BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki berbagai
macam bentuk, baik berupa bentuk padat/es, cairan dan juga gas/uap air. Air sangat berguna bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup di bumi. Lebih dari 97% air yang ada di bumi merupakan air asin yang berasal dari lautan, sedangkan jumlah air tawar tidak lebih dari 1% dari keseluruhan air yang tersedia di bumi (Manning, 1987) Pentingnya air dalam kehidupan makhluk hidup pun telah dijelaskan di dalam surat An-Nazi’at (79) ayat 31-33 : “Ia memancarkan darinya mataairnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung di pancangkanNya dengan teguh. (semua itu) untuk kesenanganmu (manusia) dan untuk binatang-binatang ternakmu”. Tidak hanya tumbuhan, hewan dan manusia sangat membutuhkan air untuk hidup. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang didominasi oleh lautan dan terletak di daerah tropis, oleh karenanya hanya memiliki 2 musim, yaitu musim kemarau (kering) dan musim penghujan (basah). Saat musim kemarau beberapa daerah sangat sulit untuk mendapatkan air bersih hingga menyebabkan bencara kekeringan, saat musim kemarau tiba biasanya bencana kekeringan melanda di beberapa daerah yang pada musim penghujan pun tidak mudah mendapatkan air, sedangkan pada musim penghujan air begitu melimpah sehingga mampu mengenangi daerah yang rendah dan akhirnya terjadi banjir. Adanya bencana letusan Gunungapi Merapi yang pernah terjadi pada tahun 2006 dan tahun 2010 cukup mempengaruhi kondisi daerah tangkapan air yang berada di lereng Gunungapi Merapi. Berubahnya kondisi tangkapan air akibat letusan gunungapi tersebut mempengaruhi karakteristik akuifer di dalam tanah yang nantinya akan mempengaruhi kondisi mataair yang muncul ke permukaan. Selain akibat dari letusan gunungapi, kondisi akuifer dipengaruhi juga oleh perkembangan area terbangun. Di lain pihak pemenuhan kebutuhan manusia
1
akan air tidak dapat dikurangi, baik untuk kebutuhan domestik, pertanian, ternak, usaha dan hal lain yang menyangkut penggunaan air. Potensi air yang berada di daerah lereng gunungapi sangat besar, terutama yang bersumber dari mataair yang muncul secara alami akibat adanya morfologi tekuk lereng (break of slope) ataupun lereng yang terpotong. Keberadaan mataair di daerah pegunungan sangat berlimpah tanpa manusia mencari pun sebagian besar mataair keluar dengan sendirinya, salah satunya adalah pada kecamatan Turi, Kabupaten Sleman yang berada di selatan kaki Gunungapi Merapi. Mataair tersebut cukup menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan domestik penduduk sehari-hari, selain air yang berasal dari sumber air lainnya seperti sumur dan hujan. Faktor perubahan daerah tangkapan (recharge area berdampak pada penurunan potensi air mataair yang berada di daerah ini dengan sedikitnya presipitasi saat musim kemarau. Banyak kejadian berkurangnya jumlah air yang dikeluarkan (debit) bahkan parahnya lagi mataair tersebut sering menghilang saat musim kemarau, sedangkan kebutuhan akan air yang dibutuhkan oleh penduduk tidak dapat dikurangi, ditambah lagi pembangunan yang terus saja meningkat juga mempengaruhi peningkatan akan penggunaan air. Sebagian besar orang berpendapat bahwa “mataair itu merupakan sumber air yang paling baik”, namun kenyataannya di lapangan tidak seperti itu. Banyak sekali mataair yang ada di lapangan yang bermunculan hampir di setiap tempat yang berpotensi untuk keluarnya mataair, seperti pada daerah tekuk lereng, lereng yang terpotong tebing, pinggiran sungai yang belum atau tidak dapat dimanfaatkan oleh penduduk, baik itu karena lokasinya yang sulit untuk dijangkau ataupun debitnya yang dapat dikatakan kecil sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan penduduk. Hal lain yang mempengaruhi sebagian mataair yang keluar tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan penduduk walaupun secara kuantitas potensinya besar, karena terdapat indikasi kandungan besi (Fe) yang cukup tinggi ditandai oleh adanya bercak kekuningan di sekitar keluarnya air. Selain itu dengan terus meningkatnya kebutuhan akan lahan, terlebih lagi dalam hal sanitasi
2
lingkungan dan penggunaan lahan lain yang dapat mencemari air, seperti banyaknya kandang ternak, sawah-sawah, kebun salak yang lokasinya berada di sekitar keluarnya mataair. Hal ini menjadi pertanyaan bahwa air yang keluar dari mataair layak atau masih layak untuk dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Penelitian yang mempelajari potensi mataair di Indonesia masih sangat dibutuhkan, terutama kajian mengenai hubungan antara ketersediaan dan juga kebutuhan air. Latar belakang tersebut menjadikan penelitian ini sangat penting dilakukan, sehingga peneliti melakukan penelitian dengan judul “Kajian Ketersediaan dan Penggunaan Air dari Mataair untuk Kebutuhan Domestik di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman”.
1.2
Rumusan Masalah Kecamatan Turi merupakan salah satu kecamatan yang terletak di lereng
selatan Gunungapi Merapi yang memiliki potensi air terutama dari mataair yang banyak keluar hampir di seluruh tempat. Adanya fenomena perubahan recharge area yang terus terjadi, baik akibat dari letusan Gunungapi Merapi maupun karena perkembangan
pembangunan
terutama
di
Kecamatan
Turi
ini
akan
mempengaruhi potensi ketersediaan air yang juga berdampak pada berkurangnya potensi air yang dikeluarkan oleh mataair bahkan dapat menyebabkan menghilangnya mataair. Kebutuhan penduduk di sekitar lokasi penelitian akan air untuk pemenuhan kehidupan sehari-hari tidak dapat dikurangi walaupun ketersediaan airnya berkurang.
Hal ini dapat mengakibatkan permasalahan
pemenuhan kebutuhan air terutama kebutuhan domestik yang dibutuhkan oleh penduduk,
berdasarkan
latar
belakang
yang
telah
disampaikan,
maka
permasalahan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana potensi mataair yang berada di Kecamatan Turi ditinjau dari segi pengelolaan air, agihan keruangan, kuantitas air dan kualitas airnya? 2. Berapa besar kebutuhan penduduk akan air untuk pemenuhan kebutuhan domestik saat ini?
3
3. Bagaimana daya dukung mataair untuk memenuhi kebutuhan air domestik penduduk di Kecamatan Turi?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mempelajari pengelolaan air, agihan keruangan, kuantitas air dan kualitas air dari mataair yang dimanfaatkan oleh penduduk Kecamatan Turi. 2. Menghitung besarnya kebutuhan air khususnya untuk pemenuhan kebutuhan domestik saat ini. 3. Menganalisis daya dukung dari mataair untuk memenuhi kebutuhan air domestik penduduk di Kecamatan Turi.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Ilmu Geografi dalam
bidang airtanah terutama mataair, dan memberikan informasi kepada Pemerintah Daerah setempat mengenai kondisi ketersediaan air dan kebutuhan air di Kecamatan Turi Sleman saat ini untuk memprediksi ketercukupan air dari sumber mataair dimasa yang mendatang, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan Pemerintah Daerah setempat dalam mengelola dan
menggambil kebijakan
mengenai pengelolaan sumberdaya air terutama mataair.
1.5
Tinjauan Pustaka Dan Penelitian Sebelumnya
1.5.1 Tinjauan Pustaka a. Airtanah Siklus hidrologi secara alamiah dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 1.1, yaitu menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan bumi dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti tersebut, air
4
tersebut akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup lainnya. Air hujan yang sampai ke permukaan tanah ada yang menjadi aliran bawah tanah dan ada yang menjadi aliran permukaan. Aliran bawah tanah terjadi karena adanya infiltrasi, yaitu peristiwa meresapnya air ke dalam tanah. Air yang mengalami infiltrasi inilah yang nantinya akan menjadi sumber bagi air bawah tanah (groundwater) (Asdak, 1995) Air yang berada di zona jenuh di bawah permukaan tanah disebut airtanah. Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di planet bumi ini lebih dari 97% terdiri atas airtanah. Faktor permukaan tanah sangat mempengaruhi proses terbentuknya airtanah, begitu juga faktor geologi yang berperan dalam penyimpanan airtanah dalam jumlah besar pada formasi batuan,
Gambar 1.1 Proses perjalanan air dalam Siklus Hidrologi (Kodoatie & Sjarief, 2010) Airtanah yang tersimpan tersebut sering disebut dengan akuifer (aquifer). Akuifer dibedakan menjadi akuifer bebas (unconfined aquifer) dan akuifer tertekan (confined aquifer) (Asdak, 2007)
5
Gambar 1.2 Akuifer bebas dan akuifer tertekan (Asdak, 2007) Sumber utama airtanah merupakan air hujan yang meresap ke dalam tanah. Keberadaan airtanah suatu daerah tidak akan sama dengan daerah lainnya. Faktorfaktor yang mempengaruhi keberadaan airtanah di suatu daerah antara lain : besar kecilnya curah hujan, banyak sedikitnya vegetasi, kemiringan lereng, derajat kesarangan dan kelulusan batuan (Purnama, 2000)
b. Mataair Mataair (springs) adalah pemusatan pengeluaran air tanah yang muncul di permukaan tanah sebagai arus dari aliran air. Mataair berbeda dengan rembesan (seepage). Rembesan adalah mataair yang keluar secara perlahan-lahan dan menyebar pada permukaan tanah (Purnama, 2010), dalam penelitian ini, rembesan tidak termasuk ke dalam objek penelitian. Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan mataair dari segi kuantitas (jumlah debit yang dikeluarkan) dan kualitas airnya, yaitu tinggi rendahnya curah hujan wilayah, karakteristik hidrologi permukaan tanah (terutama permeabilitasnya), topografi, karakteristik hidrologi formasi akuifer dan struktur geologi (Toolman, 1937) 1. Curah hujan Curah hujan merupakan sumber utama airtanah. Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan mengalami proses infiltrasi dan menjadi air tanah
6
yang bergantung kepada kondisi geologi, tanah, topografi dan penggunaan lahannya. 2. Karakteristik hidrologi permukaan tanah (terutama permeabilitasnya) Jika permeabilitas tanah besar maka jumlah air yang masuk ke dalam tanah akan besar, sebaliknya jika permeabilitas tanah kecil maka air yang masuk ke dalam tanah pun kecil. 3. Topografi Kemiringan lereng akan berpengaruh pada keberadaan air suatu daerah. Kemiringan lereng yang curam akan lebih cepat mengalirkan air, sehingga kesempatan air hujan untuk meresap ke dalam tanah relatif kecil. Bila terdapat daerah dengan perubahan lereng yang curam, maka biasanya banyak terdapat mataair akibat lapisan airtanahnya terpotong. 4. Karakter hidrologi formasi akuifer Sifat hidrologi akuifer sangat berpengaruh terhadap pemunculan mataair, jika muka airtanah (water table) memotong permukaan tanah maka akan muncul mataair yang disebut mataair depresi. 5. Struktur geologi Pengaruh struktur geologi sangat besar dalam terbentuknya mataair. Daerah patahan sering dijumpai mataair karena terpotongnya lapisan akuifer akibat adanya aktivitas geologi atau tanah.
c. Klasifikasi Mataair Berdasarkan sifat pengalirannya, mataair dibedakan menjadi mataair menahun (perennial springs) yaitu mataair yang mengeluarkan air sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh curah hujan. Mataair musiman (intermitten springs) yaitu mataair yang mengeluarkan airnya pada musim-musim tertentu dan sangat tergantung pada curah hujan. Mataair periodic (periodic springs) yaitu mataair yang mengeluarkan airnya pada periode tertentu yang disebabkan oleh berkurangnya evapotranspirasi pada malam hari, perubahan tekanan udara, pasang surut dan pemanasan air oleh batuan (Purnama, 2010).
7
Menurut Meinzer dalam Todd (1980) mataair dapat dibedakan menurut debitnya. Pengkelasan debit mataair menurut Meinzer ini ditampilkan dalam Tabel 1.1 Tabel 1.1 Kelas Debit Menurut Meinzer Kelas
Debit (liter/detik)
I
≥ 10.000
II
1.000 ≤ x < 10.000
III
100 ≤ x < 1000
IV
10 ≤ x < 100
V
1 ≤ x <10
VI
0,1 ≤ x < 1
VII
0,01 ≤ x < 0,1
VIII
< 0,01
Sumber : Meinzer dalam Todd, 1980 Menurut Bryan dalam Todd (1980), ditinjau dari cara terjadinya, ada dua tenaga yang menyebabkan terjadinya pemunculan airtanah ke permukaan atau mataair, yaitu tenaga gravitasi dan non-gravitasi. Mataair yang terjadi karena tenaga non-gravitasi antara lain mataair volkanik (volcanic springs) dan mataair celah (fissure springs), yang biasanya merupakan mataair panas. Mataair dengan tenaga gravitasi dibedakan menjadi 5 tipe, yaitu : 1. Mataair cekungan (depression springs) yaitu mataair yang disebabkan oleh terpotongnya muka air tanah akibat perubahan lereng yang tajam. 2. Mataair kontak (contact springs) yaitu mataair yang muncul pada daerah kontak antara batuan lulus air dan kedap air. 3. Mataair artesis (artesian springs) yaitu mataair yang airnya berasal dari air tanah tertekan. 4. Mataair batuan kedap (impervious rock springs) yaitu mataair yang terjadi pada saluran atau retakan di batuan kedap. 5. Mataair retakan atau pipa (tubular or fracture springs) yaitu mataair yang terjadi dari pipa lava, pelarutan atau retakan batuan yang berhubungan dengan airtanah. 8
(1)
(2)
(3)
(4)
Gambar 1.3 Ilustrasi tipe-tipe mataair gravitasi. (1) mataair cekungan, (2) mataair kontak, (3) mataair artesis, (4) mataair pipa pelarutan (Todd, 1980)
d. Kualitas Air dari Mataair Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air (Effendi, 2003). Karakteristik kualitas air permukaan dan airtanah terkadang sangat berbeda. Saat infiltrasi ke dalam tanah, air permukaan mengalami kontak dengan mineral-mineral yang terdapat di dalam tanah dan melarutkannya, sehingga kualitas airnya mengalami perubahan karena terjadi reaksi kimia. Kadar O2 dalam air yang masuk ke dalam tanah menurun, digantikan oleh CO2 yang berasal dari aktivitas biologis di tanah pucuk (top soil). Airtanah yang berasal dari lapisan deposit pasir memiliki kandungan CO 2 tinggi dan kandungan bahan terlarut (total dissolved solid/TDS) rendah. Airtanah umumnya memiliki kandungan besi relative tinggi. Jika airtanah mengalami
9
kontak dengan udara dan mengalami oksigenasi, ion ferri hidroksida [Fe(OH)3] yang banyak terdapat di dalam airtanah akan teroksidasi menjadi ion ferro, dan segera mengalami presipitasi (pengendapan) dan membentuk warna kemerahan pada air, hal ini sering terdapat pada mataair. Tabel 1.2. Beberapa Jenis Airtanah dan Kandungan Ion Utama Jenis Airtanah Parameter Kimia 1. Na+ (mg/liter)
Magmatic Rock 5-15
3-30
Carbonate Rock 2-100
2. K+ (mg/liter)
0,2-1.5
0,2-5
Hingga 1
5-10
Hingga 100
3. Ca+ (mg/liter)
4-30
5-40
40-90
Hingga 100
Hingga 1000
4. Mg (mg/liter)
2-6
0-30
10-50
Hingga 70
Hingga 1000
5. Fe+ (mg/liter)
Hingga 3
0,1-5
Hingga 0,1
Hingga 0,1
Hingga 2
6. Cl- (mg/liter)
3-30
5-20
5-15
10-50
Hingga 1000
7. NO3- (mg/liter)
0,5-5
0,5-10
1-20
10-40
Hingga 1000
8. HCO3- (mg/liter)
10-60
2-25
150-300
50-200
Hingga 1000
9. SO4- (mg/liter)
1-20
10-30
5-50
Hingga 100
Hingga 1000
10. SiO3- (mg/liter)
Hingga 40
10-20
3-8
10-30
Hingga 30
+
Sandstone
Gypsum
Rock Salt
10-40
Hingga 1000
Sumber : Rump dan Krist, 1992 dalam Effendi, 2003
e. Baku Mutu Air Menurut Peraturan Gubernur DIY No.20 Tahun 2008 tentang baku mutu air yaitu merupakan ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Baku mutu air dibagi menjadi 4 kelas, yaitu : 1. Kelas 1, yaitu air yang diperuntukkan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu air sama dengan kegiatan tersebut. 2. Kelas 2, yaitu air yang diperuntukkan untuk prasarana atau sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk tanaman, dan atau
10
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut. 3. Kelas 3, yaitu air yang diperuntukkan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut. 4. Kelas 4, yaitu air yang diperuntukkan untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut.
f. Ketersediaan dan Kebutuhan Air Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Kuantitas air adalah seberapa besar atau jumlah air yang dikeluarkan mataair dalam liter per detik. Ditinjau dari segi jumlah atau kuantitas air yang dibutuhkan manusia, kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusa dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya dalam Karsidi, 1999 :18). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga menurut Sunjaya (1999) adalah : a. Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter/orang/hari. b. Kebutuhan air untuk mandi dan membersihkan diri 25-30 liter/orang/hari. c. Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25-30 liter/orang/hari. d. Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4-5 liter/orang/hari. Banyak pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga berlainan, selain pemakaian air yang tidak tetap banyak keperluan air bagi setiap orang atau setiap rumah
tangga masih tergantung dari beberapa faktor diantaranya
pemakaian air di daerah panas akan lebih banyak daripada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah tangga seperti ingin rumah selalu bersih dengan mengepel dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya akan semakin banyak
11
menggunakan air serta pemakaian air di musim panas akan lebih banyak daripada di musim hujan. Menurut Sutikno (1981) kebutuhan domestik merupakan kebutuhan penduduk secara individu, apartemen, rumah dan untuk keperluan air minum, mandi, memasak, menyiram halaman dan untuk tujuan sanitasi. Menurut Sasongko (1985) banyaknya penggunaan air dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: 1. Iklim Penggunaan air di daerah beriklim hangat/kering akan lebih besar daripada daerah beriklim lembab/basah. 2. Masalah lingkungan Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap berlebihnya pemakaian sumberdaya alam, menyebabkan dikembangkannya teknologi modern untuk mengurangi pemakaian air di daerah pemukiman. 3. Ciri-ciri penduduk Besarnya pemakaian air juga ditentukan pula oleh status ekonomi penduduknya. Penduduk yang hidup di daerah perkotaan biasanya memakai lebih banyak air daripada penduduk di pedesaan. 4. Ukuran kota Semakin berkembangnya kota maka penggunaan airnya akan semakin besar juga, terutama untuk kebutuhan industri, hotel, perdagangan dan lain-lain. 5. Industri dan perdagangan Besar dan jenis industri akan berpengaruh pada jumlah air yang dibutuhkan untuk operasional kegiatan. 6. Kebutuhan konversi air Adanya program pendidikan yang efektif terhadap masyarakat mengenai betapa pentingnya menjaga ketersediaan air, diharapkan dapat membuat masyarakat menjadi hemat dalam menggunakan air. 7. Harga air (iuran air dan meteran) Bila harga air mahal, maka orang akan lebih menahan diri dalam memakai air.
12
1.5.2. Penelitian Sebelumnya Sumberdaya air saat ini sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan akan air untuk menunjang kehidupan manusia. Tidak semua sumberdaya air di bumi ini dapat dimanfaatkan oleh manusia, sebagian besar pemenuhan kebutuhan air ditunjang dari keberadaan airtanah sebagai sumber air tawar terbesar, salah satunya adalah mataair. Meningkatnya jumlah penduduk akibat pembangunan berefek kepada kebutuhan air yang semakin hari semakin meningkat pula, di sisi lain ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan tersebut tetap atau bahkan cenderung menurun dan dapat menjadi permasalahan. Oleh karena
itu
penelitian
mengenai
ketersediaan
airtanah
(mataair)
dan
pemanfaatannya telah banyak dilakukan dengan cara dan wilayah kajian yang berbeda-beda. Hidayah (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Potensi Mataair untuk Kebutuhan Air Minum Penduduk di Kawasan Karst Jonggrangan”. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah metode purposive sampling. Hasil penelitiannya berupa banyak ditemukannya mataair karst akibat ditemukannya retakan-retakan batuan, disajikan dalam bentuk peta persebaran mataair, peta debit mataair, peta kualitas air secara sifat fisik dan kimia, distribusi pemanfaatan mataair dan jumlah kebutuhan air penduduk. Indriyastuti (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Potensi Mataair untuk Kebutuhan Domestik di Kota Klaten Jawa Tengah”. Metode yang digunakan untuk penelitian yaitu survei lapangan, metode kuantitatif untuk perhitungan debit tipe mataair dan deskripsi pembagian debit mataair, kualitas fisik dan kimia dari hasil laboretorium yang menguji unsur mayor untuk air minum dan analisis kebutuhan air untuk domestik. Hasil penelitiannya berupa tipe mataair, ketersediaan air dari hasil uji kualitas air dan distribusi mataair, dan analisis kebutuhan air untuk domestik. Kusumastuti (2006) dalam penelitiannya mengenai “Studi Kualitas dan Kuantitas Mataair di Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Jawa Tengah”. Menggunakan metode penelitian yaitu survei (instansi dan lapangan), metode sensus untuk pengukuran kuantitas dan kualitas fisik, pengambilan sampel untuk
13
uji kualitas kimia dengan metode
purposive sampling dengan dasar litologi,
motode pengukuran debit dengan metode volumetrik. Hasil penelitian berupa tipe dan klasifikasi mataair dan identifikasi pengaruh kualitas dan kuantitas air. Novytasari (2006) dalam penelitiannya mengenai “Studi Kualitas dan Kuantitas Air pada Mataair di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei lapangan, metode pengambilan sampel kuantitas dan kualitas fisik secara sensus dan untuk kualitas kimia adalah purvosive random sampling method, metode pengukuran debit dengan metode apung, volumetrik dan sudden injection method. Hasil penelitiannya berupa pemetaan sebaran mataair beserta polanya yang tidak mengikuti springbelt dan penentuan kualitas debit dengan klasifikasi Meinzer dan uji kualitas air dengan unsur mayor. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya masing-masing memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. dapat lebih jelas melalui Tabel 1.3.
14
Tabel 1.3 Penelitian yang Telah Dilakukan Sebelumnya dan Pembanding Penelitian Peneliti Pembanding Judul Tahun
Bahan
Obyek Kajian
Tujuan
Hutami Hidayah
Ratna Indriyastuti
Potensi Mataair untuk Kebutuhan Air Minum Penduduk di Kawasan Karst Jonggrangan 2007 Peta RBI skala 1:25.000 Peta Geologi skala 1:100.000 Peta Tanah 1:250.000 Peta Persebaran Mataair
Mataair daerah karst
Mataair daerah vulkanik
Evaluasi Potensi Mataair untuk Kebutuhan Domestik di Kota Klaten Jawa Tengah 2004 Peta RBI 1:25.000 Peta Geologi 1:50.000 Peta Administrasi Peta Persebaran Mataair
1. Memetakan persebaran 1. Mengkaji debit, kualitas fisik mataair daerah penelitian dan kimia air, tipe mataair 2. Mengetahui tipe mataair di dan memperkirakan debit daerah penelitian minimum mataair 3. Mengetahui potensi mataair 2. Mengevaluasi dan memmeliputi kualitas fisik dan perkirakan potensi mataair kimia, dan biologi serta untuk kebutuhan domestik kuantitas mataair yang akan datang 4. Menghitung kebutuhan air 3. Mendeskripsikan pembagian minum penduduk serta debit mataair
Dian Dyah Kusumastuti
Dian Novytasari
Studi Kualitas dan Kuantitas Mataair di Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Jawa Tengah 2006 Peta RBI 1:25.000 tahun 2001 Peta Geologi skala 1:100.000 Contoh air mataair untuk analisis laboratorium Mataair daerah perbukitan struktural 1. Menggambarkan sebaran mataair serta mengklasifikasikan tipe mataair 2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi debit mataair serta kualitas mataair 3. Menganalisis kualitas meliputi kualitas sifat fisik dan sifat kimia unsur mayor 4. Mengevaluasi kualitas mataair
Studi Kualitas dan Kuantitas Air pada Mataair di Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah 2006 Peta RBI 1:25.000 Peta Geologi skala 1:100.000 Peta Tanah Digital Mataair daerah vulkanik 1. Mengidentifikasi keterdapatan mataair dalam bentuk mataair maupun rembesan 2. Mengetahui dan mengevaluasi kualitas dan kuantitas airnya 3. Mengetahui pola sebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas air mataair
15
Metode Penelitian
Hasil yang dicapai
mengetahui potensi mataair untuk air minum berdasarkan untuk pemenuhan standar baku mutu air kebutuhan air minum. Metode penelitian Metode penelitaian meng- Metode penelitian yaitu survei purposive sampling gunakan survei lapangan (instansi dan lapangan) Metode volumetrik untuk Metode kuantitatif untuk Pengukuran kuantitas, kualitas mengukur debit mengukur debit fisi dan pengamatan Kuisioner Analisis laboratorium karakteristik mataair dilakukan Analisis data untuk seluruh mataair Kurva massa ganda Pengambilan sampel uji kualitas kimia dengan purposive sampling method, dengan dasar litologi Pengukuran debit dengan metode volumetrik Penyajian data dengan analisa spasial, deskriptif dan komparatif Tipe mataair bersifat 14 mataair normal dan 1 perennial mataair panas Kualitas air termasuk Tipe mataair bersifat perennial golongan A dengan pengaruh gravitasi Analisis perbandingan Perbandingan ion kimia air antara kebutuhan dan relatif kecil
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei Metode pengambilan sampel kuantitas dan kualitas fisik dengan sensus dan purposive random sampling Metode pengukuran debit dengan metode apung, volumetrik dan sudden injection Metode penyajian data analisa grafik berupa diagram pie, deskriptif dan komparatif 13 mataair dan 11 rembesan Secara umum kandungan kimia relatif masih kecil, kualitas air baik dengan beberapa mataair mengandung Fe cukup tinggi
16
ketersediaan air secara Besar kelas debit mataair domestik tergolong kelas V hingga VIII Deskripsi pembagian Kualitas air secara umum masih baik Kualitas dan kuantitas air mataair sangat dipengaruhi oleh faktor litologi dan jenis batuan
Kelas debit mataair tergolong kelas III hingga VII Mataair sebagian besar termasuk jenis mataair cekungan, tipe aliran perennial, pola sebaran mataair acak dan kualitas air mataair dipengaruhi jenis batuan
17
1.6.
Kerangka Pemikiran Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dari atmosfer tidak seluruhnya
mengalir menjadi aliran permukaan (run off) pada saluran, sungai, atau waduk/danau, namun ada yang meresap masuk ke dalam tanah dan menjadi aliran airtanah. Air yang tersimpan di dalam tanah temasuk akuifer sangat terpengaruh dengan jenis permukaan tanah dalam pembentukan airtanah dan juga struktur geologi yang berpengaruh dalam besarnya airtanah yang dapat tersimpan. Airtanah yang memusat keluar ke permukaan tanah sering disebut dengan mataair. Pemunculan mataair sangat terpengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya curah hujan, karakteristik hidrologi permukaan tanah (permeabilitas), topografi, karakter hidrologi formasi akuifer, dan struktur geologi. Kemunculan mataair dapat disebabkan oleh tenaga gravitasi dan non gravitasi, faktor gravitasi diantaranya disebabkan oleh adanya kontrol geologi seperti kekar dan sesar pada daerah yang memiliki batuan masif yang menyebabkan sebuah retakan, atau dikarenakan perubahan topografi yang tegas yang memotong muka airtanah (water table) yang memungkinkan airtanah muncul ke permukaan tanah. Keberadaan mataair banyak dimanfaatkan penduduk untuk keperluan pemenuhan kehidupan sehari-hari, salah satunya untuk keperluan domestik. Tidak semua mataair dapat dimanfaatkan, mataair harus memenuhi syarat dari segi kuantitas dan juga kualitasnya, sesuai dengan baku mutu air yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat. Kondisi kuantitas dan kualitas air di setiap daerah sangat berbeda, hal ini disebabkan oleh karena pengaruh faktor seperti iklim, faktor permukaan tanah (permeabilitas) penggunaan lahan, litologi, topografi, luasan area imbuh dan waktu. Meningkatnya jumlah penduduk berimbas pada kebutuhan air yang akan dibutuhkan penduduk untuk memenuhi kehidupannya yaitu akan terjadi peningkatan kebutuhan air, di sisi lain potensi air mataair akan tetap atau bahkan berkurang karena perubahan iklim. Kerangka pemikiran ini kemudian disajikan secara sistematis dalam Gambar 1.4
18
Hujan
Infiltrasi
Airtanah
Evapotranspirasi
Run off
Akuifer
karakteristik hidrologi permukaan tanah (permeabilitas); topografi; karakter hidrologi formasi akuifer; dan struktur geologi Mataair Iklim; faktor permukaan tanah (permeabilitas); penggunaan lahan; litologi; topografi; luasan area imbuh dan waktu Penduduk Potensi air Kebutuhan air domestik
Peningkatan kebutuhan air
Kuantitas air Debit mataair
Baku mutu air
Kualitas air
Ketersediaan dan kebutuhan air Daya dukung mataair Gambar 1.4 Kerangka pemikiran penelitian
19