BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang terdiri dari kepulauan terbesar di dunia. Dimana
terdapat tujuh pulau besar diantaranya Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Irian Jaya, Bali dan Nusa Tenggara. Wilayah kepulauan nusantara terdiri dari berbagai wilayah yang memiliki keanekaragaman dan perbedaan secara geografis, hidrologis, geologis, dan demografis. Indonesia terletak diantara dua benua yakni Australia dan Asia. Serta diapit oleh dua samudera yakni Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Secara geografis letak Indonesia berada pada pertemuan antara dua lempeng benua yang sifatnya dinamis. Lempeng benua tersebut sewaktu-waktu dapat bergeser akibat gerakan tektonik. Pergeseran lempeng yang merupakan tenaga endogen tersebut berpotensi menimbulkan berbagai peristiwa alam seperti gempa ataupun gunung meletus. Posisi indonesia juga masuk ke dalam cincin api yakni suatu gugusan gunung apai aktif yang berada di bawah permukaan laut. Potensi bencana di Indonesia sangatlah besar apalagi melihat pada letak geografis beserta fakta-fakta yang telah ada di atas. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003), bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada. Lebih lanjut, bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan untuk memberikan antusiasme yang bersifat luas (Parker,1992). Oleh karenanya, peta indeks rawan bencana (IRB) sangat diperlukan sebagai alat untuk meminimalisirkan dampak-dampak yang terjadi akibat adanya bencana. 1
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana periode tahun 20022012 di Pulau Jawa terdapat beberapa jumlah kejadian bencana. Diantaranya Provinsi Banten terjadi sebanyak 234 kejadian bencana, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebanyak 86 kejadian bencana, Provinsi Jawa Barat sebanyak 141 kejadian bencana, Provinsi Jawa Tengah sebanyak 1998 kejadian bencana, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sebanyak 129 kejadian bencana, Provinsi Jawa Timur 1285 kejadian bencana. Sehingga seluruh Pulau Jawa periode tahun 2002-2012 telah terjadi sebanyak 3873 kejadian bencana. Berikut merupakan sampel tabel data berita kejadian bencana yang terjadi pada tahun 2012. Tabel 1 Sampel Kejadian Bencana 2012 BENCANA
DESKRIPSI KEJADIAN
ALAM Putting Beliung
SUMBER
Berita yang disajikan berjudul “Puting Inilah.com beliung
hancurkan
tiga
rumah
:
ditulis
oleh
di nasional. Kamis, 5 Januari 2012
Cirebon”. Walikota Cirebon Subardi di | 19:04 WIB Cirebon Kamis (5/1/2012) mengatakan, (http://nasional.inilah.com) hujan deras disertai angin kencang yang terjadi hari Rabu malam, sekitar 42 rumah rusak sedangkan tiga rumah hancur
rata
dengan
tanah
akibat
terjangan angin puting beliung Gempa Bumi
Judul berita adalah “Gempa Bogor Kompas.com : ditulis oleh Merusak 458 Bangunan di Bogor dan Ahmad
Arif.
Minggu,
Sukabumi”. Gempa bumi berkekuatan September 2012 | 19:46 WIB 4,8 skala Richter dengan intensitas II (http://regional.kompas.com) skala MMI yang mengguncang Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (9/9/2012) dini
hari,
bangunan.
telah
merusak
Diabaikannya
ratusan standar
bangunan tahan gempa diduga menjadi penyebab banyaknya bangunan yang rusak. Data terbaru Badan Nasional 2
9
Penanggulangan
Bencana
(BNPB)
menyebutkan, gempa tersebut merusak 341 bangunan di Kabupaten Bogor dan 117 rumah di Kabupaten Sukabumi Banjir
Berita berjudul “Banjir di Banten, 3 Tribunenews.com
:
ditulis
Tewas”. Meningkatnya curah hujan oleh Wahyu Aji. Minggu, 15 pada awal tahun 2012 ini menyebabkan Januari 2012 20:26 WIB banjir di beberapa wilayah di Indonesia. (http://www.tribunnews.com) Di Provinsi Banten, banjir tahun ini merenggut 3 nyawa. Banjir terjadi di Pandenglang,
Lebak,
Serang,
Kota
Serang, Kota Cilegon, dan Tangerang. Menggenangi lebih dari 13.755 unit rumah yang tersebar di 97 desa di 29 kecamatan. Pengungsi banjir di Desa Undar Andir, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat sepanjang Jalan Tol
Jakarta-Merak,
Minggu
(15/1/2012). Banjir melanda kawasan tersebut sejak Sabtu malam (14/1), dan air meluap hingga jalan Tol MerakJakarta di kilometer 58 Tanah Longsor
Judul berita adalah “Tanah Longsor di Tempo.co
:
ditulis
oleh
Pacitan, 128 Rumah Rusak”. Kepala Ishomudin. Selasa, 28 Februari Pelaksana Penanggulangan
Harian Bencana
Badan 2012 | 10:50 WIB Daerah (http://www.tempo.com)
Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Tri Mudjiharto, mengatakan bencana tanah longsor telah merusak 128 rumah. Sebanyak 20 rumah di antaranya rusak berat, 93 rumah rusak sedang, dan 3
sisanya rusak ringan. ”Warga yang rumahnya
rusak
mengungsi,”
berat
ujarnya,
masih
Selasa,
28
Februari 2012. Tanah longsor terjadi bersamaan
dengan
bencana
banjir
bandang, Rabu dini hari, 22 Februari 2012. Saat itu wilayah Pacitan dilanda hujan deras sejak Selasa siang, 21 Februari hingga Selasa malam. Letusan Gunung
Banyuwangi - Gunung Raung yang Antaranews.com : ditulis oleh
Api
memiliki ketinggian 3.332 meter dari Zumrotun Solicha. 13 Des 2012 permukaan laut merupakan gunung 09:53:27 terbesar dengan kaldera terluas di Pulau (http://www.antarajatim.com) Jawa, sehingga peningkatan aktivitas gunung api yang sudah lama "tertidur" itu mendapat perhatian serius. Pusat Vulkanologi
dan
Mitigasi
Bencana
Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Raung dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II) sejak 18 Oktober kemudian
2012,
namun
statusnya
empat
hari
ditingkatkan
menjadi Siaga (Level III) terhitung mulai 22 Oktober 2012.
Dari fakta kejadian-kejadian bencana tersebut diatas diketahui bahwa bencana mempunyai aspek geografi dalam klasifikasi kerawanan bencana. Untuk mengetahui mengenai klasifikasi rawan bencana dibutuhkan metode yang tepat yaitu dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografi. Sistem Informasi Geografi merupakan suatu teknologi baru yang saat ini menjadi alat bantu (tools) yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial (Prahasta, 2001). Sistem Informasi Geografi dapat mempresentasikan keadaan sebenarnya di bumi ini dalam bentuk tampilan pada layar monitor 4
komputer, seperti halnya peta yang mempresentasikan gambaran permukaan bumi yang digambarkan pada bidang data dengan menggunakan skala dan proyeksi tertentu. Sistem Informasi Geografi dapat mengolah data-data menjadi suatu
informasi yang telah
dilakukanpengeditan data dan dapat dianalisis dengan menggunakan berbagai cara. Secara umum, terdapat dua jenis fungsi analisis yang dapat dilakukan SIG, yaitu fungsi analisis atribut dan fungsi analisis spasial. Fungsi analisis atribut merupakan operasi dasar dalam sistem pengelolaan basisdata (Database Managemant System, DBMS), sedangkan fungsi analisis spasial terdiri dari klasifikasi, network, overlay, buffering, 3D analyst dan digital image processing (Prahasta, 2001). Fungsi analisis SIG merelasikan lokasi geografis (data spasial) maupun basisdata non-spasial (atribut), sehingga para pengguna dapat membuat peta analog maupun digital serta dapat menganalisis informasi yang ditampilkan. Indeks Rawan Bencana (Disaster Risk Index/DRI) merupakan perhitungan rata-rata kematian per Negara dalam bencana skala besar dan menengah yang diakibatkan bencana. Hal ini memungkinkan identifikasi sejumlah variabel sosial, ekonomi dan lingkungan yang berkorelasi dengan risiko kematiaan serta menunjukkan sebab akibat dalam proses risiko bencana. Seiap Negara memiliki indeksnya masing-masing untuk setiap jenis bahaya menurut tingkat ekspos fisik, tingkat kerentanan relatif dan tingkat risikonya. Berdasarkan IRB pula, konsep risiko bencana tidak disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang berbahaya, namun lebih kepada sejarah kejadian yang dibangun melalui kegiatan manusia dan proses-prosesnya. Berdasarkan gambaran diatas, penentuan indeks rawan bencana dapat memanfaatkan sistem informasi geografi dengan tujuan untuk mengetahui wilayah-wilayah yang termasuk dalam klasifikasi rawan bencana rendah, sedang, dan tinggi di Pulau Jawa. Penentuan wilayah dengan kerawanan rendah,sedang,dan tinggi menggunakan proses system pengolahan basisdata (atribut) berdasarkan parameter-parameter indeks rawan bencana (IRB) menurut BNPB. Dengan melalui Sistem Informasi Geografi, akan mempermudah dalam pembuatan peta serta penyusunan basisdata, sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar menentukan kebijakan dalam penanggulangan bencana tersebut.
1.2
Rumusan Masalah Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis 5
Berbagai cara telah dilakukan untuk meminimalisir berbagai macam dampak bencana di pulau Jawa, namun masih perlu dilakukan pembenahan yang sesuai dengan masalah yang terjadi. Pemetaaan dengan menggunakan sistem informasi geografi diharapkan dapat diperoleh informasi informasi spasial mengenai indeks rawan bencana di Pulau Jawa. Dengan adanya informasi spasial indeks rawan bencana akan mempermudah dalam menganalisisnya sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai pihak maupun instansi yang membutuhkan peta indeks rawan bencana dalam hal mewaspadai, mencegah maupun menanggulangi bencana provinsi di seluruh Pulau Jawa. Dari untaian latar belakang diatas muncul beberapa pertanyaan berikut: 1. Apakah dengan menggunakan aplikasi sistem informasi geografi dapat mengetahui daerah yang rawan bencana ? 2. Dimana saja kabupaten/kota di Pulau Jawa yang termasuk kelas klasifikasi indeks rawan bencana rendah, rawan bencana sedang, dan rawan bencana tinggi ?
1.3
Tujuan 1. Meaplikasikan sistem informasi geografi untuk membuat peta indeks rawan bencana per kabupaten/kota di Provinsi seluruh Pulau Jawa. 2. Memberikan informasi kabupaten/kota yang termasuk dalam daerah kategori rawan bencana rendah, kategori rawan bencana sedang, dan kategori rawan bencana tinggi.
1.4
Manfaat. 1. Bagi Ilmu Geografi Dapat memberikan ilmu tentang bagaimana mengubah data menjadi informasi spasial menggunakan sistem informasi geografi. Serta memberikan informasi tingkat kerawanan bencana khususnya di Pulau Jawa Indonesia 2. Bagi Instansi Penanggulangan Bencana Memberikan informasi dalam hal mewaspadai, mencegah maupun menanggulangi bencana. Sehingga dapat dilakukan sebagai cara meminimalisir kerugian materil maupun non materil akibat terjadinya suatu bencana.
6
3. Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi tambahan mengenai apa itu bencana dan bagaimata tingkat kerawanan bencana. Sehingga dapat menjadi kewaspaadaan bilamana terjadi bencana 4. Bagi Mahasiswa Dapat digunakan sebagai literature tambahan mengenai klasifikasi kerawanan bencana.
1.5
Tinjauan Pustaka
1.5.1 Bencana Bencana alam dapat terjadi secara tibatiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, di mana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunung berapi, tsunami dan anomali cuaca masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya. Dengan
ditetapkannya
Undang-Undang
Nomor
24
Tahun
2007
tentang
Penanggulangan Bencana, maka penyelenggaraan penanggulangan bencana diharapkan akan semakin efektif, karena Pemerintah dan Pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana dilakukan secara terarah mulai pra-bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana. Tahap awal dalam upaya ini adalah mengenali/mengidentifikasi terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana. Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain (Bappenas, 2006): a.
Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-madehazards) yang menurut United Nations International Strategy for DisasterReduction (UNISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi(biological hazards),
7
bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation).
b.
Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana.
c.
Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat.
1.5.2 Kejadian Bencana
Kejadian bencana adalah banyak nyaperistiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi (kabupaten/kota), jenis bencana, korban dan atau kerusakan harta benda jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu kabupaten/kota dan atau provinsi, maka dihitung sebagai satu kejadian. Terdapat berbagai macam kejadian bencana, antara lain sebagai berikut: Gempa
bumi
adalah
peristiwa
pelepasan
energi
yang
diakibatkan
oleh
pergeseran/pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-tiba. Tipe gempa bumi yang umum ada dua, yaitu gempa tektonik dan gempa vulkanik. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah ‘erupsi’. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan pana, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar. Tsunami adalah rangkaian gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsive dari dasar laut. Tsunami dapat disebabkan oleh: (1) gempa bumi diikuti dengan dislokasi/perpindahan massa/batuan yang sangat besar di bawah air (laut/danau); (2) tanah longsor di dalam laut; (3) letusan gunungapi di bawah laut atau gunungapi pulau Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanan atau batuan, maupun percampuran keduanya, menurun atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal, sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di sisi sungai. Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal sehingga system pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem drainase dangkal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu
8
menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Adapun yang dimaksud banjir di bidang pertanian adalah banjir yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lainlain) yang sedang dibudidayakan. Banjir bandang biasanya terjadi pada aliran sungai yang kemiringan dasar sungai curam. Aliran banjir yang tinggi dan sangat cepat dan limpasannya dapat membawa batu besar atau bongkahan dan pepohonan serta merusak atau menghanyutkan apa saja yang dilewati namun cepat surut kembali. Kebakaran hutan merupakan suatu keadaan di mana hutan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan seringkali menyebabkan bencana asap yang mengganggu kepada masyarakat sekitar. Angin topan merupakan pusat angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara agraris balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat dekat dengan khatulistiwa. Angin topan ini disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu system cuaca. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. untuk mendeskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakuka terhadap beberapa struktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain.
1.5.3 Indeks Rawan Bencana Indeks Rawan Bencana (Disaster Risk Index/DRI) merupakan perhitungan ratarata kematian per Negara dalam bencana skala besar dan menengah yang diakibatkan bencana. Hal ini memungkinkan identifikasi sejumlah variabel sosial, ekonomi dan lingkungan yang 9
berkorelasi dengan risiko kematiaan serta menunjukkan sebab akibat dalam proses risiko bencana. Seiap Negara memiliki indeksnya masing-masing untuk setiap jenis bahaya menurut tingkat eksposure fisik, tingkat kerentanan relatif dan tingkat risikonya. Berdasarkan RI pula, konsep risiko bencana tidak disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang berbahaya, namun lebih kepada sejarah kejadian yang dibangun melalui kegiatan manusia dan proses-prosesnya. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pembuatan peta indeks rawan bencana khususnya di Indonesia menggunakan beberapa parameter, yaitu data kejadian bencana banjir, gempabumi, gempabumi dan tsunami, kebakaran permukiman, kekeringan, angin topan, banjir dan tanah longsor, tanah longsor, letusan gunung api, gelombang pasang (abrasi), kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, jumlah korban meninggal jumlah korban luka-luka, kerusakan rumah, kerusakan fasilitas umum dan infrastruktur, kepadatan penduduk Parameter ini dipilih disebabkan oleh karena sesuai dengan karakteristik bencana di Indonesia, dimana terbagi menjadi tiga klasifikasi prosentase yaitu banyakknya kejadian bencana (20%), dampak yang tidak langsung yaitu terhadap kerusakan (30%), dan dampak yang secara langsung terhadap manusia (50%). Dapat diketahui bahwa parameter ini sesuai dengan karakteristik bencana di Indonesia, yang mempunyai kepadatan penduduk padat namun rentan terjadi bencana. Tabel 2. Parameter Indeks Rawan Bencana Bencana Banjir
Gempa Bumi Gempa Buni dan Tsunami Kebakaran Permukiman Kekeringan Angin Topan Banjir dan Tanah Longsor Tanah Longsor
Jumlah Kejadian 0-4 4 - 15 >15 <2 2-3 >3 <2 2-3 >3 <5 5 – 24 >24 1 <4 4 -15 >15 <2 2-3 >3 <4 10
Kelas 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 1 2 3 1 2 3 1
Bobot 5
5
3
3 3 3
3 5
Skor x Kelas 5 10 15 5 10 15 3 6 9 3 6 9 3 3 6 9 3 6 9 5
4 -15 2 >15 3 <2 1 Letusan Gunung 2-3 2 5 Api >3 3 <2 1 Gelombang 2-3 2 3 Pasang/Abrasi >3 3 <3 1 Kebakaran Hutan 3-8 2 3 dan Lahan >8 3 <2 1 Kecelakaan Industri 2-3 2 3 >3 3 <2 1 Kecelakaan 2-3 2 3 Transportasi >3 3 <2 1 Konflik/ kerusuhan 2-3 2 3 sosial >3 3 <2 1 Kejadian Luar 2-3 2 3 Biasa >3 3 <40 1 Jumlah Korban 40-1599 2 5 Meninggal >1599 3 <40 1 Jumlah Korban 40-1599 2 3 Luka-Luka >1599 3 <25 1 Jumlah Kepadatan 25-624 2 5 Penduduk >624 3 <50 1 Jumlah Kerusakan 50-2499 2 4 Rumah >2499 3 Jumlah Kerusakan <20 1 Umum dan 20-399 2 4 insfrastruktur >399 3 Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
10 15 5 10 15 3 6 9 3 6 9 3 6 9 3 6 9 3 6 9 3 6 9 5 10 15 3 6 9 5 10 15 4 8 12 4 8 12
Tabel 3 Kategori Rawan Bencana SKOR TOTAL 5 6-35 36-139
KELAS 1 2 3
KATEGORI RAWAN BENCANA Rendah Sedang Tinggi
Sumber:BNPB
11
1.5.4 Geografi Istilah Geografi berasal dari bahasa Yunani geo yang artinya bumi dan graphien yang artinya pencitraan. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifatsifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam, dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsurunsur bumi dalam ruang dan waktu. Di sini dijelaskan bahwa geografi tidak hanya mempelajari alam (bumi) beserta gejala-gejalanya, tetapi geografi juga mempelajari manusia beserta semua kebudayaan yang dihasilkannya (Bintarto (1977). Selain itu, menurut Vernor E. Finch dan Glen Trewartha (1980) geografi adalah deskripsi dan penjelasan yang menganalisis permukaan bumi dan pandangannyatentang hal yang selalu berubah dan dinamis, tidak statis dan tetap. Dari pengertian di atas Vernor & Glen menitikberatkan pada aspek fisik yang ada di bumi yang selalu berubah dari masa ke masa. contoh: a. Perubahan cuaca maupun iklim pada suatu tempat atau wilayah. b. Perubahan kesuburan tanah akibat dari proses erosi dan pelapukan yangsangat tinggi.
1.5.5
Sistem Informasi Geografi
A. Definisi Sistem Informasi Geografi (SIG) Definisi SIG kemungkinan besar masih berkembang, bertambah, dan sedikit bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar di berbagai sumber pustaka. Berikut adalah beberapa definisi SIG yang telah beredar : a. Aronoff (1989), SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir (output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. b. Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan yaitu data spasial, perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi. c. Chrisman (1997), SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia (brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan,
12
menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang diolah pada SIG adalah data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi,kondisi, tren, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya.
B. Subsistem Sistem Informasi Geografi (SIG) SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut : a. Data Input Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversikan atau mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh perangkat SIG yang bersangkutan. b. Data Output Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik, report, peta, dan lain sebagainya. c. Data Management Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali atau diretrieve, diupdate, dan diedit. d. Data Manipulation & Analysis Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsifungsi dan operator matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
C. Sejarah Sistem Informasi Geografi (SIG) Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for Development. Munculnya istilah Sistem Informasi Geografis seperti sekarang ini 13
setelah dicetuskan oleh General Assembly dari International Geographical Union di Ottawa Kanada pada tahun 1967. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS-SIG Kanada). CGIS digunakan untuk menyimpan, menganalisa dan mengolah data yang dikumpulkan untuk inventarisasi Tanah Kanada (CLI-Canadian Land Inventory) yang merupakan sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang di beberapa benua terutama Benua Amerika, Benua Eropa, Benua Australia, dan Benua Asia. Seperti di Negaranegara yang lain, di Indonesia pengembangan SIG dimulai di lingkungan pemerintahan dan militer. Perkembangan SIG menjadi pesat semenjak di ditunjang oleh sumberdaya yang bergerak di lingkungan akademis (kampus). Dalam sejarahnya penggunaan SIG modern (berbasis computer, digital) dimulai sejak tahun 1960-an. Pada saat itu untuk menjalankan perangkat SIG diperlukan computer mainframe khusus dan mahal. Dengan perkembangan computer PC, kecanggihan CPU, dan semakin murahnya memori, sekarang SIG tersedia bagi siapapun dengan harga murah.
Gambar 1 Sejarah SIG D. Komponen SIG Menurut John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003, secara rinci SIG dapat beroperasi dengan komponen- komponen sebagai berikut :
a. Orang yang menjalankan sistem meliputi orang yang mengoperasikan, mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang yang menjadi bagian dari SIG beragam, misalnya operator, analis, programmer, database administrator bahkan stakeholder. b. Aplikasi merupakan prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query, overlay, buffer, jointable, dsb
14
c. Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut. (1) Data posisi/koordinat/grafis/ruang/spasial, merupakan data yang merupakan representasi fenomena permukaan bumi/keruangan yang memiliki referensi (koordinat) lazim berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut. (2) Data atribut/non-spasial, data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya. d. Software adalah perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data spasial (contoh : ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dll) e. Hardware, perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem berupa perangkat komputer, printer, scanner, digitizer, plotter dan perangkat pendukung lainnya. Selain kelima komponen di atas, ada satu komponen yang sebenarnya tidak kalah penting yaitu Metode. Sebuah SIG yang baik adalah apabila didukung dengan metode perencanaan desain sistem yang baik dan sesuai dengan ‘’business rules’’ organisasi yang menggunakan SIG tersebut
Gambar 2 Komponen SIG E. Tugas SIG Berdasarkan desain awalnya tugas utama SIG adalah untuk melakukan analisis data spasial. Dilihat dari sudut pemrosesan data geografik, SIG bukanlah penemuan baru. Pemrosesan data geografik sudah lama dilakukan oleh berbagai macam bidang ilmu, yang membedakannya dengan pemrosesan lama hanyalah digunakannya data digital. Adapun tugas utama dalam SIG adalah sebagai berikut : a. Input Data, sebelum data geografis digunakan dalam SIG, data tersebut harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam bentuk digital. Proses konversi data dari peta kertas atau foto ke dalam bentuk digital disebut dengan digitizing. SIG modern bisa melakukan proses ini secara otomatis menggunakan teknologi scanning. 15
b. Pembuatan peta, proses pembuatan peta dalam SIG lebih fleksibel dibandingkan dengan cara manual atau pendekatan kartografi otomatis. Prosesnya dengan pembuatan database. Peta kertas dapat didigitalkan dan informasi digital tersebut dapat diterjemahkan ke dalam SIG. Peta yang dihasilkan dapat dibuat dengan berbagai skala dan dapat menunjukkan informasi yang dipilih sesuai dengan karakteristik tertentu. c. Manipulasi data, data dalam SIG akan membutuhkan transformasi atau manipulasi untuk membuat data-data tersebut kompatibel dengan sistem. Teknologi SIG menyediakan berbagai macam alat bantu untuk memanipulasi data yang ada dan menghilangkan data-data yang tidak dibutuhkan. d. Manajemen file, ketika volume data yang ada semakin besar dan jumlah data user semakin banyak, maka hal terbaik yang harus dilakukan adalah menggunakan database management system (DBMS) untuk membantu menyimpan, mengatur, dan mengelola data e. Analisis query, SIG menyediakan kapabilitas untuk menampilkan query dan alat bantu untuk menganalisis informasi yang ada. Teknologi SIG digunakan untuk menganalisis data geografis untuk melihat pola dan tren. f. Memvisualisasikan hasil, untuk berbagai macam tipe operasi geografis, hasil akhirnya divisualisasikan dalam bentuk peta atau graf. Peta sangat efisien untuk menyimpan dan mengkomunikasikan informasi geografis. Namun saat ini SIG juga sudah mengintegrasikan tampilan peta dengan menambahkan laporan, tampilan tiga dimensi, dan multimedia.
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Alasan SIG dibutuhkan adalah karena untuk data spatial penanganannya sangat sulit terutama karena peta dan data statistik cepat kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan penyediaan data dan informasi yang diberikan enjadi tidak akurat. Berikut adalah dua keistimewaan analisa melalui Geographical Information System (GIS) yakni: a. Analisa Proximity Analisa Proximity merupakan suatu geografi yang berbasis pada jarak antar layer. Dalam analisis proximity SIG menggunakan proses yang disebut dengan buffering (membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk menentukan dekatnya hubungan antara sifat bagian yang ada. 16
b. Analisa overlay Proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut dengan overlay. Secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer yang akan ditumpang susun secara fisik agar bisa dianalisa secara visual. Dengan demikian, SIG diharapkan mampu memberikan kemudahan-kemudahan yang diinginkan yaitu: 1. Penanganan data geospasial menjadi lebih baik dalam format baku 2. Revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah 3. Data geospasial dan informasi menjadi lebih mudah dicari, dianalisa dan direpresentasikan. 4. Menjadi produk yang mempunyai nila tambah 5. Kemampuan menukar data geospasial 6. Penghematan waktu dan biaya 7. Keputusan yang diambil menjai lebih baik.
F. Karakteristik SIG Data SIG dan Pengolahannya Sumber masukan data -
Data inderaja hasil klasifikasi dan interpretasi (bentuk digital dan berbasis raster, cakupan luas, waktu pengumpulan relatif singkat, bisa multiband, multisensor, multiresolusi, dan multitemporal)
-
Peta (bentuk non-digital dan berbasis vektor)
-
Data survei atau statistik
Modul dasar perangkat lunak SIG - Modul pemasukan dan pembetulan data - Modul penyimpanan dan pengorganisasian data - Modul pemrosesan dan penyajian data - Modul transformasi data - Modul interaksi dengan pengguna (input query)
G. Jenis Data dalam SIG Data Spasial Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, 17
yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini : a. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi. b. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya. Format Data Spasial Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu: 1. Data Vektor Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis). Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basisdata batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual. 2. Data Raster Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain, resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia. Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. 18
1.5.6
Perangkat Lunak ArcGIS Komputer bekerja atas dasar instruksi. Sekumpulan instruksi diberikan untuk
mengendalikan perangkat keras komputer. Sekumpulan instruksi inilah yang dikenal sebagai program komputer atau perangkat lunak (software). Perangkat lunak biasanya dikelompokkan menjadi program aplikasi (Application Program) dan program sistem (System Program). Program sistem atau disebut juga Operating System adalah program yang digunakan untuk mengontrol sumberdaya komputer, seperti CPU dan piranti masukan/keluaran. Kedudukan program ini adalah sebagai perantara antara program aplikasi dengan perangkat keras komputer. Program aplikasi adalah program yang dibuat untuk melakukan suatu tugas khusus. Perkembangan teknologi pada saat ini begitu pesat, hal ini juga terjadi pada perkembangan perangkat lunak yang digunakan dalam SIG dan pengolahan citra penginderaan jauh. Tidak hanya kemampuan perangkat lunak yang bertambah canggih tetapi juga jumlah perangkat lunak tersebut makin bertambah. Walaupun secara umum softwaresoftware tersebut memiliki banyak kesamaan tetapi masing-masing software tersebut memiliki karakteristik/spesifikasi yang berbeda satu dengan yang lain. Dengan mengetahui karakteristik/spesifikasi software SIG atau pengolah citra digital penginderaan jauh diharapkan mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai macam software SIG dan pengolah citra penginderaan jauh sehingga menghasilkan hasil yang lebih optimal. Awal perkembangan software SIG mempunyai kecenderungan hanya menggunakan struktur data vektor dalam mempresentasikan model data, sedangkan software pengolah citra terutama menggunakan struktur data raster. Dalam perkembangannya sekarang ini, softwaresoftware modern menggunakan kedua struktur data tersebut dalam menyajikan data bahkan dalam manipulasi dan analisis data. Hal ini disebabkan karena pada software-software tersebut memiliki struktur data yang dapat disimpan dan dianalisis, menyediakan fasilitas proses data yang lebih efisien, dan memiliki algoritma efektif untuk konversi data diantara struktur data tersebut. ArcGIS merupakan suatu softaware yang diciptakan oleh ESRI yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografi. ArcGIS merupakan software pengolah data spasial yang mampu mendukung berbagai format data gabungan dari tiga software yaitu ArcInfo, ArcView dan ArcEdit yang mempunyai kemampuan komplet dalam geoprocessing, modelling dan scripting serta mudah diaplikasikan dalam berbagai type data. Dekstop ArcGis terdiri dari 4 modul yaitu Arc Map, Arc Catalog, Arc Globe, dan Arc Toolbox dan model bolder.
19
-
Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk proses, analisis peta, proses editing peta, dan juga dapat digunakan untuk mendesain secara kartografis.
-
Arc Catalog digunakan untuk management data atau mengatur managemen file – file, jika dalam Windows fungsinya sama dengan explor.
-
Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait dengan data yang universal, untuk tampilan 3D, dan juga dapat digunkan untuk menampilkan geogle earth.Model Boolder digunakan untuk membuat model boolder / diagram alur.
-
Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tools tambahan. Modul spatial adjusment merupakan suatu modul tambahan yang digunakan untuk
menggabungkan peta-peta yang memiliki cakupan wilayah yang sama tetapi hasil digitasinya beda. Dalam spasial adjusment terdapattiga modul yang digunakan yaitu transformasi koordinat, rubber sheting, dan edge match. Transformasi koordinat merupakan suatu cara untuk merubah / memindahkan suatu koordinat peta dari asal koordinat ke koordinat tujuan. Rubber sheeting digunakan untuk mengoreksi kesalahan koordinat dengan geometrik adjustment. Sama seperti transformasi koordinat, displacement link yang digunakan dalam rubber sheeting ini digunakan untuk menggambarkan feature yang dipindah. Edge match merupakan suatu proses untuk mengatur feature sepanjang edge dari suatu layer ke ke feature dari feature addjoint. Layer yang kurang akurat di-adjust, dan layer lainnya sebagai kontrol. Tipe layer dalam ArcGis : -
Point (Contoh : Bangunan, Tempat Wisata). 0 - dimensional.
-
Line (Contoh : Jalan, Sungai, Jalan Kereta Api). 1 - dimensional.
-
Polygon (Contoh : Batas Administrasi, Slope, Kerawanan Bencana ).
-
dimensional.
Vektorisasi Data Vektorisasi adalah proses konversi data raster menjadi data vektor yang lebih umum disebut dengan istilah digitalisasi sedangkan aktivitasnya disebut sebagai tahap digitasi. Wujud digitalisasi ini diklasifikasikan secara spesifik dalam tema-tema tertentu yang direpresentasikan dalam bentuk berbagai feature yaitu : titik, garis dan poligon. Pada akhirnya, proses vektorisasi ini akan menghasilkan suatu wujud peta yang menggambarkan keadaan permukaan bumi atau bentang alam. Overlay 20
Analisis spasial yang sering diperbincangkan dalam SIG ialah overlay. Overlay kadang diistilahkan sebagai tumpang susun dan juga beberapa tulisan menyebutkannya sebagai komposit data. Overlay merupakan proses yang digunakan untuk menyatukan/ menggabungkan informasi dari beberapa data spasial, baik data grafis/geometri maupun data atributnya dan selanjutnya untuk menghasilkan informasi baru. ArcGis overlay memiliki beberapa metode, yaitu erase, identity, intersect, symetrical difference, union dan update. Dari beberapa metode tersebut dapat dijelaskan sebagaqi berikut :
Gambar 3. Berbagai macam operasi Overlay dalam ArcGis (ArcGis Tutorial)
1.5.7
PETA Peta adalah gambaran permukaan bumi yang digambar pada permukaan datar, dan
diperkecil dengan skala tertentu dan juga dilengkapi simbol sebagai penjelas. Beberapa ahli mendefinisikan peta dengan berbagai pengertian, namun pada dasarnya peta mempunyai arti yang sama. Berikut peta menurut para ahli: a. Menurut ICA (International Cartographic Association) Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari pemukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. b. Menurut Aryono Prihandito (1998) Peta adalah gambaran permukaaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui system proyeksi tertentu. c. Menurut Erwin Rainsz (1948) 21
Peta adlah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil seperti ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas. d. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005) Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan pada tingkatan pembangunan. Macam Peta Bencana Ada tiga jenis aktivitas dalam menghadapi bencana, yaitu saat menyiapkan diri dalam menghadapi bencana yang akan datang (preparedness), kemudian saat tanggap darurat pada saat bencana terjadi, dan rehabilitasi untuk pembangunan pasca bencana. Tiga siklus ini juga tercermin pada berbagai lembaga penanganan bencana, seperti di Bakornas. Karena itu peta bencana juga harus mendukung seluruh langkah tersebut. a. Peta untuk Mengantisipasi Bencana (Pre-Disaster Map) Peta pre-disaster dipakai untuk menyiapkan pemerintah dan masyarakat atas bencana di masa depan yang mungkin terjadi. Peta ini dapat disiapkan berdasarkan catatan / sejarah bencana di tempat itu, atau berdasarkan analisis potensial bencana. b. Peta untuk Tanggap Darurat (On-Disaster Map) Peta on-disaster dipakai untuk membantu semua aktivitas tanggap darurat. Peta ini member petunjuk bagi tim evakuasi pengungsi, tim yang mengurus korban luka-luka atau tim yang menguburkan jenzah, juga tim yang membagikan logistik (dapur umum, BBM) maupun perbekalan lainnya (tenda, alat penjernih air, genset, alat berat) dan sebagainya. Untuk keperluan tanggap darurat itu diperlukan dua jenis peta yaitu peta pertolongan dan peta pencegahan penjalaran bencana. c. Peta Rehabilitasi & Rekonstruksi (Post-Disaster Map) Peta Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah peta yang digunakan untuk pembangunan daerah yang rusak pasca terjadinya bencana. Peta ini terdiri dari dua jenis, yaitu peta untuk melokalisir dan menghitung kerusakan se rta peta perencanaan dan pemantauan pembangunan kembali [Amhar dan Darmawan, 2007].
Fungsi Pembuatan Peta a. Menunjukkan posisi atau lokasi relatif ( letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain ) di permukaan bumi 22
b. Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi (misalnya bentuk benua dan gunung) sehingga dimensi terlihat dari peta. c. Menyajikan data tentang potensi suatu daeah. d. Memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi.
1.5.8
SRTM DEM (Digital Elevation Model) merupakan suatu model medan digital yang
memperesentasi elevasi permukaan bumi. Secara garis besar DEM dibagi menjadi dua yakni DSM (Digital Surface Model) dan DTM (Digital Terrain Model) jika di pandang dari proses perolehan data. Ada banyak sumber data yang dapat menghasilkan DEM diantaran SRTM, JERS, dan IFSAR. Namun, perlu di perhatiakan bahwasannya citra SRTM yang benar adalah pada daratan saja. Pada daerah laut ditemui nilai lebih dari nol hal itu yang menjadikann data SRTM pada daerah laut tidak dapat digunakan untuk masukan data. Kondisi idealnya pada daerah lautan nilai elevasi atau ketinggiannya adalah tnol, yang manan permukaan air laut merupakan referensi ketinggian di permukaan bumi. Kelebihan data SRTM yang gratis tersebut dapat di gunakan untuk berbagai analisis. Namun, kadangkala di temui data SRTM terdapat Patch Missing Data. Untuk Itu perlu dilakukan koreksi atau penghilangan patch missing data agar data SRTM tersebut layak di gunakan. Selian itu format asli data SRTM .hgt dimana pada format ini tidak semua software GIS dapat membukanya termasuk ArcGis 10.1 untuk itu perlu adanya konversi format data menjadi geotif. Aplikasi dari data DEM cukup banyak dia antaranya data DEM dapat di gunakan sebagai masukan untuk pembuatan peta kemiringan lereng secara digital. Selian itu data DEM dapat pula di gunakan untuk analisis medan suatu daerah. Data DEM yang mempersentasikan ketinggian medan dapat pula di gunakan untuk membuat peta kontur dengan catatan harus memperhatikan resolusi vertikal DEM yang di gunakan.
23