BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.1.1
Sejarah Masuknya Hallyu ke Indonesia Dewasa ini remaja di Indonesia sudah tidak asing dengan kata hallyu di
kalangan dan lingkungannya. Kata Hallyu sendiri sebutan bagaimana populernya budaya Korea Selatan mempengaruhi negara-negara di Asia bahkan sampai ke seluruh dunia. Istilah yang lebih dikenal adalah Korean Wave (Bahasa Inggris) atau berarti gelombang korea di Bahasa Indonesia. Di antara kepopuleran dari Negeri Gingseng itu bisa berupa k-drama (film), k-pop (musik), fashion, makanan, Hangeul (Bahasa Korea), budaya, sampai dengan tempat wisata di Korea Selatan itu sendiri. Di Indonesia, hallyu dimulai ketika drama Korea Selatan memasuki pertelevisian Indonesia pada tahun 1990-an. Penduduk Indonesia pun mulai mengenal wajah-wajah bening para pemain drama tersebut dan keahlian akting yang apik di mata penonton. Beberapa drama korea pada masa itu cukup melejit yang mampu menyita perhatian penonton televisi pada masa itu. Tidak hanya di Indonesia dan Asia, drama korea itu pun mencapai pertelevisian di luar benua. Seperti Australia, Suba, U.S, dan lain-lain. Sayangnya di Indonesia
sempat
berhenti kepopulerannya di kalangan masyarakat. Tak mati sampai di sana, pada tahun 2009 hallyu kembali booming di Indonesia. Kali ini bukan karena drama korea, melainkan lebih karena musik KPop. K-pop sendiri merupakan singkatan dari Korean popular music, sebuah genre musik yang terdiri dari pop, dance, electropop, hip hop, rock, R&B dan electronic music yang berasal dari Korea Selatan (Meivita, 2013). Grup idol yang membawa hallyu kembali mewarnai dunia, memiliki keahlian menari dan 1
menyanyi. Hal itulah mampu menyilaukan para penduduk di Indonesia khususnya para remaja di Indonesia. Tentu tidak hanya di Indonesia, melainkan pula Asia, Eropa, Amerika, Australia, dan Afrika. Idol grup tersebut lebih dikenal dengan nama boyband dan girlband. Salah satu idol grup yang paling berperan aktif di dalamnya adalah Super Junior dengan lagu andalannya saat itu Sorry-sorry. Lagu itulah yang mampu mengguncang dunia dan mengenalkan Korea Selatan pada dunia. Terbukti dari informasi yang berhasil dikutip dari sebuah portal komunitas dan berita online tnol.co.id, pengamat musik yang bernama Bens Leo mengatakan musik K-pop yang telah masuk ke Indonesia berhasil populer di Indonesia berkat jaringan informasi dan teknologi internet, dimana masyarakat dengan mudah dapat mengakses internet dan melihat secara audiovisual. Selain musik, k-pop juga mengenalkan budaya lewat gaya rambut, pakaian, dan kostum (Nopiyanti, 2012 dalam Meivita, 2013). 1.1.2
K-pop dalam Perindustrian Musik Indonesia Hallyu (gelombang Korea) telah menyebar di Indonesia hingga saat ini.
Terbukti dengan telah diadakannya berbagai konser k-pop dengan berbagai macam artis dari perusahaan yang berbeda. Di antara grup idol yang telah datang ada Super Junior, SNSD, SHINee, 2PM, Big Bang, B1A4, dan lain-lain. Baik itu berupa konser tunggal maupun konser kolaborasi yang dibawahi oleh perusahaan di Korea Selatan. Tentu saja tak hanya di Indonesia mereka mengadakan konser tersebut, akan tetapi hampir di seluruh dunia merasakan apa yang dinamakan demam k-pop. Menurut informasi dari viva.com, Indonesia yang memiliki jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia bagi para pelaku industri hiburan Korea Selatan sangat menggiurkan. Indonesia memiliki potensi sebagai pasar musik, dikarenakan minat masyarakat akan musik k-pop sangatlah tinggi. Terlebih terhadap konser idol grup Korea Selatan yang telah diselenggarakan di Indonesia. Dapat dilihat dari habisnya tiket konser yang dengan hitungan detik. Bahkan 2
promotor yang bernama Showmaxx telah menambahkan jadwal konser Super Junior menjadi tiga hari, dikarenakan antusias dan permintaan yang tinggi dari peminat k-pop. Hal itulah yang membuat manajemen dari artis Korea Selatan melirik Indonesia sebagai pasar industri musik. Bahkan menurut data pada suatu seminar yang bertajuk East Asia as Popo Culture and a Soft Power and It’s Implication to Indonesia, pada tahun 2012 k-pop fans di Indonesia telah memasuki angka 81.000 (Megume, 2013). Kerjasama Korea Selatan dengan Indonesia pun bisa terjalin melalui industri musik, mereka berharap artisnya pun bisa melakukan kegiatan di Indonesia. Mulai dari konser, iklan, show, bahkan hal lain yang belum pernah ada di Indonesia. Contohnya saja yang sudah melakukan kontrak atas kerjasama tersebut adalah Artist Agency Rainbow dan CUBE Entertainment, adapula Big Daddy dan YG Entertainment. (viva.com, 2012) 1.1.3
Tempat Konser K-pop di Indonesia Sebagai negara yang turut ambil bagian dalam potensialnya terhadap k-
pop tentu saja harus terdapat tempat yang mewadahi kegiatan k-pop tersebut. Dalam lingkup bahasan akan k-pop adalah tempat konser. Tempat konser yang hampir selalu dipakai untuk tempat konser k-pop di Indonesia adalah Mata Elang International Stadium (MEIS) dan Gelora Bung Karno (GBK). Dikarenakan dalam konser k-pop pemilihan utamanya adalah fasilitas yang mendukung pertunjukan dan kapasitas penonton sendiri. Sedangkan saat ini MEIS telah ditutup
dikarenakan
terdapat
permasalahan
izin
bangunan.
Menurut
tribunnews.com, permasalahan izin MEIS sendiri mencuat ke permukaan setelah beberapa
waktu
lalu
Gubernur
DKI
Jkarta
Basuki
Tjahaja
Purnama
mengungkapkan bahwa MEIS termasuk salah satu gedung pertunjukan terbesar di Jakarta yang belum memiliki izin gangguan. Padahal MEIS merupakan salah satu venue terbaik bertaraf internasional baik dari segi kapasitas, tata cahaya, dan sound.
3
Di sisi lain GBK merupakan stadion sepak bola, tentu saja hal itu menuai cibiran dari berbagai pihak. Mulai dari atap yang terbuka dan hujan pun dapat masuk. Sampai rumput yang rusak dan sampah dibuang di sembarang tempat. Bahkan berdasarkan informasi yang didapat dari portal berita tentang bola di bola.net (08/03/2013), Roy Suryo selaku Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) mengaku tidak sepakat jika stadion atau fasilitas olahraga tidak digunakan sebagai mana mestinya dengan berdalih pemain sepak bola tidak bisa berlatih di sana. Saat itu GBK sedang dipergunakan sebagai persiapan untuk konser yang bertajuk ‘KBS Musik Bank-World Tour 2013’ dari Korea Selatan. Menpora juga menambahkan jika Jakarta memang memerlukan fasilitas tambahan untuk kegiatan seperti konser, diakhir beliau meminta secara tegas agar promotor tidak menggunakan fasilitas sepak bola sebagai tempat acara mereka. 1 Padahal GBK pernah menampung 45.000 penonton dalam konser k-pop yang bertajuk SMTOWN yaitu kolaborasi berbagai idol grup maupun penyanyi solo. Berdasarkan kedua kasus tersebut dapat disimpulkan di Indonesia sendiri tidak ada tempat yang layak untuk tempat konser musik, khususnya bagi penggemar k-pop dengan kenyamanan dan fasilitas yang seharusnya ditekankan. 1.1.4
Struktur Dome untuk Tempat Konser Sebagai tempat konser k-pop, yang dibutuhkan adalah bentang gedung
yang luas, kapasitas penonton, dan fasilitas pendukung dari desain bangunan gedung itu sendiri. Bangunan bentang lebar dirasa dapat menjawab luasan tempat konser dan dapat menampung kapasitas penonton, serta tidak adanya tiang-tiang pengganggu yang dapat menghalangi pemandangan langsung dari tempat duduk penonton sampai menuju panggung. Kemudian dome, merupakan jenis bangunan bentang lebar yang berbentuk setengah lingkaran. Bentuk denahnya yang membulat pun mendukung. Di tengah dapat dijadikan pusat perhatian dari auditorium/tempat konser, sedangkan bangku penonton dapat mengikuti di sekitarnya. 1
http://www.bola.net/bolatainment/menpora-minta-promotor-konser-tak-gunakan-stadion-gbkcd1a15.html
4
1.2
Permasalahan
1.2.1
Permasalahan Umum
•
Bagaimana cara menyediakan fasilitas tempat konser yang memberi kenyamanan dan keamanan bagi pengguna?
•
Bagaimana cara menyediakan fasilitas tempat konser yang memudahkan sirkulasi dalam aktifitas pengguna?
1.2.2
Permasalahan Khusus
•
Bagaimana mendesain sebuah dome yang akan menjadi iconic?
•
Bagaimana
merancang
sebuah
dome
yang
bertujuan
untuk
pemaksimalannya dalam fungsi sebagai konser k-pop? •
Bagaimana cara menciptakan tempat konser berdasarkan pola perilaku idol grup dan penggemar?
1.3
Tujuan Tujuan dari kepenulisan ini adalah untuk menjawab pada setiap
permasalahan yang ada. Dalam arsitektural sendiri bertujuan untuk membantu dalam perancangan tempat konser k-pop di Indonesia yang saat ini belum ada tempat konser khusus berdasarkan latar belakang mereka. 1.4
Sasaran Menghasilkan usulan serta gagasan untuk merumuskan konsep dasar
perencanaan dan perancangan dome yang difungsikan sebagai tempat konser kpop dengan pendekatan pola perilaku pengguna, khususnya idol grup dan penggemar. Sehingga kenyamanan akan penggunaan fasilitas ini akan terbentuk. 1.5
Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan terbatas pada pemecahan permasalahan yang akan
diterangkan dalam bentuk penjelasan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang berpusat pada disiplin ilmu arsitektur. Khususnya penekanan pada pola perilaku 5
idol grup dan penggemar. Terdapat pula disiplin ilmu di luar arsitektur yang digunakan dalam menunjang pemecahan permasalahan yang nantinya akan dibahas di setiap ruang yang dibutuhkan dalam memperkuat desain dan fungsi bangunan. 1.6
Metoda Pembahasan
1.6.1
Observasi Observasi dalam hal ini penulis melakukan pengamatan dan perhatian
terhadap video-video konser k-pop, dengan studi kasus konser Super Junior (sebagai idol grup), dimana berdasarkan: •
Sirkulasi keluar-masuk Super Junior dan ELF terhadap gedung konser.
•
Pola perilaku Super Junior dan ELF menjelang konser, ketika konser dimulai, dan setelah konser berakhir.
1.6.2
Wawancara Wawancara yang dilakukan menggunakan metode wawancara langsung
secara mendalam terhadap beberapa penggemar k-pop. Diharapkan dengan metoda wawancara seperti itu, penulis mendapat informasi yang dibutuhkan untuk studi lanjut dalam perkembangan desain gedung konser ini. Yaitu dengan melakukan wawancara sampai menemukan titik jenuh, sehingga didapatkan kesimpulan darinya. 1.6.3
Studi Pustaka Studi pustaka yang dilakukan berupa:
•
Studi literatur tentang beberapa gedung yang digunakan konser Super Junior di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia sendiri.
•
Studi pustaka terhadap bangunan dome dimana perhatian terarah kepada strukturnya.
6
1.6.4
Analisa Penganalisaan berdasarkan perbandingan antara informasi yang diperoleh
berdasarkan observasi dan literature. Kemudian mengambil poin-poin berdasarkan prinsip, persyaratan bangunan yang hendak didesain, standar, dan kesimpulannya. 1.6.5
Sintesis Proses menuju desain yang layak perwujudan dari analisis menuju konsep
dasar desain rancangan dan pengembangan di arsitektur. 1.7
Sistematika Penulisan
1.7.1
Bab I Pendahuluan Merupakan pembahasan tentang garis besar tentang isi penulisan. Yaitu
berupa latar belakang, permasalahanm tujuan, sasaran, lingkup penulisan, metode penulisan sistematika penulisan, keaslian penulisanm dan kerangka pemikiran. 1.7.2
Bab II Studi Pustaka Pembahasan
berdasarkan
pola
perilaku
berupa
hasil
observasi/pengamatan, wawancara, studi pustaka mengenai pola perilaku, perbandingan, sirkulasi, kenyamanan dari grup idol dan penggemar. Kemudian pembahasan berdasarkan preseden yaitu pengalisaaan terhadap bangunan preseden yang digunakan untuk gedung konser k-pop dan berdasarkan bentuk fisik dari dome di Indonesia maupun di dunia. 1.7.3
Bab III Studi Preseden Pembahasan mengenai pengertian, sifat, dan preseden dari dome itu
sendiri. Kemudian penjabaran yang dimaksud dari Dome. Adapula penjabaran mengenai fungsi dari Dome. Dilanjut dari syarat dari tempat konser serta program ruang yang akan dikehendaki.
7
1.7.4
Bab IV Analisis Pembahasan mengenai pola perilaku pengguna, analisa tapak, alur
kegiatan, hubungan ruang antar kegiatan dan sirkulasi, fungsi bangunan dan kebutuhan, zonasi, kebutuhan ruang, besar ruang, standar ruang, tata massa, dan tata lansekap. 1.7.5
Bab V Konsep Desain, Perencanaan, dan Perancangan Pembahasan mengenai konsep dasar yang akan ditetapkan. Yaitu berisi
konsep pola perilaku, konsep pemilihan lokasi dan site, konsep penzoningan, konsep orientasi bangunan, konsep sirkulasi pencapaian dan di dalam site, konsep hubungan antar ruang, konsep program ruang, konsep bentuk massa dan ruang, konsep struktur, dan konsep utilitas. 1.8
Keaslian Penulis Pada dasarnya penulis belum menemukan tugas akhir yang membahas
tentang gedung konser yang dikhususkan untuk k-pop ataupun bangunan dalam bentuk dome berdasarkan perilaku pengguna. Akan tetapi penulis menemukan tema yang hampir serupa dengan pendekatan pola perilaku dan fungsi bangunan sebagai tempat konser. •
“Kafe Buku” Di Yogyakarta Penekanan Pada Perilaku Pengunjung Toko Buku oleh Sandra Forestyana.
•
Gedung Konser di Pandansimo, Pendekatan Green Building Berbasis Rating Platinum GBCI oleh Yusrinanto, Robby.
•
Gedung Konser Musik di Pontianak oleh Gultom, Bontor Jumaylinda BR.
•
Concert Hall Institut Wesley Jakarta di Sentul City dengan Pendekatan Fleksibilitas Ruang oleh Nur Syarief Boni Mulyanto.
•
Dome Sebagai Arena Konser K-pop dengan Pendekatan Pola Perilaku Idol Grup dan Penggemar oleh Karina Widha Wardhani.
8
1.9
Kerangka Berpikir
Gbr. 1.1 Kerangka Berpikir
9