BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota-
kota di Indonesia termasuk kota Bandung. Penanganan dan pengendalian permasalahan persampahan di Kota Bandung menjadi semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun komposisi dari sampah sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan serta aktivitas penduduk kota Bandung. Masyarakat tidak mau berurusan terlalu dekat dengan sampah, padahal sudah dipastikan bahwa setiap hari mereka akan selalu menghasilkan sampah. Mereka berharap kegiatan sehari-hari mereka bisa terhindar dari sampah dan komponen-komponennya, seperti TPS maupun truk pengangkut sampah. Hal tersebut memang tidak bisa dihindari sebab sampah sendiri sampai saat ini banyak memiliki dampak negatif. Selain bau, sampah juga dapat menimbulkan penyakit seperti diare, belum lagi cairan lychet yang dihasilkan serta bahaya dari kandungan beberapa jenis sampah yang bisa mengancam jiwa manusia. Permasalahan persampahan di Kota Bandung mulai dapat terlihat dan dirasakan saat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, yang selama ini menjadi TPA utama Kota Bandung, mengalami bencana longsor. Dalam waktu beberapa hari, bahkan beberapa minggu terjadi penumpukan sampah di seluruh Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang ada di Kota Bandung. Berbagai cara telah dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk menangani masalah yang sangat serius ini. Akhirnya didapatkan TPA pengganti sementara di Sarimukti. Untuk penanganan pengolahan sampah lebih lanjut, ke depannya Pemkot Bandung memilih untuk menggunakan suatu teknologi baru yang memanfaatkan sampah untuk menghasilkan energi listrik. Teknologi tersebut dinamakan ‘waste to energy’. Pemkot Bandung berencana membuat pabrik pengolahan sampah yang menghasilkan listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah / PLTS) tersebut di Desa Mekarmulya, Kecamatan Rancasari, Wilayah Pembangunan Gedebage, seluas 20 hektar. Pemerintah Kota Bandung menyerahkan dana investasi kepada PT Bandung Raya Indah Lestari (BRIL) untuk membangun PLTS. Staf Ahli Wakil Rektor Bidang Komunikasi Internal ITB, Drs. Sugiarto mengatakan bahwa PLTS bisa menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk menanggulangi permasalahan di Kota Bandung, dan wilayah Gedebage merupakan lokasi
1
yang tepat. Pemkot Bandung menghadapi masalah penting karena masa kontrak penggunaan TPA Sarimukti sudah hampir mencapai batasnya, yaitu tahun 2009. Jika sampai tahun 2009 Pemkot Bandung belum menemukan tempat lain sebagai TPA, akan timbul penumpukan sampah di berbagai TPS yang tersebar. Keberadaan PLTS ini tentunya akan mempengaruhi kondisi pengelolaan persampahan di Kota Bandung. Yang paling terpengaruh tentunya adalah sisi pengangkutan. Pada awalnya truk-truk ini akan bergerak dari setiap TPS menuju TPA, namun dengan adanya PLTS, maka rute pergerakan truk-truk tersebut akan berubah haluan menuju PLTS. Masalah pengangkutan sampah ini mulai terjadi sejak tingkat rumah tangga, harus ada pengelolaan yang baik agar sampah dari sumber bisa terangkut hingga TPS. Di Kota Bandung kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sampah dari sumber hingga TPS menjadi tanggung jawab masyarakat yang dikoordinasikan oleh RT/RW, LKMD atau LSM secara swadaya dan swakelola. Sementara PD. Kebersihan Kota Bandung akan mulai melakukan kewajibannya untuk mengangkut sampah ke TPA setelah sampah terkumpul di TPS. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA di Kota Bandung sendiri saat ini tidak memiliki rencana dan aturan yang jelas, baik dari segi rute maupun waktu pengambilan sampah di setiap TPS. Hal ini menyebabkan gangguan terhadap kegiatan masyarakat Kota Bandung sendiri, salah satunya adalah gangguan lalu lintas. Kegiatan pengangkutan sampah dimulai pada sekitar pukul enam pagi, dimana sebagian besar masyarakat juga memulai aktivitasnya. Jam sibuk masyarakat saja telah menyebabkan kepadatan serta kemacetan di beberapa ruas jalan Kota Bandung, lalu ditambah dengan kegiatan pengangkut sampah maka hambatan yang terjadi di jalan-jalan Kota Bandung semakin besar. Memang tidak selalu menjadi kesalahan PD. Kebersihan, karena di beberapa lokasi, sampah yang dikumpulkan dari sumber baru selesai di kumpulkan di TPS pada jam-jam sibuk tersebut. Menjadi dilema tersendiri bagi PD. Kebersihan, jika mencoba menunda pengangkutan sampah dari TPS tersebut ada kemungkinan warga setempat melakukan protes. Namun jika tetap dilakukan pengangkutan sampah maka akan berdampak pada kemacetan lalu lintas. Selain itu PD. Kebersihan juga dihadapi oleh keterbatasan jumlah truk pengangkut sampah.
2
1.2
Rumusan Masalah Pemkot Bandung telah memilih untuk menggunakan suatu metode dalam
mengatasi permasalahan persampahan yang terjadi, berupa teknologi yang disebut ‘waste to energy’. Teknologi ini mengolah sampah menjadi energi listrik sehingga bisa dikatakan sebagai pembangkit listrik, PLTS. Namun keberadaan dari PLTS itu sendiri telah memberikan dampak dalam beberapa hal, salah satunya adalah terhadap pengangkutan sampah. Pengangkutan sampah di Kota Bandung sendiri mengalami beberapa masalah terutama dari segi waktu tempuh perjalanan. Saat ini truk pengangkut sampah memerlukan waktu rata-rata ritasi 4 jam per rit dalam jangka waktu dua belas jam, mulai pukul enam pagi sampai dengan pukul enam sore. Masalah lain dari pengangkutan sampah adalah jumlah truk pengangkut sampah yang jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah TPS yang ada. Permasalahan yang menjadi dasar studi ini adalah akan terjadinya perubahan rute truk pengangkut sampah apabila PLTS didirikan. Rute truk pengangkut sampah yang semula menghubungkan TPS dengan TPA harus berubah menjadi menghubungkan TPS dengan PLTS. Dibutuhkan banyak pertimbangan untuk menentukan rute ini agar pergerakan truk pengangkut sampah efektif dan efisien. Studi ini bermaksud untuk mengkaji rute truk pengangkut sampah saat ini dan syarat-syarat yang diperlukan untuk penentuan rute, sehingga bisa ditemukan rute baru yang bisa menghubungkan seluruh TPS di Kota Bandung dengan lokasi PLTS. Penentuan jadwal baru dari truk pengangkut sampah juga akan dilakukan karena adanya ketimpangan jumlah antara truk pengangkut sampah dan jumlah TPS. Adapun pertanyaan dari penelitian ini adalah bagaimana pergerakan truk pengangkut sampah dari TPS menuju PLTS agar semua sampah dapat terangkut serta mengurangi benturan antara pergerakan masyarakat dan truk pengangkut sampah?. Studi ini menjadi penting mengingat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembangunan PLTS ini bisa merupakan salah satu alternatif penyelesaian masalah persampahan yang cukup efektif di Kota Bandung.
1.3
Tujuan dan Sasaran Tujuan dari studi ini adalah menentukan rute baru truk pengangkut sampah dari
seluruh TPS di Kota Bandung menuju PLTS. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
3
a
Mengetahui syarat-syarat penentuan rute truk pengangkut sampah di Kota Bandung saat ini
b
Mengetahui syarat-syarat penentuan rute truk pengangkut sampah yang ideal bagi Kota Bandung
c
Mengetahui keunggulan serta kelemahan rute saat ini
d
Memberikan alternatif rute truk pengangkut sampah yang menghubungkan semua TPS dengan PLTS
1.4
Metodologi Penelitian Metode dalam penelitian ini meliputi ruang lingkup materi dan ruang lingkup
wilayah penelitian. Selain itu juga terdapat pendekatan studi, kerangka pemikiran, pengumpulan data dan analisis data.
1.4.1 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi yang akan dianalisis dibatasi pada proses pengangkutan dari TPS menuju TPA/PLTS atau sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh PD. Kebersihan Kota Bandung. Mengenai pengangkutan dari sumber ke TPS tidak termasuk dalam materi analisis. Hal yang perlu diperhatikan adalah syarat yang menjadi pertimbangan dalam menentukan rute truk pengangkut sampah, suplai dan demand terhadap truk pengangkut sampah serta kondisi jaringan jalan yang akan dilalui oleh truk pengangkut sampah.
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Studi Ruang lingkup wilayah studi yakni seluruh wilayah administrasi Kota Bandung setelah perluasan menurut PP No. 16 tahun 1987, yang terbagi atas 6 Wilayah Pengembangan (WP). Keenam WP tersebut meliputi WP Cibeunying, WP Bojonegara, WP Tegallega, WP Karees, WP Ujungberung, dan WP Gedebage. Selanjutnya Kota Bandung akan dibagi ke dalam 4 wilayah operasional sesuai dengan pembagian oleh PD. Kebersihan, yaitu : a
Wilayah Utara; Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sukasari, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Coblong, Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Cibeunying Kaler, dan Kecamatan Cibeunying Kidul.
4
b
Wilayah Barat; Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Bandung Kidul, Kecamatan Astana Anyar, Kecamatan Ciparay, Kecamatan Andir, dan Kecamatan Cicendo.
c
Wilayah Selatan: Kecamatan Sumur Bandung, Kecamatan Batununggal, Kecamatan Lengkong, Kecamatan Regol, Kecamatan Kiaracondong, dan Kecamatan Bandung Kidul.
d
Wilayah Timur; Kecamatan Cicadas, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan Ujungberung, Kecamatan Cibiru, Kecamatan Rancasari, dan Kecamatan Margacinta.
1.5
Pendekatan Studi Pendekatan studi yang dimaksud adalah penggambaran langkah-langkah dalam
proses pengerjaan studi, sebenarnya adalah penjabaran langkah-langkah untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Berikut proses pendekatan yang dilakukan : a Mengetahui syarat-syarat yang diperlukan untuk penentuan rute truk pengangkut sampah. Syarat-syarat ini dicari melalui survei kepada instansi terkait, PD. Kebersihan Kota Bandung, dan menjadi sesuatu yang penting sebab akan digunakan sebagai standard dalam melakukan analisis. b Mengetahui syarat-syarat penentuan rute truk pengangkut sampah yang ideal bagi Kota Bandung. Setelah menganalisis syarat-syarat yang dimiliki Kota Bandung, maka akan terlihat keunggulan dan kelemahannya. Berdasarkan literatur dan syarat yang sudah ada, maka syarat yang lebih baik bisa diperoleh dengan mempertahankan keunggulan dari syarat yang telah ada serta menghilangkan atau merubah beberapa kelemahannya. Syarat yang ideal ini nantinya akan dipakai dalam penentuan jadwal dan alternatif rute truk pengangkut sampah yang baru. c Mengetahui keunggulan serta kelemahan rute saat ini. Didapat melalui analisis terhadap rute yang telah ada saat ini. Dalam melakukan analsis ini syarat-syarat yang diperlukan dalam penentuan rute akan dijadikan standard. Rute truk pengangkut sampah akan dibandingkan syarat-syarat yang ideal serta kondisi jalan - jarak dan tingkat pelayanan jalan. Di dalamnya juga akan terdapat analisis terhadap jadwal yang dilihat berdasarkan pergerakan truk pengangkut sampah yang dilaksanakan saat ini dan karakteristik TPS. Hasil dari analisis tersebut akan
5
berguna sebagai masukan dalam menentukan alternatif rute truk pengangkut sampah yang baru. d Memberikan alternatif rute truk pengangkut sampah yang menghubungkan semua TPS dengan PLTS. Pembuatan alternatif rute baru ini didasarkan kepada syaratsyarat penentuan rute truk pengangkut sampah yang lebih baik bagi Kota Bandung serta kondisi jaringan jalan yang akan dilalui oleh truk pengangkut sampah.. Untuk penentuan jadwal didasarkan pada karakteristik TPS, demand terhadap truk pengangkut sampah, serta suplai dari truk pengangkut sampah itu sendiri. e Memberikan kesimpulan dan rekomendasi berkaitan dengan penentuan rute truk sampah yang baru serta saran studi lebih lanjut.
1.6
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui 2 macam cara, yaitu :
•
Survei Data Primer Survei data primer dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pihak PD. Kebersihan Kota Bandung mengenai pelayanan prasarana persampahan. Wawancara bersifat terbuka dengan maksud mengetahui pengelolaan sampah di Kota Bandung. Tidak hanya untuk mengetahui pengelolaan sampah, survei primer ini juga dilakukan untuk mengetahui syarat-syarat penentuan rute truk pengangkut sampah di Kota Bandung.
•
Survei Data Sekunder Survei data sekunder dilakukan dengan melakukan studi literatur yang berasal dari artikel, jurnal, tugas akhir dan tesis dari perpustakaan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITB serta Teknik Lingkungan ITB, RTRW Kota Bandung tahun 2003-2013, dan berbagai sumber lainnya. Studi literatur bertujuan mencari data dan informasi teoritis mengenai definisi, jenis, dan sumber sampah, serta mengenai pengelolaan persampahan dan standar lain yang tidak dapat diperoleh dari survey primer. Pada saat melakukan survei data sekunder ini juga dilakukan pencarian terhadap peta persebaran TPS di Kota Bandung tahun terbaru. Sementara kebutuhan data-data pendukung lainnya akan dicari pada dinas atau badan yang terkait.
6
1.7
Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan studi ini adalah sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan studi secara umum meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, metodologi penelitian, pendekatan studi, pengumpulan data, dan sistematika pembahasan. BAB 2 TEORI DASAR
Bab ini menjelaskan ulasan tentang teori-teori atau kajian literatur yang berhubungan dengan persampahan dan sistem pengangkutannya. Di dalamnya juga terdapat teori mengenai jalan dan pemilihan rute untuk digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. BAB 3 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA BANDUNG
Bab ini memaparkan gambaran umum PD. Kebersihan Kota Bandung, terdapat sejarah singkat mengenai perubahan dari sistem pembuangan ke TPA menjadi pengolahan di PLTS, serta kondisi pengangkutan sampah. BAB 4 ANALISIS
Bab ini menjelaskan hasil analisis yang diperoleh dari pengolahan data survei primer dan sekunder. Didalamnya terdapat analisis syarat-syarat penentuan rute truk pengangkut sampah, analisis rute dan jadwal saat ini serta alternatif rute dan jadwal truk pengangkut sampah yang baru. BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini berisi temuan studi yang diperoleh setelah melakukan analisis. Diberikan pula kesimpulan dan rekomendasi yang berkenaan dengan hasil studi, serta dilengkapi dengan kelemahan dari studi yang dilakukan dan saran untuk studi lebih lanjut.
7
GAMBAR 1.1 KERANGKA PEMIKIRAN
Masalah Persampahan
Masalah Tempat Pembuangan Akhir
Pembangunan PLTS
Masalah Pengangkutan Sampah dari TPS ke TPA Latar Belakang
Implikasi Terhadap Rute Truk Pengangkut Sampah
Masalah
Menemukan Rute Baru Truk Pengangkut Sampah
Syarat-syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Kota Bandung
Rute Truk Pengangkut Sampah Kota Bandung Saat Ini
Tujuan
Kondisi Jalan - Jarak - LOS
Syarat-syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Ideal
Suplai Truk -Jumlah Truk -Kapasitas Truk Karakteristik TPS -Volume Sampah -Lokasi TPS
Literatur
Rute Baru Truk Pengangkut Sampah Sesuai Dengan Lokasi PLTS
Kesimpulan dan Rekomendasi
Pendekatan dan Metode
Kesimpulan dan Rekomendasi
8