BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Investasi di pasar modal kini menjadi alternatif investasi yang diminati oleh masyarakat karena pasar modal memiliki beragam instrumen investasi dengan keunggulan-keunggulan tersendiri. Pada dasarnya investasi dalam pasar modal memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi dalam produk perbankan. Namun sesuai dengan konsep high risk high return, membuat investasi di pasar modal mampu memberikan tingkat pengembalian yang tidak terbatas sehingga memiliki keunggulan tersendiri. Walaupun memberikan tingkat pengembalian yang tidak terbatas, tentunya investasi di pasar modal bukan berarti bebas dari risiko. Pergerakan harga sekuritas yang tidak menentu menyebabkan tingkat pengembalian (rate of return) menjadi tidak mudah untuk diprediksi. Kesalahan dalam memperhitungkan rate of return dapat menyebabkan capital loss yaitu harga jual sekuritas yang lebih rendah dibandingkan saat membeli sekuritas. Instrumen investasi yang dapat diperjualbelikan di pasar modal dapat berupa saham ataupun obligasi. Saham merupakan instrumen finansial yang menunjukkan kepemilikan investor atas perusahaan. Sedangkan obligasi adalah merupakan sertifikat yang memuat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh penerbit obligasi dari penerbit obligasi. Sebelum memilih saham untuk investasi, investor harus melakukan beberapa analisis diantaranya adalah analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah metode dalam menilai kelayakan saham ditinjau dari tahapan menilai faktor makro ekonomi, industri, dan perusahaan (Tandelilin, 2010:339). Berbeda dengan analisis fundamental, analisis teknikal lebih fokus pada data historis meliputi harga saham dan volume perdagangan saham. Analisis
1
teknikal adalah studi terhadap suatu sekuritas atau pasar secara keseluruhan berdasarkan permintaan dan penawaran (Meyer dalam Tandelilin, 2010:393). Permintaan dan penawaran di pasar akan menentukan besar kecilnya harga saham. Di samping permintaan dan penawaran, informasi yang beredar juga dapat mempengaruhi harga saham. Informasi yang beredar di pasar dapat mempengaruhi efisiensi sebuah pasar modal. Pasar modal yang efisien tentu merupakan hal yang idealnya terjadi, namun pada kenyataannya pasar modal yang efisien jarang terjadi. Suatu pasar modal yang efisien tentunya mampu mencerminkan harga saham sesuai dengan informasi yang ada. Hal tersebut menjelaskan bahwa dalam pasar modal terjadi proses penyesuaian harga sekuritas menuju harga keseimbangan yang baru sebagai konsekuensi atas munculnya informasi di pasar modal. Idealnya, pergerakan harga saham di pasar mengikuti pola random walk. Namun adanya anomali menyebabkan harga saham-saham di pasar modal menjadi searah. Ada beberapa jenis anomali di pasar modal, searah satunya adalah anomali kalender. Anomali kalender adalah sebuah fenomena dimana harga saham tidak bergerak secara random pada tanggal-tanggal tertentu. Monday effect merupakan salah satu dari beberapa anomali kalender yang ada di pasar modal. Fenomena Monday effect ini adalah adanya kecenderungan return saham pada hari Senin lebih rendah dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Fenomena Monday effect ini sering dikaitkan dengan berita buruk yang diterbitkan pada hari Jumat, sehingga kemudian investor menjual sahamnya pada hari Senin. Adanya jeda dua hari yaitu hari Sabtu dan hari Minggu seharusnya dimanfaatkan oleh investor untuk mempertimbangkan keputusan investasi yang akan diambil secara rasional pada hari perdagangan berikutnya. Fenomena Monday effect dapat terjadi pada saham perusahaanperusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 ataupun indeks-indeks lainnya di Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ45 adalah indeks saham dimana di dalamnya terdapat saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang besar dan juga likuid.
2
Gambar di bawah ini menunjukkan rata-rata pergerakan harian indeks LQ45 sepanjang tahun 2014-2015.
Sumber: Data diolah, 2016
Gambar 1.1 Grafik Rata-Rata Pergerakan Harian Indeks LQ45 Tahun 2014-2015
Berdasarkan gambar di atas dapat kita ketahui bahwa pada tahun 2014, pergerakan indeks LQ45 yang negatif terjadi pada hari Selasa dengan nilai sebesar -0,0007. Namun pada tahun 2015, pergerakan indeks LQ45 yang bernilai negatif terjadi pada hari Senin dengan nilai sebesar -0,00071. Berdasarkan gambar di atas dapat kita ketahui bahwa terjadi anomali pergerakan harga saham yang bernilai negatif hari Senin indeks LQ45 yang sangat tajam pada tahun 2015. Tetapi, pada tahun 2014 pergerakan harga saham yang bernilai negatif terjadi pada hari Selasa.. Hal ini tidak sejalan dengan teori bahwa anomali pasar hanya terjadi pada hari Senin, dan juga adanya ketidaksesuaian teori bahwa anomali kalender tidak hanya terjadi pada perusahaan berkapitalisasi kecil. Perubahan pergerakan harga saham indeks LQ45 dapat disebabkan oleh devaluasi yuan yang dilakukan oleh Bank Rakyat Tiongkok menyeret IHSG ke zona merah. Saham-saham yang dianggap menyeret IHSG ke zona merah antara lain BBRI, BBCA, BMRI, BBCA, TLKM, KLBF, BBNI, dan ASII (Jatmiko,
3
2015). Berdasarkan berita tersebut dapat kita ketahui bahwa yang menyebabkan IHSG terkoreksi didominasi oleh saham-saham perusahaan perbankan yang masuk dalam Indeks LQ45. Berdasarkan Laporan Perekonomian dan Perbankan (2015) yang diterbitkan oleh lembaga penjamin simpanan menyatakan bahwa implikasi dari devaluasi yuan adalah meningkatkan risiko gagal bayar kredit bagi perusahaan-perusahaan eksportir yang mengancam menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan sektor perbankan. Dengan demikian, perusahaanperusahaan sektor keuangan dalam indeks LQ45 yang didominasi seluruhnya oleh perusahaan perbankan dengan kapitalisasi besar lebih berisiko terkena dampak anomali kalender karena dengan keadaan ekonomi yang kurang stabil pada tahun 2015 menyebabkan kepercayaan investor terhadap saham-saham perbankan menurun. Berikut merupakan gambar mengenai pergerakan saham hari Senin pada perusahaan sektor keuangan dan sektor non-keuangan dalam indeks LQ45 tahun 2014-2015:
Sumber: Data diolah, 2016
Gambar 1.2 Grafik Pergerakan Saham Hari Senin Sektor Keuangan dan Sektor NonKeuangan dalam Indeks LQ45 Tahun 2014-2015
4
Berdasarkan gambar sebelumnya dapat kita ketahui bahwa pergerakan saham Senin yang paling rendah pada tahun 2014 terdapat pada sektor non-keuangan pada kuartal pertama dengan nilai -0,0018. Sedangkan pada tahun 2015. Pergerakan saham hari Senin paling rendah tahun 2015 pada kuartal ketiga dipimpin oleh sektor keuangan dalam indeks LQ45 dengan nilai sebesar -0,0035 kemudian disusul oleh sektor non-keuangan dengan nilai -0,0032. Hal tersebut dikaitkan dengan menurunnya kepercayaan investor terhadap saham-saham perbankan yang merupakan implikasi dari devaluasi yuan yang dilakukan oleh Bank Rakyat Tiongkok pada tanggal 11 Agustus tahun 2015. Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa anomali kalender tidak hanya terjadi pada perusahaan-perusahaan kecil, akan tetapi terjadi juga pada perusahaan-perusahaan yang besar. Maka dari itu, terdapat adanya ketidaksesuaian teori dengan kenyataan sehingga fenomena Monday effect pada perusahaan-perusahaan yang berkapitalisasi besar di Indonesia perlu memerlukan pengkajian yang lebih mendalam. Penelitian-penelitian terdahulu yang mendukung adanya fenomena Monday effect khususnya di pasar Modal Indonesia. Penelitian oleh Azlina (2009) menunjukkan bahwa telah terjadi fenomena Monday Effect di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 hingga tahun 2007. Penelitian lain oleh Kristiawan (2010) menunjukkan bahwa terjadi fenomena Monday effect di Bursa Efek Indonesia, khususnya pada indeks LQ45 pada tahun 2004 hinga tahun 2006. Namun, terdapat penelitian lain yang menentang bahwa Monday effect tidak terjadi di Indonesia. Penelitian oleh Thadete (2013) menunjukkan bahwa tidak ada fenomena Monday effect di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007 hingga tahun 2012. Penelitian lain oleh Ardinan (2014) menunjukkan tidak terdapat fenomena Monday effect pada Indeks LQ45 dan STI pada tahun 2010 hingga tahun 2012. Dengan
adanya
ketidakkonsistenan
dari
hasil
penelitian-penelitian
sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Monday Effect Di Bursa Efek Indonesia (Studi Pada Perusahaan Indeks LQ45 Periode 2014-2015)”
5
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya bahwa terdapat ketidaksesuaian teori, dan perbedaan hasil penelitian mengenai fenomena Monday effect, maka masalah yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana kondisi abnormal return harian, pola pergerakan abnormal return hari Jumat dengan abnormal return saham hari Senin, dan kondisi abnormal return saham hari Senin pada sektor-sektor dalam indeks LQ45 pada tahun 2014-2015?
2.
Apakah terdapat perbedaan antara abnormal return saham hari Senin dengan abnormal return saham hari-hari lainnya dalam indeks LQ45 pada tahun 20142015?
3.
Apakah terdapat pengaruh abnormal return saham pada hari Jumat minggu sebelumnya terhadap abnormal return saham hari Senin dalan indeks LQ45 pada tahun 2014-2015?
4.
Apakah terdapat perbedaan antara abnormal return saham Senin pada sektor keuangan dengan abnormal return Senin sektor non-keuangan dalam indeks LQ45 pada tahun 2014-2015?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Bisnis dan Manajemen di Universitas Widyatama. Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah: Berdasarkan paparan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan: 1.
Untuk menganalisis Bagaimana kondisi abnormal return harian, pola pergerakan abnormal return saham hari Jumat dengan abnormal return saham hari Senin, dan kondisi abnormal return saham hari Senin pada sektor-sektor dalam indeks LQ45 pada tahun 2014-2015.
6
2.
Untuk menganalisis adanya perbedaan abnormal return saham pada hari Senin dengan return saham pada hari-hari lainnya dalam indeks LQ45 pada tahun 2014-2015.
3.
Untuk menganalisis adanya pengaruh abnormal return saham pada hari Jumat sebelumnya terhadap abnormal return saham hari Senin pada tahun 20142015.
4.
Untuk menganalisis perbedaan abnormal return Senin saham sektor keuangan pada Indeks LQ45 dengan sektor non-keuangan dalam Indeks LQ45 pada tahun 2014-2015.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis atas dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi akademisi mengenai pengujian pasar yang efisien di Indonesia khususnya fenomena Monday Effect. 2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi investor yang hendak berinvestasi di Bursa Efek Indonesia untuk menentukan kapan saatnya untuk membeli atau menjual saham berdasarkan hari perdagangan. 3. Bagi Peneliti Lainnya Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan dan menyempurnakan penelitian mengenai fenomena Monday effect di masa mendatang.
7
1.5 Jenis Penelitian Berdasarkan tingkat eksplanasinya, jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory. Pengertian explanatory survey menurut Nazir (2011:57) adalah: “Explanatory survey yaitu penelitian yang bertujuan untuk menafsirkan hubungan antara variabel dengan cara menginterpretasikan terlebih dahulu kesimpulan yang telah diperoleh melalui hipotesis.” Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif dan asosiatif. Pengertian penelitian komparatif menurut Nazir (2011:58) adalah: “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawab secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena tertentu.” Jadi, penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu. Sedangkan pengertian penelitian asosiatif menurut Nazir (2011:54) adalah: “Penelitian asosiatif yaitu metode untuk mencari korelasi atau hubungan kausal (hubungan yang bersifat sebab akibat).” Jadi, penelitian asosiatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah independent sample t-test. Selain alat analisis sebelumnya, penelitian ini juga menggunakan analisis korelasi, koefisien determinasi (R2), analisis regresi, dan pengujian hipotesis. Dengan menggunakan metode-metode tersebut maka dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan antara variabel independen, dan juga hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
8
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada perusahaan yang termasuk dalam Indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan memperoleh data di finance.yahoo.com dan sumber lain yang berasal dari Galeri Investasi Universitas Widyatama Bandung yang berlokasi di Jl. Cikutra 204A Bandung. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari tahun 2016 hingga bulan Agustus tahun 2016.
9