BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Rumah sakit memegang peranan penting dalam sistem pelayanan
kesehatan nasional. Sebagai institusi kesehatan, rumah sakit dituntut untuk mengorganisir staf medis dan non medis, perawat, dan memberikan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari per minggu. Oleh karena itu, pelayanan rumah sakit mengandalkan informasi secara intensif [1]. Sistem informasi (SI) adalah rangkaian kegiatan atau komponen yang terdiri dari pengumpulan data, yang kemudian diproses menjadi informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Bagi manajemen rumah sakit, informasi yang diperoleh akan dijadikan landasan untuk membuat suatu keputusan atau menilai kinerja suatu bagian di rumah sakit yang biasa dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen (SIM) [2]. Dari literatur mengenai sistem informasi dalam bidang perumah sakitan, definisi SIMRS dan SIRS sering kali tumpang tindih (overlapped ). Tan membuat definisi dari perspektif integrasi dari SIRS,dengan memperlakukan SIRS sebagai sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) dan mendefinisikan SIMRS sebagai: “aplikasi dari keseluruhan perspektif sistem dalam menghubungkan prinsipprinsip teori yang relevan dengan metodologi praktis bagi terciptanya administrasi yang efektif (misalnya perencanaan dan manajemen) dari teknologi informasi dan aplikasinya untuk meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan dalam kontek pelayanan kesehatan saat ini dan yang akan datang” [3]. Istilah SIRS ataupun SIMRS digunakan di dalam lingkup rumah sakit untuk membantu keseluruhan manajemen dalam fasilitas pelayanan kesehatan melalui informasi mengenai penyakit dan mengenai perawatan pasien dalam hal rekam informasi pasien, akuntansi, manajemen sumber daya manusia, manajemen aset,manajemen stok, dan manajemen pengetahuan [4]. Tugas SIMRS adalah untuk mendukung pelayanan pasien dan yang berkaitan dengan administrasi, yaitu dengan memberikan:
Informasi, terutama mengenai pasien, dengan benar, tepat dan up to date, mudah di akses oleh orang yang tepat, di lokasi yang tepat dalam bentuk yang dapat digunakan. Informasi ini harus dikumpulkan, disimpan, diproses, dan didokumentasikan dengan benar.
Pengetahuan, terutama mengenai penyakit (serta kerja obat dan efek samping) untuk mendukung diagnosis dan terapi.
Informasi mengenai kualitas pelayanan pasien serta kinerja dan biaya rumah sakit [5]. Dari definisi ini sebenarnya tidak ada pembatasan mengenai pengolahan sistem apakah dengan manual ataupun dengan komputerisasi. Sistem Informasi Manajemen di Rumah Sakit berfungsi dari sisi medis
maupun bisnis. Beberapa penelitian institusi kedokteran mendapatkan bahwa pelayanan pasien dengan kualitas yang tinggi bergantung pada dokumentasi yang baik dari setiap pasien mengenai riwayat medis, status kesehatan, kondisi medis saat ini dan rencana pengobatan. Informasi finansial juga esensial untuk perencanaan strategis dan pendukung operasional yang efisien dalam proses perawatan pasien. Disamping itu, manajemen rumah sakit membutuhkan informasi yang dapat diandalkan, akurat, terkini, aman, dan relevan baik dari segi klinis maupun administratif [6]. Dengan semakin berkembangnya teknologi komputer dan pengetahuan manajerial dan bisnis, peran informasi telah berubah dari sekedar alat bantu menjadi keunggulan kompetitif dan strategi bagi rumah sakit [2]. Di negara maju seperti Amerika Serikat, penggunaan komputer di rumah sakit bukanlah merupakan barang baru. Pada tahun 1975, sebuah survei American Hospital Association menunjukkan bahwa 80% rumah sakit di Amerika Serikat telah menggunakan sistem data processing, dengan 25% telah memiliki komputer sendiri dan 56% menggunakan pelayanan data proses di luar rumah sakit. Pada pertengahan tahun 1980, hampir seluruh rumah sakit di Amerika Serikat telah menggunakan komputer. Sementara di salah satu negara bagian Australia, New South Wales, pada tahun 1990-an telah dimulai penggunaan komputer untuk pengisian data perkembangan penyakit dari hari ke hari. Sedangkan di negara bagian Victoria
dan South Australia, selain untuk akuntansi, komputer juga telah digunakan untuk memasukkan data-data penunjang medik, seperti dari radiologi dan laboratorium setiap hari sehingga dokter di bangsal dapat mengetahui hasil pemeriksaan penunjang tersebut. Sistem informasi yang baik adalah sistem yang terintegrasi satu sama lain. Berdasarkan kamus Merriam-Webster [7], integritas adalah “Suatu kondisi atau kualitas yang lengkap atau tidak terbagi” Integritas Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit telah diteliti oleh banyak peneliti [8], [9], [3]). Tan dan Hanna [3] menandai tren menuju integrasi total dari sistem. Mereka menyatakan bahwa SIRS sebelumnya menekankan pada proses transaksi dan kontrol manajemen. Saat itu SIRS dipikirkan terutama sebagai pulau-pulau aplikasi seperti akuntansi, penggajian, inventarisasi obat, rekam
medis
terkomputerisasi,
pembuat
keputusan
klinis,
dan
sistem
laboratorium. Batasan yang sempit dari SIRS pada tugas operasional klinis dieksekusi oleh penggunanya dalam pembagian data dan pembuatan keputusan strategis. Tan dan Hanna membuat 4 langkah untuk mengintegrasikan SIRS: 1. Jaringan fisik dari sistem yang sudah ada 2. Evolusi ke program “open system” 3. Adopsi software standar. 4. Dibentuknya infrastruktur manajemen teknologi (MTI) Jaringan merujuk pada konektivitas SIRS antara sistem komputer dan perlengkapan komunikasi yang melekat. Jaringan atau konektivitas fisik dapat dicapai dengan penggunaan local area network (LAN) atau wide area network (WAN). Ide Tan dan Hanna mengenai integrasi total sistem berfokus utama pada konektivitas SIRS. Griffith et al. [8] mengklasifikasikan SI RS yang difokuskan hanya pada fungsi SIRS. Mereka membagi SIRS menjadi 4 tingkatan yang secara kasar paralel dengan sejarah aplikasi: 1. Sistem informasi transaksi 2. Sistem informasi manajemen 3. Sistem informasi eksekutif 4. Sistem informasi strategis
Menurut mereka, sistem informasi transaksi merujuk pada dukungan sistem pada pemberian layanan kesehatan sehari-hari, termasuk juga sistem akuntansi pasien dan klien, penggajian, dan akutansi GL (General Ledger). Sistem informasi manajemen adalah sistem departemental yang ditujukan pada penggunaan sehari-hari atau rutin, seperti perencanaan, manajemen personil, manajemen material,dan quality control. Sistem informasi eksekutif adalah sistem-sistem yang ditujukan untuk mengarsipan, integrasi, dan pengambilan kembali data dari sistem transaksi dan sistem manajemen. Sistem ini terutama untuk mempertahankan kualitas data, monitoring kinerja saat ini, dan membentuk tujuan jangka pendek. Informasi sistem strategis didedikasikan untuk analisis, modeling, dan menyediakan data untuk keputusan untuk waktu yang lebih lama, seperti aktivitas perencanaan. Sebagian besar SIRS saat ini hanya pada 2 tingkatan pertama. Prince dan Sullivan [9] mengajukan kerangka kerja untuk memerika integrasi SIRS. Kerangka kerja tersebut memiliki 8 langkah sebagai berikut. 1. Rekam medik elektronik (EMR) terhubung dengan seluruh modul aplikasi dan perlengkapan medis 2. Sistem pendukung keputusan untuk protokol dan aktivitas pengobatan 3. Adanya pengidentifikasi pasien untuk perusahaan 4. Meningkatkan EMR dengan perintah kemampuan manajemen 5. Konektivitas klinis ruang kerja dokter 6. Sistem keuangan dan administratif ruang kerja dokter 7. Transmisi data, suara, gambar dengan kecepatan tinggi 8. Perencanaan enterprise-wide
Pemerintah Indonesia sebenarnya telah mengeluarkan peraturan melalui Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1171/MENKES/PER/IV/2011 tentang Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang berisi tentang kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan sistem informasi rumah sakit. Selanjutnya diterbitkan petunjuk teknis (juknis) SIRS Tahun 2011, yaitu tentang tata cara penyelenggaraan sistem informasi rumah sakit. Namun demikian dikarenakan perbedaan-perbedaan karakteristik yang ada
ditiap rumah sakit maka selanjutnya pengembangan SIMRS diserahkan kepada pihak rumah sakit itu sendiri. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1171/MENKES/PER/IV/2011 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit
dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan
prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan. SIMRS adalah sistem informasi manajemen rumah sakit, yaitu aplikasi yang menangani seluruh kegiatan yang ada di rumah sakit, dari font-end sampai dengan back-endnya. Saat ini penggunaan SIMRS pada sebuah rumah sakit merupakan suatu keharusan, dimana untuk mendukung dan meningkatkan pelayanan kepada para pelanggannya, baik itu pelanggan eksternal maupun pelanggan internal. Dari sisi manajemen rumah sakit dan pelanggan internal dari hari ke hari dituntut untuk selalu tanggap akan kebutuhan pelanggan internal dan eksternalnya oleh karena itu diperlukan adanya SIMRS yang handal. SIMRS dikatakan baik apabila “tepat guna” bagi rumah sakit, yaitu bisa memenuhi semua kebutuhan dari level operator sampai dengan level manajemen. Dengan SIMRS yang baik maka para pengguna dapat merasakan manfaat adanya SIMRS. Adapun pengguna SIMRS adalah para pelanggan rumah sakit baik itu pelanggan internal maupun eksternal, dari level operator sampai dengan level manajemen. Sebagaimana kita ketahui bersama, harga beli atau sewa sebuah aplikasi SIMRS tergolong mahal dan penerapan diberbagai rumah sakit banyak yang kurang optimal atau malah cenderung gagal. Implementasi SIMRS di RSUD dr. Doris Sylvanus sebenarnya sudah dimulai tahun 2006 namun hingga saat ini belum optimal. Dalam mengukur tingkat keberhasilan suatu sistem informasi ada beberapa model yang dapat digunakan. Beberapa model penilaian keberhasilan atau kesuksesan sistem informasi dengan menggunakan kepuasan atau penerimaan sebagai tolak ukur, diantaranya adalah model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean, Technology Acceptance Model (TAM), Task Technology
Fit (TTF), Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology (UTAUT), kemudian pada tahun 2010 Fitrah telah melakukan penelitian tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan implementasi Enterprise Resource Planning (ERP). Technology Acceptance Model (TAM) dan Unified Theory of Acceptance Model (UTAUT) telah banyak digunakan pada penelitian untuk melihat keberhasilan sistem dari sisi penerimaan user terhadap sistem. Sedangkan Task Technology Fit (TTF) digunakan untuk melihat kesesuaian antara karakteristik tugas dengan teknologi yang sudah ada. Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan model penelitian Fitrah yang telah dimodifikasi yaitu dengan menggunakan 4 (empat) faktor yang sudah ada, mengurangi 2 (dua) faktor lainnya, kemudian menambahkan 4 (empat) faktor baru . 1.2
Perumusan Masalah Implementasi SIMRS di RSUD dr. Doris Sylvanus dimulai pada tahun
2006 dan sampai saat ini belum dapat bekerja secara optimal. Tahun 2015 Manajemen RSUD dr. Doris Sylvanus berencana untuk mengganti SIMRS yang sudah ada dan mengimplementasikan SIMRS yang baru. Penggantian SIMRS yang baru merupakan keputusan yang sangat penting dan strategis oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang akan mempengaruhi implementasi SIMRS di RSUD dr. Doris Sylvanus. 1.3
Keaslian Penelitian Zhang et al. [10], Critical Success Factors of Enterprise Resource
Planning Systems Implementation Success in China, dalam penelitian ini peneliti mempelajari faktor- faktor keberhasilan penting yang mempengaruhi ERP di Cina dengan fokus pada kedua generik dan faktor yang unik. Kepuasan pengguna dan metode klasifikasi ABCD White yang digunakan untuk menilai apakah suatu Implementasi sistem ERP adalah sukses atau gagal. Sudhakar [11], A model of critical success factors for software projects, dalam penelitian ini peneliti mengemukakan bahwa, total dari 35 CSF dari tujuh
kategori CSF diidentifikasi dari penelitian sekunder dari CSF untuk proyekproyek pengembangan perangkat lunak. Yeoh dan William [12], Critical Success Factors For Business Intelligence Systems, Implementasi business intelligence (BI) sistem adalah suatu usaha yang kompleks yang membutuhkan sumber daya yang cukup. Namun ada otoritatif terbatas berupa satu set faktor penentu keberhasilan (CSF) untuk referensi manajemen karena pasar BI telah didorong terutama oleh industri TI dan vendor. Doll dan Torzadeh [13] telah mengembangkan dan memvalidasi instrumen pengukuran End-User Computing Satisfaction (EUCS) dengan menekankan kepuasan pengguna software aplikasi komputer diperusahaan. Terdapat lima komponen pengukuran dalam menilai kepuasan pengguna akhir komputer yaitu isi (content), keakuratan (accuracy), bentuk (format), kemudahan penggunaan (ease of use), dan ketepatan waktu (timeliness). Penelitian yang dilakukan Pratama, dkk [14], menjelaskan adanya pengaruh lain yang lebih besar dibandingkan kemudahan pemakaian sistem dalam konteks sistem KRS online. EUC merupakan model yang dikembangkan oleh Doll dan Torkzadeh [13]. Penelitian Pratama, dkk menjelaskan adanya hubungan antara kepuasan pemakai isi, akurasi, bentuk , kemudahan, dan ketepatan waktu. Penelitian yang dilakukan Fitrah [15] meneliti tentang faktor-faktor yang penting dan dipertimbangkan dalam rangka meraih keberhasilan dalam implementasi proyek ERP. Dalam penelitiannya mengemukakan ada 6 faktor yang mempengaruhi suksesnya implementasi ERP yaitu: Change Management, Project Management, Top Management Sponsorship, Budget yang Memadai, Edukasi Dalam Proyek ERP, dan Scope yang Realistis. Keterbaharuan dari penelitian ini adalah hasil modifikasi penelitian yang telah dilakukan oleh Fitrah [15] yaitu pengurangan variabel Budget yang Memadai, dan Scope yang Realistis. Kemudian menambahkan variabel Vendor Support, Technical Support, Kualitas Sistem dan Kualitas Informasi kedalam model penelitian.
1.4
Batasan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bertipe kuantitatif, dimana
peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden perihal faktorfaktor apa saja yang akan mempengaruhi kesuksesan implementasi SIMRS yaitu sesuai dengan model yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun responden berasal dari bagian medik dan non medik RSUD dr. Doris Sylvanus. 1.5
Manfaat penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi kesuksesan dalam implementasi SIMRS sehingga pihak Manajemen RS dapat membuat persiapan yang matang sehingga implementasi SIMRS dapat berjalan dengan baik. 2. Memberikan referensi kepada peneliti lain dalam bidang penelitian faktor-faktor penentu pada implementasi sebuah teknologi yang baru.
1.6
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang faktor-faktor
apa saja yang akan mempengaruhi suksesnya implementasi SIMRS di RSUD dr. Doris
Sylvanus
berdasarkan model dalam
penelitian dan
memberikan
rekomendasi kepada Manajemen RSUD dr. Doris Sylvanus berdasar hasil penelitian.