Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun belakang ini, peneliti melihat bangsa Indonesia banyak dipengaruhi beberapa aspek dalam kehidupannya. Khusus di Jakarta, dari hal yang berhubungan dengan teknologi hingga seni hiburan mampu mempengaruhi perilaku masyarakat. Seperti maraknya penggunaan Blackberry, I-phone, fans Biebers yang menonton konser Justin Bieber hingga demam Korea Pop di kalangan remaja. Seperti dikutip dari media Republika, setelah drama-drama Korea bermunculan, Korea Pop (K-Pop) juga tak ketinggalan. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang telah 17
mengenal k-pop. K-pop merupakan sebutan untuk berbagai jenis musik yang datangnya dari Korea Selatan. Jenis musik yang ditawarkan bermacam-macam, mulai dari pop, dance, elctropop, hip-hop, rock, R&B, juga electronic. Berawal dari musik dan film, menyebarnya demam kebudayaan Korea Selatan di seluruh dunia ini dikenal dengan sebutan Hallyu (http://www.republika.co.id/berita/senggang/musik/12/05/01/m3chbz-ini-alasan-remaja-duniakecanduan-kpop).
Demam Korea Pop itu sendiri merupakan istilah lain dari Korean Wave atau dikenal dengan Hallyu. Hallyu, Korean Wave, atau yang biasa disebut sebagai gelombang budaya Korea. Hallyu mengacu pada semua aspek budaya Korea yang populer seperti drama, televisi, film, musik, game online, fashion, gaya rambut, serta kosmetik yang menyebar ke seluruh Asia Timur (Korniawan, dkk, 2013:62). Karena Hallyu mengacu pada beberapa aspek yang telah disebutkan diatas, peneliti memfokuskan pada aspek musik yang spesifiknya Korea Pop (K-Pop). Korean Wave didominasi oleh grup-grup musik, idol yang nantinya terkenal dengan K-Pop. Dikarenakan, fase terakhir dari perkembangan Hallyu ini adalah berkisar di bidang permusikan, maka Hallyu dan Korea itu sendiri identik dengan K-Pop-nya. Seperti yang digambarkan melalui tabel berikut ini (Korniawan, dkk, 2013:12-13).
Fase I (1995-2005)
Fase II (2006-2011)
Fase III (2012-)
Drama, Film, Musik
K-Pop, Drama, Film
Budaya Korea
China, Taiwan, Jepang
Asia, Amerika, Eropa
Seluruh Dunia
Tabel 1.1 Fase perkembangan Hallyu Melihat tabel di fase kedua, dikutip dari sumber Korea Herald, 2011, survei yang dilaksanakan di Jakarta ini menunjukkan bahwa K-Pop memang lebih unggul dari aspek lain seperti Tv drama, Film dan lainnya. Dalam persentasenya, aspek-aspek yang menarik 18
masyarakat 53,3% pada K-Pop, 33,2% pada Tv drama, 6,2% pada Film dan 7,1% lainnya. Dan menurut sumber di Indonesia pecinta K-Pop ada 4,234 orang. (Sariaatmadja, The Cultural Cooperation & Korean Wave Hallyu Seminar:2012). Perkembangan Korea Pop inilah yang memicu beberapa media khususnya televisi untuk menayangkan para boyband idola remaja. Hal ini terbukti dengan banyaknya acara KPop yang bermunculan di stasiun televisi Indonesia. Pada awalnya hanya “menumpang” acara musik nusantara, yang kemudian memiliki segmen tersendiri berkat banyaknya peminat K-Pop di Indonesia (Korniawan, dkk, 2013:74). Televisi merupakan salah satu media massa yang paling banyak digunakan masyarakat. Dewasa ini media massa utama yang menggunakan teknologi warisan Guternberg adalah buku, majalah, dan koran. Mereka semua berbentuk cetakan tapi, bisa dibedakan berdasarkan empat kategori: Binding, Regularitas, Isi dan Ketepatan Waktu. Namun belakangan muncul media yang berakar pada teknologi kimia dan elektronik (Vivian, 2008:9-10). Masyarakat mengenal media massa itu beragam. Mulai dari media cetak berupa koran, majalah, tabloid, dan media elektronik berupa televisi. Kata televisi (television) berarti program yang pernah disampaikan oleh antena melalui sinyal udara. Saat ini televisi berarti layar televisi (television screen) yang terdapat beberapa jenis sistem pengiriman membawa penonton kepada beragam program (Biagi, 2010:201-202). Namun jika dilihat, televisi yang banyak digunakan masyarakat sebelumnya tidak sebanyak sekarang. Salah satu stasiun televisi di Indonesia yang dikenal hanya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya, yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Kemudian secara berturut-turut
19
berdiri stasiun televisi Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) dan Andalas Televisi (ANTeve) (Elvinaro, 2007:127). Dengan munculnya stasiun televisi yang sangat cepat, terutama sejak swasta diberi kesempatan untuk mengelola televisi, tayangan televisi pun beragam. Sejak akhir 80-an sampai sekarang tercatat terdapat 11 stasiun TV Nasional (TVRI, TPI, RCTI, SCTV, ANTV, Metro Tv, Indosiar, Trans TV, Global Tv, TV7 dan Tv One), ditambah dengan stasiunstasiun Tv lokal di tiap-tiap daerah seperti Jak-Tv di Jakarta, C-Tv di Banten, Bali-Tv dan lainnya (Firmanzah, 2008:20). Perkembangan inilah yang membuat media menjadi alat yang cukup kuat untuk mempengaruhi masyarakat. Media televisi merupakan media massa yang dinilai efektif. Jangkauan yang luas, kreatifitas dan efek yang dimiliki, membuatnya lebih unggul dibanding media lainnya (Morissan, 2010:240). Akibat adanya media televisi, masyarakat dapat dengan mudah mendapat informasi. Bukan hanya mendapat informasi terkini, televisi juga dapat berfungsi sebagai wadah untuk menyajikan porgram-program hiburan. Seperti untuk menonton siaran K-Pop, para remaja dapat menyaksikan di stasiun SCTV di program INBOX KOREA, ALL About Super Junior, Konser J-Park atau di stasiun Indosiar di program K-Pop Hitz Indosiar, Korean Wave Indonesia, Music Bank K-Chart, dan lainnya (Sariaatmadja, The Cultural Cooperation & Korean Wave Hallyu Seminar:2012). Selain dapat menyaksikan siaran K-Pop di stasiun SCTV atau Indosiar, salah satu stasiun yang menyajikan program mengenai K-Pop adalah O-Channel. Dilansir dari sebuah situs online, Top K Pop di O Channel yang merupakan program K-Pop Pertama dan Original di dunia Televisi Indonesia, program ini tayang di layar televisi O Channel setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 19.30 WIB dan re-run di hari Senin dan Selasa pukul 16.30 yang dibawakan presenter Ichsan Akbar dan Gracia Indri. Program ini secara keseluruhan 20
membahasa mengenai lagu-lagu K-Pop terbaru serta memutar MV dari artis-artis Korean Pop (K-Pop).
(http://www.lovelytoday.com/entertainment/2012/02/20/6674/gathering-top-kpop-
extra). Disisi lain, tayangan Korea Pop juga dapat kita temui di beberapa stasiun televisi yang berbayar. Terdapat TV kabel yang tidak hanya me-relay program tv global seperti MTV, ESPN, Discovery, V-Channel, HBO, CNN, CNBC, tetapi juga memiliki acara dan program sendiri seperti MTV dengan acara yang berhubungan dengan musik. Untuk program Korea dapat disaksikan di stasiun TV Q Channel, KBS World, Arirang, K-Tv, One Channel, dan lainnya. (Firmanzah, 2008:20). KBS World merupakan saluran televisi kabel yang tersedia dalam 10 bahasa selain bahasa Korea, yaitu Inggris, China, Jepang, Rusia, Arab, Spanyol, Prancis, Jerman, Indonesia dan Vietnam. KBS World secara rutin memutar drama televisi Korea yang sudah diberi sub teks berbahasa inggris. KBS World juga memutar acara bertemakan Hallyu lainnya yang ditayangkan di stasiun pusatnya, seperti “Tour”, “Life & Culture”, serta program hiburan (berita mengenai K-Pop) (Korniawan, dkk, 2013:69). Berbeda dengan saluran KBS World, Arirang TV merupakan stasiun televisi kabel global Korea yang memang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantarnya. Dengan slogan “Korea for the World, the World for Korea”, Arirang TV membantu mengglobalkan Hallyu sejak tahun 1999 melalui berbagai program seperti “Showbiz Korea” yang menayangkan berbagai hal seputar dunia hiburan Korea terkait drama, film, dan K-Pop beserta para artisnya (Korniawan, dkk, 2013:70). Ini menunjukkan peran penting dari televisi pada kehidupan masyarakat. Apabila tidak ada media massa di dunia, apa yang akan terjadi apabila televisi yang sudah ada sekarang tidak bergerak bebas. 21
Dengan kata lain, jika beberapa media khususnya televisi, stasiun dan programprogramnya dibawah pengendalian dan kepemimpinan mantan presiden Soeharto. Dapat dikatakan tayangan Korea Pop tidak akan semudah ini berkembang di Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maraknya tayangan Korea Pop di Indonesia melalui televisi banyak mempengaruhi masyarakat khususnya remaja yang masih menempuh pendidikan sekolah. Berikut adalah sejumlah alasan yang membuat remaja dunia menyukai K-Pop yang dilansir dari media Republika, Pertama, Musik Korea menawarkan aliran musik yang baru. Kedua, Musik yang telah diusung boy/girl band Korea di awal pengenalannya, juga bisa diubah tiba-tiba. Musik K-pop cenderung berani mengubah jenis musik pada debut album berikutnya tanpa banyak melewati hal yang rumit. Ketiga, tidak seperti lirik lagu yang ditawarkan dari industri musik Barat yang banyak menceritakan mengenai seks dan gaya hidup kebarat-baratan, lirik lagu dalam musik K-Pop masih cenderung sopan dan masih berisi mengenai janji dan kesetiaan, juga hal-hal yang berbau persahabatan. Keempat, dari segi make-up atau tampilan wajah orang Asia yang umumnya bermata sipit, bisa ditampilkan dengan image/mata besar yang menjadi hal baru yang menyenangkan untuk dilihat.Terakhir, musik k-pop juga umumnya menampilkan tarian yang rapih dan inovatif yang bisa diikuti. Sehingga tidak sedikit dari boy/girlband memiliki kekhasan
tarian
masing-masing
(http://www.republika.co.id/berita/senggang/musik/12/05/01/m3chbz-ini-alasan-remajadunia-kecanduan-kpop). Namun jika ditelisik, definisi remaja itu sendiri menurut Santrock (2003: 26) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
22
Sedangkan Monks (2002:262) berpendapat bahwa secara global masa remaja berlangsung antara 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 15-18 tahun merupakan masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir. Kehidupan remaja tidak akan terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi maupun komunikasi, akibatnya mereka akan menghadapi rintangan yang semakin kompleks dengan pengaruh-pengaruh yang bersifat positif maupun negatif untuk remaja itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh keadaan remaja yang masih labil dan juga mudah untuk terpengaruh (Gunarsa, 2004:28). Remaja yang mudah terpengaruh pun seperti terhipnotis dengan penampilan para boyband. Menurut Pravita, penonton menyatakan bahwa mereka terkejut dan sukacita melihat bintang tv Asia (oriental) yang tampilan fisik berbeda dengan yang disuguhkan Hollywood (Heryanto, 2012:150). Berdasarkan penelitian Pravita, para lelaki tersebut memesona penonton karena mereka memberikan „alternatif‟ ditengah dominasi bintang-bintang barat (Pravita, 2004:7). Bukan hanya itu, dalam buku K-Pop: A New Force in Pop Music dipaparkan bahwa 90% perempuan menyukai K-Pop dibanding laki-laki yang presentasenya 10% (KOCIS, 2011:27). Ini menunjukkan tayangan Korea Pop mampu mempengaruhi remaja yang dapat dikatakan generasi muda. Pada umumnya, generasi muda dianggap sebagai individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi (Ranjabar, 2013:42). Sebagaimana dikemukakan oleh Selly Riawanti, generasi muda secara sosial dapat dilihat sebagai golongan yang sedang sibuk mencari jati diri, dan dalam rangka itu memilih orientasi atau arah kehidupan yang dianggap (lebih) baik (Widianto, 2009:172). 23
Dalam mencari dan mengembangkan jati diri, remaja mendapat pengaruh salah satunya dari media massa. Globalisasi dewasa ini menyediakan mekanismenya sendiri melalui teknologi komunikasi yang kian canggih dan kian cepat menyebarluaskan informasi; dan hal ini memperluas pilihan arah atau kiblat bagi generasi muda (Widianto, 2009:173). Dalam media Republika juga dibahas, bahwa remaja Indonesia mulai terhipnotis dengan fenomena Korean Wave sejak tahun 2010 lalu. Maraknya konser artis asal Korea Selatan
menyebabkan
euforia
tersendiri
bagi
remaja
Indonesia
(http://www.republika.co.id/berita/rol-to-campus/lspr/12/11/10/md931u-demam-k-pop-dan-serbuanartis-asal-korea).
Remaja Indonesia yang terpengaruh oleh Korean Pop salah satunya adalah pelajar dari SMA N 25 Jakarta. Meskipun beberapa sekolah juga memiliki ketertarikan terhadap KPop, namun peneliti mengambil penelitian di SMA N 25 karena, pelajar disini pernah mengadakan pentas seni (pensi) yang mengundang boyband dengan genre K-Pop. Dengan fenomena Korea Pop di Indonesia, tak sedikit pengaruh yang ditimbulkan. Dari gaya berpakaian, kesukaan terhadap boyband, loyalitas untuk membeli CD lagu serta ketertarikan remaja untuk mempelajari bahasa Korea.
Seperti yang diberitakan oleh media Republika, kini tidak sedikit orang yang bahkan menggunakan kata-kata berbahasa Korea dasar, yang bisa didapatkan dari mendengarkan lagu korea. Saat ini, dengan mudah kita bisa menemui remaja banyak menggunakan kata-kata seperti oppa-panggilan adik perempuan untuk kakak laki-laki, omo-ungkapan kasihan atau kekagetan yang biasa diucapkan oleh orang Korea, gomawo-ucapan terimakasih kepada sesama
teman,
ataupun
annyeonghaseyo-sapaan
24
seperti
halo
atau
hai
(http://www.republika.co.id/berita/senggang/musik/12/05/01/m3chbz-ini-alasan-remajadunia-kecanduan-kpop). Kepopuleran Hallyu tidak hanya membawa hiburan ke masyarakat global melainkan juga membawa nilai-nilai budaya Korea, seperti bahasa global. Peningkatan peminat bahasa Korea dapat dilihat dari meningkatnya jumlah lembaga bahasa Korea yang mengglobal, yaitu King Sejong Institute di berbagai negara. (Korniawan, dkk, 2013:72). Tingginya peminat bahasa Korea juga dapat dilihat dari jumlah peserta yang mendaftar jurusan Bahasa dan Sastra Korea Universitas Indonesia pada tahun 2007, yang merupakan tahun pertama jurusan ini, yaitu sejumlah 1047 orang (Korniawan, dkk, 2013:76).
Melihat fenomena meningkatnya peminat bahasa Korea di Indonesia, INAKOS (International Association of Korean Studies in Indonesia) menerbitkan buku cara menulis bahasa Korea bagi orang-orang Indonesia (Korniawan, dkk, 2013:77). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berusaha memaparkan pengaruh terpaan tayangan Korea Pop di Televisi khususnya dalam program Top Kpop di O-Channel terhadap tingkat minat pelajar untuk belajar bahasa Korea. Lebih jauh, peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh terpaan tayangan Korea Pop terhadap tingkat minat pelajar untuk belajar bahasa Korea.
1.2 Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang masalah yang sudah dipaparkan sebelumnya, disini peneliti mengambil rumusan masalah yaitu,
25
1. Seberapa besar minat pelajar untuk belajar bahasa Korea setelah menyaksikan tayangan Korea Pop? 2. Faktor-faktor apa sajakah di terpaan tayangan K-Pop di O-Channel yang mempengaruhi pelajar untuk belajar bahasa Korea? 3. adakah faktor lain yang mempengaruhi pelajar untuk belajar bahasa Korea?
1.3 Tujuan Penelitian Setelah melihat latar belakang, rumusan serta batasan masalah, peneliti mengambil tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa besar minat pelajar untuk belajar bahasa korea setelah menyaksikan tayangan Korea Pop 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah dari terpaan tayangan K-Pop di OChannel yang mempengaruhi pelajar untuk belajar bahasa Korea 3. Untuk mengetahui adakah faktor lain yang mempengaruhi pelajar untuk belajar bahasa Korea?
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa/mahasisiwi yang ingin mengetahui tentang Pengaruh Terpaan Tayangan Korea Pop di Televisi terhadap Tingkat Minat Pelajar untuk Belajar Bahasa Korea. 26
Diharapkan penelitian ini digunakan untuk kemajuan ilmu pengetahuan terutama mendapat pengetahuan mengenai teori S-O-R dan budaya populer seperti K-Pop. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat luas, khususnya remaja dan orangtua sebagai penikmat Korea Pop dari media massa. Peneliti berharap mereka mendapatkan tambahan informasi mengenai Pengaruh Terpaan Tayangan Korea Pop di Televisi terhadap Tingkat Minat Pelajar untuk Belajar Bahasa Korea. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan bagi media massa khususnya televisi yang menayangkan program K-Pop untuk mengetahui dampaknya terhadap minat belajar bahasa Korea oleh pelajar.
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Dari hasil penelusuran peneliti menemukan juga beberapa mahasiswa/mahasiswi yang melakukan penelitian yang serupa dengan Pengaruh Tayangan Korean Pop di O-Channel terhadap Tingkat Minat Pelajar untuk Belajar Bahasa Korea. Penelitian terdahulu dalam hal ini dimaksudkan untuk menjadi landasan atau gambaran bagi peneliti, yang meneliti sebuah fenomena di Jakarta. Berikut penjabaran beberapa penelitian, 27