BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyakit Prosopagnosia pertama kali ditemukan pada tahun 1947 oleh Joachim Bodamer, dalam bahasa Inggris penyakit ini dinamakan face blindness atau “buta wajah” penyakit ini terjadi karena adanya kerusakan pada bagian kanan atau di bagian Fusiform Gyrus. Dengan kata lain, seorang penderita prosopagnosia tidak dapat mengidentifikasi wajah orang lain, teman, orang tua, suami, istri, anak, bahkan dirinya sendiri. Seperti kita melihat wajah yang sama mirip satu sama lain dan tidak ada perbedaannya. Penderita prosopagnosia mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mengenali seseorang, menurut dr.Tirta Susilo salah satu peneliti di Face Blind Research Center, para penderita ini bisa mengenali expresi seseorang, ada yang tidak bisa membedakan jenis kelamin, ada juga yang sama sekali tidak bisa mengenali expresi orang lain. Saat ini peneliti baru bisa menemukan dua penyebab dari penyakit ini yaitu faktor genetik dan kecelakaan yang menghantam otak kanan, stroke, koma yang berkepanjangan, dan tumor di bagian otak. Untuk itu diperlukan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat yang perancang tuju dengan melalui film pendek yang berjudul “SAMAR”. Film menurut UU 8/1992, adalah katya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandangan sampai pendengaran
yang dibuat
berdasarkan asas sinematorgrafi dengan direkam pada pota sluloid, pita video, piringan video, atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainya, dengan atau tanpa suara, yang dapat di pertunjukan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektonik, dan lainnya. Dalam film terdapat unsur sinematik yang salah satunya yaitu penataan suara. Bisa di ambil contohnya dalam film “The Curious Case Of Benjamin Button” dalam penataan suaranya menggunakan penggayaan klasik serta dalam film “The Pianist” penataan suara yang digunakan adalah gaya klasik. Perancang akan merencanakan dalam penataan suara dalam film yang akan dirancang.
1
Tata suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan suara atau bunyi pada suatu acara pertunjukan. Tata suara memainkan peranan yang sangat peting, dalam suatu pertunjukan langsung dan menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan. Dalam perancang ini sebagai penataan suara, perancang akan mengikuti konsep yang di inginkan sutradara yaitu monolog interior dan bergaya klasik. Dengan ini, sutradara menginginkan
gaya monolog interior dalam
penyutraadaraannya, begitu juga dengan tata suara akan menggunakan gaya klasik dalam film tersebut. Maka dari itu berdasarkan uraian diatas maka diperlukan penataan suara yang sesuai dengan konsep sutradara yaitu monolog interior. Sutradara merupakan profesi yang disandang oleh orang yang bertanggung jawab sepenuhnya secara professional dalam melaksanakan suatu produksi. Setelah perancang melakukan riset dengan keadaan yang sekarang, bahwa penderita prosopagnosia akan terkena mental, prilaku, dan emosi mereka menjadi memburuk, dengan begitu perancang akan melakukan pendekatan melalui psikologi kognitif, karena melihat dari tingkah laku mereka dalam bersosial. Setelah mendapatkan analisa perancang akan membuat film pendek yang mengangkat penyakit prosopagnosia. Film pendek ini membutuhkan penata suara agar menambah suasana dramatis dan memperkuat mood. Penata suara di sini sangatlah penting, dalam sebuah film terdapat beberapa jenis dan fungsi suara yang digunakan, yaitu musik, dialog, dan efek suara. Fungsi musik dalam film terdapat beberapa bagian nyaitu musik karakter, musik suasana, musik ritme dalam film. Begitu juga dengan film bisu, karena film bisu menceritakan tokoh dan adegannya melalui musik ilustrasi. Di sebuah film terdapat penataan suara yaitu dialog, dialog adalah suara yang keluar dari tokoh atau pemain film, dialog di sini juga sangatlah penting dalam film, dan dialog merupakan salah satu suara yang bisa dimengerti oleh penonton, dan yang terakhir adalah efek suara, efek suara ini berperan sebagai suara tambahan atau suara yang keluar dari beberapa benda yang menghasilkan bunyi, misal seperti suara menja, pintu, gelas, alat yang jatuh dari atas, bisa juga suara tambahan dari orang yang sedang mengobrol, seperti di kerumunan atau di tempat ramai seperti mall,
2
pameran, tempat festival dan lain sebagainya itu termasuk suara tambahan, di dalam buku himawan pratista efek suara disebut dengan noise. Sebuah film membutuhkan yang bertanggungjawab dalam hal penataan suara ini, menjadi seorang penata suara harus membuat konsep yang serupa dengan sutradara, maka dari itu seorang penata suara bekerja sama dengan sutradara untuk menghasilkan suasana yang diinginkan sesuai cerita. Untuk itu di sini perancang menfokuskan dalam perancangan ini sebagai penata suara yang bertujuan untuk memperkuat suasana yang di minta oleh seorang sutradara dalam beberapa adegan yang diinginkan, agar target khalayak yang perancang bisa merasakan kesedihan dalam cerita film pendek tersebut.
1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, perancang menuliskan identifikasi masalah sebagai berikut. - Kurangnya wawasan masyarakat mengenai prosopagnosia. - Banyak yang belum menyadari bila penderita prosopagnosia itu ada di sekitar kita. - Kurangnya manfaat media film pendek yang meningkatkan upaya kesadaran masyarakat dengan penataan suara yang bergaya klasik dan romantik - Pentingnya tata suara di dalam film 1.2.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. Bagaimana merancang tata suara dari film pendek SAMAR, agar memperkuat suasana dalam film dan menggugah minat kepedulian audience terhadap pengidap penyakit prosopagnosia? 1.2.3 Batasan Masalah Setelah perancang mengidentifikasi masalah diatas, maka agar pembahasan tidak terlalu meluas, perancang membatasi masalah yang akan kita bahas yaitu kurangnya media film pendek dengan bergaya musik
3
klasik dan romantik dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan kurangnya kesadaran masyarakat umum tentang penyakit prosopagnosia. Perancang akan berpersan di posisis penata suara. 1.2.4 Ruang Lingkup Masalah Dari identifikasi masalah yang sudah ada dan terarah, maka perancang membuat ruang lingkup masalah penelitian ini, dan ruang lingkup masalah tersebut adalah. -
Tata suara adalah penempatan suara pada sebuah film yang akan membangun suasana dalam film.
-
Di film pendek ini perancang berposisi di bagian tata suara
-
Perancangan akan di unggah setelah sidang akhir .
-
Setelah perancangan di buat, media film pendek akan di publikasikan melalui media internet.
-
Perancangan film pendek ini ditujukan untuk masyarakat Indonesia.
1.3 Tujuan Perancangan Setelah melihat dari keseluruhan rumusan masalah diatas, perancang mempunyai tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut :
Agar film Prosopagnosia ini lebih mendapatkan suasana sesuai dengan konsep sutradara sehingga para audience merasa tersentuh dan dapat membangun mood.
1.4 Manfaat Perancangan 1.4.1 Bagi Perancang 1. Menambah pengetahuan bagi perancang mengenai buta wajah. 2. Meningkatkan pengetahuan mengenai penataan suara dalam sebuah film pendek. 3. Meningkatkan kemampuan bagi perancang dalam mengkaji tata suara.
4
1.4.2 Bagi Masyarakat Agar masyarakat Indonesia peduli terhadap penyakit ini, karena seorang penyakit buta wajah sangat memerlukan pendamping agar orang yang mengidap penyakit ini bisa berkomunikasi dengan orang lain dan sekitarnya. 1.5 Metode Perancangan Metode perancangan yang penulis gunakan untuk membuat film pendek ini adalah dengan melakuan pengumpulan data berupa studi literature, observasi dan wawancara serta dengan pendekatan psikologi kognitif. Data dari studi literature merupakan data dan informasi untuk digunakan sebagai bahan analisis data mengenai tata suara dalam perancangan film pendek ini, dengan ini data yang di dapat akan menjadi landasan untuk perancangan yang akan dibuat. 1.5.1 Studi Literature Data literature berupa file dan buku yang mencangkup dengan tata suara, setelah mendapatkan data literarur perancang melalukan studi tentang tata suara. Adapun studi literatur melalui melihat bagaimana pekerjaan sebagai penata suara seperti di behind the scene pada film “The pianist”. Studi ini dilakuan untuk mendapatkan konsep perancangan pada penataan suara dalm film “SAMAR”.
1.5.2 Wawancara Setelah perancang melakukan studi literatur mengenai tata suara dari beberapa buku dan file atau jurnal, perancang lalu melakukan wawancara dengan narasumber mengenai tata suara, bahwa tata suara sangatlah penting dalam dunia perfilman, karena suara dalam film merupakan salah satu yang akan membangun suasana dalam adegan dan bisa menambah mood. Dalam sebuah film bisu tidak sepenuhnya nonsuara, namun pada film bisu sering kali diiringi suara seperti piano, biola, efek suara bahkan satu orkhestra sekaligus. Setelah wawancara dengan ahli tata suara, perancang melakukan wawancara kembali dengan narasumber ahli musik
5
klasik, di sini perancang berbagi pengalaman dalam hal musik terutama musik yang terdapat dalam sebuah film. Musik dalam film juga merupakan yang bisa membangun suasana dalam film, seolah-olah para penonton akan masuk suasana dalam film tersebut, dan bisa mambangun mood.
1.5.3 Analisis Data Setelah mendapatkan data dan informasi mengenai tata suara perancang akan melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan psikologi kognitif. Pendekatan tersebut untuk mengetahui terhadap emosi dan prilaku penderita, maka akan diaplikasikan ke dalam tata suara yang bergaya klasik agar film yang akan dibuat mendapatkan suasana yang di inginkan oleh sutradara. Setelah perancang mendapatkan hasil analisis, maka hasil tersebut akan berbentuk tema besar untuk perancangan nanti. Kemudian setelah dianalisis, perancang mendapatkan hasil dari analisis berupa tema besar untuk konsep penataan suara dengan bergaya klasik yang akan dibuat oleh perancang.
1.5.4 Sistematik Perancangan Setelah melakukan pengumpulan data literatur, wawancara dan analisis, maka akan didapatkan hasil analisis yang akan dijadikan sebagai landasan dalam perancangan film yang berjudul “SAMAR”. Dalam perancangan film ini akan di buat melalui tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Berikut tahapan-tahapan pembuatan film “SAMAR”: -
Pra produksi Dalam pra produksi sebagai penata suara perancang harus menganalisa skenario yang telah disusun, dan membahasnya kembali dengan sutradara, begitu juga dengan konsep monolog interior yang sutradara inginkan gaya suaranya, setelah membahas skenario dan menentukan konsep seorang penata suara menyiapkan alat yang akan dipakai untuk produksi nanti.
-
Produksi
6
Dalam sebuah produksi penata suara harus menyusun ilustrasi dalam dalam film, bagian ini merupakan pembuatan ilustrasi musik untuk menambah suasana yang diinginkan, lalu menyiapkan materi untuk sound efek seperti, benda yang mengeluarkan suara lalu merekamnya, dalam syuting dilapangan penata suara harus memberikan pengarahan kepada pemegang boom mic, untuk merekam sebuah dialog dari pemain atau aktor yang sedang berakting, setelah itu penata suara menuangkan kepada sutradara untuk membahas kembali suara yang telah di produksi. -
Pasca produksi Setelah masa produksi selesai, maka di bagian pasca produksi penata suara membereskan hasil dari rekaman yang sudah dilakukan pada waktu syuting dan waktu scoring film, di sini penata suara melakukan penyempurnaan dalam suara yang telah dilakukan, seperti mixing, untuk hasil yang sangat bagus agar tidak merusak suasana yang yang akan dibangun .
1.6 Kerangka Perancangan Kerangka perancangan
ini merupakan serangkaian skema, yang alur dari
proses perancangan dalam pembuatan tata suara di film Prosopagnosia, berikut ini gambaran kerangka perancangan.
7
Skema 1.1 skema perancangan
8
1.7 Pembabakan Pembabakan ini berisi gambaran singkat menganai pembahasan dari setiap bab perancangan laporan: BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan gambaran fenomena yang telah dikaji oleh perancang serta mengidentifikasi masalah dan merumuskan permasalahan ke dalam beberapa poin rumusan yang di batasi dengan ruang lingkup, dan menentukan tujuan yang dilakukan dengan metode pengumpulan data dan skema berfikir. BAB II DASAR PEMIKIRAN Menjelaskan dasar dari teori yang berhubungan untuk digunakan saat proses perancangan BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH Menjelaskan hasil dari analisis film dan tata suara untuk menentukan proses perancangan BAB IV KONSEP & HASIL PERANCANGAN Menjelaskan tata suara yang sudah di rencanakan dan hasil perancanang yang dibuat bedasarkan data dan informasi BAB V PENUTUP Besiri kesimpulan dan saran dari perancang
9