BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia
merupakan
Negara
Berkembang
yang
melakukan
pembangunan secara berkala. Pembangunan infrastruktur, industri, ekonomi yang bertujuan untuk memajukan negara terkadang justru memberikan dampak terutama pada lingkungan. Pembangunan yang tidak ramah lingkungan menyebabkan kerusakan yang salah satunya adalah permasalahan udara. Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi (Fardiaz, 1992). Udara bersih adalah udara yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Udara terdiri dari 78% nitrogen, 21,94% oksigen, 0,93% argon, 0,032% karbondioksida, dan gas-gas mulia lain yang terdapat pada atmosfer (Wardhana, 2001). Pencemaran udara akibat aktivitas manusia merupakan sumber pencemar yang paling banyak terjadi secara kuantitatif (Soedomo, 2001). Pembangunan kota termasuk pembangunan industri dapat meningkatan jumlah pencemar yang mencemari udara dan dapat berakibat buruk pada kesehatan manusia. Transportasi merupakan salah satu akibat adanya industri, baik untuk mobilitas barang maupun manusia. Daerah-daerah yang berpenduduk padat dengan lalu lintas yang ramai akan memperlihatkan tingkat polusi CO yang tinggi. Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas -192o C (Fardiaz, 1992). Daerah yang berpotensi mengalami pencemaran udara adalah daerah perkotaan. Perkotaan memiliki infrastruktur yang baik dibandingkan daerah pedesaan. Hal ini menarik bagi masyarakat untuk tinggal di daerah perkotaan, sehingga penduduk di daerah perkotaan lebih padat dibandingkan pedesaan. Padatnya penduduk di daerah perkotaan mengakibatkan padatnya aktifitas manusia, yang rata-rata membutuhkan kendaraan bermotor untuk sarana
1
pemenuhan kebutuhan mobilitas mereka. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang kepadatan penduduknya mulai meningkat, dengan demikian semakin padat pula kendaraan bermotor yang melalui ruas-ruas jalan di Provinsi Yogyakarta. Salah satu ruas jalan yang padat kendaraan bermotor adalah Jalan Mayor Suryotomo, jalan ini padat karena merupakan jalan menuju kawasan wisata bagi masyarakat lokal maupun luar daerah. Selain menjadi tujuan wisata, sepanjang Jalan Mayor Suryotomo tersebut terdapat perkantoran, pasar tradisional, pertokoan, rumah makan dan tempat ibadah, hal ini menjadikan jalan tersebut semakin padat akan lalu lalang kendaraan bermotor. Jalan Mayor Suryotomo juga memiliki ruas jalan yang sempit, karena tepi jalan yang sering menjadi lahan parkir sehingga ruas jalan semakin padat. Sempitnya ruas jalan tersebut memicu kepadatan kendaraan bermotor, sehingga polutan CO pada jalan ini semakin meningkat. Kondisi ini menjadikan Jalan Mayor Suryotomo perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam, terutama untuk mengetahui pencemaran udara oleh karbon monoksida. Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan studi khusus mengenai “Dinamika Gas Karbon Monoksida oleh Kepadatan Kendaraan Bermotor dan Faktor Meteorologis (Studi Kasus Jalan Mayor Suryotomo, Kota Yogyakarta)”.
1.2. Rumusan Masalah Pencemaran udara adalah salah satu permasalahan lingkungan yang semakin meningkat, sehingga sangat perlu untuk dikaji dan dipantau kualitasnya. Peningkatan pencemaran udara dipicu oleh aktivitas manusia yang semakin tinggi yang berjalan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. ditujukan
Kebijakan untuk
pemerintah
mensejahterakan
untuk
meningkatkan
masyarakatnya.
Maka
pembangunan pemerintah
meningkatkan pembangunan pada bidang perindustrian serta infrastruktur serta transportasi. Peningkatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta mengoptimalkan sumberdaya manusia daerah tersebut.
2
Jumlah Kendaraan (buah)
300000 250000 200000 150000 100000 50000 2010
2008
2006
2004
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
1984
1982
1980
0
Tahun Sedan/Station Wagoon
Bus
Truk
Sepeda Motor
Gambar 1.1. Grafik Jumlah Kendaraan Kota Yogyakarta Sumber: BPS, 1980-2010
Peningkatan
pembangunan
wilayah
turut
disertai
dengan
meningkatnya aktivitas manusia, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan kendaraan untuk memenuhi aktivitas manusia tersebut di Provinsi Yogyakarta yang mengakibatkan peningkatan polusi udara terutama karbon monoksida sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna pada kendaraan bermotor yang berpengaruh pada kesehatan manusia. Salah satu ruas jalan di Kota Yogyakarta yang cukup padat akan kendaraan bermotor adalah Jalan Mayor Suryotomo baik pada hari kerja maupun pada hari libur. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai penelitian berupa : 1. Berapa konsentrasi karbon monoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo? 2. Bagaimana pengaruh kepadatan kendaraan bermotor terhadap konsentrasi karbon monoksida di sebagian Mayor Suryotomo? 3. Bagaimana pengaruh faktor meteorologis terhadap konsentrasi karbon monoksida di Jalan Mayor Suryotomo?
3
1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dinamika konsentrasi karbon monoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo. 2. Mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan bermotor terhadap konsentrasi karbon monoksida. 3. Mengetahui pengaruh faktor meteorologis terhadap konsentrasi karbon monoksida.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Memberikan gambaran mengenai dinamika konsentrasi CO akibat padatnya lalu lintas dan faktor meteorologis di Jalan Mayor Suryotomo Yogyakarta. 2. Memberikan sumbangan bagi ilmu geografi khususnya mengenai pencemaran udara.
1.5. Tinjauan Pustaka 1.5.1. Penelitian Sebelumnya Utian Suarma pada tahun 2008 melakukan penelitian mengenai pengaruh kepadatan penduduk dan kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO sebagai indikator risiko pencemaran udara di kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu analisis spasial, analisis temporal, dan analisis statistik. Hasil penelitian ini berupa peta risiko pencemaran udara, dimana daerah yang kepadatan tinggi memiliki risiko pencemaran yang tinggi. Dian Hudawan Santoso tahun 2008 meneliti tentang distribusi spasial CO di kawasan kampus UGM. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan sampel dan menggunakan moving observation technique. Analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif dan analisis grafik. Hasil penelitian ini berupa peta distribusi CO di kawasan kampus UGM dan hubungan antara CO dengan iklim serta dengan kendaraan bermotor yang korelasi yang kuat.
4
Primanda Kiky Widyaputra pada tahun 2011 melakukan penelitian mengenai analisis tingkat CO ambien serta estimasi pelepasan CO oleh kendaraan bermotor di Jalan Mangkubumi, Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan sampel dan menggunakan moving observation technique. Metode analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif serta spasial. Hasil dari penelitian ini berupa peta kepadatan kendaraan bermotor, peta persebaran CO, grafik perbandingan CO dengan iklim mikro, dan grafik perbandingan CO dengan kepadatan kendaraan bermotor. Penelitian yang akan dilakukan pada tahun 2014 mengenai kajian pencemaran udara oleh karbonmonoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo, Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan sampel dan menggunakan moving observation technique. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis grafik serta analisis statistik. Analisis statistik yang akan dilakukan adalah uji korelasi, uji asumsi regresi dan uji regresi linier ganda. Hasil dari penelitian ini berupa peta dinamika konsentrasi karbon monoksida, grafik hubungan konsentrasi karbon monoksida dengan kepadatan kendaraan bermotor, grafik hubungan konsentrasi karbon monoksida dengan faktor meteorologis berupa kecepatan angin dan suhu udara. Seperti disajikan dalam tabel 1.1 keaslian penelitian.
5
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
NAMA No.
PENELITI
TOPIK PENELITIAN
(TAHUN) 1.
DAERAH PENELITIAN
Utia Suarma
Pengaruh Kepadatan
Kota
(2008)
Penduduk dan
Yogyakarta
TUJUAN PENELITIAN
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
1. Mengetahui hubungan
1. Analisis Keruangan
1. Parameter suhu udara
antara
tingkat
2. Analisis Temporal
2. Parameter kelembaban udara
Kepadatan Lalu Lintas
pencemaran
karbon
3. Analisis Statistik
3. Distribusi CO secara spasial
Terhadap Konsentrasi
monoksida
dengan
Karbon Monoksida
parameter iklim mikro
(CO) Sebagai Indikator
di wilayah perkotaan
kelembaban, dan kecepatan
Risiko Pencemaran
Yogyakarta.
angin terhadap konsentrasi
Udara Wilayah Perkotaan Yogyakarta
2. Mengetahui hubungan antara
kepadatan
penduduk
dan
kepadatan lalu lintas terhadap
konsentrasi
CO di wilayah kota Yogyakarta. 3. Mengetahui risiko
tingkat pencemaran
karbon monoksida di wilayah Yogyakarta.
perkotaan
dan temporal 4. Hubungan antara suhu,
CO di Yogyakarta 5. Peta risiko pencemaran CO di Yogyakarta.
2.
Dian
Distribusi Spasial
Lingkungan
Hudawan
Karbon Monoksida di
Kampus UGM
Santoso
Lingkungan Kampus
lingkungan
(2008)
UGM Yogyakarta
UGM.
1. Mengetahui konsentrasi
besar
1. Penentuan sampel
di
dengan purposive
kampus
sampling dan cara
CO
pengambilan data
2. Mengetahui
pengaruh
kepadatan
kendaraan
bermotor
dan
iklim
dengan moving observation technique. 2. Analisis deskriptif
mikro serta penggunaan
3. Analisis grafik
lahan terhadap CO di
4. Analisis statistic
lingkungan
kampus
UGM.
(korelasi, uji normalitas, dan regresi linier berganda)
3.
Primanda
Analisis Tingkat
Jalan
Kiky
Karbon Monoksida
Widyaputra
ambient serta estimasi
(2011)
UGM 2. Peta kepadatan bermotor di kampus UGM 3. Grafik perbandingan kepadatan kendaraan bermotor dengan CO 4. Grafik perbandingan CO dengan kepadatan bermotor dengan iklim mikro 5. Analisis statistic korelasi, dan regresi linier berganda
1. Menganalisis
tingkat
1. Penentuan sampel
Mangkubumi
konsentrasi
karbon
dengan purposive
konsentrasi
Yogyakarta
monoksida di ruas jalan
sampling dan cara
karbonmonoksida
pelepasan karbon
P.
pengambilan data
monoksida oleh
Yogyakarta
kendaraan bermotor
Mangkubumi
dengan moving
2. Menganalisis pengaruh
observasion technique
1. Peta distribusi spasial
2. Peta kepadatan kendaraan bermotor 3. Grafik perbandingan
kepadatan
lalulintas
2. Analisis diskriptif
kepadatan kendaraan
kendaraan
bermototr
3. Analisis spasial
bermotor dengan CO
4. Analisis statistic
4. Grafik perbandingan CO
terhadap
tingkat
konsentrasi
karbon
monoksida di ruas jalan
7
1. Peta distribusi CO di kampus
(korelasi dan regresi linier berganda)
dengan iklim mikro 5. Tabel dan jumlah pelepasan
P.
Mangkubumi
Yogyakarta 3. Mengertimasi
5. Perhitungan jumlah pelepasan karbon
jumlah
karbon 6. hasil analisis statistic
menggunakan faktor
korelasi regresi linier
karbonmonoksida yang
emisi karbon
berganda.
terlepas ke udara dari
monoksida dan rumus
kendaraan
stokiometri
bermotor
yang melintas di ruas jalan P. Mangkubumi Yogyakarta 4.
Fitri Nur
Dinamika Gas Karbon
Jalan Mayor
Annisa
Monoksida oleh
Suryotomo,
(2014)
Kepadatan Kendaraan
Kota
Bermotor dan Faktor
Yogyakarta
Meteorologis
1. Mengetahui dinamika konsentrasi karbon monoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo. 2. Mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan bermotor terhadap konsentrasi karbon monoksida.
3. Mengetahui
pengaruh faktor meteorologis terhadap konsentrasi karbon monoksida.
8
1. Analisis Deskriptif 2. Analisis Grafik 3. Analisis Statistik (Uji
1. Peta dinamika konsentrasi karbon monoksida 2. Grafik hubungan konsentrasi
Korelasi, Uji Asumsi
karbon monoksida dengan
Regresi, Uji Regresi
kepadatan kendaraan
Linier Ganda)
bermotor 3. Grafik hubungan konsentrasi karbon monoksida dengan faktor meteorologis berupa kecepatan angin dan suhu udara
1.5.2. Landasan Teori 1. Pencemaran Udara Udara merupakan suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara menjadi suatu media lingkungan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, terutama manusia. Tidak pernah ditemukan udara bersih tanpa polutan meskipun hanya sedikit kandungannya. Pencemaran udara ialah apabila udara di atmosfer dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh jelek terhadap organisme hidup (Sastrawijaya, 2009). Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 pencemaran udara adalah pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas dan awan panas. Pencemaran udara menurut Peraturan RI nomor 41 tahun 1999 adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Pencemaran udara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran udara digolongkan menjadi ke dalam tiga kategori, yakni (Sastrawijaya, 2009): 1. Pergesekan Permukaan Pergesekan permukaan adalah penyebab utama pencemaran partikel padat di udara dan ukurannya dapat bermacam-macam. Penggergajian, pengeboran,
9
atau pengasahan barang-barang seperti kayu, minyak, aspel dan baja memberikan banyak pertikel ke udara. 2. Penguapan Penguapan merupakan perubahan fase cairan menjadi gas. Penyubliman juga dapat menambah uap di udara. Polusi udara banyak disebabkan zat-zat yang mudah menguap, seperti pelarut cat dan perekat. Demikian pula terjadi uap pencemar jika ada reaksi kimia pada suhu tinggi atau tekanan rendah. 3. Pembakaran Pembakaran merupakan reaksi kimia yang berjalan cepat dan membebaskan energi, cahaya atau panas. Pada pembakaran banyak digunakan oksigen dan dihasilkan berbagai oksida C
+
O2
=
CO2
+
Energi
2H2
+
O2
=
2H2O +
Energi
S
+
O2
=
SO2
Energi
+
2. Karbon Monoksida Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas -192o C (Fardiaz, 1992). Secara alamiah karbon monoksida terbentuk dilingkungan, namun sumber utamanya berasal dari kegiatan manusia. Karbon monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan maupun kebakaran hutan (Departemen Kesehatan). Karbon monoksida dibuat manusia karena pembakaran tidak sempurna bensin dalam mobil, pembakaran diperindustrian, pembangkit listrik, pemanas rumah, pembakaran di pertanian, dan sebagainya (Sastrawijaya, 2009). Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses sebagai berikut (Fardiaz, 1992):
10
1. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon. 2C
+
O2
→
2CO
2CO
+
O2
→
2CO2
2. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. CO2
+
C
→
2CO
3. Pada suhu tinggi, karbon diokside terurai menjadi karbon monoksida dan O. CO2
→
CO
+
O
Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, di mana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan udara yang ada. Transportasi menghasilkan CO paling banyak di antara sumber-sumber CO lainnya, terutama dari kendaraan-kendaraan yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar (Fardiaz, 1992). Kepadatan penduduk dengan lalu lintas yang padat dapat menggambarkan tingkat polusi CO yang tinggi pula. Aktivitas kendaraan bermotor mempengaruhi kadar CO di udara, semakin ramai kendaraan bermotor maka semakin tinggi kadar CO di udara. Konsentrasi CO dipengaruhi kecepatan emisi (pelepasan) CO di udara dan kecepatan disperse dan pembersihan CO dari udara. Kecepatan dispersi dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi seperti kecepatan dan arah angin, turbulensi udara dan stabilitas atmosfer.
3. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik meteriil maupun spiritual (Arsyad, 1989). Penggunaan lahan
11
secara umum adalah penggolongan penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang dan sebagainya. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (permukiman), industri, rekreasi, pertambangan, dan sebagainya (Dit. Land Use, 1967 dalam Arsyad, 1989). Pengelompokan penggunaan lahan pertanian adalah pengelompokan yang sangat kasar, oleh karena belum mempertimbangkan berbagai aspek lain penggunaan lahan seperti skala usaha atau luas tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, orientasi pasar dan sebagainya. Jika faktor-faktor tersebut dimasukkan maka akan didapatkan tipe penggunaan lahan, yang memeberikan gambaran yang lebih rinci mengenai penggunaan lahan.
4. Angin Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi yang bergerak dari daerah yang memiliki tekanan tinggi ke tekanan rendah (Tjasyono, 2004). Perbedaan tekanan mempengaruhi angin, semakin besar perbedaan tekanan maka kecepatan angin akan semakin besar. Angin berpengaruh terhadap jumlah polutan yang berada di udara, karena angin merupakan media yang akan membawa dan menyebarkan polutan. Sehingga
12
semakin cepat laju angin, maka semakin banyak dan jauh pula polutan yang terbawa. Arah angin digunakan karena arah angin selalu berubah-ubah (Tjasyono, 2004). Menurut Tjasyono, arah angin antara menurut klimatologis adalah -
Utara
: 337,5° - 22,5°
-
Selatan
: 157,5° - 202,5°
-
Timur Laut
: 22,5° - 67,5°
-
Barat Daya
: 202,5° - 247,5°
-
Timur
: 67,5° - 112,5°
-
Barat
: 247,5° - 292,5°
-
Tenggara
: 112,5° - 157,5°
-
Barat Laut
: 292,5° - 337,5°
Windrose atau mawar angin dapat digunakan untuk menggambarkan arah dan kecepatan angin. Windrose adalah garis yang memancar dari pusat lingkaran yang menunjukkan arah dan kecepatan angin.
5. Suhu Udara Suhu merupakan tingkat gerakan molekul benda dimana semakin besar gerakannya maka suhunya semakin tinggi. Suhu udara juga dapat didefinisikan sebagai tingkat panas suatu benda (Tjasyono, 2004). Salah satu alat pengukur suhu udara adalah thermometer. Untuk menyatakan besaran dari suatu suhu digunakan berbagai skala seperti Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin, sedangkan Negara Indonesia menggunakan skala celcius. Skala celcius menggunakan angka 100° yang digunakan sebagai titik didih air dan 0° sebagai titik beku air. Suhu dapat digambarkan dalam bentuk peta yaitu peta isotherm. Peta isotherm adalah peta yang menggambarkan distribusi suhu dengan garis yang menghubungkan tempat yang memiliki suhu yang sama.
13
6. Satuan Mobil Penumpang Satuan mobil penumpang (SMP) adalah data dari berbagai kelas kendaraan lain selain mobil yang dikonversikan kesatuan tersebut dengan faktor tertentu. Hobbs (1996) memberikan kriteria satuan mobil penumpang seperti pada tabel 1.2. Tabel 1.2. Daftar Satuan Mobil Penumpang No.
Kelas Kendaraan
Rancangan
Rancangan
Perempatan
Perempatan
Bundaran
Lalulintas
1.00
1.00
1.00
0.75
1.00
0.75
0.33
2.00
3.00
2.80
1.75
3.00
3.00
2.80
2.25
0.33
0.50
0.50
0.20
Standar
Standar
Perkotaan
Pedesaan
1.00
Mobil pribadi, taksi, kendaraan 1
muatan
ringan sampai dengan 25 ton atau 3 ctw tanpa muatan
2
Sepeda motor untuk seorang, skuter, moped Kendaraan
3
barang
sedang atau berat lebih dari 15 ton atau 30 ctw tanpa muatan
4 5
Bis besar dan sedang, bis gandeng, trem Sepeda
Sumber: F.D. Hobbs, 1996 Misal, volume kendaraan yang melewati jalan perkotaan sebesar 500 kendaraan/jam. Volume kendaraan tersebut meliputi 350 sepeda motor, 90 mobil pribadi, 40 kendaraan barang sedang, dan 20 bis. Volume kendaraan tersebut dapat diubah menjadi SMP berdasarkan Tabel 1.2 yaitu:
14
Sepeda motor
350 x 0,75
= 262,5
Mobil pribadi
90 x 1
= 90
Kendaraan Barang sedang
40 x 2
= 80
Bis
20 x 3
= 60
Jumlah
= 492,5 smp/jam
Hal ini berarti bahwa volume kendaraan sebesar 500 kendaraan/jam dapat dikatakan memiliki akibat yang sama dari volume kendaraan sebesar 492,5 smp/jam untuk daerah perkotaan.
1.5.3. Kerangka Pemikiran Pencemaran udara dari Karbon Monoksida dapat dilihat dari beberapa variabel, seperti penggunaan lahan, faktor meteorologis, dan kepadatan kendaraan bermotor. Kepadatan penduduk menggambarkan tingginya jumlah penduduk. Penduduk melakukan mobilitas untuk memenuhi segala aktivitas yang justru berdampak pada mobilitas yang semakin tinggi. Untuk menunjang mobilitas yang tinggi ini maka diperlukan sarana transportasi berupa kendaraan bermotor. Sedangkan penggunaan lahan akan berpengaruh pada tekanan udara di sekitar yang akan berpengaruh pula pada arah angin. Kendaraan bermotor yang semakin bertambah tanpa disertai dengan adanya pelebaran akan berakibat pada adanya kepadatan lalu lintas yang semakin tinggi. Kepadatan lalu lintas ini sering menimbulkan kemacetan, terutama di persimpangan-persimpangan jalan. Kemacetan tersebut dapat menurunkan kualitas udara, hal ini dikarenakan dengan adanya kemacetan maka kendaraan bermotor akan berjalan lebih lambat sehingga terjadi polutan yang dikeluarkan kendaran bermotor terutama karbon monoksida akan menumpuk. Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan alih fungsi lahan juga menjadi salah satu variabel penelitian. Padatnya penduduk yang akan
15
menjadi sumber pembangunan infrastruktur terutama dikawasan kota. Secara lebih ringkas kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir sebagai berikut: Faktor Meteorologis
Pembangunan Wilayah
Kepadatan Penduduk
Kecepatan dan Arah Angin, Suhu Udara
Peningkatan Mobilitas
Kepadatan Kendaraan Bermotor (SMP)
Dinamika Konsentrasi Karbon Monoksida Gambar 1.2. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
1.6. Hipotesis 1. Terdapat variansi spasial dan temporal konsentrasi Karbon Monoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo. 2. Kepadatan
kendaraan
bermotor
merupakan
faktor
yang
paling
berpengaruh dalam besaran konsentrasi Karbon Monoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo.
1.7. Batasan Istilah Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi yang bergerak dari daerah yang memiliki tekanan tinggi ke tekanan rendah. (Tjasyono, 2004)
16
Karbon Monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas -192o C (Fardiaz, 1992). Kelembaban udara adalah besarnya konsentrasi uap air yang ada di udara (Tjasyono, 2004) Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu (PP No. 41 tahun 1999) Pencemaran Udara ialah apabila udara di atmosfer dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh jelek terhadap organisme hidup (Sastrawijaya, 2009) Penggunaan Lahan adalah penggolongan penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011) Satuan Mobil Penumpang adalah konversi nilai ekivalen setiap jenis kendaraan (Hoobs, 1996) Suhu udara adalah tingkat panas pada suatu benda (Tjasyono, 2004)
17