BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menyentuh segala
bidang
termasuk
bidang
pendidikan
dan
pelatihan.
Rosenberg
mengemukakan bahwa salah satu bentuk aplikasi TIK di dunia pendidikan dan pelatihan tersebut adalah e-Learning atau networked learning [1]. E-Learning dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan media komputer atau internet. E-Learning diaplikasikan tidak hanya berdasarkan pada pembelajaran dan teknologi semata, tetapi juga didasarkan kepada kebutuhan dan permintaan penggunanya. Rosenberg menjelaskan bahwa penentuan strategi serta sasaran e-Learning yang tepat adalah hal yang sangat penting karena strategi tersebut akan mengarahkan dan menentukan keberhasilan dari program eLearning [1]. Selain hal tersebut, keberhasilan e-Learning tergantung juga pada strategi, dukungan, tindakan, champion, komunikasi, dan perubahan. MacDonald menyusun suatu model pembelajaran yang disebut sebagai model demand-driven learning. Model tersebut terdiri atas tiga komponen, yaitu: content, delivery, dan service [2]. Tujuan utama pengembangan model ini adalah untuk mendorong para akademisi dan para ahli untuk berperan secara proaktif dalam pengembangan dan penggunaan teknologi untuk proses pembelajaran. Content merupakan bagian dari pembelajaran yang mempunyai karakteristik comprehensive, authentic, dan researched. Delivery adalah proses penyampaian informasi melalui media web-based dan interface. Web-based dan interface mempunyai karakteristik user friendly, sedangkan service merupakan bagian dari learning yang lebih berfokus pada ketentuan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk pembelajaran, seperti kebutuhan akan pengelolaan administrasi dan technical support. Komponen teknologi sebagai dasar infrastruktur merupakan salah satu bagian penting dalam sistem e-Learning. Model ini mengandung makna
1
akan pentingnya pemahaman tentang peranan infrastruktur TIK dalam mendukung komponen e-Learning baik content, delivery dan service. Ketika sebuah institusi pendidikan telah menerapkan sistem e-Learning, maka keberhasilan atau efektifitas nya perlu diukur dan ditentukan. Kesuksesan program e-Learning dapat dinilai dari tercapainya tujuan pengajaran dan kualitas proses pembelajaran yang optimal. Dalam mencapai kesuksesan tersebut diperlukan sebuah evaluasi untuk mengukur dan menilai dari implementasi program e-Learning. Alasan adanya evaluasi dapat dilihat dari sudut pandang pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi e-Learning, yaitu: organisasi dan manajemen, departemen pelatihan atau pengajar, dan anggota organisasi atau pelajar. Zhiting memperkenalkan sebuah kerangka kerja Quality of Service Management System of E-learning yang merupakan dimensi kualitas layanan [3]. Kualitas layanan tersebut dipengaruhi oleh lima peubah yaitu reliability, responsiveness, assurance, validity of learning resource, dan empathy. Kerangka kerja tersebut didasarkan pada pendekatan proses dari organisasi. Oleh karena itu, dalam penerapannya harus didukung oleh adanya komitmen dari manajemen yang berarti bahwa dalam membangun dan mengimplementasikan sistem e-Learning diperlukan suatu hubungan dalam berkomunikasi antara individu dalam ruang lingkup organisasi. Selain itu, perlunya dilakukan perbaikan secara kontinyu terhadap service quality. Model yang dikembangkan oleh Zhiting ini merupakan pendekatan yang berfokus pada bagaimana mengetahui kebutuhan pengguna, harapan pengguna dan pemenuhan tujuan serta user satisfaction. Model kerangka kerja pengukuran e-Learning lainnya diperkenalkan oleh Wang yang terdiri dari empat peubah yaitu learner interface, learning community, content dan personalization [4]. Pada prinsipnya model kerangka kerja yang diperkenalkan oleh Wang bertujuan sebagai model kerangka kerja yang komprehensif
untuk mengukur learner satisfaction pada e-Learning secara
asynchronous [4]. Berkaitan dengan proses pembelajaran pada sistem e-Learning, Garrison membangun sebuah kerangka kerja Community of Inquiry (CoI) yang bertujuan
2
untuk mengetahui dinamika pengalaman pengguna dalam pembelajaran secara online [5]. Kerangka kerja ini merefleksikan nilai pembelajaran tradisional ke dalam pembelajaran secara online. Faktor-faktor yang mendefinisikan educational experience pada kerangka kerja CoI yakni social presence, cognitive presence, dan teaching presence. Dari beberapa literatur di atas, perlunya menyusun suatu penelitian yang bertujuan untuk melakukan kegiatan evaluasi sistem e-Learning khususnya pada fokus dimensi user satisfaction dalam hal ini adalah perspektif pelajar (learner satisfaction) dalam implementasi sistem e-Learning di lingkungan institusi pendidikan tinggi sehingga manfaat penggunaan sistem e-Learning sebagai penunjang kegiatan pengajaran dan proses pembelajaran yang optimal dapat tercapai. 1.2. Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. Pentingnya melakukan pengukuran dimensi learner satisfaction dalam sistem e-Learning untuk mengetahui respon pelajar sebagai pengguna langsung dari sistem e-Learning. 2. Kerangka kerja pengukuran learner satisfaction dalam sistem eLearning yang telah ada sebelumnya (Wang’s Model) belum mengakomodasi faktor yang mencakup nilai-nilai tradisional proses pembelajaran sebagai komponen utama dalam proses belajar mengajar. 1.3. Keaslian penelitian Penelitian terdahulu dalam topik penelitian terhadap e-Learning dapat dibagi menjadi 3 bagian: a. Mempertimbangkan konstruk kepuasan sebagai antecedent perbaikan perilaku (contoh: keluhan dan komunikasi verbal) b. Mengidentifikasi hubungan antara ekspektasi, perceived performance, disconfirmation, kepuasan, dan post-purchase behaviors.
3
c. Mendiskusikan hubungan antara kualitas pelayanan dan kepuasan pengguna. Thurmond, V et al yang melakukan evaluasi terhadap student satisfaction terhadap materi berbasis web dengan melakukan kontrol karakteristik pelajar. Menurut Thurmond, V et al bahwa student satisfaction dapat dijadikan atribut pada pengelolaan kelas virtual bukan menjadi atribut untuk karakteristik pelajar [6]. Pengukuran kepuasan pengguna juga dilakukan oleh R.Woolsey & MS.Rodchua menegaskan bahwa terdapat tiga buah peubah yang mempengaruhi kepuasan pelajar yaitu: strategi rancangan instruksional, penggunaan teknologi, dan aktivitas/partisipasi pelajar [7]. Berbeda halnya dengan penelitian untuk menilai kepuasan pelajar dalam model sistem e-Learning asynchronous (akademik) yang telah dilakukan oleh Hisham N et al mengemukakan bahwa terdapat enam peubah yang mempengaruhi kepuasan pelajar yaitu: content, learner interface, learning performance, personalization, learning community, dan access [8]. Penelitian yang mengangkat topik pengukuran user satisfaction juga pernah dilakukan oleh Ahmad Tahir dengan menggunakan model kesuksesan sistem informasi DeLone & Mclean dengan objek penelitian yaitu sistem e-Learning pada perusahaan perbankan Indonesia dengan model blended learning (asynchronous dan synchronous) [9]. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah mengevaluasi dan mengukur user satisfaction pada sistem e-Learning dengan melakukan modifikasi model komprehensif yang telah diperkenalkan oleh Wang [4]. Objek penelitian yaitu sistem e-Learning pada institusi pendidikan dengan model asynchronous learning. Berikut ini merupakan ringkasan penelitian terdahulu yang menjadi dasar penelitian untuk menunjukkan posisi serta merumuskan model penelitian dalam penelitian ini. Ringkasan ini menyajikan teori-teori dari peneliti sebelumnya dari pandangan evaluasi e-Learning. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1.1.
4
Tabel 1.1. Tabel Keaslian Penelitian Peneliti Yi-Shun Wang (2003) [4]
Topik Assessment of learner satisfaction with asynchronous electronic learning systems
Pembahasan Wang mencoba untuk membuat sebuah model yang komprehensif dan instrumen untuk mengukur learner satisfaction pada eLearning secara asynchronous.
Metodologi Prosedur pembuatan model kerangka kerja yakni mengonsep survey, membuat list pertanyaan, pengumpulan data, dan melakukan validasi terhadap pertanyaan.
Kesimpulan Terdapat empat variabel yang menjadi fokus pengukuran user satisfaction yakni learner interface, learning community, content, dan personalization
Yi Zhang, Zhiting Zhu, Xiaoyong Hu, and Qing Li (2004) [3]
Specification for Service Quality Management System of e-Learning
Mendefinisikan kerangka kerja pengukuran learner satisfaction dengan memanfaatkan kerangka kerja SERQUAL (Service Quality)
Responden 161 dan 135
Variabel yang berpengaruh yaitu: reliability, responsiveness, assurance, validity of learning resource dan empathy
Ronald Woolsey; Suhansa (2004) [10]
Pengukuran kepuasan pelajar dalam distance learning berbasis web
Menilai tingkat kepuasan pengguna terhadap petunjuk pelatihan, materi dan kinerja pelajar
Responden 161 dan 135
Pengajar dapat memahami hubungan prestasi pelajar dan partisipasi pelajar
5
Metode survey dan kuesioner
Metode survey dan kuesioner
3 Strategi yang mempengaruhi kepuasan pelajar yaitu: strategi rancangan instruksional, teknologi dan aktivitas pelajar Tingkat interaksi antar siswa dan pengajar masih kurang
Hisham N; Compton P; & Des Gerald F (2004) [8]
Menilai kepuasan pelajar dalam sistem eLearning di dua universitas di Australia
Faktor yang berpengaruh: content, personalized, interface dan learning community
Josua Tarigan (2006) [11]
Factors Melakukan Metode Influencing modifikasi Survey Users model Satisfaction on kerangka kerja E-Learning milik Wang System (2003) mengeliminasi konstruk learning community quality dan memasukkan construct learner support quality
Terdapat empat buah variabel yang berpengaruh pada pengukuran user satisfaction yakni learner interface, learner support quality, content, dan personalization
Ahmad Tahir (2006) [9]
Model penilaian dimensi yang mempengaruhi learners satisfaction sistem eLearning di salah satu perusahaan perbankan Indonesia
Information quality mempunyai pengaruh positif terhadap learners satisfaction
Penentuan dimensidimensi yang mempengaruhi learners satisfaction dalam implementasi sistem eLearning perusahaan
6
Metode survey ANOVA teknik eksplorator Responden 82 dan 55
Metode Survey
6 variabel yang berpengaruh yaitu: content, learner interface, learning performance, personalization, learning community dan access.
Dimensi system quality dan service quality tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap learners satisfaction
D. Randy Garrison (2011) [5]
E-Learning in the 21st Century A framework for research and practice
Membangun sebuah kerangka kerja untuk mengukur educational experience dalam pembelajaran online.
Membangun kerangka kerja secara teoritis dan survey
Mendefinisikan bahwa proses pembelajaran secara tradisional dapat direfleksikan pada sistem pembelajaran online.
J.B Arbaugh et al (2008) [12]
Developing a Community of Inquiry Instrument Testing a measure of the Community of Inquiry Framework using a Multiinstitutional Sample
Mendefinisikan instrumen pengukuran Community of Inquiry dengan menggunakan sampel dari beberapa institusi pendidikan tinggi
Metode Survey
Penelitian saat ini
Melakukan evaluasi terhadap learner satisfaction dalam implementasi sistem eLearning pada institusi pendidikan tinggi.
Penentuan faktor yang mempengaruhi learner satisfaction dalam implementasi sistem eLearning di institusi pendidikan
Metode Survey
Penelitian ini mendukung bahwa instrumen yang didefinisikan bersifat valid untuk melakukan pengukuran social presence, cognitive presence dan teaching presence Terdapat beberapa peubah yang berpengaruh signifikan terhadap learner satisfaction yaitu learner interface quality, content quality, personalization, social presence, dan cognitive presence.
Melakukan modifikasi pada model kerangka kerja yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
7
Menggunakan metode SEM (Structural Equation Model) untuk mengukur nilai dari tiap faktor.
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model kerangka kerja untuk mengevaluasi dan mengukur learner satisfaction pada sistem e-Learning di institusi pendidikan tinggi yang merupakan hasil kombinasi dari beberapa model kerangka kerja pengukuran learner satisfaction yang telah ada sebelumnya. Tujuan lain dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Mendefinisikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran learner satisfaction dalam implementasi sistem e-Learning di lingkungan institusi pendidikan tinggi. b. Mengetahui berapa besar pengaruh tiap-tiap faktor yang didefinisikan dalam rangka pengukuran learner satisfaction dalam implementasi e-Learning di lingkungan institusi pendidikan tinggi. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah mengevaluasi faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh dalam pengukuran learner satisfaction dalam implementasi sistem e-Learning di institusi pendidikan tinggi. Selain itu, beberapa manfaat dari penelitian ini antara lain. a. Mengetahui besaran pengaruh tiap-tiap faktor yang didefinisikan dalam rangka pengukuran learner satisfaction dalam implementasi e-Learning di lingkungan institusi pendidikan tinggi. b. Sebagai
model
yang
dapat
diperhitungkan
dalam
menyediakan,
merencanakan dan menilai dimensi learner satisfaction dalam implementasi sistem e-Learning di lingkungan institusi pendidikan tinggi. c. Sebagai masukan kepada pihak manajemen di institusi pendidikan tinggi dalam pelaksanaan e-Learning untuk meningkatkan program perbaikan evaluasi pembelajaran.
8