SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Islam sudah menjadi agama mayoritas di Indonesia. Proses masuknya Islam ke Indonesia juga memakan waktu yang lama juga melewati berbagai cara. Pada jaman dahulu pun banyak kerajaan kerajaan yang menganut agama Islam. Islam menyebar dengan berbagai cara dengan dukungan berbagai aspek. Islam dapat diterima karena sifat agama Islam yang tidak memaksa. Hingga saat ini, Islam sudah menjadi agama mayoritas di Indonesia. B. Tujuan Tujuan dibuat makalh ini adalah : 1. Mengetahui berbagai proses masuknya Islam ke Indonesia. 2. Mengetahui berbagai sumber mengenai penyebaran Islam di Indonesia. 3. Berbagai kerajaan Islam di Indonesia yang menganut agama Islam.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
1
BAB II PEMBAHASAN A. Masuknya Islam Ke Indonesia Para ahli memperkirakan Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 1 Hijriah atau ke 7 Masehi. Proses masuknya Islam ke Indonesia meliputi beberapa cara, ada yang melewati para pedagang yang berasal dari Arab, Mesir, India, Gujarat, Persia, dan Iran. Islam juga masuk ke Indonesia melalui perkawinan dan hubungan sosial, juga Islam disebarkan oleh para wali yang kita kenal dengan sebutan Wali Songo. Islam masuk ke Indonesia melalui cara cara berikut. 1. Proses Dakwah Islam melalui Perdagangan Para pedagang yang menganut agama Islam berasal dari luar daerah Indonesia datang pada abad ke 7 – 15 masehi. Para pedagang tersebut datang didampingi dengan para guru pengembara. Para pedagang yang berasal dari luar daerah Indonesia seperti Arab, Gujarat, Irak, Persia, Banggal, Sri Langka dan lainnya terpaksa tinggal di Bandar Bandar yang mereka datangi jika musim tidak mendukung untuk melakukan pelayaran. Mereka diberi tempat oleh penguasa setempat sehingga membentuk suatu komunitas yang sering disebut dengan perkampungan “Pakojan”, yaitu kampong yang khusus untuk para pedagang muslim. Di beberapa kota, bekas bekas perkampungan “Pakojan” masih bisa dilihat, contohnya di kota Banten, Semarang, Jakarta, dan kota lainnya. 2. Penyebaran Islam Melalui Perkawinan dan Hubungan Sosial Penyebaran Islam juga terjadi karena adanya perkawinan dan hubungan sosial antara para pedagang dengan masyarakat biasa atau para bangsawan. Ini terjadi karena dalam Islam tidak memandang status sosial, orang kaya atau miskin, masyarakat biasa atau bangsawan. Selain dengan cara perkawinan, penyebaran Islam lebih cepat terjadi karena raja dari kerajaan besar menganut agama Islam, keputusan raja tersebut sangat berpengaruh untuk penyebaran agama Islam. 3. Penyebaran Islam oleh Wali a. Sunan Gresik ( Maulana Malik Ibrahim) Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Maulana Maghribi karena berasal dari wilayah Maghribi (Afrika Utara). Ia lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gresik, karena selama kurang lebih 20 tahun ia berhasil mencetak kader penyebaran agama islam pertama di pulau Jawa. Ia berdakwah secara instensif dan bijaksana , Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
2
meskipun bukan orang Jawa ,
tetapi ia mampu mengatasi keadaan masyarakat
setempat dan menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat kedalam islam.
b. Sunan Ampel ( Maulana Rahmatullah) Sunan Ampel pada masa kecilnya bernama Raden Ahmad dan diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa. Sunan Ampel mulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan di Ampel Denta. Sunan Ampel dikenal sebagai wali yang tidak stuju terhadap adat istiadat masyarakat Jawa pada masa itu. Misalnya kebiasaan mengadakan sesaji atau selamatan.Namun, para wali lain berpendapat bahwa hal itu tidak dapat dihilangkan dengan segera, tetapi dengan cara memasukkan nilai – nilai isalami di dalamnya. Sunan Ampel juga di anggap sebagai penerus cita – cita dan perjuangan Sunan Gresik. Sunan Ampel menikah dengan Nyai Agung Manila putri seorang adipati Tuban yang bernama Arya Teja. Dan memiliki 4 orang anak yaitu : 1. Putri Nyai Agung Maloka 2. Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) 3. Syariffudin (Sunan Drajat) dan 4. Syarifah yang merupakan istri dari Sunan Kudus.
c. Sunan Bonang (Maulana Makhdum Ibrahim) Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465 dengan nama Raden Maulana Makhdum Ibrahim. Dia merupakan putra dari Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila . Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Rembang . Sunan Bonang termasuk wali yang menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuaikan kebudayaan masyarakat Jawa, seperti wayang dan musik gamelan. Untuk itu , ia menciptakan gending – gending yang diselingi dengan nilai keislaman. Setiap bait lagu diselingi dengan ucapan dua kalimat syahadat sehingga musik gamelan yang mengiringinya dikenal denga istilah Sekaten. Sunan Bonang wafat pada tahun 1952 M dan saat ini makam aslinya berada di Desa Bonang. Namun yang sering diziarahi adalah makamnya di Kota Tuban.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
3
d. Sunan Drajat (Maulana Syarifudin) Sunan Drajat dikenal sebagai wali yang berjiwa sosial tinggi. Jasanya terhadap fakir miskin , yatim piatu , dan orang sakit cukup banyak. Perhatiannya yang besar terhada masalah sosial sangat tepat karena ia hidup pada saat kerajaan Majapahit runtuh dan rakyat mengalami kritis yang memprihatinkan. Selain itu , dalam berdakwah ia juga menggunakan media kesenian , pangkur adalah salah satu ciptaannya.
e. Sunan Giri ( Maulana Ainul Yaqin) Nama asli dari Sunan Giri ialah Raden Paku yang merupakan seorang wali yang menyebarkan agama islam dengan menitikberatkan pada bidang pendidikan. Ia pernah belajar di Pesantren Ampel Denta dan juga sebagai pendiri pesantren Giri. Dapat dikatakan bahwa Sunan Giri merupakan tokoh yang mempersatukan Indonesia dibidang pendidikan islam.
f. Sunan Klijaga Selain dikenal dengan wali juga dikenal sebagai budayawan dan seniman karena wawasannya yang luas dan pemirannya yang tajam. Ia tidak hanya disukai oleh rakyat, tetapi juga oleh cendikiawan dan penguasa. Sunan Klijaga melakukan dakwah dengan cara berkelana sarana dakwah yang digunakan berupa pertunjukan wayang kulit. Alur cerita dan tokoh wayang memuat nilai – nilai islam diantara lagu yang diciptakannya adalah Dandang Gula.
g. Sunan Muria (Maulana Umar Said) Sunan Muriatermasuk salah satu “walisongo” yang dikenal dengan sikapnya yang pendiam, tetapi tajam akan fatwanya. Oleh karena itu, ia juga dikenal sebagai guru tasawuf.Ia lebih memfokuskan di daerah pedesaan untuk menyebarkan agama islam karena ia dendiri tinggal ditempat yang jauh dari keramaian bersama rakyat biasa. Ia juga seorang wali yang menyukai seni. Dua tembang yang bernuansa islam hasil ciptaannya adalh “sinom dan kinanti”. Tembang sinonim umumnya melukiskan suasana ramah – tamah dan nasehat. Adapun tembang kinanti, bernada gembira digunakan untuk menyampaikan ajaran agama, nasehat , dan falsafah hidup.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
4
h. Sunan Kudus (Maulana Fa’jar Shadiq) Sunan Kudus adalah wali yang dapat Al – Ilmi (orang berilmu luas) karena memiliki berbagai ilmu agama , seperti ilmu tauhid dan fikih. Karena keahliannyalah ia mendapat kepercayaan dari kesultanan Demak untuk mengendalikan pemerintahan dan hakim wilayah Demak . Untuk melancarkan penyebaran Islam ia membangun sebuah masjid di Kudusyang disebut menara tempat beduk masjid.
i. Sunan Gunung Jati ( Maulana Syarif Hidayatullah) Beliau putra dari Syarif Hidayatullah dan Nyai Rara Santang salah seorang walisongo yang sangat berperan dalam penyebaran dalam penyebaran agama Islam di Cirebon – Jawa Barat. Ia dilahirkan di Mekkah dan beliau cucu dari Raja Padjadjaran. Setelah dewasa , ia memilih dakwah di Jawa dan menggantikan kedudukan pamannya , dan beliau berhasil menjadikan Cirebon sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Selain itu ada beberaoa tokoh penyebar islam berdasarkan cerita rakyat atau abad digolongkan pula kepada wali , misalkan Syekh Bontang dan Sunan Bayat. Beliau melakukan tahap awal penyebaran islam di Pulau Jawa dan ini dimantapkan dengan pembaruan yang dilakukan oleh da’i pada masa berikutnya. B. Sumber Sumber Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia 1. Sumber dari Para Pedagang Arab Berita berita dari bangsa asing menunjukan bahwa bangsa Arab dan Persia telah mengenal kerajaan maritim Sriwijaya pada abad ke 9 M. abad tersebut merupakan abad dimana orang orang Islam mulai menguasai jalur perdagangan laut ke arah Timur. Menurut keterangan dari Ibnu Hardadzbeth (844-848 M), pedagang Sulaiman (902 M), Ibnu Rasteh (903 M), Abu Zayid (916 M), ahli geografi Mas’udi (955 M), kerajaan Sribuza (Sriwijaya) berada pada kekuasaan Raja Zabag yang kaya dan menguasai jalur dagang dengan Kerajaa Oman. Dari Sribuza (Sriwijaya) para pedagang Arab memperoleh kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, kayu hitam, kayu sapan, dan rempah rempah seperti cengkeh, lada, pala, dan merica. Dengan demikian para pedagang Sriwijaya pada abad ke 9-13 M bukan hanya berdagang dengan pedagang Cina dan India, melainkan juga dengan bangsa Arab dan Persia. Jadilah proses interaksi antara mereka yang menyebabkan banyak masyarakat setempat tertarik terhadap ajaran agama Islam yang dibawa oleh orang orang Arab dan Persia. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
5
2. Sumber dari Marcopolo Pada abadke 13 M penyebaran agama Islam semakin meluas. Marcopolo menyatakan bahwa telah ada kerajaan Islam di Fumasik dan Samudera Pasai setelah ia melakukan perjalanan pulang dari Cina menuju Persia dan singgah di Perlak tahun 1292. Kedua kerajaan tersebut menguasai perdagangan di Selat Malaka dan masih mengakui kedaulatan Majapahit. Kedua kerajaan tersebut memiliki pelabuhan pelabuhan dagang penting untuk mengekspor lada ke Gujarat dan Benggala, dan Jawa. Para pedagang tidak terlalu peduli dengan siapa mereka berdagang dan siapa yang menguasai kerajaan kerajaan tersebut. Di antara pelabuhan penting lain di jalur dagang internasional terdapat pula kerajaan Islam besar, yaitu Kerajaan Malaka. Pelabuhan ini mulai ramai pada abad 12 M ketika Majapahit masih memiliki pengaruh di kawasan tersebut dan ketika para pedagang Islam dari berbagai bangsa sudah melakukan perdagangan dengan pedagang di kawasan ini. 3. Sumber dari Tome Pires Menurut Tome Pires pengembara asal Portugis, palabuhan Malaka ramai dikunjungi oleh para pedagang dari barat, seperti Kairo, Mekkah, Aden, Arbesiria, Kiliwamalindi, Ormus, Persia, Turki, Armenia, Gujarat, Goamalabar, Keling, Urisa, dan Kedah. Pedagang dari Timur berasal dari Tanjung Pura, Lawe, Bangka, Lingga, Maluku, Banda, Bima, Timor, Madura, Indragiri, Batak, Pasai, dan Pendir. Sambil menunggu proses pengangkatan barang ke kapal dan pembongkaran barang dari kapal, serta menunggu musim yang baik untuk berlayar para pedagang tersebut menetap di kota Malaka untuk waktu yang cukup lama. Para pedagang Indonesia yang terbuka terhadap pengaruh asing banyak belajar dari para pedagang ini mengenal kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan agama Islam. Dari mereka, Islam menyebar ke seluruh penduduk terutama di daerah pesisir. Dapat disimpulkan bahwa melalui proses perdagangan agama Islam masuk dan berkembang di Indonesia yang dipelopori oleh penduduk pesisir pantai. 4. Sumber dari Batu Nisan Pada abad ke 11 M di pesisir utara Jawa Timut, yaitu Leran dan Gresik ditemukan sebuah nisan yang bertuliskan huruf arab kafi dan nisan kubur di Phonrang, Cempa. Nisan Leran ini juga menyebutkan nama seorang wanita Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tanggal 7 Rajab 475 H atau Desember 1082 M.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
6
Berdasarkan temuan nisan Fatimah binti Maimun bin Hibatullah ini diperkirakan bahwa di pesisir utara Jawa Timur khususnya di Leran telah terdapat sekelompok muslim yang mungkin berasal dari Timur Tengah. Hal ini didasarkan pada jenis huruf kafi bercorak Timur Tengah, yaitu dengan tanda hiasan bentuk kail atau lengkung pada bagian ujung yang tegak. Gaya huruf kafi semacam itu mulai berkembang di Persia pada akhir abad ke 10. 5. Sumber dari Sejarawan Cina Berita dari Mo Huan yang mengikuti Laksamana Cheng Ho dalam berita ekspedisinya yang diterbitkan dalam buku Ying Yai Sheng Lan (1433) memberikan bukti tentang keberadaan komoditas muslim di daerah pesisir pulau Jawa terutama Jawa Timur. Dikemukakan bahwa sebagian penduduk Tuban dan Gresik adalah muslim yang berasal dari setiap kerajaan asing dari barat yang telah merantau ke daerah ini sebagai pedagang. Mereka juga mngenakan pakaian dan makan makanan yang bersih. Golongan lainnya adalh orang Tang yang berasal dari Kuangtung dan tempat lain di wilayah Cina Selatan, kebanyakan dari mereka memeluk agama Islam, shalat, dan berpuasa. Makanan mereka juga bersih, selain mengabarkan adanya golongan tersebut, Ma Huan juga menginformasikan tentang penduduk pribumi yang belum menjadi Islam.
C. Kerajaan Kerajaan Islam di Indonesia dalam Menyebarkan Islam 1. Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atauSamudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utaraSumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, ProvinsiAceh, Indonesia. Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah. Namun beberapa sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai dan ini dikaitkan dengan beberapa makam raja serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya. Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlahila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
7
Pembentukan Awal Berdasarkan Hikayat Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu, setelah sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser. Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut denganSemerlanga kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau 1297 M. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang berbeda, namun dalam catatan Tiongkok nama-nama tersebut tidak dibedakan sama sekali. Sementara Marco Polo dalam lawatannya mencatat beberapa daftar kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatera waktu itu, dari selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak),Basma dan Samara (Samudera). Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam. Kemudian sekitar tahun 1326 ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik azZahir dan memerintah sampai tahun 1345. Pada masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn Batuthah, kemudian menceritakan bahwa sultandi negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab Syafi'i. Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik az-Zahir putra Sultan Mahmud Malik az-Zahir, datang serangan dariMajapahit antara tahun 1345 dan 1350, dan menyebabkan Sultan Pasai terpaksa melarikan diri dari ibukota kerajaan. "Maka titah Sang Nata akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah ia duduk di tanah Jawa ini, mana kesukaan hatinya. Itulah sebabnya maka banyak keramat di tanah Jawa tatkala Pasai kalah oleh Majapahit itu". 2. Kerajaan Malaka Kerajaan
Malaka adalah
sebuah Kerajaan
Melayu yang
pernah
berdiri
diMalaka, Malaysia. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara, kemudian mencapai puncak kejayaan di abad ke 15 dengan menguasai jalur pelayaran Selat Malaka, sebelum
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
8
ditaklukan oleh Portugal tahun 1511. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi Eropa di kawasan Nusantara. Kerajaan ini tidak meninggalkan bukti arkeologis yang cukup untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah, namun keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui Sulalatus Salatin dan kronik Cina masa Dinasti Ming. Dari perbandingan dua sumber ini masih menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama hubungannya dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta rentang waktu dari pemerintahan masing-masing raja Malaka. Pada awalnyaIslam belum menjadi agama bagi masyarakat Malaka, namun perkembangan berikutnya Islam telah menjadi bagian dari kerajaan ini yang ditunjukkan oleh gelarsultan yang disandang oleh penguasa Malaka berikutnya. Pendirian Berdasarkan Sulalatus Salatin kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu di Singapura,
kemudian
serangan Jawa dan Siam menyebabkan
pusat
pemerintahan berpindah ke Malaka. Kronik Dinasti Ming mencatat Parameswarasebagai pendiri Malaka mengunjungi Kaisar Yongle di Nanjing pada tahun 1405 dan meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya. Sebagai balasan upeti yang diberikan, Kaisar Cina menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka, kemudian tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Cina. Pengaruh yang besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya serangan Siam dari utara, terutama setelah Kaisar Cina mengabarkan penguasa Ayutthaya akan hubungannya dengan Malaka. Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming. Laporan
dari
kunjungan
Laksamana Cheng
Ho pada
1409,
mengambarkan Islamtelah mulai dianut oleh masyarakat Malaka, sementara berdasarkan catatan Ming, penguasa Malaka mulai mengunakan gelar sultan muncul pada tahun 1455. Sedangkan dalam Sulalatus Salatin gelar sultan sudah mulai diperkenalkan oleh penganti berikutnya Raja Iskandar Syah, tokoh yang dianggap sama dengan Parameswara oleh beberapa sejarahwan. Sementara dalam Pararaton disebutkan terdapat nama tokoh yang
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
9
mirip yaitu Bhra Hyang Parameswara sebagai suami dari Ratu Majapahit, Ratu Suhita. Namun kontroversi identifikasi tokoh ini masih diperdebatkan sampai sekarang. Pada tahun 1414 Parameswara digantikan putranya, Megat Iskandar Syah, memerintah selama 10 tahun, kemudian menganut agama Islam dan digantikan oleh Sri Maharaja atauSultan Muhammad Syah. Putra Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim, mengambil gelar Sri Parameswara Dewa Syah. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena terbunuh pada 1445. 3. Kerajaan Aceh Kerajaan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulauSumatera dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507.
Dalam
sejarahnya
yang
panjang
itu
(1496 - 1903),
Aceh
mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, memiliki sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, dan menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain. Awal Mula Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Pada awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian menundukan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir,Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru. Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537. Kemudian Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar yang berkuasa hingga tahun 1571. 4. Kerajaan Demak Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
10
merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.] Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa danIndonesia pada umumnya. Walau tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan olehJaka Tingkir. Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang menurut tradisi didirikan oleh Walisongo. Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi kota Demakdi Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada periode ketika beribukota di sana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk periode ini kerajaan disebut Demak Prawata. Masa Awal Menjelang akhir abad ke-15, seiring dengan kemuduran Majapahit, secara praktis beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang tersebar atas kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Sementara Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan bahwa Demak merupakan penganti langsung dari Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap sebagai putra Majapahit terakhir. Kerajaan Demak didirikan oleh kemungkinan besar seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po. Kemungkinan besar puteranya adalah orang yang olehTomé Pires dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim", mungkin dimaksudkan "Badruddin" atau "Kamaruddin" dan meninggal sekitar tahun 1504. Putera atau adik Rodim, yang bernamaTrenggana bertahta dari tahun 1505 sampai 1518, kemudian dari tahun 1521 sampai 1546. Di antara kedua masa ini yang bertahta adalah iparnya, Raja Yunus (Pati Unus) dari Jepara. Sementara pada masa Trenggana sekitar tahun 1527 ekspansi militer Kerajaan Demak berhasil menundukan Majapahit.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
11
5. Kerajaan Cirebon Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan "jembatan" antara kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta suatu kebudayaan yang khas,
yaitu
kebudayaan
Cirebon
yang
tidak
didominasikebudayaan
Jawa maupun kebudayaan Sunda. Sejarah Menurut Sulendraningrat yang
mendasarkan
pada
naskah Babad
Tanah
Sunda danAtja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: campuran), karena di sana bercampur para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, dan mata pencaharian yang berbeda-beda untuk bertempat tinggal atau berdagang. Mengingat pada awalnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai serta pembuatan terasi, petis, dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi (belendrang) dari udang rebon inilah berkembanglah sebutan cairebon (Bahasa Sunda:, air rebon) yang kemudian menjadi Cirebon. Dengan dukungan pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam dari pedalaman, Cirebon kemudian menjadi sebuah kota besar dan menjadi salah satu pelabuhan penting di
pesisir utara Jawa baik dalam
kegiatan pelayaran dan perdagangan di
kepulauan Nusantara maupun dengan bagian dunia lainnya. Selain itu, Cirebon tumbuh menjadi cikal bakal pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.
Pendirian Pendirian kesultanan ini sangat berkaitan erat dengan keberadaan Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon didirikan pada tahun 1552 oleh panglima kesultanan Demak, kemudian yang menjadi Sultan Cirebon ini wafat pada tahun 1570 dan digantikan oleh Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
12
putranya yang masih sangat muda waktu itu. Berdasarkan berita dari klenteng Talang dan Semarang, tokoh utama pendiri Kesultanan Cirebon ini dianggap identik dengan tokoh pendiri Kesultanan Banten yaitu Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati (1479-1568) Pada tahun 1479 M, kedudukannya kemudian digantikan putra adiknya, Nyai Rarasantang dari hasil perkawinannya dengan Syarif Abdullah dari Mesir, yakni Syarif Hidayatullah (1448-1568) yang setelah wafat dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati dengan gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah dan bergelar pula sebagai Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah. Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada Kesultanan Cirebon dimulailah oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon danKesultanan Banten serta penyebar
agama
Islam
di
Jawa
Barat
seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh),Sunda Kelapa, dan Banten. Fatahillah (1568-1570) Kekosongan pemegang kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat keraton yang selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah atau Fadillah Khan. Fatahillah kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja sejak tahun 1568. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570, dua tahun setelah Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana Gunung Sembung. Panembahan Ratu I (1570-1649) Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati yaitu Pangeran Mas, putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
13
Panembahan Ratu II (1649-1677) Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun 1649, pemerintahan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran Seda ing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II. Panembahan Girilaya pada masa pemerintahannya terjepit di antara dua kekuatan kekuasaan, yaitu Kesultanan Banten dan Kesultanan Mataram. Banten merasa curiga sebab Cirebon dianggap lebih mendekat ke Mataram (Amangkurat I adalah mertua Panembahan Girilaya). Mataram dilain pihak merasa curiga bahwa Cirebon tidak sungguh-sungguh mendekatkan diri, karena Panembahan Girilaya dan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten adalah sama-sama keturunan Pajajaran. Kondisi ini memuncak dengan meninggalnya Panembahan Girilaya di Kartasura dan ditahannya Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya di Mataram. 6. Kerajaan Banten Kerajaan Banten meliputi wilayah sebelah barat pantai Jawa sampai ke Lampung. Daerah ini sebenarnya merupakan daerah tetangga kerajaan Pajajaran, yang dalam cerita Parahyangan dikenal dengan nama Wahanten Girang. Peletak dasar kerajaan Banten adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Tahun 1526 H, Syarif Hidayatullah menguasai bagian barat pantai utara jawa untuk mendudukan kerajaan Pajajaran. Kerajaan Banten dijadikan sebagai basis penyerangan ke kerajaan pajajaran menolak usaha penyebaran agama islam. Akhirnya, pelabuhan sunda kelapa berhasil dikuasai pada tahun 1527, tetapi kerajaan banten masih tetap menjadi daerah kekuasaan demak, ketika sultan hadiwijaya berkuasa di Demak. Raja yang pertama adalah Putra Syarif Hidayatullah, Maulana Hasanuddin. Peguasa kerajaan Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf (1570-1580). Selama sembilan tahun dibawah pimpinan Maulana Yusuf kerajaan Banten berusaha mendudukan pakuan, ibukota kerajaan Pajajaran, namun pada tahun 1579 Banten berhasil menaklukan pakuan.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
14
Setelah Maulana Yusuf meninggal dunia tahun 1580, tahta kerajaan banten jatuh ke tangan Maulana Muhammad yang masih berusia 9 tahun. Oleh karena masih sangat muda, kekuasaan pemerintah dijalankan oleh sebuah badan perwalian yang terdiri dari kali (jaksa agung) dan empat mentri. Badan perwalian ini berkuasa sampai Maulana Muhammad cukup umur untuk memerintah. Tahun 1596, banten melancarkan serangan terhadap kerajaan palembang, serangan tersebut dipimpin oleh Maulana Muhammad, penyerangan ini bertujuan untuk melancarkan jalur perdagangan hasil bumi dan rempah rempah dari daerah sumatra. Namun penyerangan itu
tidak berhasil dan Maulana Muhammad gugur. Wafatnya
Maulana mengakibatkan kosongnya pemerintahan di banten. Sedangkan anaknya yang bernama Abu Munafakhir masih berusia lima bulan. Untuk sementara, kerajaan banten dipimpin oleh badan perwalian yang diketuai oleh Jayanegara (wali kerajaan) dan Nyai Emban Rangkung (pengasuh pangeran). Pada masa ini armada dagang belanda tiba di banten, armada ini dipimpin oleh Cornelis De Houtman pada tahun 1596. Abu Munafakhir baru resmi menjadi pemimpin kerajaan Banten pada tahun 1596. Tahun 1638, Khalifah mekah memberikan gelar sultan pada Abu Munafakhir. Beliau wafat pada tahun 1651. Kemudian putranya menggantikannya, tetapi tidak lama kemudian beliau wafat. Raja banten berikutnya adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Dibawah pemerintahannya kerajaan Banten berhasil mencapai kejayaannya. Beliau berusaha keras mengusir kekuasaan armada belanda (VOC) dari kerajaaan banten. Pada tahun 1671, Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkotanya, yaitu Sultan Kahar atau Sultan Haji sebagai raja muda. Pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh sultan haji, namun Sultan Ageng Titrayasa tetap mengawasi. Selama pemerintahannya, sultan haji cenderung bersahabat dengan VOC, tetapi VOC memanfaatkan kesempatan ini untuk memengaruhi kebijakan pemerintahan sultan haji. Sultan Ageng Tirtayasa tidak menyetujui hubungan baik sultan haji dengan Belanda dan berencana mencabut kembali kekuasaannya. Sultan haji dengan dukungan Belanda tetap mempertahankan tahta kerajaan banten sehingga timbul persengketaan dan perang saudara. Akibar pengkhianatan ini pada tahun 1683 M Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda di Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya wafat pada tahun 1692 dan kerajaan Banten menjadi boneka dibawah kendali Belanda Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
15
7. Kerajaan Mataram Kyai Agung Pamanahan merupakan pendiri kerajaan Mataram.Setelah meninggal tahun 1575 M Pamanahan digantikan oleh anaknya bernama Sutawijaya adalah pendiri Kerajaan Mataram Islam pertama.Ia memerintah dari tahun 1575-1601.Penguasa kerajaan Mataram Islam
selanjutnya adalah Masjolang atau Panembahan Sedo Krapyak.Ia
memerintah dari tahun 1601-1613 M.Pada masa pemerintahannya,Kerajaan Mataram Islam menaklukkan daerah-daerah pantai di sekitarnya.Namun,ia gugur dalam usahanyaa menyatukan Kerajaan Mataram Islam. Raja Mataram Islam berikutnya adalah Sultan Ageng Hanyokrokusumo.ia memerintah di Mataram dari tahun 1613-1645 M. Ia merupakan raja terbesar di Kerajaan Mataram Islam yang mempunyai cita-cita menyatukan Pulau Jawa.Pada masa Sultan Agung,perdagangan di Mataram Islam
semakin melemah,sehingga pelayaran dan
perdagangan menjadi mundur.Pada tahun 1628-1629,Sultan Agung ingin menguasai Batavia,ia pun mengirim pasukan yang dipimpin oleh Baureksa dan dibantu oleh Adipati Ukur serta Suro Agul-Agul,tapi usaha itu gagal.Sultan Agung wafat pada tahun 1645 yang dimakamkan di Imogiri. Beliau digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat I. Amangkurat memerintah dari tahun 1645-1677 M.pada masa pemerintahannya,Kerajaan Mataram menjalin
hubungan
dengan
Belanda,orang-orang
Belanda
dipekenankan
untuk
membangun benteng di Kerajaan Mataram.Namun,pendirian benteng dan tindakan sewenang-wenangan Belanda akhirnya menyulutkan rasa tidak puas dari beberapa kalangan di Kerajaan Mataram terhadap pemerintahan Amangkurat I.Di antaranya dari Pangeran Trunajaya dari Madura dengan di bantu para Bupati di daerah di pesisir pantai,Pangeran Trunajaya melakukan pemberontakan. Dalam peperangan di Ibukota Kerajaan Mataram,Amangkurat I menderita lukaluka.Ia di larikan ke Tegal Wangi dan meninggal di sana.Pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Belanda. Raja Amangkurat I wafat dan digantikan oleh Amangkurat II. Ia memerintah dari tahun 1677-1703. Pada masa pemerintahannya,Belanda menguasai hampir sebagian besar wilayah Kerajaan Mataram. Amangkurat II sendiri menyingkir ke daerah pedesaan dan mendirikan Ibukota Kerajaan Mataram baru di desa Wonokerto yang diberi nama Kartasura
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
16
Setelah Amangkurat II wafat,berdasarkan perjanjian Giyanti Pada tahun 1755,Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua,yaitu daerah kesultanan Yogyakartayang diperintah oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Hamengkubuwono I,dan kesultanan Surakarta diperintah oleh susuhunan . Dengan demikian kerajaan Mataram akhirnya terbagi menjadi empat kerajaan kecil ,yakni Kesultanab Yogyakarta, Pakubuwono III. Pada tahun 1757, berdasarkan perjanjian Salatiga, Kerajaan Mataram dipecah lagi menjadi
tiga
daerah,
yaituKesultanan
Yogyakarta,
Kasuhunan
Surakarta,
dan
Mangkunegara. Daerah Mangkunegara diperintah oleh Mas Said yang bergelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara.Pada tahun 1813, Kesultanan Yoogyakarta dibagi menjadi dua kerajaan , yaitu kesultanan Yogyakarta dan kerajaan Pakualaman. Kerajaan Pakualaman diperintah oleh Paku Alam yang semula adalah Adipati Kesultanan YogyakartaKasuhunan Surakarta kerajaan Mangkunegara dan kerajaan Pakualaman. Kehidupan ekonomi kerajaan Mataram Islam adalah agraris yang menghasilkan beras dan kemudian diekspor ke Kerajaan Malaka. Untuk meningkatkan hasil produksi beras Sultan Agung memindahkan para petani ke daerah Karawang yang subur hal ini dilakukan juga untuk persiapan menyeran Batavia. 8. Kerajaan Makassar Di Indonesia bagian timur terdapat sebuah kerajaan Islam yang memiliki perna yang sangat besar bagi penyebaran agama Islam, yaitu kerajaan Gowa-Tallo. Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi
Selatan dan saling
berhubungan baik. Banyak orang mengetahuinya sebagai Kerajaan Makassar. Makassar sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang juga disebut sebagai Ujung Pandang. Sebelum abad ke-16, raja-raja Makassar belum memeluk agama islam. Baru setelah datangnya Dato Ri Bandang, seorang penyiar Islam dari Sumatra, Makassar berkembang menjadi Kerajaan Islam. Sultan Alaudin Raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam. Ia memimpin Makassar dari tahun 1591-1638. Sebelumnya, Sultan Alaudin bernama asli Karaeng Ma ‘tuwaya Tumamenanga Ri Agamanna. Setelah Sultan Alaudin wafat, Kerajaan Makassar dipimpin oleh Muhammad Said 1639-1653. Setelah Muhammad Said wafat, Beliau digantikan oleh Sultan Hasannuddin. Beliau berkuasa sejak tahun 1653. Masa pemerintahannya merupakan masa gemilang Kerajaan Makassar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
17
Di bawah pemerintahan Sultan Hasannuddin, Kerajaan Makassar berhasil menguasai kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, yaitu Rubu,Wajo,Soppeng,dan Bone. Sultan Hasannuddin juga berniat menjadikan Kerajaan Makassar sebagai penguasa tunggal di jalur perdagangan
Indonesia bagian timur. Oleh karena itu, Sultan
Hasannuddin harus menghadapi kekuatan armada VOC Belanda sebelum dapat menguasai Maluku. Belanda berusaha keras menghentikan serangan-serangan Kerajaan Makassar. Untuk itu, Belanda bersekutu dengan Raja Bone, yaitu Arub (Tuan) Palaka. Aru Palaka bersedia membantu Belanda dengan syarat akan diberi kemerdekaan. Pada tahun 1667 , dengan bantuan kerajaan Bone berhasil menekan Makassar untuk menyetujui perjanjian Bongaya. Perjanjian ini berisi tiga buah
kesepakatan, yaitu VOC mendapat hak
monopolidagang di Makassar, Belanda dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makassar , Makassar harus melepas daerah yang dikuasainya serta mengakui Aru Palaka sebagai Raja Bone. Setelah Sultan Hasannuddin turun tahta pada tahun 1669, Mapasomba putranya berusaha menggantikan kepemimpinan ayahnya dan meneruskan perjuangan-perjuangan ayahnya melawan Belanda. Pasukan Kerajaan Makassar akhirnya di pukul mundur oleh Belanda dan jalur perdagangan di kuasai Belanda
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
18
BAB III PENUTUP Dapat disimpulkan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia tidak mudah, melalui waktu dan proses yang panjang. Awal mula secara pasti kapan masuknya Islam ke Indonesia tidak diketahui, namun bukti bukti telah menyatakan Islam telah ada sejak dahulu kala di Indonesia. Namun di era modern ini, Islam telah menjadi agama mayoritas di Indonesia. Ini terjadi karena berkat jasa jasa para penyebar Islam di Indonesia terdahulu.
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
19