BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang,
secara bertahap selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan disegala bidang, khususnya bidang ekonomi. Dengan mengadakan pembangunan dan perbaikan disegala sektor bisnis, diharapkan banyak perusahaan - perusahaan yang dapat berkembang dan menghasilkan berbagai jenis barang atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, serta dapat memunculkan perusahaan perusahaan baru yang dapat ikut bersaing dalam mencapai tujuan bisnis sesuai dengan bidang industri masing-masing. Persaingan yang terjadi pada era globalisasi ini, memunculkan banyak investor-investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia, bahkan tak jarang perusahaan-perusahaan asing menjalankan usahanya di Indonesia dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang ada di dalam negeri. Apabila perusahaan-perusahaan dalam negeri tidak mampu bersaing tak jarang banyak peusahaan yang mengalami kerugian bahkan sebagian besar dari sahamnya di kuasai oleh pihak asing. Namun demikian banyak hambatan yang dialami oleh dunia usaha, salah satunya yang sangat krusial adalah masalah pendanaan ini. Dunia usaha mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh kemacetan kredit - kredit yang diberikan ke dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum pemberian kredit dimasa lalu oleh perbankan dan masalah kelayakan kredit yang disetujui. Struktur modal perusahaan merupakan salah satu faktor fundamental dalam operasi perusahaan. Struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh kebijakan pembelanjaan (financing policy) dari manajer keuangan yang senantiasa dihadapkan pada pertimbangan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang mencakup tiga unsur penting, yaitu (Harnanto, 1995:306 dalam Muhammad Rizal, 2002) : keharusan untuk membayar balas jasa atas penggunaan modal kepada pihak yang menyediakan dana tersebut, atau sifat keharusan untuk pembayaran biaya modal,
sampai seberapa jauh kewenangan dan campur tangan pihak penyedia dana itu dalam mengelola perusahaan, dan resiko yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan Balance Theory yang dikemukakan oleh (Myers, 1984 ; Bringham, 1999 dalam Muhammad Rizal, 2002) perusahaan mendasarkan diri pada keputusan suatu struktur modal yang optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan keuntungan dari penghematan pajak atas penggunaaan hutang terhadap biaya kebangkrutan. Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan dana internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari eksternal. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal pendanaan adalah pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan yang terakhir adalah penerbitan ekuitas baru (Myers, 1984 dalam Muhammad Rizal, 2002).
Dalam hal ini peran manajer keuangan menjadi sangat penting dalam suatu perusahaan. Setiap keputusan yang diambil oleh manajer keuangan harus dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan. Manajemen perusahaan melalui peran manajer keuangan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan sehingga meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham melalui implementasi kebijkan keuangan yang terdiri dari kebijakan investasi, keuangan, dan kebijakan dividen (Lawrwnce J Gitman; 2000 Brigham & Erhardt; 2002; Van Horne & Wachowizc; 2004; Van Horne; 2001). Ketiga keputusan tersebut secara bersama-sama menentukan nilai perusahaan.
Suatu
kombinasi
yang
optimal
antara
ketiganya
akan
memaksimumkan nilai perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran kekayaan pemegang saham. Keputusan-keputusan tersebut saling berkaitan satu sama lainnya, sehingga kita harus memperhatikan dampak bersama dari ketiganya terhadap harga pasar saham perusahaan. Keputusan investasi yang diambil oleh para manajer, harus benar-benar mempertimbangkan dampak yang akan terjadi baik dampak positif atau dampak negatif. Karena apabila manajer melakukan kesalahan dalam mengalokasikan
assetnya, maka akan berdampak pada kerugian dan berkurangnya investor yang akan menanamkan modalnya. Investasi berhubungan dengan pendanaan dan apabila investasi sebagian besar didanai internal equity maka akan mempengaruhi besarnya dividen dibagikan. Semakin besar investasi semakin berkurang dividen yang dibagikan. Dan apabila dana internal equity kurang mencukupi dari dana yang dibutuhkan untuk investasi maka bisa dipenuhinya dari eksternal khususnya dari hutang. Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal untuk mendanai tambahan investasi akan membagikan dividen lebih besar (Surasni 1998). Karna itu manajer harus dapat menentukan kebijakan dividen yang memberikan keuntungan pada investor. Seorang investor yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan tentu saja mengharapkan return atau keuntungan dari pembelian saham dari suatu perusahaan yaitu capital gain dan dividen. Investor beranggapan bahwa dividen yang diterima saat ini lebih berharga dari capital gain yang diperoleh kemudian hari (Blume, 1980). Prilaku investor ini dapat mencerminkan persepsi investor terhadap kinerja perusahaan, dan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik pada umumnya diartikan investor memiliki nilai perusahaan yang baik pula. Harga saham yang terdapat pada suatu perusahaan juga dapat mencerminkan keadaan perusahaan tersebut, sehingga harga saham akan menjadi salah satu pertimbangan bagi investor pada saat dia akan menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Salah satu tujuan dari perusahaan adalah untuk dapat memakmurkan para pemilik perusahaan, baik pemilik eksternal maupun pemilik internal. Semakin tingginya harga saham dapat mencerminkan kemakmuran pemegang saham, Karena penetapan harga saham tersebut merupakan pencerminan dari kebijakan investasi, pendanaan dan kebijakan dividen. Selain itu salah satu tujuan dari perusahaan juga adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya (Fama,1978; Wright & Ferrris,1997; Walker 2000). Harga saham di gunakan sebagai proksi nilai perusahaan karna harga saham merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin
memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. Harga saham pada suatu perusahaan biasanya juga dijadikan sebagai pertimbangan para investor dalam menentukan pembelian saham. Biasanya para investor melakukan analisis-analisis terlebih dahulu. Salah satunya adalah dengan melakukan analisis teknikal, yaitu dengan melihat harga saham pada suatu perusahaan. Biasanya investor menilai semakin tinggi harga saham pada suatu perusahaan, maka semakin tinggi juga return yang akan diterima oleh investor. Perusahaan
dalam
membuat
keputusan
pembagian
dividen
harus
mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan (Riyanto 1977; Dermawan 1997). Laba sebaiknya tidak dibagikan sebagai dividen seluruhnya dan sebagian harus disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Karena dalam kebijakan dividen terdapat dua pihak berkepentingan yang saling bertentangan yaitu kepentingan pemegang saham dengan dividen dan kepentingan perusahaan
dengan
rentained
earning untuk
investasi.
Dengan
adanya
pertentangan kepentingan antara pemegang saham dan perusahaan tentang pengalokasian laba yang diperoleh yang pada akhinya akan mempengaruhi nilai dari perusahaan (harga saham). Tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan dengan hati-hati dan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan yang lainnya yang berdampak terhadap nilai perusahaan (Jensen&Smith 1984; Fama dan French 1998). Fenomena yang terjadi di Bursa Efek Jakarta menunjukan bahwa nilai perusahaan yang di proksi melalui nilai pasar saham mengalami perubahan meskipun tidak ada kebijakan keuangan yang dilakukan perusahaan. Misalnya, dividen pada umumnya dibagikan setiap satu tahun sekali, demikian juga kegiatan investasi dan pendanaan tidak setiap saat dilakukan, namun nilai perusahaan (harga saham) berubah setiap saat. Hal ini disebabkan oleh informasi lain seperti situasi politik dan sosial. Berdasarkan informasi di atas maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana pengaruh keputusan keuangan, khususnya keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan yang tercermin pada harga
saham
“PENGARUH
perusahaan. STRUKTUR
Maka
penulis
MODAL
pengambil
judul
penelitian
DAN KEBIJAKAN
DIVIDEN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA SEKTOR INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES PRIODE 2003-2008”
1.2. Identifikasi Masalah Bedasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka penulis mendapatkan beberapa masalah pokok yang akan diteliti dalam penelitian ini, antara lain : 1.
Bagaimana pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan secara simultan pada Industri food and beverages periode 20032008
2.
Bagaimana pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan secara parsial pada industri food and beverages periode 20032008
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan memperoleh informasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti pada industri food and beverages periode 2003-2008 yang akan digunakan sebagai sumber penelitian dan bahan dalam memecahkan permasalahan dalam penelitian dan penyususunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat sarjana pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Jurusan Manajemen Universitas Widyatama.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan secara simultan pada industri food and beverages periode 2003-2008
2.
Untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan secara parsial pada industri food and beverages periode 2003-2008
1.4. Kegunaan Hasil Penelitian Adapun manfaat atau kegunaan dari hasil penelitian dan skripsi ini adalah : 1.
Bagi Perusahaan Meskipun penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, tetapi hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi perusahaan dalam menetapkan proporsi struktur modal dan keputusankeputusan yang diambil yang berhubungan dengan pemegang saham khususnya dividen agar perusahaan dapat terus meningkatkan nilai perusahaan yang dapat tercermin dalam harga sahamnya dengan mengalokasikan investasi secara tepat.
2.
Bagi Penulis Dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan penulis mengenai pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan pada suatu perusahaan, dan untuk mengetahui sejauh mana teori yang didapat pada saat kuliah dapat di aplikasikan dalam praktek.
3.
Bagi Pihak Lain Sebagai bahan referensi, informasi untuk melengkapi kebutuhan pembaca mengenai bidang yang diteliti oleh penulis.
1.5. Kerangka Pemikiran Manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen. Masing-masing keputusan tersebut harus berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Ketiga keputusan keuangan tersebut harus benar-
benar di jalankan dengan baik oleh perusahaan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham Wright & Feris (1997), Hasnawati (2005). Oleh karena itu, dalam pengambilan ketiga keputusan tersebut seorang menejer keuangan harus sangat hati-hati. Investasi merupakan salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana investasi pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dilakukan perencanaan investasi yang lebih teliti agar tidak terlanjur menanamkan investasi pada proyek yang tidak menguntungkan. Keputusan yang menyangkut investasi akan menentukan sumber dan bentuk dana untuk pembiayaan. Pemilihan struktur pendanaan merupakan masalah yang menyangkut komposisi dana yang akan digunakan oleh perusahaan. Keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal perusahaan merupakan komposisi pendanaan yang diambil perusahaan yang menunjukan komposisi modal internal dan eksternal. Martono & Harjito (2007 : 240) menyatakan bahwa : “Struktur modal (capital struktur) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri” Indikator dari struktur modal adalah Debt to Equity Ratio (DER) karena mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar utang. Rasio Debt to Equity Ratio (DER) dapat dicari dengan menggunakan rumus :
Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan pada struktur modal perusahaan maka akan semakin besar pula resiko yang ditanggung pemegang saham, resiko yang semakin tinggi cenderung menurunkan harga saham. Pendanaan yang didasarkan pada pecking order theory, menyatakan bahwa urutan pendanaan berdasarkan pendanaan yang memiliki risiko lebih kecil yaitu pertama laba ditahan, diikuti dengan hutang, dan yang terakhir ekuitas baru (Myers, 1984). Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fama dan Franch (1999). Harga saham suatu perusahaan akan naik, apabila diumumkan akan diterbitkan pinjaman untuk digunakan membeli kembali saham perusahaan tersebut. Untuk meningkatkan nilai perusahaan disamping harus membuat kebijakan dividen, perusahaan dituntut untuk tumbuh. Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan menggunakan kesempatan investasi sebaik-baiknya. Investasi berhubungan dengan pendanaan dan apabila investasi sebagian besar didanai internal equity maka akan mempangaruhi besarnya dividen yang dibagikan. Semakin besar investasi semakin berkurang dividen yang dibagikan. Dan apabila dana internal equity kurang mencukupi dari dana yang dibutuhkan untuk investasi maka bisa dipenuhi dari eksternal khususnya dari hutang. Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal untuk menandai tambahan investasi akan membagikan dividen yang lebih besar, Surasni (1998). Untuk itulah, manajer harus dapat menentukan kebijakan dividen yang memberikan keuntungan kepada investor, disisi lain harus menjalankan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Menurut Hessel Nogi S.Tangkilis (2003:230-322) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu: posisi solvabilitas, posisi likuiditas, dividend payout ratio, pertumbuhan pendapatan perusahaan, stabilitas pendapatan perusahaan, tingkat keuntungan yang diharapkan tinggi, ketersediaan sumber daya, dan biaya alternatif, kebutuhan untuk melunasi hutang,
rencana perluasan, kesempatan ekspansi, harapan mengenai kondisi bisnis umumnya, pembatasan yang diberikan kreditur, pengawasan terhadap perusahaan. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikannya kembali dalam perusahaan. Apabila dividen yang dibayarkan secara tunai semakin meningkat, maka semakin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi. Hal ini menyebabkan tingkat pertumbuhan masa mendatang rendah dan akan menekan harga saham. Menurut Bringham dan Gapenski (2004:437) kebijakan dividen adalah : “Dividend policy, involves the decision to payout earning as dividend’s versus retaining and reinvesting then in the business, it has to key elements (1) what fraction of earning should be paid on average: over time? This is target payout policy decision, (2) should the firm attempt to pay a stable, predictable dividend, or should it very its dividend payments from year to year depending on its internal needs and cash flow? This is dividend stability policy decision.” Menyatakan bahwa perubahan besarnya dividen yang dibagikan terdapat dua akibat yang saling berlawanan. Apabila seluruh laba dibayarkan sebagai dividen maka kepentingan cadangan terabaikan, sebaliknya bila laba ditahan semua maka kepentingan pemegang saham terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang optimal. Selain itu menurut Weston dan Brigham (1997), kebijakan dividen optimal merupakan kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa yang akan datang sehingga dapat memaksimumkan laba. Harga saham suatu perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan di mata investor. Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari kebijakan-kebijakan investasi, pendanaan dan kebijakan dividen. Ketiga kebijakan keuangan tersebut secara bersama-sama menentukan nilai perusahaan. Suatu kombinasi yang optimal atas ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan yang selanjutnya akan memakmurkan kekayaan para pemegang saham. Namun bagaimana proporsi yang pas yang akan diambil oleh manajer
didalam membagi antara investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan tanpa melupakan dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham. Harga saham dalam penelitian ini merupakan harga pasar dalam pengertian harga saham dalam pasar sekunder. Pasar sekunder adalah pasar untuk memperdagangkan saham yang telah beredar. Harga saham pada pasar sekunder ditentukan para investor melalui pertemuan permintaan dan penawaran. Harga pasar saham memiliki nilai yang berbeda-beda untuk setiap waktu. hal ini terjadi karena sesuai indikator kinerja perusahaan tersebut yang tercermin dari kemampuan perusahaan menghasilkan laba, semakin sering dan besar perusahaan menghasilkan laba maka akan semakin tinggi juga harga sahamnya. Dividen merupakan faktor yang berpengaruh terhadap harga saham perusahaan dan perusahaan harus melakukan kebijakan yang hati-hati dalam pembagian keuntungan perusahaan dividen dan investasi. Menurut Timothy and Andrew : “Dividend are cash payment that corporations make to their common stock holders. Dividend provide the return common stock holders receive from the firm for the equity capital they have supplied. Even companies that, do not currently pay dividend reinvest in the firm the earning they generate. In this way they increase the ability of the firm to pay dividends in the future.” (1998: 392) Persentase dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen disebut sebagai Dividend Payout Ratio (DPR). Dengan semakin tingginya Dividend Payout Ratio semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan dan semakin besar dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan begitu, minat investor terhadap saham perusahaan akan tinggi dan akan menaikan harga saham. Jadi, Dividend Payout Ratio (DPR) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham. Pada penelitian ini juga dilampirkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Hasnawati (2005) dalam jurnalnya yang berjudul Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Publik di BEJ menunjukan keputusan pendanaan memiliki pengaruh langsung positif terhadap nilai perusahaan (harga saham). Artinya, semakin banyak pendanaan ditingkatkan
akan semakin meningkatkan nilai perusahaan. Kesimpulan ini mendukung Park&Evan (1996) yang mengatakan bahwa keputusan pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan menurut Natarsyah (2000) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Hasil ini menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki debt to equity ratio tinggi kurang diminati investor sehingga harga sahamnya menurun. Selain itu Sri Hasnawati (2005) mengatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (harga saham). Artinya, semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham akan semakin tinggi nilai perusahaan. Menurut Muslikh (1995) bahwa kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (harga saham). Bagan Kerangka Pemikiran Gambar 1.1 Keputusan Keuangan
Keputusan Pendanaan
Keputusan Investasi
Nilai Perusahaan
Kebijakan Dividen Harga saham
Struktur modal
DER
(Closing Price)
DPR
1.6.
Metode Penelitian dan Pembatasan Masalah Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan verifikatif. menurut Husein Umar (2002:55) metode deskriptif adalah : “Metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta atau kejadian yang ada dan kemudian diolah menjadi data dan selanjutnya diadakan suatu analisis yang pada akhirnya akan menghasilkan hipotesa.” Sedangkan definisi metode verifikatif menurut Rasdihan Rasyad (2003:6) adalah sebagai berikut : “Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis.“ Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif-verifikatif. Metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, mengenai faktafakta dari hal yang diperlukan untuk penelitian ini. Sedangkan dengan metode verifikatif, kita dapat mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut : a. Studi pustaka Merupakan suatu penelitian dengan cara mempelajari literatur-literatur, bukubuku dan sumber lainnya. Seperti majalah, jurnal, internet dan Koran- koran yang berhubungan dengan penelitian. b. Penelitian lapangan Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian untuk memperoleh data dari perusahaan dengan cara observasi yaitu mengunjungi secara langsung perusahaan melalui objek yang diteliti melalui : Dari situs BEI : www.jsx.co.id Dan metode analisis menggunakan pooled data (pooling of cross sectional and time series observations) atau disebut juga panel data.
Selain itu penulis juga menetapkan pembatasan masalah yang bertujuan agar penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang sedang diteliti, yaitu : 1.
Perusahaan yang termasuk ke dalam industri food and beverages pada perusahaan yang listing di BEI selama periode penelitian yaitu dari tahun 2003-2008.
2.
Perusahaan-perusahaan tersebut selalu terdaftar dalam Indonesian Capital Market Directory selama periode penelitian.
3.
1.7.
Perusahaan-perusahaan tersebut listing selama tahun 2003-2008
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
penelitian dilakukan di kampus Universitas Widyatama, Jalan Cikutra No.204A Bandung 40125, dan di Pojok Bursa Efek Indonesia-Capital Market Center STIE YPKP yang berlokasi di Jl. Ph. H. Mustafa No. 68 Bandung.