BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1.1.1 Perkembangan Industri Musik Kreatif Perkembangan Industri Musik Kreatif membuat Dr Maria Elka Pangestu, Menteri Perdagangan Republik Indonesia pada tahun 2008 mencanangkan program Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025 yang diyakini dapat memberikan konstribusi positif pada perekonomian negara secara signifikan. Ekonomi kreatif sendiri adalah industri kreatif, yaitu industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan, melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Industri kreatif pada tahun 2002-2006 telah memberikan konstribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto sebesar 6,3 % atau setara dengan 104,6 Trilliun rupiah, Pangestu, (2008). Sedangkan untuk laju pertumbuhan industri kreatif pada tahun 2002-2006 ini sendiri hanya sebesar 0,74%, jauh di bawah laju pertumbuhan ekonomi nasional yang sudah mencapai 5,24 %. Di dalam industri kreatif ini terdapat 14 subsektor yang terdiri atas periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, video, film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, serta riset dan pengembangan. Dari 14 subsektor tersebut terdapat beberapa subsektor industri kreatif yang sangat potensial dan memiliki pertumbuhan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional pada periode 2002-2006 seperti yang tertera pada tabel sebagai berikut :
1
Tabel 1. 1 Tabel Pertumbuhan Subsektor Industri Kreatif 2002-2006
No Subsektor Musik 1 Penerbitan dan 2 Percetakan Periklanan 3 Arsitektur 4 Layanan Komputer dan 5 Piranti Lunak Telivisi dan Radio 6 Permainan Interaktif 7 Pasar barang seni 8 Seni Pertunjukan 9
Pertumbuhan (%) 18,06 %, 12,59% 11,35% 10,86% 10,60% 8,51% 8,24% 7,65% 7,65%
Sumber : Pangestu, 2008.
Dari data yang ada terlihat bahwa subsektor musik memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan ekonomi kreatif sehingga apabila subsektor ini dikembangkan lebih serius lagi bukan tidak mungkin industri musik Indonesia akan makin berkembang menjadi kiblat musik Asia seperti yang pernah dikatakan oleh Quincy Jones seorang produser dan composer asal Amerika Serikat dalam pertemuanya dengan Dr Maria Elka Pangestu di KTT Asean 2011, bahwa Indonesia nantinya akan menjadi kiblat musik di Asia karena kaya akan keragaman budaya khususnya musik. Di dalam buku Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025 dijelaskan adanya 3 komponen utama dalam pengembangan industri kreatif yaitu akademisi, pengusaha, dan pemerintah yang disebut juga dengan The Triple Helix. Akademisi di sini adalah seorang intelektual yang lahir dalam sebuah proses pendidikan melalui institusi tertentu yang kehadirannya sangat penting sebagai pendidik dan pengajar bakat-bakat bertalenta para generasi muda
2
Gambar 1. 1 Model Pengembangan Indsutri Kreatif Sumber : Pangestu, 2008.
Namun pada kenyataannya saat ini, peran akademisi dalam bidang musik masih sangat terbatas karena masih kurangnya pendidikan musik fomal setingkat sarjana di Indonesia. Dr Maria Elka Pangestu juga telah mengemukakakan akan perlunya lembaga pendidikan setingkat sarjana untuk mendukung proses pengembangan industri kreatif agar output yang dihasilkan maksimal sekaligus dapat sebagai wadah untuk menghargai musisi dalam kepakaranya di bidang akademis. 1.1.2
Tinjauan Umum Musik Kontemporer di Yogyakarta Yogyakarta sebagai salah satu kawasan kreatif di Indonesia yang memiliki citra dan pengaruh yang kuat dalam pengembangan industri kreatif khususnya musik. Menurut Glen Fredly, musisi-musisi jogja dikenal kreatif dalam berkarya dan tidak mengikuti arus mainstream dari industri musik Jakarta sehingga memiliki keuntungan sebagai daerah yang sangat potensial dalam mengembangakan bakat-bakat kreatif dan memberikan warna lain di industri musik. 1 Musik kontemporer juga sangat populer di Yogyakarta ditandai dengan banyaknya seniman-seniman musik kontemporer seperti Djaduk Ferianto, Slamet Abdul Syukur, Abdul Rahardjo hingga musisi-musisi muda kreatif seperti Stupa Etnik Kontemporer, Answer Sheet, atau Jogja Hip-hop Fondation. Selain itu, event-event musik kontemporerpun muncul seiring meningkatnya antusiasme masyarakat penikmat musik kontemporer
1
Wawancara dengan majalah Rolling Stone Indonesia
3
seperti event Jazz Mben Senen, PADJAZZ Festival, hingga Jazz Festival yang sering diselenggarakan oleh universitas-universitas di Yogyakarta. Tabel 1. 2 Event-event musik yang pernah digelar di Yogyakarta
Event Yogyakarta Gamelan Festival Jazz Mben Senen Ngajogjazz
Lokasi Taman Budaya Yogyakarta Bentara Budaya Yogyakarta Pasar Kotagede Yogyakarta
Archipelago World Music Festival
Prambanan
Yogyakarta Contemporary Music Festival (YCMF)
Concert Hall Lembaga Indonesia Prancis (LIP) dan Gedung Pasca Sarjana ISI
Tahun 2007-2011 2007-2012 2007-2011 2012 2004 – 2010
Sumber : Penulis, 2012
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa event musik yang mengusung unsur etnik kontemporer sangat marak diselenggarakan di Yogykarta. Keberhasilan ini menunjukkan keberhasilan yang cukup baik dalam mengangkat kembali kebudayaan dan kesenian etnik oleh musisimusisi kontemporer di kota Yogyakarta. Namun, maraknya perkembangan musik kontemporer ini tidak diimbangi dengan kehadiran lembaga pendidikan setingkat sarjana untuk musik kontemporer. Lembaga pendidikan seni musik di Yogyakarta yaitu Institut Seni Indonesia, Sekolah Menengah Musik, dan Universitas Negeri Yogyakarta lebih mengkhususkan untuk genre musik klasik dan pendidikan. Pendidikan yang mengkhususkan diri dalam bidang kontemporer di Yogyakarta bukan sebuah pendidikan formal, tetapi hanya sekadar pendidikan informal melalui rumah komunitas, padepokan/sanggar seni yang menampung kegiatan musik kontemporer seperti : 1) Doggy House, rumah komunitas sekaligus studio latian kelompok Shaggy Dog di Jalan Nogosari, kawasan Tamansari Kecamatan Kraton 2) Kawasan Budaya Gayam , di jalan Gayam 16, sebagai penyelenggara Festival Gamelan Internasional sekaligus sebagai tempat berkumpulnya kelompok indie. 4
3) Padepokan Seni Bagong Kusudiarjo di Kecamatan Kasihan Bantul, sebagai tempat berkumpul Kelompok Kua Etnika yang dimotori oleh musisi Djaduk Ferianto. 4) Kelompok Gangsadewa di Gang Sadewa, Kalan Suryodiningratan, sebuah bengkel musik yang dipelopori oleh Memet Chairul Slamet dengan aliran musk etnis-alternatif. 5) Keroncong Sinten Remen di Desa Kersan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul 1.1.3
Kebutuhan Konservatori Musik Kontemporer Di Indonesia, keberadaan sebuah konservatori musik kontemporer memiliki banyak keuntungan salah satunya sebagai upaya membantu melestarikan kebudayaan musik etnik di Indonesia. Musik etnik selama ini tergeser ke arah pinggiran dan habitatnya semakin mengecil dengan hadirnya nilai-nilai modernitas serta produk budaya pop yang mampu mendominasi budaya masyarakat saat ini. Melihat fenomena tersebut, komunitas Kua Etnika2 memandang perlu adanya revitalisasi musik etnik dengan terobosan budaya dan kreativitas agar perkembangananya dapat diterima dalam kehidupan masyarakat modern termasuk di dalamnya upaya mendialogkan khasanah musik etnik itu sendiri dengan khasanah musik barat atau mendialogkan antar musik etnik yang berasal dari daerah yang berbeda, misal musik etnik Bali dengan Jawa atau Sunda atau Flores. Dari rajutan dialog tersebut nantinya diharapkan mampu melahirkan apa yang disebut “harmoni keindonesiaan”, tanpa melenyapkan karakter masing-masing musik etnik. Sedangkan menurut Maria Elka Pangestu (2011), keuntungan lain dari kehadiran sebuah konservatori musik kontemporer adalah untuk mendukung usaha pemerintah dalam promosi keunikan musik tradisional Indonesia agar dapat dijual, dinikmati, dan digemari di mancanegara yang salah satunya dapat dilakukan dengan memadukanya dengan musik popular. Namun, keinginan untuk lebih mengeksplor musik kontemporer sendiri terbentur dengan terbatasnya pendidikan musik formal di Indonesia saat ini yang lebih banyak
2
Dikutip dari, www.kuaetnika..com , diakses tanggal 18 Maret 2012
5
mengkhususkan pada jenis musik klasik atau tradisional, musik kontemporer sendiri masih dianggap sebagai „anak tiri‟ dan lembaga pendidikan musik kontemporerpun masih sangat terbatas. Secara umum, dasar teknik penguasaan musik adalah sama baik di dalam musik klasik atau kontemporer, perbedaan terdapat pada penguasaan teknik di level yang lebih tinggi. Untuk musik klasik, musisi akan dilatih kedisiplinan dalam memainkan alat musik, peminat dari musik klasik juga terbatas sehingga kurang dapat merangkul masyarakat di segala lapisan. Berbeda dengan musik kontemporer dimana musisi nantinya akan lebih banyak belajar tentang improvisasi dan eksperimen di dalam penguasaan alat musik dimana memiliki peluang yang lebih besar dalam merangkul semua golongan masyarakat. 1.1.4
Tata Perancangan Akustik di dalam Desain Konservatori Musik Musik selalu berhubungan dengan suara dan ilmu yang memelajari tentang suara adalah akustik, dengan kata lain baik musik dan akustik keduanya saling berkaitan. Tanpa akustik yang baik, kualitas musik yang dihasilkan di dalam ruang tersebut tidak akan baik, sehingga di dalam mendesain sebuah konservatori musik terutama pada ruang-ruang yang berhubungan dengan aktivitas musik seperti ruang kelas praktek, concert hall, studio, treatment akustik sangat perlu dilakukan untuk mendukung dan menaikkan kualitas fungsi dari suatu ruangan. Keberadaan
perlakuan
akustik
sangat
penting
untuk
untuk
mengendalikan komponen suara langsung dan pantul terutama di dalam bangunan konservatori musik. Pada bangunan konservatori musik, ada beberapa ruangan yang memerlukan lebih banyak komponen serap (studio, home theater, dll) dan ada pula yang memerlukan gabungan antara serap dan pantul yang berimbang (auditorium, ruang kelas, concert hall, dsb).3 Apabila sebuah konservatori didesain tanpa memperhatikan masalah akustik, maka akan terjadi kebocoran suara dari masing-masing ruangan dan menyebabkan ketidaknyamanan dengar yang akan mengganggu proses kegiatan belajar dan mengajar di dalam konservatori tersebut. 3
Dikutip dari jokosarwono.wordpress.com diakses pada 11 Maret 2012
6
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Permasalahan Non-arsitektural
Kurangnya pendidikan musik formal khususnya musik kotemporer di Indonesia.
Semakin tinggi minat belajar musik secara formal
Bagaimana menciptakan sebuah fasilitas pendidikan sekaligus hiburan musik untuk masyarakat jogja pada khususnya
1.2.2 Permasalahan Arsitektural
Bagaimana mengatur ruang-ruang dalam sekolah musik agar dapat mengakomodasi fungsi-fungsi dalam sekolah musik baik fungsi utama maupun fungsi penunjang.
Bagaimana
mengatasi
permasalahan
bunyi
terutama
pada
penyelesaian akustik di dalam sekolah musik.
Bagaimana mentransformasikan musik ke dalam transformasi desain arsitektural.
1.3
Tujuan Penulisan
Mengumpulkan, mengolah, dan menyusun data atau informasi seluk-beluk sekolah musik kontemporer
Melakukan analisis dalam kaitanya menemukan dan merumuskan konsep perancangan dengan pendekatan tertentu (sistematik) yang diarahkan pada fokus yang nantinya menjadi penekanan perancangan arsitektural
Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan yang dapat dijadikan arahan solusi desain sebuah konservatori musik kontemporer.
1.4
Sasaran Penulisan Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan sekolah musik kontemporer yang mampu mengakomodasi fungsi-fungsi di dalamnya dengan baik sekaligus menyelesaikan permasalahan-permasalahan di dalamnya.
7
1.5
Lingkup Penulisan Lingkup pembahasan ini adalah permasalah arsitektural berupa kebutuhan dari sebuah institusi pendidikan yang ditekankan pada perancangan akustik di dalam sebuah konservatori musik kontemporer agar mendapatkan sebuah rumusan konsep desain dan pembahasan nonarsitektural untuk mendukung dan memperdalaman pembahasan utama.
1.6
Metodelogi Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan ini meliputi beberapa langkah berikut :
Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka (literatur), observasi lapangan, browsing internet, dan wawancara.
Analisis data Pengolahan dan analisis data yang terkumpul dengan cara studi komparasi.
Sintesis Menarik kesimpulan dari hasil analisis data menjadi sebuah rumusan konsep perencanaan dan perancangan Konservatori Musik Kontemporer.
1.7
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dibagi menjadi 5 bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, pembahasan, metodologi, sistematika penulisan, kerangka pola berpikir, dan keaslian penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Meliputi tinjauan umum tentang musik kontemporer, tinjauan etimologis termasuk di dalamnya terdapat persyaratan tapak dan ruang dari
sekolah
musik,
serta
preseden
sekolah-sekolah
musik
kontemporer yang sudah ada sebelumnya.
8
BAB III TINJAUAN KHUSUS AKUSTIK DAN MUSIK Meliputi deskripsi tentang permasalahan arsitektural yang ingin diangkat yaitu permasalahan akustik dan musik arsitektur sebagai dasar perancangan sekolah musik kontemporer.
BAB IV PENDEKATAN KONSEP Meliputi analisa yang dilakukan berdasar pendekatan yang digunakan di dalam perancangan sekolah musik kontemporer seperti analisa site, kurikulum dan kriteria ruang-ruang yang dibutuhkan, serta analisa pendekatan konsep terkait.
BAB V KONSEP PERANCANGAN Meliputi
konsep-konsep
perancangan
konservatori
musik
kontemporer berupa transformasi desain, gubahan dan orientasi massa bangunan, sirkulasi, hingga tata ruang pada sekolah musik. 1.8
Keaslian Penulisan Tabel 1. 3 Tabel Keaslian Penulisan
No 1
2
3
4
5
Judul Konservatori Jazz di Yogyakarta Akademi Musik Yogyakarta Sekolah Musik di Yogyakarta
Penulis
Nova Putra Pamungkas 06/198132/TK/32224 Dyah Kurnia Sekar Sari 05/184735/TK/30660 Anggit Setio Budi Utami 02/157329/TK/27316 Akademi Novita Dian Lestari musik klasik 00/138315/TK/25221 di yogyakarta Model sekolah Titik Puji Lestari musik 96/108928/TK/20879
Tahun 2010
2009
2006
2004
2004
6
Sekolah Musik Gita Savitri 2003 di Jakarta 98/123490/TK/23469
7
Sekolah Musik Fransisca Dina 2002 di Yogyakarta Purnamasari jl Let.Jen 97/114774/TK/21908 Suprapto
Fokus Karya Arsitektur sebagai representasi fiksional dengan Metode Transformasi Musikal Lingkungan Belajar yang Mendukung Kreatifitas Perancangan Bangunan untuk menumbuhkan minat anak terhadap musik Fasiitas pendidikan yang bersifat informal karena musik bersifat universal Pendekatan esensi musik (melodi,ritme,harmoni,bentuk) pada konsep perancangan Aspek Kenyamanan dengar yang meliputi pengendalian bising dan akustik ruang Memberikan kenyamanan akustik dengan tidak mengesampingkan kenyamanan visual
Sumber : Perpustakaan JUTAP UGM
9
Judul Pra Tugas Akhir ini adalah Perancangan Konservatori Musik Kontemporer dengan Pendekatan Akustik dan Musik. Jika dibanding dengan judul-judul karya pra tugas akhir sebelumnya, judul pra tugas akhir penulis memiliki kesamaan pada subjek yang diangkat yaitu sebuah sekolah / konservatori / akademi musik. Namun, terdapat perbedaan terdapat pada lokasi dan fokus pendekatan yang diambil. 1.9
Kerangka Alur Berpikir
Bagan 1. 1 Kerangka Alur Berpikir Sumber : Pemikiran Penulis, 2012
10