Bab I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan misi berdagang dan syiar agama Islam, sedangkan Belanda datang demi kepentingan politik serta memperluas kekuasaan. Kedatangan bangsabangsa asing ke pesisir Timur Sumatera menjadikan bercampurnya budaya setempat.
Kedatangan bangsa asing, menimbulkan perang secara berkepanjangan (Sangti, 1977:206). Perang yang terjadi antar Portugis, Malaka, Kerajaan Haru, Timur Raya dan Aceh yang terus-menerus terjadi di kawasan Sumatera Utara sejak abad ke-16 sampai dengan abad ke-17 (selama kurang lebih 2 abad lamanya), menyebabkan suku bangsa Melayu (yang terdiri dari beberapa campuran suku bangsa) berdatangan ke daerah ini.
Percampuran budaya menunjukkan adanya perubahan, baik dari sisi nilai-nilai budaya maupun hasil karyanya. Koentjaraningrat (1990:248) mengatakan, bahwa akulturasi itu sudah ada sejak dahulu dalam sejarah kebudayaan manusia dan yang mempunyai sifat khusus adalah ketika kebudayaan bangsa-bangsa di Eropa Barat mulai menyebar ke semua daerah lain di bumi ini untuk mempengaruhi masyarakat dan suku-suku bangsa.
Banyaknya bangsa asing yang datang ke tanah Melayu mempengaruhi pola pikir, gaya hidup hingga corak bangunan yang ada di tanah Deli ini (Medan sekarang). Fenomena percampuran budaya terlihat pada wujud Istana Maimun dengan gaya bangunan dan interiorrnya, yang menunjukkan adanya tanda-tanda percampuran gaya Timur Tengah dan Eropa. Istana melambangkan kekuasaan raja Deli yaitu Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah pada masa pemerintahannya tahun
1
1873 hingga 1924, yang mencerminkan seorang raja yang suka membangun demi kemajuan daerahnya.
Lukman Sinar, seorang budayawan Melayu (2003:106) mengatakan bahwa Istana Maimun memiliki keunikan tersendiri yang tidak ditemukan pada istana lain di Indonesia. Salah satu keunikan tersebut terletak pada ruang-ruang Istana yaitu ruang Balairung, yang menampilkam pengaruh kesenian Islam yaitu ornamentasi pada dinding, plafon, tiang dan lengkungan antar tiang-tiang. Ornamen tersebut penuh dengan motif bunga dan tumbuh-tumbuhan yang dilapisi dengan cat minyak. Menurut ajaran Islam, bahwa dilarang membuat hiasan yang berbentuk hidup yang menyerupai hewan dan manusia, oleh karena itu dipakai motif dari alam yaitu bunga dan tumbuhan. Menurut filsafat Timur dari India mengatakan bahwa alam dan tumbuhan memberikan inspirasi bagi kehidupan manusia.
Penelitian khusus mengenai interior-arsitektur bangunan Istana Maimun belum pernah dilakukan, sehingga perlu ditelusuri hubungan antara budaya masyarakat yang telah bercampur ratusan tahun lalu dengan karya yang dihasilkannya.
1.2
Permasalahan
Permasalahan penelitian ini terletak pada bangunan Istana yang didirikan tahun 1888, pada pemerintahan Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah dengan arsitek Theo van Erp (bangsa Belanda). Hal ini menunjukkan adanya hubungan kerjasama antara Sultan dengan arsitek dalam membangun Istana Maimun. Tetapi kerjasama tersebut mungkin saja tidak sepenuhnya murni dan adil karena dalam sejarah Belanda menduduki Indonesia, memberikan perlakuan yang tidak adil meskipun telah dibuat perjanjian-perjanjian seadil-adilnya. Interior-arsitektur Istana Maimun mengekspresikan berbagai macam gaya, seperti halnya bentuk lengkungan dan bentuk kubah ladam (Timur Tengah), bentuk limas dan ornamen klasik (Belanda), pemberian warna kuning (Melayu). Dengan adanya bermacam gaya tersebut timbul penafsiran tentang Istana Maimun, apakah Istana merupakan produk Akulturasi budaya atau bukan.
2
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah memberikan pembuktian bahwa Istana Maimun merupakan produk akulturasi atau bukan, dengan cara mengetahui bentuk dan gaya pada interior-arsitektur.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian adalah mendapatkan pembuktian pembenaran, bahwa Istana Maimun produk akulturasi atau bukan, jusa sebagai rekomendasi pada penelitian selanjutnya dengan bahasan tentang simbol dan makna yang ada pada Istana Maimun, secara khusus bagi penulis. Bagi pihak pemerintahan daerah, adalah menambah khasanah tentang Istana Maimun merupakan bagian dari budaya Melayu sebagai aset daerah setempat yang harus dilestarikan. 1.5
Asumsi
Penelitian ini berawal dari dugaan, bahwa terdapat indikasi yang menunjukkan percampuran budaya pada Istana Maimun. Hal ini dapat dilihat dari kemiripan bentuk dan gaya serta pemakaian ornamen pada ruang-ruang interior Istana.
Penelitian tentang arsitektur-interior bangunan Istana Maimun belum pernah dilakukan, tetapi seorang ahli budayawan Melayu, Lukman Sinar (2003: 102) pernah menduga, bahwa Istana Maimun memiliki gaya arsitektur campuran dari gaya Timur Tengah dengan Belanda. Dugaan percampuran tersebut dapat dilihat dari ekspresi fisik pemakaian ornamen (ragam hias) yang terdapat pada ruang interior istana. Hiasan itu berupa motif bunga-bungaan pada dinding dan tiang, serta ukuran pintu yang besar dan tinggi. Berikut indikasi percampuran budaya pada ruang interior Istana Maimun :
3
Gambar 1.5. Foto interior Istana (dinding, tiang dan pintu)
1.6
Metoda Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis sinkronisdiakronis. Pendekatan kualitatif untuk memahami proses akulturasi pada interiorarsitektur Istana Maimun. Walker (1984:80) menjelaskan analisis diakronik (diachronic) adalah analisis tentang perubahan historis, yaitu dalam dimensi waktu, perkembangan dan perubahannya. Analisis yang di dalamnya mengambil irisan sejarah dan mengkaji struktur hanya pada satu momen tertentu saja. Analisis ini dipakai untuk mengetahui proses pembuatan Istana Maimun di tahun 1888, organisasi ruang, fungsi ruang, bentuk dan gaya yang ada pada ruang istana. Analisis diakronik untuk melihat perubahan sosial politik dan kebijaksanaan Sultan pada masa pemerintahannya yaitu tahun 1873-1924.
1.6.1
Objek Penelitian
Objek Penelitian yang dilakukan yaitu mengamati ruang-ruang di dalam istana yang diduga mendapat pengaruh dari budaya asing dan yang terjangkau oleh peneliti selama survey dilakukan. Adapun ruang-ruang pada istana antara lain ruang selang depan, ruang serambi dalam, ruang balairung dan ruang makan yang di dalamnya terkait dengan elemen pembentuk ruang yaitu lantai, dinding dan plafon.
1.6.2
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian, antara lain:
4
1. Studi lapangan, dengan metoda pengamatan langsung dan wawancara dengan orang yang paling berpengaruh dalan budaya Melayu 2. Studi kepustakaan, untuk menelaah tentang Istana serta gambaran umum keadaan geografis dan sosial budaya Melayu 3. Dokumentasi, berupa foto-foto istana Maimun dan lingkungan alamnya.
1.7
Kerangka Berpikir
Berdasarkan data di lapangan, penulis mulai mengamati langsung objek istana mulai dari bentuk dan gaya arsitektur yang dipakai hingga pada pemakaian ornamen (ragam hias) serta warna pada ruang-ruang yang akan diteliti (ruang teras, ruang penerima tamu, ruang balairung dan ruang makan). Dalam proses pengamatan ini penulis mengkaitkan Istana Maimun dengan konteks sejarah (diakronik sinkronik) pada tahun istana Maimun didirikan. Berikut bagan skema kerangka permikiran dari penelitian ini : Budaya Melayu
Budaya Asing
Ide, Aktifitas, Artefak
Ide, Aktifitas, Artefak
Proses Percampuran Budaya
Sinkronik Diakronik
ISTANA MAIMUN
Bentuk Gaya
Ruang Interior - Teras - Penerima tamu - Ruang Balairung - Ruang Makan
Pembentuk Ruang Lantai Dinding Plafon
Bentuk dan Gaya Elemen dasar Bentuk Hubunhgan antar Bentuk Kualitas Ekspresi Skema 1.7. Kerangka Berfikir
5
Kesimpulan
1.8. Sistematika Penulisan Sistem penulisan tesis ini seluruhnya terbagi atas lima bab. Tiap bab terdiri atas sub-bab yang membicarakan satu bagian tertentu secara khusus, sesuai dengan judulnya. Secara ringkas isi bagian bab dalam kajian in adalah sebagai berikut : Bab I, menguraikan tantang beberapa kajian tentang Istana Maimun (masa pemerintahan Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah), masuknya budaya luar sebagai budaya asing ke Pesisir Timur Sumatera khususnya di tanah Deli (kota Medan). Uraian tersebut dijelaskan dengan alasan yang melatarbelakangi, alur berpikir dan metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti.
Bab II, memaparkan teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini dan digunakan sebagai parameter data-data di lapangan untuk menganalisa dan membedah Arsitektur dan Interior Istana Maimun
Bab III, berisikan gambaran sejarah politik di Medan, dimulai sebelum masa pemerintahan Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah hingga sesudahnya. Perjalanan sejarah politik kerajaan-kerajaan di Medan 18-19 M sebenarnya berdasarkan pada peristiwa sejarah yang terjadi dalam abad-abad sebelumnya. Masuknya bangsa India dan Arab dengan misi berdagang dan penjajahan yang dilakukan Belanda ke kota (Medan) tersebut. Dan juga mendeskripsikan tentang interior Istana Maimun yang menjadi kasus penelitian.
Bab IV, berisikan analisis terhadap komponen dari bangunan dan interior di Istana Maimun (yang ada pada Bab III), bahwa terjadi proses percampuran antar budaya lokal dan budaya asing atas dasar landasan teori pada Bab II.
Bab V, yang sekaligus menjadi penutup dalam tesis ini memberikan rekomendasi dan saran bagi penelitian budaya Melayu selanjutnya.
6
1.9 Kerangka Penelitian Penelitian Istana berawal dari pengamatan terhadap bangunan istana dan ruangruang yang ada dalam istana. Ruang tersebut mendapat pengaruh budaya asing pada bentuk dan gaya antara lain terdapat pada teras, ruang penerima tamu, ruang balairung, dan ruang makan. Berikut skema kerangka penelitian ini:
Istana Maimun
Asumsi : Terdapat indikasi percampuran budaya (akulturasi) pada Istana Maimun Teras Penerima tamu Ruang Balairung Ruang Makan
Proses Akulturasi
4 syarat akulturasi (Bakker)
Bentuk dan Gaya
Percampuran Bentuk: Pengurangan, Irisan, Gabungan
Analisis
Kesimpulan Skema 1.9. Kerangka Penelitian
7
Gaya dari Eropa &Timur Tengah