BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) (2007) menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Mboi (2011) mengatakan bahwa kemajuan yang dicapai dalam program kesehatan ibu yaitu penurunan AKI sebesar 41 persen dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 228 per kelahiran hidup, sedangkan target MDGs pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di rumah sakit disebabkan oleh banyaknya kasus kegawat daruratan pada kehamilan, persalinan dan nifas. Selain itu kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran, sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat yang masih lemah seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Kondisi geografis serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3 terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang kuat, serta 4 terlalu yaitu terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran (Mboi, 2010). Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya di tingkat keluarga (Mboi, 2010). AKI menjadi penting untuk dipersoalkan karena merupakan indikator tingkat kesejahteraan penduduk suatu bangsa yang mencerminkan gagal atau tidaknya pemerintah dan masyarakat
1
dalam menurunkan resiko kematian ibu dan anak (Hanifah, 1998). Melihat permasalahan di atas maka penting sekali bagi ibu hamil untuk melakukan tindakan perawatan kehamilan, sehingga dapat mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan prima sebagai generasi masa depan. Hamil sebelum menikah merupakan suatu problem yang harus memiliki solusi, karena mengakibatkan kegelisahan orang tua, guru, tokoh masyarakat, terutama intelektual, sarjana, bahkan para ulama, karena masing-masing mempunyai tanggung jawab yang cukup besar (Sugito, 2004 dalam skripsi Wanti, 2004). Wanita yang hamil sebelum waktunya atau hamil yang tidak diinginkan biasanya berkeinginan untuk melakukan aborsi, akan tetapi bila kehamilannya ingin dilanjutkan justru tanpa perawatan yang memadai dan meyebabkan masalah kesehatan baik bagi ibu dan bayinya (Forest dkk 1990 dalam skripsi Wanti, 2004) Menurut WHO (2000) merancang strategi menyelamatkan persalinan sehat yang berakibat pada kematian, kecacatan fisik dan mental, kesakitan yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas yang bertujuan untuk mengurangi beban global akibat kematian. (Hapsari, 2004 dalam skripsi Eka Fitriah, 2007). Perawatan kehamilan sangat penting dilakukan bagi ibu hamil untuk memantau resiko kehamilan serta merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan yang beresiko tinggi, menurunkan morbiditas, mortalitas ibu. (Hamilton, 1995 dalam skripsi Eka Fitriah, 2007). Kelompok usia remaja umur 10-25 tahun yang berjumlah hampir separo dari penduduk Indonesia, merupakan kelompok yang secara potensial berperan dalam meningkatkan produktivitas nasional dan dalam penguasaan iptek di masa depan, tetapi juga potensial untuk menggagalkan keberhasilan program KB yang sudah tercapai dengan baik. Perubahan mendasar dalam remaja bersikap dan berperilaku seksual dan reproduksi di kalangan remaja telah menjadi salah satu masalah sosial yang memprihatinkan masyarakat Indonesia. Terdapat beberapa faktor penyebab yang saling terkait satu sama lain dari timbulnya perubahanperubahan tersebut. Faktor-faktor itu antara lain adalah usia pubertas remaja yang
2
lebih dini sementara usia nikah semakin tinggi, peningkatan dorongan seksual pada usia remaja, kurangnya pengetahuan remaja tentang proses dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, dan pengaruh negatif budaya pop serta industri turisme yang menyebarkan nilai casual sex atau easy sex melalui berbagai media cetak dan media audiovisual (Khisbiyah dkk, 1996) Kabupaten Gunungkidul memiliki angka pernikahan usia remaja yang masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari kantor Pengadilan Agama Kabupaten Gunungkidul pada tahu 2011 mencatat terjadinya 113 perkara, yang terdiri dari laki-laki di bawah 19 tahun serta perempuan di bawah 16 tahun. Angka tersebut jauh lebih tinggi pada tahun 2008 ketika ada 19 dispensasi nikah dan tahun 2009 dengan 60 perkara. Kecamatan tertinggi yang memiliki pernikahan dini dibawah umur yakni Wonosari dengan enam remaja disusul Kecamatan Playen, Kecamatan Tanjungsari dan Kecamatan Saptosari yang masing-masing terdapat lima perkara pada tahun 2010. Sementara kecamatan lain, rata-rata sekitar tiga perkara. Menurut Asmiyanto (2012) Angka Kematian Ibu Melahirkan di Gunungkidul meningkat yang disebabkan kurangnya pengetahuan ibu terhadap perawatan kehamilan. Dari data Woman Research Institute (RWI) pada 2010 terjadi delapan kasus dan tahun 2011 meningkat menjadi menjadi dua belas kasus. Staf lokal RWI Gunungkidul Asmiyanto (2012) mengungkapkan, AKI
selama empat terakhir ada
tren
mengalami kenaikan. Minimnya
pengetahuan mengenai perawatan kehamilan menjadi masalah. Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perawatan kehamilan remaja di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul. 1.2
Rumusan Permasalahan Perubahan-perubahan
perilaku
seksual
remaja
pada
saatnya
mengakibatkan peningkatan masalah-masalah seksual seperti meningkatnya perilaku seks sebelum menikah yang biasanya disertai masalah-masalah seksual yang tak dilindungi, penyebaran penyakit kelamin, dan kehamilan tak
3
dikehendaki. Masalah kehamilan yang tak dikehendaki ini akan menimbulkan berbagai masalah serius yakni diantaranya aborsi, dan pernikahan usia remaja (Khisbiyah, 1996). Tingginya angka pernikahan usia remaja disebabkan oleh minimnya ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang menyebabkan para remaja melakukan perilaku menyimpang yang dapat mengakibatkan hamil di luar nikah atau kehamilan tak dikehendaki. Ketika ibu mengandung, maka sang ibu harus melakukan perawatan kehamilan yang dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan. Kehamilan yang tidak dikehendaki terjadi karena kurangnya informasi dan kurangnya pemahaman tentang kesehatan seksual dan reproduksi serta hakhak yang menyertai remaja membuat sebagian remaja di Gunungkidul melakukan hubungan seks di usia sangat muda. Akibatnya banyak remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan dan terpaksa harus menikah di usia yang masih belia. Perawatan kehamilan sangatlah penting serta globalisasi menuntut adanya sumberdaya manusia yang berkualitas secara mental, dan prima. Ibu hamil seharusnya mempersiapkan ini sejak bayi dalam kandungan agar tidak terlambat nantinya. Berdasarkan fenomena diatas, maka dirumuskan
beberapa pertanyaan
penelitian, diantaranya : 1. Perawatan kehamilan apa saja yang dilakukan oleh remaja yang menikah di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari ? 2. Bagaimana
perawatan
kehamilan
remaja
berdasarkan
umur,
pendidikan, dan kegiatan utama di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari dalam melakukan perawatan kehamilan? 3. Bagaimana perawatan kehamilan remaja berdasarkan latar belakang orang tua di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari dalam melakukan perawatan kehamilan? 4. Bagaimana perawatan kehamilan remaja berdasarkan jarak tempat tinggal ke fasilitas kesehatan di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari dalam melakukan perawatan kehamilan?
4
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Perawatan Kehamilan Remaja Di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul”
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui perawatan kehamilan yang dilakukan oleh remaja yan menikah. 2. Mengetahui karakteristik remaja hamil meliputi umur, pendidikan, dan kegiatan utama di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari. 3. Mengetahui karakteristik remaja hamil menurut latar belakang orang tua di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari. 4.
Mengetahui karakteristik remaja hamil menurut jarak fasilitas kesehatan di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai “Karakteristik Remaja Dalam Melakukan Perawatan Kehamilan Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul” mempunyai dua manfaat, yakni : 1. Manfaat teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan ilmu pengetahuan tentang kehamilan di usia remaja. 2. Manfaat praktis
: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi pemerintah setempat dalam pengambilan kebijakan.
5
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti Supriyani
Tahun 2000 (Tesis)
Ni Luh Putu Sri Erawati
2009 (Tesis)
Judul Faktor Sosiodemografik Dan Perilaku Ibu Hamil Dalam Perawatan Masa Kehamilan Sebagai Faktor Resiko Kejadian Distokia Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Kehamilan Usia Remaja Dan Kelahiran Preterm Di RSUP Sanglah Denpasar
Tujuan 1. Mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografik dengan kejadian distokia. 2. Mengetahui hubungan antara perilaku ibu hamil dalam perawatan antenatal dengan kejadian distokia.
Metode Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan case control study dengan analisis mengggunakan analisis deskriptif.
Hasil Pengetahuan ibu hamil yang rendah tentang perawatan antenatal berisiko 3 kali lebih tinggi untuk terjadi distokia dibandingakn ibu hamil yang berpengetahuan tinggi.
1. Mengetahui hubungan antara kehamilan usia remaja dengan kejadian kelahiran preterm. 2. Membuktikan hubungan kehamilan usia remaja dengan kejadian kelahiran preterm. 3. Mengidentifikasifaktor lain yang berhubungan dengan kelahiran preterm.
Menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Menggunakan data sekunder dan analisis menggunakan software stata versi 8.
Kehamilan usia remaja 2,3 kali lebih tinggi ditemukan pada kelompok kelahiran perterm setelah mempertimbangakan variabel status gizi dan anemia.
6
Peneliti Feryani
Tahun 2004 (Skripsi)
Judul Karakteristik Perawatan Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Masyarakat Desa Abelisawah Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe Tahun 2004.
Tujuan 1. Mengetahui karakteristik Perawatan Kehamilan pada ibu hamil di Masyarakat Desa Abelisawah Kecamatan Sampara Kabupaten Konawe.
Metode Menggunakan pendekatan kualitatif analisis deskriptif
Hasil Sebagian besar penduduk desa masih melakukan perawatan kehamilan dengan dukun.
Eka Fitriah Yuliani
2007 (Skripsi)
Budaya Kiri Loko Dalam Perawatan Kehamilan Pada Suku Bima Kabupaten Propinsi Nusa Tenggara Barat
1. Mengetahui budaya kiri loko dalam melakukan perawatan kehamilan pada suku Bima Kabupaten Nusa Tenggara Barat.
Merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomonologi untuk mencari gambaran mengenai budaya kiri loko dalam perawatan kehamilan di Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Upacara kehamilan yang dilakukan oleh masyarakat Bima selama kehamilan disebut kiri loko. Kiri loko diadakan pada kehamilan pertama dan pada saat usia kehamilan tujuh bulan. Budaya kiri loko yang dilakukan oleh suku Bima dalam perawatan kehamilan tidak berpengaruh terhadap kesehatan ibu selama hamil.
7
Judul
Tujuan
Nurul Fatwa Firiana
Peneliti
2011 (Skripsi)
Tahun
Hubungan Pengetahuan Suami Terhadap Peran Suami Dalam Perawatan Kehamilan Istri Di Puskesmas Jatinom Klaten
1. Mengetahui hubungan pengetahuan suami terhadap peran suami dalam perawatan kehamilan istri di Puskesmas Jatinom Kebupaten Klaten. 2. Mengetahui pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan istri. 3. Mengetahui peran suami dalam perawatan kehamilan istri.
Yuniar Wardani
2011 (Tesis)
Dampak Perawatan 1. Mengkaji dampak perawatan Kehamilan Pada kehamilan pada kelangsungan hidup Kelangsungan Usia usia perinatal di Indonesia. Perinatal Di Indonesia (Analisis Data SDKI 20022003 dan 2007)
8
Metode
Hasil
Menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode Cross Sectional
1. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan suami dengan peran suami dalam perawatan kehamilan istri. 2. Sebagian besar suami mempunyai pengetahuan yang baik tentang perawatan kehamilan. 3. Sebagian besar suami mempunyai peran sedang dalam perawatan kehamilan.
Menggunakan metode kohor retrospektif yaitu studi observasional yang mempelajari antara paparan dan penyakit yang sudah terjadi di masa lalu sebelum dimulainya penelitian, sehingga variabel-variable diukur secara historis. Menggunakan pendekatan kuantitatif.
1. Kelangsungan hidup usia perinatal yang panjang merupakan dampak dari perawatan kehamilan yang dilakukan oleh ibu selama kehamilan.
Peneliti Intan Matta Lanasari
Tahun 2014 (Skripsi)
Judul Perawatan Kehamilann Remaja di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul.
Tujuan 1. Mengetahui perawatan kehamilan yang dilakukan oleh pelaku pernikahan usia dini. 2. Mengetahui karakteristik remaja hamil meliputi umur, pendidikan, dan kegiatan utama di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari. 3. Mengetahui karakteristik remaja hamil menurut latar belakang orang tua di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari. 4. Mengetahui karakteristik remaja hamil menurut jarak fasilitas kesehatan di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Saptosari.
9
Metode menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode sensus dan analisis menggunakan analisis statistik Crosstab (Chi Square)
Hasil 1. Perawatan kehamilan yang dilakukan oleh remaja adalah penimbangan berat badan & pengukuran tinggi badan, pemberian imunisasi Tetanus Toxoid, pemeriksaan tekanan darah,pemberian tablet penambah darah, dan pengukuran tinggi fundus. 2. Seluruh remaja yang hamil berpendidikan terakhir dari SDSMA. 3. Remaja yang hamil di Kec.Wonosari lebih banyak berusia 18-20 tahun, sedangkan di Kec.Saptosari lebih banyak berusia 15-17 tahun. 4. Seluruh remaja yang hamil di kedua Kecamatan lebih memilih bekerja dari pada menjadi ibu rumah tangga.
Peneliti
Tahun
Judul
Tujuan
10
Metode
Hasil 5. Remaja yang hamil di Kec.Wonosari dan Kec.Saptosari orangtuanya masih berstatus kawin. 6. Remaja hamil di Kec.Wonosari orangtuanya memiliki penghasilan Rp.600.000-Rp.900.000, sedangkan di Kec.Saptosari orangtua remaja memiliki penghasilan Rp.300.000Rp.600.000 per bulan. 7. Remaja yang hamil di Kec.Wonosari dan Kec.Saptosari memiliki ibu yang berpendidikan terakhir SD. 8. Jarak rumah ke fasilitas kesehatan di Ke.Wonosari adalah 4-6 Km, sedangkan jarak rumah remaja ke fasilitas kesehatan di Kec.Saptosari adalah 0-3Km.
1.6
Tinjauan Pustaka
1.6.1
Pengertian Perkawinan Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa atas usai minimal menikah untuk laki-laki adalah 19 tahun dan usia perempuan minimal 16 tahun (UU Nomor 1 Tahun 1974). Namun Derajat (2004) mendefinisikan perkawinan sebagai instituisi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga. Remaja itu sendiri adalah anak yang ada pada masa peralihan antara masa anak-anak ke dewasa, di mana anak-anak mengalami perubahan-perubahan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak, baik bentuk badan, sikap dan cara berpikir serta bertindak, namun bukan pula orang dewasa yang telah matang. Menurut Derajat (2004) terdapat tiga macam perkawinan dilihat dari sudut perjodohan pihak wanita antara lain : a. Arranged Marriage, merupakan perjodohan oleh orang tua. b. Mixed Marriage, merupakan perjodohan yang di mana anak gadis yang hendak dikawinkan mencari pasanggnya sendiri, namun keputusan untuk melangsungkan pernikahan ada di tangan orang tua c. Voluntary Marriage, yaitu anak yang hendak kawin mencari sendiri pasangannya, dan orang tua hanya merestui saja.
1.6.2
Pengertian Hamil Hamil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengandung janin
di dalam rahim karena sel telur yang dibuahi. Jadi kehamilan berarti dalam keadaan hamil. Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai dengan lahirnya janin. Lama usia mengandung normalnya 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Feryani, 2004), sedangkan kehamilan yang tidak diinginkan adalah suatu kehamilan yang karena suatu sebab, yang keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. Kehamilan yang tidak diinginkan disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan 11
yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya kehamilan dan metode pencegahan kehamilan akibat terjadinya tindak perkosaan dan kegagalan alat kontrasepsi (Ardi, 2012)
1.6 3
Pengertian Remaja Menurut Pardede (2002) remaja merupakan suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua kehidupan. Nugraha dkk (2000) mendefinisikan remaja atau adolescence sebagai perubahan emosi dan perubahan sosial pada masa remaja. Masa remaja menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosi yang mendalam. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak.
1.6.4
Pengertian Perawatan Kehamilan Perawatan kehamilan merupakan suatu tindakan yang dilakukan dalam
pemeliharaan terhadap kesehatan ibu hamil dan kandungannya. Perawatan kehamilan sangat penting berkaitan dengan umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir. Menurut Saifudin (2001) perawatan kehamilan bertujuan untuk : 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2. Meningkatkan dan memepertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu maupun bayi 3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
12
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga menerina kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. Perawatan kehamilan dilakukan di sarana kesehatan oleh tenaga kesehatan agar ibu hamil mendapatkan pemerikasaan dan pengawasan yang optimal selama kehamilan. Perawatan kehamilan dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. Menurut Departemen Kesehatan (2008), perawatan kehamilan yang harus di lakukan terdiri dari 5 T, diantaranya : 1. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan. 2. Pemerikasaan Tekanan darah 3. Pengukuran Tinggi fundus uteri (TFU) 4. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) 5. Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama hamil. Berbeda dengan yang dianjurkan dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang di terbitkan oleh Departemen Kesehatan RI perawatan pada ibu hamil yang harus dilakukan, yaitu : 1. Sering melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai anjuran petugas kesehatan. 2. Menimbang berat badan dan tinggi badan setiap kali periksa. Berat badan bertambah sesuai dengan pertumbuhan bayi kandungan. 3. Mengukur lingkar lengan atas 4. Mengkonsumsi tablet penambah darah setiap hari selama hamil. Tablet penambah darah mencegah ibu kurang darah. 5. Melakukan imunisasi Tetanus Toxoid 6. Mengecek umur kehamilan 13
7. Melakukan pengukuran tinggi fundus 8. Melakukan pemeriksaan terhadap letak janin 9. Mengecek denyut jantung janin. 10. Mengecek hari pertama haid terakhir 11. Mandi minimal 2x dalam sehari untuk mencegah penyakit kulit 12. Beristirahat cukup sedikitnya 1 jam pada siang hari dan kurangi kerja berat. 13. Jangan merokok dan mengkonsumsi alkohol yang dapat menggangu kondisi janin 14. Makan makanan empat sehat lima sempurna dan bergizi. Makan1 piring lebih banyak dari sebelum hamil. 1.6.5
Komplikasi Kehamilan Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).
1.6.6
Jenis –Jenis Komplikasi Pendarahan yang berhubungan dengan persalinan dibedakan dalam dua
kelompok utama yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yang terjadi sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan dengan aborsi atau kelainan. Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat disebabkan karena terlepasnya plasenta secara prematur, trauma, atau penyakit saluran kelamin bagian bawah (Departemen Kesehatan RI, 2008) Perdarahan postpartum tanda-tandanya adalah keluar darah dari jalan lahir dalam jumlah banyak (500 cc atau lebih sering perkiraan ukuran dua gelas atau basahnya empat lembar kain) dalam satu sampai dua jam pertama setalah kelahiran bayi. (Manuaba, 1995)
14
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janinnya. Penyakit ini pada umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan dan dapat terjadi pada waktu antepartum, intrapartum, dan pascapersalinan. (Prawirohardjo, 1999). Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda yang lain. Untuk menegakkan diagnosis pre-eklamsi, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mm Hg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mm Hg maka diagnosis hipertensi dapat ditegakkan. (Manuaba, 1995). Edema ialah penimbunan cairan secara umum yang berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan. (Manuaba 1995). Proteinuria merupakan komplikasi lanjutan dari hipertensi dalam kehamilan, dengan kerusakan ginjal sehingga beberapa bentuk protein lolos dalam urine. Normal terdapat sejumlah protein dalam urine, tetapi tidak melebihi 0,3 gr dalam 24 jam. Proteinuria menunjukkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan lanjut sehingga memerlukan perhatian dan penanganan segera. (Manuaba, 1995) 1.7
Landasan Teori Kurangnya pengetahuan mengenai waktu yang aman untuk melakukan
hubungan
seksual
mengakibatkan
kehamilan
remaja.
Kehamilan
telah
menimbulkan posisi remaja dalam posisi yang salah dan memberikan tekanan batin yang disebabkan oleh beberapa faktor. Semakin derasnya arus informasi yang dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja, terutama di daerah perkotaan, yang mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah,
15
dimana pada akhirnya memberikan dampak pada terjadinya penyakit hubungan seks dan kehamilan diluar perkawinan pada remaja (Manuaba, 1998 dalam skripsi Kristiani, 2005) Kehamilan merupakan proses fisiologis yang normal pada seorang wanita. Salah satu cara untuk menunjang adanya kualitas sumberdaya manusia yang prima dan berkualitas adalah dengan melakukan perawatan kehamilan pada ibu hamil. Perawatan selama kehamilan sangatlah penting bagi ibu hamil sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu. Kunjungan prenatal reguler dimulai setelah ibu pertama kali terlambat menstruasi. Kunjungan perawatan kehamilan dilakukan secara rutin dan sistematis, yaitu kunjungan pertama dilakukan secara bulanan kemudian kunnjungan mingguan. SDKI 2002/2003 banyak ibu hamil yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah tidak melakukan perawatan kehamilan dikarenakan tidak memiliki biaya untuk membayar jasa tenaga kesehatan. Periode SDKI 2007, pemerintah meluncurkan program jaminan kesehatan dalam bentuk askeskin dengan harapan bahwa ibu hamil yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah dapat mengakses pelayanan kesehatan selama kehamilan. (Wardani, 2011). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ibu untuk melakukan perawatan kehamilan yaitu faktor lingkungan, faktor status orangtua remaja, faktor karakteristik remaja, dan faktor kondisi ekonomi orang tua.
1.8
Kerangka Pemikiran Pendidikan mencerminkan cara mereka bergaul dan mengambil keputusan
serta memecahkan suatu masalah. Remaja yang memiliki tingkat pendidikan rendah atau angka melek huruf yang rendah dapat mengakibatkan kesulitan dalam mendapatkan informasi. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku pada remaja untuk melakukan perawatan kehamilan. Orang tua juga harus ikut berperan dalam hal parawatan kehamilan pada anak remajanya, khususnya pada ibu yang lebih sering berperan untuk keperluan
16
anak remajanya. Pendidikan ibu juga mempengaruhi perilaku anak remaja untuk melakukan perawatan kehamilan. Seorang ibu seharusnya memberi perhatian lebih kepada anak remaja yang sedang hamil untuk menunjang sumberdaya yang berkualitas dan memiliki mental yang kuat. Status perkawinan orang tua mempengaruhi anak remajanya untuk berkeinginan melakukan perawatan kehamilan. Remaja yang memiliki orang tua broken home justru tidak ada gairah untuk melakukan perawatan kehamilan. Rasa tidak gairah ini karena remaja hamil tidak ada dukungan dari orang tuanya, sehingga rentan terhadap permasalahan kehamilan yang akan dialami. Status ekonomi keluarga menjadi problem remaja hamil dalam melakukan perawatan kehamilan. Orang tua yang memiliki pendapatan yang rendah menjadi kendala para remaja hamil yang ingin melakukan perawatan kehamilan. Perawatan kehamilan di sarana kesehatan membutuhkan biaya. Walaupun mengeluarkan biaya yang tidak sangat mahal untuk melakukan perawatan kehamilan, remaja hamil yang memiliki orang tua yang pendapatannya rendah dan jumlah anggota rumah tangga yang sangat banyak juga menjadi kendala dalam melakukan perawatan kehamilan. Sehingga remaja yang hamil hanya melakukan perawatan kehamilan alakadarnya saja menurut pengetahuannya saja tanpa adanya campur tangan dari petugas kesehatan. Akses kesehatan merupakan hal terpenting dalam perawatan kehamilan. Akses kesehatan yang jauh akan menjadi masalah bagi remaja yang hamil untuk melakukan perawatan kehamilan, sehingga akan terjadi permasalahan kehamilan yang akan ditakuti oleh remaja.
17
Karakteristik Remaja : 1. Umur. 2. Pendidikan Terakhir. 3. Kegiatan Utama. PERAWATAN KEHAMILAN 1. Penimbangan Berat Badan & Tinggi Badan 2. Pemberian Tetanus Toxoid 3. Pemeriksaan Tekanan Darah 4. Mengukur Tinggi Fundus Uteri. 5. Pemberian Pil Zat Besi.
Latar Belakang Orangtua : 1. Pendidikan Terakhir Ibu. 2. Status Pernikahan Orangtua. 3. Kondisi Ekonomi Orangtua.
Jarak Ke Fasilitas Kesehatan.
Gambar 1. 1 Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian
18
1.9
Hipotesis 1. a. Remaja yang berpendidikan tinggi memiliki perawatan kehamilan
yang
lebih
baik
dibandingkan
remaja
yang
berpendidikan rendah. b. Remaja yang berumur lebih tua cenderung memiliki perawatan kehamilan yang lebih baik dibandingkan remaja yang berumur muda. c. Remaja yang bekerja memiliki perawatan kehamilan yang lebih baik dibandingkan remaja yang tidak bekerja. 2. a. Remaja yang orang tuanya masih berstatus menikah memiliki perawatan kehamilan lebih baik dibandingkan remaja yang orang tuanya tidak berstatus menikah. b. Remaja yang orang tuanya memiliki kondisi ekonomi yang baik memiliki perawatan kehamilan lebih baik dibandingkan orang tua yang kondisi ekonominya buruk. c. Remaja yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan terakhir lebih
tinggi
memiliki
perawatan
kehamilan
lebih
baik
dibandingkan remaja yang memiliki ibu tingkat pendidikan rendah. 3. Remaja yang jarak rumahnya dekat dengan fasilitas kesehatan memiliki perawatan kehamilan yang baik dibanding remaja yang rumahnya jauh dari fasilitas kesehatan.
19