BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perencanaan
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504 pulau. Selain itu Indonesia juga memiliki luas wilayah perairan yang mencapai 5.8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 95.181 km. Luas daratan Indonesia hanya berkisar 25% dari total luas keseluruhan, 75% wilayahnya adalah lautan. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan potensi kemaritiman yang sangat besar terutama dalam hal wisata pesisir. Fakta di atas merupakan landasan utama yang menjelaskan tentang urgensi perencanaan terpadu dalam hal pariwisata di kawasan pesisir Indonesia. Salah satu negara yang sangat memperhatikan proses perencanaan kawasan pesisirnya adalah Singapura. Negara ini telah memulai pembangunan kawasan pesisirnya lebih dari 30 tahun yang lalu dan hasilnya saat ini sangat menakjubkan. Negara ini menjadi salah satu tujuan wisata terbaik di dunia. Fakta dan contoh di atas menjadi daya tarik penulis untuk dapat merencanakan sebuah kawasan wisata terpadu di salah satu kawasan pesisir Indonesia. Berdasarkan hasil observasi (di Banda Aceh) dan studi kepustakaan, ada dua lokasi yang bisa dipilih sebagai lokasi perencanaan tugas akhir ini, yaitu kawasan pesisir Meuraxa dan tepian Sungai Krueng Aceh. Kedua lokasi ini juga sama-sama dicanangkan sebagai area Waterfront City di Kota Banda Aceh. Namun, secara fungsional, kedua lokasi tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Kawasan pesisir Meuraxa diproyeksikan sebagai kawasan rekreasi sedangkan tepian Sungai Krueng Aceh diproyeksikan sebagai jalur transportasi air dalam kota. Oleh karena tema yang difokuskan dalam perencanaan tugas akhir ini adalah rekreasi, maka kawasan yang akan menjadi lokasi perencanaan dalam studi ini adalah kawasan pesisir Meuraxa. Pertimbangan lainnya, kawasan ini memiliki kriteria yang sesuai dengan tipologi utama perencanaan yaitu tipologi waterfront tepi pantai.
1
Lokasi kawasan pesisir Meuraxa berada di sebelah utara Kota Banda Aceh. Kawasan ini dulunya merupakan salah satu tujuan favorit warga Aceh untuk berwisata, namun setelah terkena dampak bencana gempa dan tsunami tahun 2004 lalu, kawasan ini tereduksi secara fisik dan spasial sehingga mendegradasi fungsi rekreasi yang ada. Sekalipun sudah ditetapkan RTRW Kota Banda Aceh 2009-2029 sebagai kawasan wisata, namun belum ada pembangunan fisik yang mendukung kegiatan untuk berekreasi. Oleh karena itu, perencanaan tugas akhir ini lebih mengarah pada proses development bukan redevelopment. Rencana pembangunan yang dicanangkan saat ini oleh pemerintah Kota Banda Aceh adalah menjadikan kawasan strategis tepian air Meuraxa sebagai Waterfront City. Semangat ini merupakan bentuk upaya pemerintah daerah untuk kembali memaksimalkan potensi keindahan pesisir sebagai kawasan pariwisata. Semangat ini diikuti dengan merumuskan strategi pembangunan seperti yang tertuang dalam Rencana Strategis Kota Banda Aceh 2009-2029. Strategi tersebut berupa pendeleniasian dua kawasan strategis dan pembangunan fasilitas pariwisata untuk kawasan Waterfront City. Namun dalam kenyataannya, sejak Rencana Strategis Kota Banda Aceh 2009-2029 ini dirumuskan, sampai saat ini belum ada peningkatan jumlah pengunjung, baik lokal maupun dari luar daerah. Strategi-strategi tersebut tidak menstimulus perkembangan pariwisata dan aglomerasi pembangunan fisik dan ekonomi. Berdasarkan observasi lapangan, strategi tersebut hanya berupa delineasi dan peraturan-peraturan umum saja. Penentuan letak fisik sarana prasarana dan pembangunan fasilitasnya juga tidak sesuai kebutuhan pengunjung sehingga tidak dimanfaatkan dan rusak dengan sendirinya. Hal ini kemudian menjadikan zona yang diprospekkan sebagai magnet tujuan wisata tersebut menjadi tidak memikat dan tidak terurus. Keadaan ini sangat disayangkan karena minat rekreasi masyarakat tidak dapat terakomodasi dengan baik.. Oleh karena itu, perlu adanya suatu perencanaan detail kawasan wisata pesisir di pesisir Meuraxa agar dapat memacu pertumbuhan bidang pariwisata dan dapat mengakomodasi minat rekreasi masyarakat.
2
Perencanaan kawasan wisata pesisir di Kota Banda Aceh ini kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk ditindaklanjuti dalam bentuk objek perencanaan tugas akhir. Hasil perencanaan ini diharapkan mampu memberi solusi dan pertimbangan bagi praktisi, politisi, akademisi, dan investor yang berkepentingan terhadap kawasan pesisir Meuraxa. Hasil perencanaan ini juga diharapkan dapat mengoptimalkan potensi pariwisata dan memacu investasi ekonomi makro dan mikro di kawasan pesisir khususnya di Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh.
1.2
Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1
Permasalahan Umum Paparan latar belakang diatas memunculkan pertanyaan/planning problem
sebagai berikut: “Kurangnya fasilitas rekreasi dan terhambatnya alur sirkulasi pengunjung”.
1.2.2
Permasalahan Khusus Permasalahan khusus yang ada di Kawasan Meuraxa adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya sarana dan prasarana pariwisata untuk mendukung kegiatan rekreasi masyarakat. 2. Tidak lancarnya sirkulasi pergerakan kendaraan di jalan utama kawasan pesisir Meuraxa.
1.3
Maksud, Tujuan, Sasaran dan Output Perencanaan
1.3.1
Maksud Perencanaan Kegiatan perencanaan Recreational Waterfront di kawasan pesisir Kota
Banda Aceh adalah sebuah upaya untuk mengharmoniskan bentuk kegiatan, pola pergerakan dan memaksimalkan potensi lahan serta keindahan alamnya untuk dapat dinikmati oleh masyarakat sesuai dengan minat rekreasi dan kemampuan eko-biogeo-fisik lahan.
3
1.3.2
Tujuan Perencanaan Tujuan utama dari perencanaan ini adalah terencananya kawasan pariwisata
di pesisir Kecamatan Meuraxa dengan menggunakan konsep
Recreational
Waterfront.
1.3.3
Sasaran Perencanaan Sasaran dari tujuan utama perencanaan di atas adalah sebagai berikut :
1. Mengintegrasikan kegiatan operasional pelabuhan yang bersebelahan dengan zona rekreasi. 2. Meningkatkan struktur fisik dan guna lahan. 3. Mengidentifikasi persepsi dan minat rekreasi masyarakat Kota Banda Aceh 4. Mengidentifikasi potensi dan masalah keruangan yang ada di pesisir Kota Banda Aceh 5. Mengidentifikasi konsep aplikatif yang sesuai dengan kondisi fisik, ekonomi dan sosial serta sesuai dengan peraturan tata ruang yang berlaku di Kota Banda Aceh 6. Menganalisis dan menyusun Rencana Detail Pengembangan Recreational Waterfront di pesisir Kota Banda Aceh
1.3.4
Output / Keluaran Hasil Perencanaan Adapun output/keluaran hasil perencanaan dalam laporan ini adalah sebagai
berikut : 1. Rencana Pemanfaatan Ruang di Meuraxa Recreational Waterfront 2. Rencana Penataan Elemen Fisik di Meuraxa Recreational Waterfront 3. Rencana Sirkulasi dan Aksesibilitas di Meuraxa Recreational Waterfront 4. Pentahapan realisasi rencana pembangunan fisik
1.4
Ruang Lingkup Perencanaan
Ruang lingkup perencanaan mencakup berbagai aspek kehidupan. Luasnya ruang lingkup ini akan tergantung kepada batasan perencanaannya. Dalam
4
perencanaan wilayah dan kota, ruang lingkup perencanaan dapat meliputi dua hal utama yaitu ruang lingkup subtantif dan ruang lingkup spasial. Ruang lingkup subtantif akan mencakup materi yang menjadi sasaran perencanaan, sedangkan ruang lingkup spasial akan mencakup luas wawasan perencanaan dari segi perwilayahan seperti lokasi, luas dan skalanya.
1.4.1
Ruang Lingkup Subtantif Semenjak konferensi Stockholm (1972) dan diperkuat dengan konferensi di
Rio de Janeiro (1992), City Summit di Istanbul (1996) dan World Summit di Johannesburg (2002) maka disepakati bahwa pembangunan lingkungan perkotaan yang berkelanjutan meliputi aspek lingkungan fisik, ekonomi dan sosial budaya. Ketiganya terkait erat dan saling mempengaruhi. Perubahan ekonomi mampu membawa dampak pada perubahan sosial dan budaya yang pada akhirnya mempengaruhi fisik lingkungan. Segi subtantif perencanaan wilayah dan kota akan membahas tiga hal mendasar yaitu upaya pengembangan masyarakat atau sosial (social planning); perencanaan yang berkaitan dengan upaya pengembangan ekonomi (economic planning) dan perencanaan dalam upaya pengembangan fisik (physical planning). Pengembangan yang terakhir tersebut selalu dikaitkan dengan beberapa aspek keruangan dalam perencanaan wilayah dan kota. Menurut Sujarto (1988) ketiga hal tersebut merupakan ruang lingkup subtansi yang tidaklah terlepas satu sama lain. Keterkaitan antar ketiganya dapat dilihat pada matriks berikut ini. Tabel 1.1 : Keterkaitan dalam Ruang Lingkup Subtansi Lingkup Perencanaan Menurut Subtansinya Perencanaan Sosial Perencanaan Ekonomi Perencanaan Fisik
Subtansi Dasar
Produk Perencanaan
Sosial
Ekonomi
Fisik
Rencana Sosial
Rencana Ekonomi
Rencana Fisik
x
o
-
-
x
o
o
-
x
-
-
o
Sumber : Sujarto (1988 ; 34) 5
Keterangan : x
= Pertimbangan utama
= Aspek yang harus dipertimbangkan O = Produk perencanaan utama
Berdasarkan matriks diatas, rencana pengembangan Meuraxa Recreational Waterfront akan menganalisis aspek fisik sebagai pertimbangan utama dan juga diikuti dengan pertimbangan sekunder yaitu aspek sosial dan ekonomi. Adapun analisis-analisis yang akan dibahas dalam perencanaan Meuraxa Recreational Waterfront ini adalah sebagai berikut : 1. Fisik a. Analisis elemen fisik utama dan pendukung rekreasi b. Analisis citra kota menurut Hamid Shirvani dan Kevin Lynch c. Analisis sirkulasi, transportasi, mobilitas dan aksesibilitas d. Analisis kebutuhan lahan parkir e. Analisis tapak dan topografi f. Analisis zonasi dan tata guna lahan g. Analisis pola dan struktur ruang h. Analisis daya tampung dan daya dukung lahan i. Analisis ruang publik j. Analisis pembangunan vertikal k. Analisis lingkungan dan sumber daya l. Analisis kontak fisik dan visual m. Analisis mitigasi bencana 2. Sosial a. Analisis demografi b. Potensi budaya c. Pola kegiatan d. Sektor informal e. Persepsi masyarakat 3. Ekonomi a. Analisis ekonomi
6
1.4.2
Ruang Lingkup Spasial Perencanaan pengembangan Meuraxa Recreational Waterfront merupakan
perencanaan turunan dari beberapa rencana yang telah ditetapkan dalam RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029. Perencanaan ini didelineasi berdasarkan tetapan pemerintah daerah terhadap kawasan-kawasan strategis di Kota Banda Aceh, salah satunya adalah kawasan Pariwisata di pesisir kota. Kawasan pariwisata ini kemudian menjadi batasan perencanaan penulis dalam kegiatan perencanaan pengembangan Meuraxa Recreational Waterfront di Kota Banda Aceh. Lokasi perencanaan ini berada di pesisir utara Kota Banda Aceh, lebih tepatnya sekitar 5 km dari pusat kota. Secara geografis, lokasi ini berada antara 05º30′ – 05º35′ LU dan 95º30′ – 99º16′ BT sedangkan secara administratif, lokasi ini berada di Kecamatan Meuraxa. Lebih lanjut tentang deskripsi wilayah akan dijelaskan di BAB IV. Adapun letak kawasan perencanaannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.1 : Lokasi Perencanaan Sumber : Hasil Analisis 2013 7
1.5
Sistematika Pelaporan
Laporan perencanaan ini berisi tentang proses, metode dan konsep perencanaan di kawasan pesisir Kecamatan Meuraxa di Kota Banda Aceh. Laporan ini fokus pada aspek fisik kawasan sehingga skala yang akan digunakan adalah 1 : 1000, oleh karena itu, selain laporan substantif, dibagian akhir akan berisi lampiran peta, form observasi dan juga desain rencana Meuraxa Recreational Waterfront. Sistematika pelaporannya adalah sebagai berikut. BAB I merupakan pendahulan yang memaparkan latar belakang, permasalahan umum dan permasalahan khusus, ruang lingkup, tujuan dan sasaran, dan sistematika penulisan. Secara umum bab ini menjelaskan tentang urgensi (kepentingan) perencanaan kawasan pesisir Meuraxa di Kota Banda Aceh. BAB II merupakan hasil tinjauan kepustakaan dan studi literatur. Bab ini fokus pada dasar teori tentang perencanaan kawasan pesisir, konsep rekreasi dan konsep waterfront. Hasil tinjauan kepustakaan dan studi literatur ini menjadi dasar pondasi dalam menganalisis dan payung teori dalam proses perencanaan kawasan pesisir Meuraxa. BAB III merupakan metode yang akan digunakan dalam proses perencanaan. Bab ini memaparkan tentang objek perencanaan dan menjelaskan tentang cara mengumpulkan data melalui observasi dan angket. Selain itu, bab ini juga menjelaskan tentang analisis apa yang akan difokuskan dan tahapan-tahapan apa yang akan dilalui dalam proses perencanaan BAB IV merupakan deskripsi wilayah perencanaan. Bab ini memaparkan hasil tinjauan faktual tentang Kota Banda Aceh secara umum dan tentang kawasan pesisir Meuraxa yang merupakan lokasi perencanaan secara khusus. Tinjauan tersebut meliputi letak geografis, topografi, ekonomi, kependudukan, dan sirkulasi. Tinjauan tersebut diperkuat dengan pemaparan hasil survey tentang persepsi dan pola kegiatan masyarakat terhadap rekreasi di Kota Banda Aceh. BAB V merupakan analisis pengembangan Recreational Waterfront di pesisir Meuraxa. Bab ini menjelaskan hasil analisis tentang kebutuhan ruang,
8
elemen fisik yang akan digunakan, pola sirkulasi dan pembagian zona kegiatan dalam kawasan Recreational Waterfront di pesisir Meuraxa. BAB VI merupakan konsep perancangan berisi konsep makro, konsep messo, konsep organisasi dan tata massa kawasan, konsep akses publik dan sirkulasi, konsep landscape kawasan, konsep arsitektur bangunan, konsep struktur bangunan, dan konsep sistem utilitas bangunan dan kawasan serta kriteria Recreational Waterfront yang baik. BAB VII merupakan bab terakhir yang berisi tentang hasil rencana yang akan diimplementasikan di pesisir Meuraxa sebagai Recreational Waterfront. Bab ini memaparkan tentang transformasi desain dari konsep perencanaan sebelumnya.
9