BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh kesadaran perusahaan terhadap fakta tentang adanya jurang pemisah yang semakin lebar antara kesejahteraan dan kemelaratan, baik dalam lingkup global maupun nasional. CSR merupakan komitmen dan kepedulian dari para pelaku bisnis untuk turut berperan dalam mengurangi mirisnya potret kemanusiaan. CSR adalah sebuah konsep perusahaan yang secara sukarela menghormati dan melindungi pemangku kepentingan secara lebih luas serta berkontribusi terhadap masyarakat dan lingkungan hidup (Mullerat, 2005). Oleh karena itu, CSR dapat dikatakan sebagai sarana bagi entitas bisnis dalam menjalankan perannya bagi masyarakat. Selain itu, CSR merupakan bentuk komitmen dari entitas bisnis untuk berkontribusi terhadap pengembangan secara berkelanjutan bagi pekerja, keluarga pekerja, serta komunitas lokal dan pada gilirannya CSR menjadi suatu bentuk kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan entitas bisnis. Program CSR yang dilaksanakan perusahaan akan diungkapkan dalam laporan tahunan. Laporan CSR tersebut menunjukkan bagaimana kontribusi perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan. Pada mulanya, CSR hanya dilakukan secara sukarela. Namun, pada perkembangannya, di Indonesia sendiri telah menjadi sebuah kewajiban karena adanya peraturan Undang-Undang Perseroan Terbatas no. 40 pasal 74 tahun 2007 yang diberlakukan pada 16 Agustus
2007. Undang-undang ini mengatur tentang perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 1 (revisi 2009) paragraf 9, Ikatan Akuntansi Indonesia secara implisit menyarankan perusahaan untuk mengungkapkan kegiatan CSR. Perusahaan dapat menyajikan laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri yang menempatkan faktor-faktor lingkungan hidup sebagai peranan penting. Kasus Lumpur Lapindo menjadi contoh dari pentingnya penerapan kebijakan CSR. Kasus ini menimbulkan kehancuran infrastruktur dengan nilai kerugian mencapai Rp 7,6 triliun, sedangkan menurut Bappenas, kerugian ditaksir mencapai Rp 27,4 triliun yang terdiri dari kerugian langsung sebesar Rp 11 triliun dan kerugian tidak langsung Rp 16,4 triliun. Contoh lain dari perusakan lingkungan adalah kebakaran hutan yang sudah seperti menjadi agenda tahunan di lahan-lahan Sumatera, Kalimantan, dan sebagian kecil Jawa. Menurut Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Riau, kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan di Provinsi Riau sekitar Rp 20 triliun sehingga hanya dalam jangka waktu sebulan keadaan ekonomi di sana mengalami kelumpuhan (CNN Indonesia, 2015). Hal ini hanya diambil dari satu provinsi saja, belum lagi provinsiprovinsi lain yang mengalami dampak atas kebakaran itu. Kepolisian Daerah Riau hingga Agustus 2015 menetapkan 28 tersangka kasus pembakaran hutan. Satu diantaranya perusahaan swasta berinisial PT LIH, yang bermarkas di Langgam,
Pelalawan. Perusahaan perkebunan sawit ini membakar lahan konsesi seluas 250 hektar (Tempo, 2015). Fenomena perusahaan-perusahaan yang masih belum sadar akan kepedulian terhadap lingkungan tersebut, membuat penulis tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan yang signifikan atau tidak terhadap kinerja keuangan mereka. Mengingat sudah adanya UU yang mengatur tentang CSR, sungguh disayangkan jika masih banyak perusahaan yang tidak melaksanakan kebijakan itu. Dampak dari perusakan lingkungan tersebut diperkirakan akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan mereka. Dalam pengambilan keputusan ekonomi, tidak hanya kinerja keuangan perusahaan yang diandalkan, tetapi dibutuhkan juga adanya informasi sosial. Investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Maka dari itu, dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan, dan keuangan secara sekaligus yang dikenal dengan nama Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report). Istilah tersebut digagas oleh Global Reporting Initiative (GRI) pada tahun 1999. Pedoman pelaporan diperlukan agar terciptanya konsistensi dan komparasi dalam praktik pelaporan CSR. Pedoman dari GRI itu sendiri pertama diterbitkan pada tahun 2002 dengan judul Panduan Pelaporan Keberlanjutan, yang berisi rerangka kerja sebagai panduan pelaporan. Rerangka kerja ini mengacu pada teori triple bottom-line of business (Elkington, 1997). Teori tersebut menyatakan: “apabila suatu korporasi itu harus peduli dan bertanggung jawab terhadap alam
semesta (planet), masyarakat (people), dan pertumbuhan keuntungan bisnis itu sendiri (profits)”. GRI menekankan adanya koordinasi antara pelaporan CSR dan pelaporan keuangan. Pelaporan model GRI bermanfaat bagi perusahaan dan pemangku kepentingan. Praktik pelaporan menurut GRI telah diadopsi oleh banyak entitas di berbagai negara. Tercatat sekitar 10.000 entitas yang telah mempraktikkan pelaporan keberlanjutan ini (Lako, 2013). Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk meneliti hubungan antara pelaporan CSR dan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian Burhan dan Rahmanti (2012) menunjukkan hasil bahwa pengkungkapan pelaporan keberlanjutan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Jika dilihat lebih spesifik, di antara tiga subbagian pelaporan, yakni kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial, hanya kinerja sosial saja yang memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil berbeda tampak dari penelitian Sitepu (2009) yang menunjukkan hasil bahwa kinerja aspek ekonomi dan lingkungan memengaruhi kinerja keuangan, sedangkan lingkungan sosial tidak memberi pengaruh. Penelitian lain yang dilakukan oleh Susanto dan Tarigan (2013) memberi hasil yang berbeda juga. Penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja ekonomi, lingkungan, dan hak asasi manusia serta tenaga kerja dan pekerjaan yang layak tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Kinerja tanggung jawab produk berpengaruh signifikan dan memiliki pengaruh positif terhadap kembalian atas aset (ROA). Sementara itu, kinerja sosial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA.
Penelitian yang dilakukan Bramono (2008) menyebutkan bahwa pelaporan CSR tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Bramono juga berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia seharusnya mengevaluasi kembali program-program CSR yang telah dilakukan selama ini. Dia menganggap pengalokasian dana CSR yang tidak cermat mengakibatkan adanya hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara CSR dan kinerja keuangan. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) memperkirakan sekitar 70% kerusakan lingkungan Indonesia disebabkan oleh operasi pertambangan. Sekitar 3,97 juta hektar kawasan lindung terancam pertambangan, termasuk keragaman hayati di sana. Selain itu, daerah aliran sungai (DAS) juga rusak parah dalam 10 tahun terakhir, yakni sekitar 108 dari 4.000 DAS di Indonesia rusak parah (Hijauku.com, 2014). Dengan latar belakang tersebut, penulis memiliki keinginan untuk meneliti kembali pengaruh pengungkapan laporan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penulis memilih meneliti perusahaan pertambangan karena dalam kegiatan operasionalnya perusahaan langsung berhadapan dengan alam atau lingkungan, mulai dari proses mengeksplorasi bahan tambang dari alam, proses produksi, sampai proses pengolahan limbah. Penulis ingin meneliti dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan tahun 2011-2013, karena menurut Indonesian Center Environmental Law (ICEL), data kasus kerusakan lingkungan terbitan Kementerian Lingkungan Hidup yang dibuka pada tahun 2014 hanya dimunculkan sampai pada
tahun 2010 (Beritasatu.com, 2014). Selain itu, penulis juga memiliki keterbatasan data berupa laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan pertambangan yang diperoleh hanya sampai pada tahun 2013. Penulis juga ingin meneliti akibat adanya perbedaan hasil dari berbagai penelitian yang telah disebutkan tadi, yaitu dalam pengungkapan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini dilaksanakan berlandaskan dari banyaknya isu mengenai perusakan lingkungan oleh suatu perusahaan di Indonesia. Dalam lingkup yang lebih luas, masih banyak perusahaan yang belum memiliki kesadaran kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat pada umumnya. Maka dari itu, dengan adanya Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan harus mempertimbangkan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial dalam membuat suatu keputusan dalam proses operasional dan berkesinambungan. Di Indonesia sudah ada UndangUndang Perseroan Terbatas no. 40 pasal 74 tahun 2007 yang mewajibkan perusahaan untuk melalukan aktivitas operasional yang berasaskan kepedulian terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat. Pelaksanaan kebijakan CSR sebuah perusahaan tentu harus dituangkan dalam bentuk laporan yang akan digunakan sebagai informasi bagi para pemangku kepentingan, dapat berupa pengambilan keputusan selanjutnya atau pun sebagai informasi untuk melakukan evaluasi. Pelaporan berkelanjutan yang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia masih banyak yang belum berpedoman pada panduan pelaporan berkelanjutan yang diterbitkan oleh Global Reporting Initiative (GRI).
Penelitian-penelitian mengenai isu CSR telah ada sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Burhan dan Rahmanti (2012), Sitepu (2009), Susanto dan Tarigan (2013), dan juga Bramono (2008). Namun pada kenyataannya perbedaan hasil terlihat dari penelitian-penelitian tersebut. Perbedaan terdapat pada hasil analisis pengaruh pada kinerja keuangan dari faktor-faktor CSR, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui berpengaruh atau tidaknya ketiga faktor tersebut terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur menggunakan rasio Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apakah pengungkapan CSR memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia? 2. Apakah pengungkapan aspek kinerja ekonomi dalam CSR memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia? 3. Apakah pengungkapan aspek kinerja lingkungan dalam CSR memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia? 4. Apakah pengungkapan aspek kinerja sosial dalam CSR memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia?
1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dan memahami pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan sebagai informasi bagi para pemangku kepentingan dalam memutuskan kebijakan CSR. 2. Mengetahui pengaruh pengungkapan aspek kinerja ekonomi dalam CSR terhadap kinerja keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kebijakan ekonomi perusahaan pertambangan. 3. Mengetahui pengaruh pengungkapan aspek kinerja lingkungan dalam CSR terhadap kinerja keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan, baik hidup maupun mati, dari perusahaan pertambangan. 4. Mengetahui pengaruh pengungkapan aspek kinerja sosial dalam CSR terhadap kinerja keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kebijakan perusahaan pertambangan yang berkaitan dengan lingkup sosial.
1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi dan pengetahuan mengenai ada tidaknya pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dapat digunakan untuk referensi dalam penelitian yang berkaitan dengan materi serupa. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak yang berkepentingan di perusahaan dalam membuat dan melaksanakan kebijakan CSR. Dengan demikian, perusahaan dapat memperoleh pengetahuan
mengenai CSR sebagai salah satu strategi perusahaan dan seberapa kuat pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan. 3. Bagi investor, manfaat penelitian ini diharapkan menjadi referensi tentang pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan di Indonesia. Maka, investor dapat lebih selektif dalam membuat keputusan investasi.
1.6 Sistematika Penelitian Berikut ini merupakan sistematika penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini terdiri dari lima bab, diantaranya adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Pertanyaan Penelitian 1.4 Tujuan Penelitian 1.5 Manfaat Penelitian BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.2 Model Penelitian 2.3 Hipotesis Penelitian
BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Pendekatan Penelitian 3.2 Variabel Penelitian 3.3 Subjek Penelitian 3.4 Jenis dan Sumber Data 3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.6 Alat Analisis BAB IV Analisis Data dan Hasil Penelitian 4.1 Pengambilan Sampel Penelitian 4.2 Statistik Deskriptif 4.3 Uji Asumsi Klasik 4.4 Uji Hipotesis 4.5 Pembahasan BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan 5.2 Keterbatasan Penelitian 5.3 Saran Penelitian