BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat membawa dampak yang besar pula pada setiap kehidupan manusia, tanpa terkecuali dalam dunia pendidikan. Seperti yang diketahui setiap orang saat ini sangat bergantung pada teknologi,
terutama
dengan
kehadiran
internet
yang
memudahkan setiap kegiatan manusia. Perubahan teknologi komputer dan internet saat ini, mampu mengubah cara pandang
dan
berpikir
secara
praktis
dan
efisien
pada
masyarakat khususnya dan dunia pada umumnya. Seperti apa yang diungkapkan oleh (Hegarty, dkk, 2003; Schnotz & Rasch, 2005; Pittman, 2013) bahwa pembelajaran yang menggunakan membuat
teknologi
kemampuan
ini
adalah
kognitif
pembelajaran
dapat
mengatur
yang dan
mengintegrasikan ilmu yang didapat secara efektif dan efisien. Pernyataan ini juga dikuatkan oleh Mayer (2001) yang menyatakan bahwa siswa menyerap pelajaran lebih banyak melalui gambar dan kata-kata daripada hanya dengan katakata saja (pembelajaran konvensional). Oleh karena itu, hampir
semua
mengoptimalkan
lembaga adanya
pendidikan
perubahan
ini,
dituntut sehingga
untuk setiap
lembaga pendidikan membangun program berbasis IT sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Hal di atas tidak dibarengi dengan implementasi yang baik
dari
lembaga
pendidikan
itu
sendiri.
Salah
satu
pembuktian dari hal di atas yaitu masih digunakannya metode pembelajaran yang konvensional seperti metode ceramah yang 1
sering dipraktekan oleh setiap pendidik. Metode ceramah membuat pembelajaran yang berlangsung terpusat pada guru (teacher oriented) yang berakibat pada menurunnya hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang digunakan sebaiknya menghasilkan proses pembelajaran yang terpusat pada siswa, di mana siswa diajarkan aktif dan lebih berperan. Salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran yang mempermudah siswa untuk berperan lebih aktif. Metode pembelajaran
yang
lebih
inovatif
dapat
merangsang
kemampuan siswa dalam menyerap materi dari pengajar sesuai dengan kecerdasan siswa. Setiap individu memiliki kecerdasan berbeda, seperti yang diungkapkan oleh Gardner (2010)
meliputi
kecerdasan
kecerdasan
spasial,
bermusik,
kecerdasan
kecerdasan
intrapersonal,
bahasa,
kecerdasan
kecerdasan
kinestetik,
kecerdasan
interpersonal, naturalistik,
logika,
kecerdasan
dan
kecerdasan
eksistensial. Salah satu media yang bisa dimanfaatkan untuk merangsang kecerdasan siswa adalah dengan penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran secara optimal. Hamalik
(1986)
menjelaskan
bahwa
dengan
memanfaatkan media pengajaran atau alat peraga dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, serta dapat memotivasi dan merangsang keinginan belajar siswa, bahkan dapat membawa efektifitasefektifitas psikologis terhadap siswa. Peranan media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely (dalam Laria, 2008) ada tiga keistimewaan yaitu: 1. Media
memiliki
kemampuan
untuk
menangkap,
menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian, 2
2. Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan keperluan, 3. Media
mempunyai
kemampuan
untuk
menampilkan
sesuatu objek atau kejadian yang mengandung makna. Media yang digunakan dalam proses belajar mengajar sudah banyak dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Akan tetapi media pembelajaran yang menggunakan audio visual jarang digunakan oleh para pendidik karena pendidik sendiri tidak dibekali oleh pengetahuan tentang media pembelajaran yang menggunakan audio dan visual. Padahal menurut Bagget (1984) bahwa pembelajaran yang melibatkan pendengaran dan penglihatan
akan
menjadi
lebih
relevan
terhadap
pembelajaran daripada hanya pendengaran atau penglihatan saja. Hal ini sesuai dengan prinsip Cognitive Theory of Multimedia Learning yang berasumsi pada dual channel. Media adobe flash ini diharapkan dapat memberikan solusi dan suasana baru yang menarik dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep. Penggunaan media pembelajaran audio visual diperlukan agar penyampaian materi tidak hanya dalam bentuk hafalan-hafalan, tetapi juga dapat menanamkan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Habaib (2009) yang berjudul “Efektifitas Penggunaan Media Pembelajaran Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Gerak Lurus (Studi Pada Siswa Kelas X MA YPPA Cipulus Wanayasa Purwakarta)” memberikan kesimpulan bahwa penggunaan media pembelajaran visual lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar Fisika materi Gerak Lurus di MA YPPA Cipulus Wanayasa.
3
Selain itu Fathurohman & Hamidy (2010) juga membuktikan
bahwa
ada
pengaruh
yang
signifikan
antara
ketersediaan fasilitas teknologi informasi, kemampuan dosen memanfaatkan teknologi informasi, dan keaktifan mahasiswa memanfaatkan teknologi informasi terhadap prestasi belajar mahasiswa FK Unimus (pada mata kuliah Parasitologi). Media pembelajaran saat ini juga sudah mengarah pada e-learning sebagai
usaha dalam mengembangkan proses
belajar mengajar. Maka pengembangan pendidikan menuju elearning juga merupakan suatu keharusan agar standar mutu pendidikan dapat ditingkatkan, karena e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria yaitu: 1. E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, 2. Pengiriman
sampai
ke
pengguna
terakhir
melalui
komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, 3. Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional (Rosenberg, 2001) Hal-hal di atas menunjukkan bahwa multimedia memiliki peranan tersendiri yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Sistem pengajaran on-line ini memungkinkan siswa untuk mengikuti pembelajaran tanpa harus bertatap muka dan bisa diakses dimana saja murid berada. Sehingga memberi kesempatan kepada siswa untuk bisa belajar secara 4
mandiri. Tavangarian dkk. (2004) mengungkapkan juga bahwa e-learning termasuk dalam model kontruktivisme yang tidak hanya
terstruktur
perpindahan
dari
tetapi
juga
pengalaman
menunjukkan pribadi
siswa
adanya menjadi
pengetahuan pribadi melalui proses pembelajaran. Dengan diawali kemandirian ini maka hasil pencapaian belajar siswa menjadi lebih maksimal. Di UKSW sudah dikembangkan model pembelajaran menggunakan e-learning sendiri yang dinamai dengan f-learn sejak tahun 2005. Karena menurut Sediyono (2012) UKSW memandang
perlu
untuk
mengembangkan
materi-materi
perkuliahannya secara on-line. Perkuliahan ini memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar tanpa mengenal batas ruang dan waktu yang memungkinkan siswa belajar secara lebih mandiri. Hasil observasi yang dilakukan sebelumnya didapati bahwa dari 666 siswa yang mengambil mata kuliah Bahasa Inggris Dasar (BID) 146 orang diantaranya adalah mahasiswa pengulang. Dari data ini dapat dilihat bahwa 22% mahasiswa yang terdaftar pada mata kuliah BID tidak mendapatkan nilai yang
cukup
memuaskan
dengan
model
pembelajaran
konvensional. Purcell (2010) menyatakan bahwa penggunaan teknologi sebagai
media
pembelajaran
semakin
meningkat
dalam
beberapa dekade ini, yang menjadi pembelajaran nomor 3 yang diminati dan berhasil meningkatkan hasil belajar remaja hingga 38%. Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan pada mata kuliah Bahasa Inggris Dasar (BID) kelas C dan I Mahasiswa FTI menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar siswa 5
dengan metode mengajar konvensional tidak mencapai nilai yang memuaskan yaitu hanya pada kisaran 56 dan 55 dari skala 100 yang berarti jika di abjadkan hanya akan mendapat nilai “CD”. Hasil tersebut tidak memenuhi harapan nilai minimum yang ditentukan oleh Koordinator Mata Kuliah Bahasa Inggris Dasar yaitu 70 yang jika diabjadkan B. Selain itu, menurut wawancara dengan beberapa mahasiswa didapati bahwa buruknya nilai siswa dikarenakan kurang menariknya mata kuliah Bahasa Inggris jika dibandingkan mata kuliah lain yang tidak dilakukan hanya dengan ceramah saja. Maka disini dilakukan studi Cognitive Theory of Multimedia Learning untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa dengan disajikan menggunakan bantuan adobe flash & flearn. 1.2 Rumusan Masalah Apakah komponen-komponen Cognitive Theory of Multimedia Learning dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris mahasiswa FTI UKSW? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa komponenkomponen Cognitive Theory of Multimedia Learning dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris mahasiswa FTI UKSW. Penggunaan komponen-komponen Cognitive Theory of Multimedia Learning (word, picture) disajikan dengan bantuan adobe flash & e-learning UKSW (flearn). 1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis Apabila studi Cognitive Theory of Multimedia Learning menggunakan bantuan media pembelajaran flearn dan adobe flash ini mampu meningkatkan hasil belajar bahasa 6
Inggris pada mahasiswa FTI, maka para pengajar bisa mempertimbangkan untuk menggunakan media pembelajaran (flearn dan adobe flash) yang bisa menstimuli kognitif siswa yang mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Bahasa Inggris Dasar. Sehingga para pengajar di UKSW bisa memanfaatkan flearn yang sudah tersedia di UKSW dengan optimal serta menggunakan media pembelajaran yang bisa menstimuli komponen-komponen CTML. b. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini akan memperkuat teori CTML yang fokus pada 3 asumsi dasar yang menstimuli komponenkomponen utama dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan melalui penggunaan bantuan media pembelajaran flearn dan adobe flash yang mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa FTI pada mata kuliah BID.
7