BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Latar Belakang Proyek Indonesia memiliki beragam cabang olahraga, ada olahraga yang membutuhkan kerjasama tim dan ada pula yang hanya mengandalkan kekuatan individu. Setiap cabang olahraga memiliki kesempatan berkompetisi untuk menguji ketangkasan para atlet dalam memainkan perannya sebagai atlet nasional. Berbagai kompetisi diikuti oleh atlet nasional, baik kompetisi nasional sampai kompetisi internasional, diantaranya Sea Games, Olympiade, PON, dan sebagainya. Event kompetisi yang akan berlangsung di Indonesia yaitu event kompetisi periode 2 tahunan yakni Sea Games yang akan dilaksanakan di Jakarta dan Palembang pada tanggal 11-25 November 2011. Sebelum mengikuti kompetisi, para atlet dibina dan dilatih untuk memiliki ketahanan fisik dan mental dalam menghadapi kompetisi baik dalam waktu dekat maupun masa pertandingan yang akan datang. Dalam rangka mengefektifitaskan waktu yang digunakan oleh atlet dalam berlatih dan meningkatkan prestasi atlet maka timbul kebutuhan hunian yang berada dekat dengan lokasi pelatihan. Menpora Andi Malarangeng (Kompas,
2010)
mengemukakan
untuk
mendirikan
sebuah
komplek
perkampungan atlet atau disebut juga dengan wisma atlet serta lengkap dengan fasilitas olahraga yang sesuai dengan idealisme komplek olahraga Senayan. Komplek olahraga senayan merupakan sarana berlatih bagi atlet nasional yang dipersiapkan untuk mengikuti kompetisi nasional dan internasional. Berbagai macam lapangan maupun hall telah dipersiapkan dengan sangat baik dan teratur dari pemerintah khususnya pengelola Gelora Senayan. Selain sarana olahraga yang lengkap, pengelola Gelora juga telah menyiapkan sebuah kawasan penginapan untuk atlet yang akan mengikuti pelatihan di komplek Gelora Senayan, penginapan tersebut dinamakan Wisma Fajar.
1
Pemerintah mendirikan 8 buah wisma atlet di Jakarta. Wisma atlet tidak hanya diperuntukkan bagi atlet binaan, wisma tersebut dapat pula digunakan untuk umum seperti keluarga atlet yang ingin menginap, atau bahkan pelatih tamu yang didatangkan dari luar kota/negeri. Berdasarkan Perda no. 1, tahun 2006 tentang Retribusi Daerah, wisma atlet yang menyebar di Jakarta diantaranya: •
Wisma Fajar
•
Wisma Atlet Bulungan
•
Wisma Atlet Ragunan
•
Wisma Atlet Rawamangun
•
Wisma Atlet Bahtera Jaya
•
Wisma Atlet Cendrawasih
•
Wisma Atlet Kebon Jahe
•
Wisma Atlet Radin Inten
Dari semua wisma atlet yang didirikan oleh pemerintah, hanya wisma fajar saja yang tidak lagi digunakan bagi atlet karena kondisi bangunan yang tidak lagi nyaman untuk dihuni. Menurut pengelola wisma fajar, fungsi awal dari wisma tersebut yaitu sebagai mess karyawan Singapura yang bekerja di Jakarta, pada tahun 1980. Namun sejak pengelola bangunan tersebut berpindah tangan kepada pihak Gelora maka wisma tersebut dialih fungsi sebagai wisma atlet. Dikarenakan fungsi utama wisma fajar adalah sebagai mess karyawan Singapura sehingga desain yang dibuat pun menyerupai apartemen, namun sejak tahun 1985-1995, wisma fajar beralih fungsi menjadi wisma/tempat tinggal bagi atlet pelatnas. Pada saat wisma fajar ditempati oleh atlet, 1 unitnya diisi sebanyak 15 atlet. Hanya ada 6 unit yang digunakan oleh atlet, sisanya disewakan untuk umum dan juga digunakan untuk kantor pengelola. Wisma fajar kini tidak lagi menjadi tempat tinggal atlet pelatnas, keseluruhannya disewakan untuk umum, bahkan 2 diantaranya telah disewa oleh sebuah kontraktor dan digunakan sebagai tempat tinggal bagi para pekerjanya dengan alasan bahwa lokasi proyek yang sedang ditangani oleh kontraktor tersebut tidak jauh dari wisma fajar. Gedung yang tersisa disewakan kepada masyarakat umum. Melihat kondisi wisma fajar yang memprihatinkan, atlet pun menginap di Hotel Athlete Century Park yang lokasinya berada di sebelah wisma fajar. Dari kondisi ini, pihak pengelola Gelora ternyata belum dapat menyediakan komplek perkampungan atlet yang dikhususkan bagi para atlet pelatnas.
2
Latar Belakang Topik/Tema Dalam usaha mewujudkan perubahan wisma atlet, hal yang patut diperhatikan berikutnya adalah perilaku atlet dalam memanfaatkan waktu istirahat didalam sebuah ruang/teritori. Seperti yang diungkapkan oleh Winston Churcill (1943), we shape our building and afterwards our building shape us. Perilaku dan arsitektur tidak dapat terpisahkan karena pada dasarnya arsitektur dapat membentuk karakter pengguna dan begitu pula sebaliknya, perilaku atau karakter manusia dapat membentuk suatu ruang arsitektur. Karakter dan perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik (Joyce M. Laurens, 2005). Performa atlet dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya jenis latihan dan pola istirahat. Terlebih lagi pada saat menjelang pertandingan, atlet cenderung stress dan cemas sehingga membutuhkan sarana atau ruang/teritori dengan tingkat privasi yang tinggi agar atlet dapat lebih relaks. Hal ini dikemukan oleh Agung Robianto dalam thesis-nya. Perilaku keseharian seorang atlet dapat dilihat dengan jelas karena kegiatan utamanya yaitu latihan agar dapat memenuhi syarat untuk maju berkompetisi. Haryanto Kandani (2010:333) mengemukakan bahwa, “Di tengahtengah kesibukan dan proses pencapaian yang terus mendorong kita untuk melakukan lebih banyak hal, terkadang ini dapat membuat kita lupa mengambil waktu untuk istirahat. Beristirahat kadang kala menjadi hal terbaik agar kita dapat berlari lebih jauh lagi”. Haryanto Kandani (2010) juga menambahkan dengan berlibur atau beristirahat tubuh akan lebih kuat dan segar untuk kembali beraktivitas. Istirahat juga berfungsi untuk memulihkan energi dan memberikan kesempatan pada tubuh untuk melakukan relaksasi sejenak. Sekuat apapun seorang atlet dalam berlatih yang melibatkan fisiknya pada waktunya atlet tersebut dapat merasakan lelah dan harus segera beristirahat. Berlibur atau beristirahat tidak harus dilakukan dengan pergi keluar kota atau ke taman-taman hiburan, berlibur dapat pula dilakukan dengan tidur ataupun dengan melakukan hobi lainnya seperti membaca, menonton televisi, dan bahkan bermain (Haryanto Kandani, 2010). Maka terbentuklah ruang-ruang arsitektur yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan atlet dalam beristirahat.
3
1.2
Maksud dan Tujuan Maksud dari perancangan bangunan wisma atlet di Senayan adalah: •
Menciptakan perkampungan atlet yang sesuai kebutuhan istirahat atlet
•
Merancang wisma yang ideal bagi atlet nasional
•
Menciptakan arsitektur bangunan yang fungsional dan indah
Tujuan dari perancangan bangunan wisma atlet di Senayan adalah:
1.3
•
Memenuhi kebutuhan sarana tempat tinggal bagi atlet nasional
•
Memberikan tempat beristirahat yang lengkap dengan sarana bagi atlet
•
Menjadikan wisma fajar sebagai bangunan yang fungsional
Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan dalam wisma atlet ini akan ditekankan pada topik athlete behaviour/perilaku atlet secara arsitektural sebagai dasar dalam perancangan wisma atlet serta pemanfaatan fungsinya sebagai wisma untuk beristirahat. Karya tulis ini juga membahas permasalahan dan solusi yang tepat mengenai kebutuhan ruang beristirahat bagi atlet. Kasus Proyek Perkembangan olahraga nasional cukup meningkat, hal ini dapat terlihat dari semakin banyaknya kompetisi yang digelar oleh berbagai cabang olahraga. Dalam menyambut kompetisi, atlet dipersiapkan untuk berlatih di stadion nasional Gelora Bung Karno. Demi kelancaran dan kemudahan bagi atlet nasional untuk berlatih serta beristirahat maka pemerintah menyiapkan wisma yang diperuntukkan bagi atlet yang mengikuti masa pelatihan. Wisma tersebut berdekatan dengan lokasi pelatihan atlet agar dapat memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk berlatih, namun seiring berjalannya waktu wisma atlet tersebut pun menjadi tidak terawat dan tidak lagi memenuhi kriteria baik untuk ditempati oleh atlet nasional, hal ini diketahui berdasarkan sumber data serta literature mengenai wisma atlet. Wisma atlet nasional di Senayan, Jakarta yang diberi nama Wisma Fajar tersebut perlu ditinjau ulang dari segi arsitekturnya dengan dirancang ulang karena selain bangunannya yang sudah tidak terawat, wisma tersebut pun tidak lagi layak untuk bersaing dengan wisma atlet lain baik wisma atlet di Indonesia
4
maupun di mancanegara karena kurangnya fasilitas penunjang seperti yang ada di wisma lainnya serta tidak memenuhi standar internasional. Perancangan ulang dimaksudkan agar wisma menjadi layak dan dapat digunakan untuk kepentingan tempat tinggal atlet selama masa pelatihan untuk mempersiapkan diri berkompetisi, baik dalam kompetisi nasional maupun internasional yang akan digelar.
Pemilik Proyek Pemilik proyek Wisma Fajar yaitu Sekretariat Negara Indonesia yang juga sebagai pemilik Gelora Bung Karno, Jakarta. Susunan badan pengelola terdiri dari unsur pemerintah dan Pemda DKI Jakarta.
Besaran Proyek Besaran proyek yang diajukan memiliki luas lahan sebesar 10.891 m2 dengan luas bangunan lantai dasar berdasarkan ketentuan KDB 20% yaitu sebesar 2.196,2 m2. Total luas seluruh bangunan berdasarkan KLB 2,5 yaitu sebesar 27.227,5 m2.
Lahan Tapak Berdasarkan RUTRK yang berlaku, lahan yang akan digunakan untuk Wisma Atlet seharusnya diperuntukkan sebagai Karya Utama Taman (Kut), sehingga hanya boleh dibangun bangunan sebesar 20% dari luas lahan.
Gambar 1.1 Ukuran Lahan Tapak
U
Sumber: Dinas Tata Kota Jakarta Pusat
5
Berikut ini adalah data lahan tapak yang diperoleh berdasarkan peraturan yang berlaku dalam RUTRK: •
Luas lahan
: ± 10.891 m2
•
Massa bangunan
: Tunggal
•
Jumlah lantai maksimal
: 24 lantai
•
KDB
: 20%
•
KLB
: 2,5
•
GSB
:
•
Utara
: 10 meter
Selatan
: 8 meter
Timur
: 0 meter
Barat
: 0 meter
Batas lahan
:
Utara
: Jalan Pintu Satu Senayan
Selatan
: Jalan Manila, Kebayoran Lama
Timur
: Hotel Athlete Century park
Barat
: Gedung KONI Pusat
Letak Proyek Proyek yang direncanakan, berada di Jalan Pintu 1, Senayan, Jakarta Pusat 10270. Kecamatan Tanah Abang, kelurahan Gelora. Indonesia. Proyek wisma atlet menempati lahan dari wisma fajar, tepatnya berada di dalam komplek gedung KONI Pusat dan berbatasan dengan Hotel Athlete Century Park serta berseberangan dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno yang menjadi tempat pelatihan dan arena kompetisi atlet nasional.
6
Gambar 1.2 Kawasan Gelora Bung Karno
Sumber: Dinas Tata Kota Jakarta Pusat
Gambar 1.3 Letak Proyek Wisma Atlet
Sumber: Dinas Tata Kota Jakarta Pusat
Topik Pada proyek wisma atlet di Senayan, topik yang diajukan adalah mengenai Athlete Behaviour (Perilaku Atlet).
Tema Tema yang diajukan pada perancangan proyek wisma atlet yaitu, merancang wisma atlet dengan konsep menerapkan pola perilaku istirahat atlet dengan memperhatikan privasi dan teritori.
7
1.4
Metodologi Penelitian 1.4.1
Desain dan Pendekatan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan kuesioner serta menerapkan teori yang mendukung perilaku istirahat atlet. Melalui penelitian deskriptif ini, penulis ingin mencari tahu lebih dalam mengenai perilaku atlet saat mengisi waktu istirahatnya dan ruangan yang digunakan oleh atlet untuk beristirahat.
Paradigma Penelitian
Gambar 1.4 Skema Paradigma Penelitian
Perilaku Istirahat Atlet
Kegiatan Harian Atlet Kegiatan Istirahat Atlet Faktor Lingkungan
Konsep Perancangan
Desain Wisma Atlet
Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di dalam suatu lingkungan terkontrol, yaitu hotel athlete century park. Pertimbangan dari pemilihan lokasi penelitian ini yaitu hotel century park merupakan tempat tinggal atlet pelatihan
8
nasional, sedangkan wisma fajar yang menjadi lokasi proyek sudah tidak difungsikan sebagai wisma atlet pelatnas.
Waktu Penelitian Penelitian dilakukan secara temporer pada tanggal 27 dan 28 Maret 2011. Penelitian dilakukan pada 1 hari kerja dan 1 hari libur, hal ini berguna untuk mengetahui bagaimana perilaku istirahat atlet pada hari biasa dan pada hari libur mereka.
1.4.2
Pemilihan Subyek Populasi Pada penelitian ini, populasi yang ditetapkan adalah atlet pelatnas dari cabang olahraga tertentu yang berlatih di kawasan Gelora Senayan. Berdasarkan data yang didapat, atlet yang berlatih di Senayan dan masih menempati hotel century park meliputi atlet dari cabang olahraga berregu dan individu.
Sampling dan Teknik Sampling Setelah populasi didapat, maka dapat diambil sampel untuk dilakukan penelitian. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhannya. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan proporsional sampel, dimana sampel diambil secara acak namun proporsional berdasarkan cabang olahraga ber-regu atau individu.
1.4.3
Pengumpulan Data Variabel Penelitian Pengumpulan data diawali dengan penentuan variabel penelitian, Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya, faktor usia, jenis kelamin, cabang olahraga, serta budaya atlet pelatnas.
9
Alat Pengumpulan Data Hal berikut yang harus dilakukan adalah penentuan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dibuat menggunakan skala pengukuran interval. Kuesioner berupa pertanyaan dan pernyataan yang ditujukan kepada atlet pelatnas mengenai fasilitas istirahat didalam wisma yang memperhatikan privasi dan teritori atlet.
Survey Lapangan Selain dari penyebaran kuesioner kepada atlet pelatnas Gelora Senayan, pengumpulan data didapat pula dari survey lapangan ke hotel athlete century park, wisma atlet ragunan dan wisma fajar. Survey lapangan mendapat hasil mengenai perbandingan ruang-ruang wisma yang ada sekarang sebagai bahan pertimbangan penambahan ruang atau bahkan pengurangan ruang bagi atlet.
1.4.4
Analisis Analisis perilaku istirahat atlet dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Seluruh data yang terkumpul melalui kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabel/diagram agar memudahkan pemahaman mengenai hasil analisis, serta dapat menjawab permasalahan yang timbul.
1.4.5
Interpretasi Penelitian Kegiatan interpretasi ini merupakan interpretasi tentang perilaku istirahat atlet pada umumnya. Kegiatan ini dilakukan secara langsung, maksudnya adalah peneliti terjun langsung ke lapangan dan mengamati perilaku atlet selama mereka beristirahat.
10
1.5
Metodologi Desain Metodologi desain wisma atlet menggunakan metode Broadbent, Design in Architecture, 1973, yaitu menggunakan 3 aspek pembahasan, diantaranya: Aspek Manusia (The Human System) Pemecahan masalah dengan menganalisa masalah yang berkaitan dengan perilaku manusia sebagai pemakai wisma atlet, dalam hal ini analisa mengenai kegiatan atlet pada saat istirahat. Serta bagaimana atlet menikmati waktu istirahatnya dengan baik.
Aspek Lingkungan (The Environment System) Menganalisa lingkungan disekitar wisma atlet seperti analisa ruang luar wisma atlet, dan analisa lainnya yang menyangkut lingkungan serta hubungannya dengan penempatan ruang-ruang dalam wisma terhadap ruang luar.
Aspek Bangunan (The Building System) Menganalisa fungsi bangunan sebagai wisma atlet serta hubungan antar ruangnya. Selain itu, menganalisa tata letak ruang-ruang dalam yang dibutuhkan bagi atlet untuk mengkualitaskan waktu istirahatnya.
1.6
Sistematika Pembahasan Penulisan karya tulis diawali dengan penentuan sistematika penulisan untuk memudahkan penulis melanjutkan karya tulis ini. Karya tulis ini dibagi menjadi beberapa bab, diantaranya: BAB I PENDAHULUAN Berisi mengenai gambaran umum proyek wisma atlet yang dijelaskan didalam latar belakang proyek dan latar belakang pemilihan topik/tema. Pada bab ini, disertai pula maksud dan tujuan tentang perancangan wisma atlet di Senayan. Lingkup pembahasan serta kerangka berpikir juga akan dijelaskan dalam bab ini.
11
BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI Berisi tinjauan umum mengenai definisi, klasifikasi bangunan seputar proyek yang diajukan yaitu wisma atlet. Membahas pula tinjauan khusus mengenai topik/tema yang dipilih yaitu athlete behavior/perilaku atlet khususnya pada saat istirahat sebagai pendekatan ke dalam desain wisma atlet. Pada bab ini, dijelaskan pula mengenai studi banding lapangan dan literature.
BAB III PERMASALAHAN Berisi tentang identifikasi permasalahan arsitektural yang ditinjau dari aspek manusia, aspek bangunan, dan aspek lingkungan.
BAB IV ANALISIS Berisi tentang pembahasan analisa dari permasalahan serta pendekatan pemecahan masalah yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diterapkan dalam metode Broadbent. Hasil analisis akan berupa solusi perancangan yang akan digunakan dalam tahap konsep perencanaan dan perancangan.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Pada bab ini, menjelaskan mengenai dasar-dasar perancangan wisma atlet yang menerapkan topik perilaku atlet, konsep perancangan yang merupakan kesimpulan dari analisis permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
12
1.7
Kerangka Berpikir JUDUL TUGAS AKHIR PERANCANGAN WISMA ATLET DI SENAYAN BERDASARKAN PERILAKU ISTIRAHAT ATLET
LATAR BELAKANG AKTUALITA a. Wisma atlet senayan yang bernama wisma fajar sudah tidak digunakan lagi sebagai wisma atlet b. Atlet membutuhkan tempat yang baik untuk istirahat URGENSI Perlunya perencanaan wisma atlet sebagai sarana tempat tinggal dan beristirahat para atlet pelatnas ORIGINALITAS Perencanaan dan perancangan ruang-ruang dalam wisma atlet di Senayan disesuaikan dengan kebutuhan atlet akan ruang pada saat beristirahat
MAKSUD dan TUJUAN Menciptakan wisma atlet yang lengkap dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh atlet untuk mengisi waktu istirahat
LANDASAN TEORI
TINJAUAN UMUM Wisma Atlet Wisma Atlet
E E
PERMASALAHAN Teritori Privasi
F
TINJAUAN KHUSUS Perilaku atlet Privasi Teritori
D B
ANALISIS
A
Analisa permasalahan berdasarkan aspek manusia, bangunan, dan lingkungan
C K
KONSEP PERANCANGAN Hasil dan kesimpulan dari analisis permasalahan
SKEMATIK DESAIN
PERANCANGAN
13