BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dewasa ini kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat.
Peningkatan pelayanan jasa kesehatan perlu terus dilakukan agar kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan dapat terpenuhi. Rumah sakit merupakan salah satu jenis jasa pelayanan kesehatan. Tujuan rumah sakit tidak hanya pada peningkatan tingkat kepuasan pasien, namun juga berusaha untuk menurunkan biaya dan meningkatkan finansial aset mereka (Cardoen et al., 2010). Ruang operasi menjadi salah satu unit terpenting dalam rumah sakit, karena berpengaruh pada kesehatan pasien dan biaya pengeluaran di rumah sakit. Berdasarkan biaya pengeluaran dan pendapatan suatu rumah sakit, ruang operasi adalah salah satu sektor yang memiliki presentase terbesar (Health Care Financial Management Association, 2005; Macario et al., 1995). Denton et al. (2007) menyatakan dari 60-70% pengeluaran rumah sakit, sekitar 40% merupakan pengeluaran yang dihabiskan untuk aktivitas di ruang operasi. Besarnya presentase tersebut dikarenakan adanya kebutuhan biaya pekerja yang sangat besar (dokter bedah, dokter anestesi, perawat dan lain-lain) serta biaya peralatan, seperti peralatan bedah dan fasilitas perawatan lainnya. Penjadwalan ruang operasi merupakan metode yang cukup efektif digunakan untuk meningkatkan performansi ruang operasi (Souki, 2011). Penjadwalan rumah sakit yang baik akan membantu manajemen rumah sakit dalam mengatur ruang operasi dengan cara meminimalkan biaya yang timbul akibat operasi dan memenuhi kebutuhan pasien dengan keterbatasan sumber daya manusia dan material yang ada. Perencanaan dan penjadwalan ruang operasi yang tidak efisien dan tidak akurat dapat menyebabkan penundaan dan pembatalan yang mengarah pada kerugian dan peningkatan biaya operasi. Kerugian tersebut harus dikurangi atau dihindari (Gordon et al., 1998). Selain dari aspek finansial,
penjadwalan ruang operasi yang buruk juga berpengaruh terhadap angka waiting time dan overtime. Angka waiting time dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pasien dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Sedangkan angka overtime, berpengaruh terhadap performansi petugas operasi (dokter, perawat, anestesi) dan peningkatan biaya pekerja (lembur). Oleh karena itu, penjadwalan yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan untuk meningkatkan reputasi dan performa rumah sakit. Salah satu rumah sakit di Yogyakarta yang melayani proses operasi atau bedah yaitu Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito. Pelayanan operasi atau bedah dilakukan di Instalasi Bedah Sentral (IBS). Di bagian instalasi tersebut misalnya, angka waiting time pasien dan overtime perawat masih tergolong tinggi. Sebagai contoh pada bulan Juni 2014, rata-rata waiting time pasien per hari adalah 60,348 menit dan rata-rata overtime perawat per hari sebesar 11,66 menit (Kurniawati, 2013). Tingginya angka waiting time dan overtime tersebut diduga akibat belum efisiennya jadwal operasi dan seringnya terjadi kesalahan dalam melakukan estimasi durasi operasi. Instalasi tersebut melayani 15 jenis spesialisasi bedah: Anak, Digesti, Penyakit Dalam, Obsygn, Jantung, Mata, Mulut, Ortho, Plasty, Syaraf, Thorax, THT, Tumor, Urologi, dan Vaskuler. Saat ini, IBS menerapkan sistem penjadwalan open scheduling (first come first serve). Sistem tersebut akan melayani operasi pasien manapun yang mendaftar terlebih dahulu, dan tidak membedakan jenis operasi maupun jenis spesialis bedahnya. Sudah banyak penelitian yang mengambil topik mengenai penjadwalan ruang operasi, namun jenis spesialis bedah operasi belum ikut dipertimbangkan. Pada penelitian oleh Kurniawati (2013), Monindra (2015), dan Sinawan (2015) terkait penjadwalan instalasi bedah belum mempertimbangkan jenis tindakan di setiap jenis bedah dalam proses pembuatan penjadwalan. Bahkan saat ini di IBS dalam proses penjadwalan juga belum mempertimbangkan hal tersebut dalam penjadwalan ruang operasi. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba mengembangkan sistem penjadwalan yang telah diterapkan dengan metode algoritma genetika dan clustering. Dalam penelitian ini akan dilakukan plot jenis spesialis bedah dalam empat kuadran berdasarkan nilai standar deviasi
dan rata-rata waktu durasi operasi dan memprioritaskan berdasarkan metode shortest processing time (SPT). Kemudian mengelompokan/ mengklusterkan setiap tindakan jenis bedah yang memiliki karakteristik yang sama dengan menggunakan analisis clustering. Kemudian hasil clustering tersebut digunakan untuk memprioritaskan penjadwalan berdasarkan jenis tindakan di setiap spesialis bedahnya. Sehingga hasil penjadwalan yang diperoleh dapat meminimalkan angka waiting time pasien dan overtime tim perawat.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana mendapatkan penjadwalan ruang operasi berdasarkan hasil analisis clustering sehingga dapat mengurangi angka waiting time pasien dan overtime perawat”.
1.3
Asumsi dan Batasan Masalah Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka ditentukan sejumlah asumsi
dan batasan masalah. Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tidak ada interupsi selama proses operasi berlangsung. 2. Tidak ada perubahan jadwal, penundaan, atau pembatalan operasi akibat hal non teknis dan tidak terduga, seperti kondisi pasien maupun pembatalan operasi oleh pihak ketiga. 3. Semua resources (dokter, tim perawat, ruang operasi, peralatan medis) yang dibutuhkan dalam kegiatan operasi selalu siap jika dibutuhkan. 4. Pasien yang dijadwalkan operasi selalu datang tepat waktu pada jam operasi, tidak pernah mengalami keterlambatan. 5. Durasi operasi mencakup waktu setup, waktu anestesi, waktu operasi, dan waktu cleanup.
Batasan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini memodelkan penjadwalan ruang operasi untuk pasien elektif di bagian Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta 2. Jenis penjadwalan ruang operasi yang dilakukan adalah penjadwalan harian. 3. Sumber daya (resources) yang dipertimbangkan dalam kegiatan operasi adalah dokter, tim perawat, dan ruang operasi. 4. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis bulan Januari, April, Mei, dan Juni 2014. 5. Daftar operasi diterima bagian penjadwalan IBS satu hari sebelum operasi dilakukan, maksimal pada pukul 14.00.
1.4
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui prioritas penjadwalan ruang operasi berdasarkan hasil analisis clustering untuk meminimalkan waiting time pasien dan overtime perawat. 2. Mengembangkan model penjadwalan dengan metode algoritma genetika dan analisis clustering, dan membandingkannya dengan penjadwalan aktual yang ada di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa
mengenai
penerapan
metode
clustering
pada
proses
pengembangan model penjadwalan ruang operasi fenomena sehingga dapat meminimalkan waiting time pasien dan overtime perawat. 2. Bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak rumah sakit dalam melakukan penjadwalan ruang operasi untuk meminimalkan waktu tunggu pasien. Sehingga peningkatan pelayanan kesehatan akan terjadi secara terus menerus serta berperan dalam meningkatkan pendapatan rumah sakit.