BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Dalam rangka memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya,
perusahaan dapat memilih beberapa alternatif sumber dana tambahan yang ada, antara lain melalui saham dan obligasi. Kedua jenis sumber pendanaan ini memiliki keunggulan dan kelemahan yang harus dipertimbangkan karena akan mengubah sturktur modal perusahaan. Perusahaan cenderung memilih penerbitan saham karena karakteristiknya yang fleksibel (tidak ada kewajiban mengikat untuk membayar bunga dan pokok pinjaman) dibandingkan obligasi yang terbilang kaku. Di sisi lain obligasi berbeda dengan saham karena secara umum harus memberikan bunga/kupon dalam jumlah tertentu secara berkala, kecuali untuk zero coupon bond. Perusahaan diuntungkan apabila nilai kupon yang dibayarkan rendah atau bahkan lebih rendah dari bunga kredit bank sebagai pengganti sumber pendanaan. Untuk mengembangkan usahanya, perusahaan sering dihadapkan dengan berbagai macam masalah. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan adalah masalah pemenuhan dana. Kondisi ini menyebabkan perusahaan harus mencari sumber pembiayaan dari luar perusahaan, diantaranya melalui pasar modal. Dalam perekonomian modern, pasar modal dijadikan sebagai tolak ukur dari kemajuan perekonomian sebuah negara. Sedangkan bagi investor, pasar modal merupakan sarana yang digunakan untuk memberikan keuntungan yang cukup signifikan bagi mereka yang berinvestasi. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Badan Pengawas Pasar Modal). Akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan segala sesuatu berbasis syariah diantaranya, pasar modal syariah yang menjual efek-efek yang berdasarkan prinsip syariah. Selama beberapa tahun terakhir, pasar modal syariah telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan di berbagai Negara, tidak hanya di kawasan timur
1
2
tengah, pasar modal syariah juga sudah merambah di kawasan Asia seperti Indonesia dan Malaysia. Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Karena hal tersebut, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu produk dan mekanisme perdagangan pada pasar modal syariah tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Penerapan prinsip syariah di pasar modal bersumber pada Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara sesama manusia terkait perniagaan. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan pasar modal syariah dikembangkan dengan basis fiqih muamalah. Terdapat kaidah fiqih muamalah yang menyatakan bahwa pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Beberapa prinsip dalam transaksi keuangan yang sesuai syariah ditekankan pada perjanjian yang adil, penggunaan sistem bagi hasil, serta larangan terhadap riba, gharar, dan maysir. Konsep inilah yang menjadi dasar prinsip pasar modal syariah di seluruh dunia. Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia di awali dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada tahun 1997 dan diikuti dengan dibukanya Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2000. Pada tahun 2008, pemerintah pertama kali menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara. Perkembangan produk syariah seperti sukuk, reksa dana, dan saham syariah dapat dijadikan sebagai indikator perkembangan pasar modal syariah di Indonesia. Salah satu produk pasar modal syariah adalah sukuk. Sukuk berasal dari Bahasa Arab yaitu sakk (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki arti mirip
3
dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman umumnya, sukuk merupakan bukti kepemilikan. Penerbitan sukuk pertama kali di Indonesia diawali oleh PT Indosat pada tahun 2002. PT Indosat merupakan perusahaan yang notabene konvensional bukan perusahaan atau lembaga keuangan Syariah. Sedangkan perusahaan/lembaga keuangan yang berbasis Syariah baru menerbitkan sukuk pada tahun 2003, tercatat penerbit pertama sukuk dari penerbit Syariah, dan penerbit keempat dari penerbit pertama, yaitu oleh PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Pertumbuhan dan perkembangan sukuk di Indonesia meningkat cukup signifikan. Gambar 1.1 menggambarkan bahwa perkembangan penerbitan sukuk selalu meningkat setiap tahun, bahkan pada tahun 2008 dan 2009 saat krisis sukuk juga mengalami peningkatan.
Gambar 1.1 Perkembangan Penerbitan Sukuk dan Sukuk Korporasi Outstanding Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Di Indonesia, sukuk merupakan produk pasar modal yang sering diterbitkan. Saat ini, sukuk mulai menjadi salah satu produk pasar modal syariah yang
4
diperhitungkan sebagai alternatif pembiayaan. Walaupun saat ini pangsa pasar sukuk masih relatif kecil, namun di masa yang akan datang sukuk memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Oleh karena itu, perlu disusun gambaran umum mengenai perkembangan sukuk di Indonesia, khususnya sukuk yang diterbitkan oleh korporasi. Menurut peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), obligasi yang akan diterbitkan di Bursa Efek Indonesia wajib memperoleh rating dari lembaga pemeringkat. PT Pemeringkat Efek Indonesia atau biasa disebut PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat tertua dan market leader rating agency di Indonesia. Lebih dari 500 perusahaan telah mendapat rating dari PEFINDO. Karena kebanyakan sukuk memperoleh rating dari PEFINDO, diharapkan penelitian ini dapat mencakup sebagian besar sukuk yang diterbitkan di Indonesia. Salah satu pendukung perkembangan sukuk adalah adanya rating. Rating atau peringkat sukuk menjadi pertimbangan penting sebagai sumber informasi dan sinyal mengenai probabilitas kegagalan hutang dan risiko perusahaan yang menjadi emiten. Sama halnya dengan obligasi konvensional, seorang investor yang akan berinvestasi pada sukuk pasti akan memperhatikan rating dari sukuk tersebut. Rating sukuk sangat membantu para investor yang ingin berinvestasi dalam bentuk obligasi, sehingga investor akan mengetahui return yang diperoleh beserta resiko yang ditanggung. Hal ini dikatakan menjadi pertimbangan penting karena semakin tinggi rating suatu sukuk maka semakin kecil pula probabilitas gagal bayar oleh emiten. Rating sebuah obligasi maupun sukuk sangat penting karena mampu memberikan pernyataan informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan hutang suatu perusahaan (Altman dan Nammacher dalam Ketz dan Maher, 1990). Peringkat yang diberikan oleh rating agency dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu investment grade dan non-investment grade. Investment grade merupakan obligasi yang memiliki tingkat risiko kredit yang rendah sehingga memiliki rating yang tinggi. Biasanya obligasi investment grade adalah obligasi yang memiliki grade AAA, AA, A, dan BBB. Sedangkan obligasi non-investment grade atau biasa disebut junk bond merupakan kebalikan dari obligasi investment
5
grade, dimana obligasi ini memiliki risiko kredit yang tinggi sehingga memiliki rating yang rendah. Obligasi yang masuk kedalam non-investment grade adalah obligasi yang memiliki grade BB, B, CCC, dan D, biasanya ditambah tanda negatif (-) maupun positif (+) untuk menunjukkan kekuatan relatifnya. Sayangnya penerbitan sukuk oleh perusahaan masih terbilang minim karena masih banyaknya kendala dalam menerbitkan surat hutang syariah ini. Permasalahan yang dihadapi perusahaan dalam menerbitkan sukuk antara lain, mencari aset dasar (underlying asset) sebagai bentuk jaminan. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak dapat menggunakan sembarang aset untuk dijadikan sebagai aset dasar sukuk. Jangan sampai obligasi gagal bayar dan tidak ada aset yang bisa diambil oleh investor. Selain itu, minat investor terhadap sukuk korporasi masih kurang karena obligasi syariah ini tidak likuid. Penerbitan sukuk di Indonesia masih didominasi oleh perusahaan di sektor perbankan dan pembiayaan. Padahal kedua sektor ini tidak sesuai syariah karena dianggap mendapatkan keuntungan dari riba. Munculnya informasi pengumuman penerbitan sukuk dapat diartikan secara positif maupun negatif oleh investor. Informasi penerbitan sukuk bernilai positif apabila memuat informasi yang bermakna good news bagi investor. Baik informasi positif maupun negatif yang muncul ketika adanya penerbitan sukuk, maka akan berdampak pada return saham perusahaan. Jika investor memandang berita penerbitan sukuk sebagai suatu hal yang positif, maka return saham perusahaan akan mengalami kenaikan seiring naiknya harga saham perusahaan. Sebaliknya, jika investor memandang negatif peristiwa penerbitan sukuk, maka return saham perusahaan akan mengalami penurunan seiring menurunnya harga saham perusahaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ghoniyah (2008) yang meneliti reaksi pasar modal Indonesia terhadap pengumuman penerbitan obligasi syariah. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pasar bereaksi tetapi tidak signifikan terhadap pengumuman obligasi syariah. Dengan kata lain bahwa penerbitan obligasi syariah tidak memuat kandungan informasi yang bermakna good news bagi investor. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ariani dan Suryantina (2011) mengenai over reaksi pasar modal
6
Indonesia terhadap pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan abnormal return terhadap pegumuman penerbitan saham maupun obligasi syariah di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa peristiwa pengumuman penerbitan saham dan obligasi syariah di Bursa Efek Indonesia memuat kandungan informasi yang bermakna good news bagi investor. Hal ini terjadi karena investor lebih memilih investasi berbasis syariah daripada investasi konvensional karena investasi berbasis syariah relatif jauh dari risiko. Penerbitan sukuk adalah salah satu bentuk kebijakan perusahaan yang akan berdampak pada terjadinya perubahan struktur modal perusahaan. Apabila informasi diterbitkannya sukuk oleh perusahaan merupakan informasi yang memiliki makna bagi pasar maka akan tercermin dalam perubahan harga saham yang akan menghasilkan selisih antara return yang diharapkan dengan return yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dampak dari sukuk equity ratio dan rating penerbitan sukuk perusahaan mengacu dari fenomena penerbitan obligasi konvensional yang saat ini sedang berkembang di pasar yang tak luput dari perhatian investor, walaupun sampai saat ini pengaruhnya masih belum signifikan dan relatif kecil. Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian perkembangan sukuk equity ratio dan rating penerbitan sukuk serta dampaknya terhadap return saham perusahaan yang menerbitkan sukuk dengan judul penelitian “Pengaruh Sukuk Equity Ratio dan Rating Penerbitan Sukuk terhadap Return Saham (Studi kasus pada perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sukuk dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014).”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini
merumuskan permasalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi sukuk equity ratio, rating penerbitan sukuk, dan return saham pada perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sukuk dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?
7
2. Seberapa besar pengaruh sukuk equity ratio dan rating penerbitan sukuk terhadap return saham secara bersama pada perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sukuk dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014? 3. Seberapa besar pengaruh sukuk equity ratio dan rating penerbitan sukuk terhadap return saham secara parsial pada perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sukuk dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data dan
informasi yang diperlukan untuk penyusunan skripsi yang merupakan salah satu prasyarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada program studi Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Sedangkan yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kondisi sukuk equity ratio, rating penerbitan sukuk dan return saham pada perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sukuk dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. 2. Menganalisis besarnya pengaruh sukuk equity ratio dan rating penerbitan sukuk terhadap return saham secara bersama pada perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sukuk dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. 3. Menganalisis besarnya pengaruh sukuk equity ratio dan rating penerbitan sukuk terhadap return saham secara parsial pada perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sukuk dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti empiris untuk mengkaji dampak kebijakan perusahaan dalam penerbitan sukuk.
8
2. Bagi Investor Menjadi sumber informasi mengenai dampak penerbitan sukuk perusahaan terhadap perubahan harga saham yang dapat mempengaruhi tingkat return yang diperoleh investor, dan juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih instrumen investasi di pasar modal. 3. Bagi Penulis Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya tentang pengaruh sukuk equity ratio dan rating penerbitan sukuk terhadap return saham. 4. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan terkait dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap return saham, serta sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya mengenai sukuk equity ratio, rating penerbitan sukuk dan return saham.
1.5
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory
survey method. Explanatory survey merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Hermawan, 2009:20). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Dimana pengertian metode deskriptif menurut Nazir (2005:54) yaitu: “Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.” Sedangkan metode verifikatif menurut Sani dan Masyhuri (2010:45) adalah: ”Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah
9
dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.” Berdasarkan hal diatas tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode statistik analisis koefisien korelasi, koefisien determinasi dan regresi linier. Untuk menguji hipotesis secara bersama digunakan uji F, sedangkan untuk pengujian parsial menggunakan uji t.
1.6
Lokasi & Waktu Penelitian Untuk kepentingan penyusunan penelitian skripsi ini, penulis melakukan
penelitian pada beberapa perusahaan yang menerbitkan sukuk dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui media internet berupa situs www.idx.co.id dan www.ojk.go.id. Adapun waktu penelitian dilaksanakan periode Oktober 2015 sampai dengan Maret 2016.