BAB I PENDAHULUAN 1.1 Nyamuk
Latar Belakang Masalah
merupakan
serangga
yang
seringkali
membuat kita risau akibat gigitannya. Salah satu bahaya yang
disebabkan
macam
penyakit
oleh yang
gigitan bahkan
nyamuk
hingga
adalah
dapat
berbagai
menyebabkan
kematian. Kehidupan tidak
dapat
kita
sebagai
dipisahkan
dari
masyarakat
Indonesia
keberadaan
nyamuk.
Indonesia adalah salah satu negara beriklim tropis yang endemik
penyakit-penyakit
penyebarannya
oleh
nyamuk,
yang seperti
diperantarai demam
berdarah,
malaria dan filariasis. Terdapat
banyak
jenis
nyamuk
yang
mampu
menyebabkan penyakit pada manusia antara lain nyamuk Anopheles
(malaria),
nyamuk
Culex
sp,
Mansonia
sp,
Aedes sp, dan Anopheles sp (kaki gajah/ filariasis), nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, Culex sp, dan Mansonia sp (chikungunya), serta nyamuk Aedes aegypti
1
2
dan
Aedes
albopictus
(Demam
Berdarah
Dengue)(Gandahusada et al., 2006). Nyamuk Aedes aegypti dilaporkan telah resisten terhadap
temephos
(abate)
Lumpur,
Malaysia.
Kedua
dan
malathion
insektisida
di
Kuala
organofosfat
tersebut digunakan secara luas sejak 1973 di Malaysia. Temephos
(abate)
dan
malathion
juga
digunakan
untuk
menghentikan penyebaran penyakit demam berdarah dengue di Yogyakarta dan beberapa kota lainnya di pulau Jawa sejak tahun 1974 (Salmah, 2005). Upaya-upaya
untuk
mencegah
penyakit-penyakit
tersebut telah banyak dilakukan, di antaranya dengan pengendalian
nyamuk
itu
sendiri
maupun
perlindungan
terhadap gigitan nyamuk (Tawatsin et al., 2001). Upaya tersebut di antaranya dengan memasang kawat kasa pada jendela rumah, memasang kelambu tidur, menggunakan obat nyamuk oles, semprot, bakar, dan elektrik (Sutanto dan Purnomo,
1990).
tersebut
perlu
Pemilihan
salah
satu
mempertimbangkan
dari
faktor
cara-cara penderita,
tempat tinggal penderita, faktor lingkungan fisik dan biologis,
agen
biologis
untuk
pemberantasan
vektor,
3
metode pemberantasan vektor yang sesuai, serta biaya (Sugito, 1989). Obat kelebihan
nyamuk
elektrik
dibanding
cara
mempunyai
lainnya.
beberapa
Di
antaranya,
praktis, tidak meninggalkan abu, dan tidak menyebabkan asap berbau menyengat (Guomin et al., 2003). Produk nyamuk
telah
berbahan banyak
dasar
kimia
digunakan,
untuk
tetapi
pada
membasmi umumnya
produk-produk semacam itu bersifat toksik, meninggalkan bau, dapat menyebabkan iritasi pada kulit, resistensi serangga, pencemaran lingkungan, dan meracuni makhluk hidup dapat
lain
yang
bukan
diatasi
salah
sasaran.
Hal-hal
satunya
dengan
semacam
itu
menggunakan
insektisida alami yang umumnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan dianggap memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi
karena
sifatnya
yang
mudah
terurai
di
alam
sehingga tidak menimbulkan bahaya residu yang berat dan tentunya
lebih
selektif
dengan
tidak
ikut
meracuni
makhluk hidup dan lingkungan lain yang bukan sasaran (Kardinan, 2005). Salah satu tanaman yang dianggap dapat menjadi insektisida alami adalah akar wangi. Akar wangi yang
4
sudah dikenal masyarakat Indonesia turun temurun ini memiliki nama latin Vetiveria zizanioides. Tanaman ini umum ditanam di tanggul sawah dan di tepi sungai untuk mencegah erosi. Akar wangi juga dikenal sebagai tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai bahan pengobatan alami
untuk
peradangan,
nyeri
otot,
kosmetik
bahkan
pengusir nyamuk. Febrina (2012) meneliti mengenai potensi akar wangi di Jawa Barat dalam mengusir nyamuk dan hasilnya menjelaskan
bahwa
mekanisme
kerjanya
yaitu
dengan
mengalihkan aroma CO2 dan bau keringat manusia sehingga nyamuk kehilangan orientasi untuk menggigit. Meskipun masih kurang efektif tetapi kandungan akar wangi tidak mengakibatkan
efek
buruk
pemakaian
jangka
panjang
karena Diethyltoluamide atau DEET yang biasa terdapat pada produk lotion anti nyamuk di pasaran yang dapat menyebabkan gangguan syaraf. Penelitian lain menyebutkan bahwa minyak atsiri dari akar wangi memiliki daya repelan terhadap nyamuk Aedes albopictus dengan durasi 1 jam dalam konsentrasi 25% (Wijayanti dan Mulyaningsih, 1997). Hal ini perlu mendapatkan
perhatian
lebih
lanjut
untuk
diteliti
5
kembali apakah minyak atsiri dari akar wangi ini benarbenar
memiliki
daya
insektisidal
dan
apabila
memungkinkan dapat dijadikan bahan dasar obat nyamuk elektrik, tentunya dengan mempertimbangkan segi efikasi dan keamanannya. Peneliti
mengambil
fokus
pada
nyamuk
Aedes
aegypti karena kepentingannya secara klinis mengingat Indonesia merupakan salah satu negara endemis penyakit demam berdarah yang mana penyakit ini menjadi salah satu
topik
utama
masalah
kesehatan
masyarakat
di
tingkat internasional akibat peningkatan transmisi yang progresif
(World
penelitian
ini
Health
pada
Organization,
konsentrasi
10%
2012).
dan
25%
Fokus karena
terkait dengan penelitian Wijayanti dan Mulyaningsih (1997) memiliki
tersebut. efek
Jika
signifikan
memang bagi
konsentrasi nyamuk
Aedes
25%
itu
aegypti,
peneliti merasa perlu juga melakukan penelitian pada konsentrasi yang lebih rendah. Hal ini terkait segi keamanan dan efikasinya.
6
1.2
Rumusan Masalah
Apakah penggunaan minyak akar wangi/ vetiver oil (Vetiveria zizanioides) konsentrasi 10% dan 25% sebagai bahan dasar obat nyamuk elektrik cair memiliki daya insektisidal terhadap nyamuk Aedes aegypti. 1.3
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui daya insektisidal minyak akar wangi/ vetiver oil (Vetiveria zizanioides) konsentrasi 10% dan 25% sebagai bahan dasar obat nyamuk elektrik cair terhadap nyamuk Aedes aegypti. 1.4
Keaslian Penelitian
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui daya insektisidal minyak akar wangi/ vetiver oil (Vetiveria zizanioides) sebagai bahan dasar obat nyamuk elektrik cair
terhadap
dilakukan
dan
penelusuran
nyamuk hanya
yang
Aedes sedikit
dilakukan
aegypti yang
peneliti
belum
pernah
relevan.
Sejauh
adalah
sebagai
berikut: 1.
Febrina (2012) meneliti mengenai akar wangi yang sudah
mengalami
proses
penyulingan
menjadi
7
minyak
atsiri
meneliti Minyak
di
untuk
atsiri
ditambahkan
salah
satu
membuat akar
lotion
wangi
basis
pabrik anti
dengan
lotion
di
dan
Garut
nyamuk.
kandungan emolsi
5%
yang
diformulasikan selama 30 hari. Selain itu juga mencoba melakukan uji aktivitas dan uji iritasi pada
10
orang
sampel
yang
menggunakan
lotion
ini. Hasil menunjukkan lotion ini dapat mencegah gigitan nyamuk selama 4,5 jam dan juga dapat mencegah
gigitan
nyamuk
Culex
yang
membawa
penyakit Filariasis (penyakit kaki gajah). 2.
Wijayanti
dan
Mulyaningsih
penelitian
dengan
Andropogon
zizanioides
terhadap
nyamuk
penelitian
ini
ekstrak
akar
judul
(1997)
“Efek
urban
Aedes
adalah
ekstrak
akar
sebagai
repelen
aegypti”.
Tujuan
untuk
Andropogon
melakukan
membuktikan
zizanioides
efek urban
sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti di laboratorium.
Pada
penelitian
pengamatan
berbagai
Andropogon
zizanioides
ini
konsentrasi urban
dilakukan
ekstrak
yang
akar
berfungsi
sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti
8
dalam satuan waktu pengamatan. Hasilnya setelah dianalisis
dengan
menunjukkan
uji
bahwa
Split-plot
ekstrak
akar
dan
t-test
Andropogon
zizanioides urban 25% berefek sebagai repelen dalam waktu 1 jam, sedangkan pada konsentrasi 50% dan 100% berefek selama 2 jam. Beda penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini digunakan minyak atsiri dari tanaman akar wangi/ vetiver oil (Vetiveria zizanioides)
konsentrasi
dasar
nyamuk
obat
10%
elektrik
dan
25%
cair
sebagai
dan
diuji
bahan daya
insektisidalnya terhadap nyamuk Aedes aegypti dewasa. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1
Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan bahan acuan
peneliti
insektisidal
lain
minyak
berkaitan akar
wangi/
dengan vetiver
daya oil
(Vetiveria zizanioides) sebagai bahan dasar obat nyamuk aegypti.
elektrik
cair
terhadap
nyamuk
Aedes
9
1.5.2
Bagi institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan
dalam
pengendalian
nyamuk
perlindungan
terhadap
itu
menentukan sendiri
gigitan
nyamuk
metode maupun Aedes
aegypti di waktu mendatang. 1.5.3
Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan mampu membuka wawasan masyarakat dalam rangka mengurangi angka kejadian penyakit demam berdarah yang seharusnya bisa dicegah penyebarannya antara lain dengan pengendalian
nyamuk
itu
sendiri
perlindungan terhadap gigitan nyamuk.
maupun