BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Saat ini perkembangan industri asuransi sangat pesat. Kehadiran industri
tersebut merupakan hal yang rasional dan tidak terelakan pada situasi sekarang. Hal ini didukung sebagian anggota masyarakat memiliki kecenderungan umum untuk menghindari atau mengalihkan risiko keuangan mereka. Perusahaan asuransi ini mengambil alih atau menanggung sebagian kemungkinan risiko yang akan terjadi pada masyarakat dengan adanya balas jasa berupa premi dari masyarakat yang mengalihkan risiko tersebut. Berdasarkan pada situs resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Asuransi, industri asuransi di Indonesia pada awal tahun 2000 belakangan ini semakin menjanjikan dan berkembang. Hal ini dibuktikan lagi oleh sedikitnya dua faktor penting yang melatarbelakanginya. Faktor pertama adalah dimana persentase orang Indonesia hanya sekitar 11% (sebelas per seratus) yang mempunyai polis asuransi jiwa jika dibandingkan dengan total keseluruhan rakyat Indonesia yang berjumlah 200 juta lebih. Faktor kedua adalah faktor keamanan
terhadap jiwa seseorang maupun harta benda miliknya yang cenderung meningkat risikonya dari tahun ke tahun. Perkembangan industri asuransi tersebut dapat dinilai salah satunya dari perkembangan pendapatan premi. Pendapatan tersebut merupakan premi yang didapatkan setiap perusahaan yang bergerak pada industri asuransi pada setiap tahun. Pada tahun 2009 ini, pendapatan premi industri asuransi dalam skala nasional mencapai angka 81,71 triliun rupiah. Angka mengalami peningkatan sebesar 76,25% seperti yang ditulis pada situs internet detik finance. Perkembangan industri ini sangat membanggakan bagi para pelaku industri. Namun pada kenyataannya pendapatan premi yang cukup tinggi ini ternyata tidak sebanding lurus terhadap kelangsungan hidup beberapa perusahaan asuransi yang ada. Kenyataan terpahit berujung pada penghentian usaha karena kondisi keuangan perusahaan yang dinyatakan tidak sehat oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (BAPEPAM LK). Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi sebagai bentuk badan usaha mempunyai beberapa kegiatan operasional yang secara garis besar terdiri dari kegiatan pemasaran, kegiatan administrasi dan kegiatan investasi. Kegiatan tersebut merupakan kesatuan yang saling mendukung demi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan adalah bahwa perusahaan tersebut akan terus bertahan pada waktu dimasa yang akan datang.
Pemasaran merupakan ujung tombak daripada kegiatan operasional perusahaan. Dalam kegiatan ini mempertemukan antara konsumen dan produsen sehingga terjadi suatu transaksi jual beli, dalam hal ini konsumen mendapatkan jasa perlindungan asuransi dan produsen mendapatkan pendapatan berupa premi. Salah satu kegiatan administrasi perusahaan asuransi jiwa adalah administrasi keuangan. Administrasi ini mencakup perhitungan cadangan premi dan harga nilai tunai secara aktuaria. Hasil perhitungan tersebut secara umum tersaji pada perkiraanperkiraan dalam laporan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi. Kegiatan investasi dalam perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi sangat menentukan terhadap maju mundurnya perusahaan. Keuntungan dari investasi (Gain of Interest) dapat mempertahankan atau mengembangkan bidang usahanya. Keuntungan lain yang dapat diharapkan selain dari keuntungan investasi adalah keuntungan mortalita, namun keuntungan mortalita ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan keuntungan dari kegiatan investasi. Dari sedikit penjelasan diatas, pendapatan premi terhadap perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi bukan merupakan faktor utama yang harus dinilai untuk melihat perkembangan, tingkat kesehatan dan hingga kelangsungan hidup (Going Concern). Selain itu masih ada penilaian atas beban yang kemungkinan akan terjadi di masa yang akan datang serta penilaian terhadap hasil dari investasi.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah karakteristik yang berbeda untuk akuntansi perusahaan asuransi khususnya asuransi jiwa. Keunikan tersebut terletak pada beban atas klaim atau manfaat asuransi yang belum terjadi dan diliputi oleh ketidakpastian kejadiannya. Bahkan untuk produk asuransi tertentu beban atau manfaat diliputi ketidakpastian baik mengenai waktu beban tersebut akan diakui dan besaran atas manfaat tersebut. Dengan demikian setiap perusahaan asuransi harus memiliki tingkat likuiditas dan solvabilitas yang cukup untuk membiayai klaim dan manfaat yang akan dibayarkan pada masa yang akan datang. Karena cukup pentingnya hal ini, maka ketentuan peyajian neraca pada laporan keuangan juga diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 36 paragraf 22 yang berbunyi : “Aktiva disajikan dengan menempatkan akun investasi pada urutan pertama diikuti akun-akun aktiva lainnya. Akun-akun yang lain disajikan berdasarkan urutan likuiditas.” Departemen Keuangan dalam hal ini mengeluarkan suatu perundangundangan yang mengatur mengenai tingkat solvabilitas perusahaan asuransi baik asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi yaitu sebesar 120% (seratus dua puluh per seratus). Batas tingkat solvabilitas tersebut merupakan nilai minimal yang harus dicapai oleh setiap perusahaan asuransi dalam setiap periode akuntansi dan pada umumnya disajikan pada laporan keuangan. Batas tingkat solvabilitas memiliki arti sebagai ukuran yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan asuransi dalam memenuhi kewajiban kepada pemegang polis atau tertanggung yang
dicerminkan dengan suatu perbandingan antara nilai kekayaan yang diperkenankan dengan kewajiban perusahaan yang bersangkutan. Bila suatu perusahaan asuransi tidak dapat mencapai nilai solvabilitas yang telah ditetapkan dalam suatu periode akuntansi tertentu, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan perhatian oleh Departemen Keuangan secara langsung. Pengawasan ini karena perusahaan dinilai memiliki masalah mengenai kondisi keuangan dan diharapkan untuk laporan kedepannya dapat mencapai batas minimal dari ketentuan yang telah ditetapkan. Namun bila perusahaan tersebut tidak mampu memperbaiki kondisi yang terjadi, akan terjadi kemungkinan bahwa ijin usaha untuk perusahaan tersebut dicabut. Oleh karena itu, penulis mengangap perlu untuk mengamati dan menganalisis mengenai penilaian perusahaan asuransi dengan menggunakan metode Risk Based Capital. Berdasarkan uraian tersebut, penulis memilih judul skripsi ini : ANALISIS TINGKAT KESEHATAN ASURANSI JIWA BERDASARKAN RISK BASED CAPITAL, (Studi Kasus pada PT. Asuransi Jiwa Mega Life)
1.2
Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana tingkat kesehatan
asuransi jiwa berdasarkan Risk Based Capital, studi kasus pada PT. Asuransi Jiwa Mega Life?
1.3
Pembatasan Masalah Untuk menjaga relevansi masalah skripsi yang dibahas, maka penulis
membatasi masalah pada penggunaan data dan laporan pada hanya jenis produk konvensional serta dasar-dasar hukum yang digunakan yaitu pada periode akuntansi tahun 2009.
1.4
Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.
Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis tingkat kesehatan asuransi jiwa berdasarkan Risk Based Capital, studi kasus pada PT. Asuransi Jiwa Mega Life.
2.
Kegunaan Penelitian a. Bagi Perusahaan Penulis mengharapkan karya tulis ini dapat berguna sebagai alat pertimbangan untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan serta dapat dipergunakan sebagai bahan referensi dan evaluasi. b. Bagi Kalangan Akademik Sebagai pedoman bagi masiswa dan menambah wawasan pengetahuan tentang tingkat kesehatan perusahaan asuransi berdasarkan pada perundang-undangan yang berlaku, serta sebagai referensi bagi penelitian berikutnya.