BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ruang operasi merupakan tempat yang memiliki peranan yang sangat krusial di rumah sakit dan harus dikelola sebaik-baiknya karena kegiatan operasi membutuhkan biaya perawatan (maintain), biaya operasi (operate) dan biaya sumber daya (resource) yang mahal (Kozan, 2012). Gordon et al. (1988) mengungkapkan bahwa ruang operasi menghabiskan biaya 9% dari anggaran tahunan rumah sakit. Ketika terjadi overtime, pengeluaran meningkat lebih dari kondisi normal. Penelitian lain menunjukkan saat terjadi overtime selama satu jam, biaya yang harus dikeluarkan sama dengan 1,75 kali lebih tinggi dari biaya yang harus dikeluarkan pada keadaan normal (Dexter, 2002). Di sisi lain, Denton et al. (2007) menyatakan dari 60-70% pengeluaran rumah sakit, sekitar 40% merupakan pengeluaran untuk aktivitas di ruang operasi. Besarnya biaya operasi terjadi akibat banyaknya resource yang digunakan untuk melaksanakan operasi meliputi staf (contoh: anaesthetists, surgeons, nurses, dll), peralatan dan fasilitas (untuk pre-operative, perioperative dan post-operative). Selain dari sisi finansial, penjadwalan operasi yang buruk juga akan berpengaruh terhadap angka waiting time dan overtime. Angka waiting time yang tinggi dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan pasien dan tingkat kepuasan pasien terhadap layanan rumah sakit. Angka overtime, dalam hal ini overtime perawat petugas operasi (dokter, perawat, anestesi) yang tinggi juga akan berpengaruh terhadap performa dari layanan yang diberikan, biaya overtime (lembur) dan tingkat kepuasan petugas operasi. Dengan permasalahan tersebut, dibutuhkan sebuah penjadwalan yang efektif untuk meningkatkan reputasi dan performa rumah sakit. Berbeda
dengan
industri
manufaktur
yang
telah
lebih
dahulu
mengembangkan sistemnya, industri jasa seperti rumah sakit di indonesia masih
1
2
cenderung kurang dalam melakukan optimasi. Di sisi lain, rumah sakit harus mampu menghadapi tantangan-tantangan baru seperti makin banyaknya generasi tua, semakin meningkatnya biaya kesehatan, dan teknologi medis yang semakin berkembang. Menghadapi berbagai tantangan tersebut, rumah sakit dituntut untuk mampu meningkatkan produktifitas, kualitas dan efisiensi pelayanan tanpa mengabaikan prosedur dan etika medis. Dalam hal ini, usaha-usaha untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan ruang operasi menjadi suatu hal penting. Maka dari itu, diperlukan operating room management yang baik untuk memaksimalkan utilitas dari sumber sumber daya dan fasilitas yang ada. Salah satu bagian penting dalam operating room management adalah penjadwalan ruang operasi (operating room scheduling). Penjadwalan ruang operasi yang baik akan membantu pengurus rumah sakit dalam mengatur ruang operasi seefisien mungkin dengan cara meminimalkan biaya yang timbul akibat operasi dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan keterbatasan sumber daya manusia dan material yang ada. Adanya penelitian di dalam penjadwalan ruang operasi diharapkan dapat mengoptimasi sistem dalam ruang operasi walaupun sangat sulit dan bahkan tidak mungkin untuk mencapai semua objektif tanpa melanggar batasan-batasan yang ada dalam sebuah model (Fei et al., 2006). Berbagai penelitian tentang penjadwalan ruang operasi telah banyak dilakukan di negara-negara dengan standar kesehatan tinggi, namun di beberapa negara berkembang seperti Indonesia belum banyak dilakukan penelitian secara mendalam tentang penjadwalan ruang operasi. Dalam kenyataannya, sumber daya baik ruang operasi, jumlah dokter, peralatan, ahli bedah di Indonesia masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Melihat kondisi tersebut perlu dilakukan sebuah pendekatan yang berbeda dari pendekatan yang sudah pernah dilakukan di luar negeri yang belum tentu dapat diterapkan di Indonesia. Pendekatan tersebut diharapkan dapat membantu dalam memaksimalkan keterbatasan yang ada sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
3
Berdasarkan data historis operasi bagian Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, diketahui bahwa angka waiting time pasien dan overtime perawat masih tergolong tinggi. Sebagai contoh pada bulan Januari 2013 rata-rata waiting time pasien per hari adalah 42,28 Jam dan rata-rata overtime perawat per hari sebesar 4,83 Jam. Tingginya angka waiting time pasien dan munculnya overtime perawat tersebut diduga akibat banyaknya jumlah operasi setiap harinya sedangkan waktu operasi dibatasi hanya dari pukul 08:00 WIB sampai dengan pukul 20:30 WIB. Selain itu pemanfaatan ruang yang kurang efisien juga menjadi salah satu penyebab. Di sisi lain, jadwal yang dibuat oleh bagian penjadwalan masih belum efisien. Kesalahan dalam melakukan estimasi durasi operasi dapat memunculkan waiting time pasien dan overtime perawat karena operasi berlangsung lebih lama dari yang dijadwalkan dan perawat bekerja melebihi jam kerja yang seharusnya. Berdasarkan latar belakang diatas, penjadwalan ruang operasi di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta dirasa perlu dilakukan untuk mengoptimasi sistem yang diterapkan di rumah sakit. Penelitian yang dilakukan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengevaluasi sistem yang telah diterapkan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan tersebut, masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah “Bagaimana mendapatkan penjadwalan sehingga dapat mengurangi angka waiting time pasien dan overtime perawat, sehingga didapatkan model penjadwalan yang optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang ada”.
4
1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini memiliki batasanbatasan sebagai berikut. 1. Penelitian ini memodelkan penjadwalan ruang operasi untuk pasien elektif di bagian Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta 2. Performansi sistem diukur berdasarkan nilai waiting time pasien dan overtime perawat. 3. Design of Experiment (DOE) digunakan untuk menentukan kombinasi parameter jumlah populasi, probabilitas mutasi dan probabilitas pindah silang ketika stopping criteria dibatasi 1000 generasi. Asumsi yang digunakan antara lain: 1. Tidak terjadi perubahan jadwal atau penundaan akibat hal-hal non-teknis yang tidak diperhitungkan, misal kondisi pasien yang berubah dan pembatalan untuk melakukan operasi dari pihak ketiga. 2. Selama operasi berlangsung tidak dapat diinterupsi. 3. Semua sumber daya yang dibutuhkan dalam kegiatan operasi selalu siap ketika dibutuhkan. 4. Jadwal bisa sesuai dengan waktu pemesanan, sebelum waktu pemesanan, atau setelah waktu pemesanan.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. mengembangkan
model
penjadwalan
ruang
operasi
untuk
meminimalkan waiting time pasien dan overtime perawat, 2. menyelesaikan
model
penjadwalan
yang
telah
dibuat
dan
membandingkannya dengan penjadwalan aktual yang ada di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta.
5
1.5 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah literatur di bidang teknik industri khususnya Operation Research. 2. Membantu pihak rumah sakit dalam melakukan penjadwalan ruang operasi
untuk
memaksimalkan
utilitas
operating
theatre.