan kitosan sebagai edible coat dalam melindungi dari reaksi oksidasi. Sedangkan mineral dikhawatirkan ada yang larut pada saat perendaman. Proses pengeringan oven dilakukan untuk mempercepat produksi tepung kentang, namun dikhawatirkan ada zat zat gizi terutama vitamin C yang rusak akibat proses pengeringan, sehingga untuk mengetahui pengaruh pengeringan menggunakan oven dilakukan pengeringan pada suhu kamar sebagai kontrol.
Serra Oktaviani MP, 2014 Pengaruh Edible Coat Kitosan Terhadap Kandungan Gizi Tepung Kentang Pada Kondisi Pengeringan Berbeda Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Berdasarkan uraian diatas, maka pada penelitian ini dilakukan penentuan kandungan gizi tepung kentang setelah dilakukan coating kitosan menggunakan pengeringan pada suhu kamar dan oven.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah : 1. Apakah coating kitosan pada tepung kentang berpengaruh terhadap kandungan gizinya? 2. Apakah kondisi pengeringan pada tepung kentang hasil coating berpengaruh terhadap kandungan gizinya ?
1.3
Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini diantaranya : 1.
Kentang yang digunakan adalah kentang dieng.
2.
Coating dilakukan pada cara pengeringan berbeda yaitu suhu kamar (25oC) dan suhu oven (40oC).
3.
Kandungan gizi yang diteliti meliputi kadar air, vitamin C, abu, fosfor, kalsium, dan besi.
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh edible coat
kitosan sebagai penghambat pencoklatan terhadap kandungan gizi tepung kentang dengan cara pengeringan berbeda yaitu suhu kamar (25oC) dan suhu oven (40oC).
1.5
Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran pada masyarakat untuk mengetahui kandungan gizi tepung kentang setelah dilakukan coating menggunakan kitosan.
Serra Oktaviani MP, 2014 Pengaruh Edible Coat Kitosan Terhadap Kandungan Gizi Tepung Kentang Pada Kondisi Pengeringan Berbeda Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Serra Oktaviani MP, 2014 Pengaruh Edible Coat Kitosan Terhadap Kandungan Gizi Tepung Kentang Pada Kondisi Pengeringan Berbeda Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu