1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lahirnya revolusi Indonesia dan keberhasilan dalam mengusir penjajah salah satunya adalah berkat adanya kesadaran dan partisipasi masyarakat. Hal ini ditandai dengan lahirnya berbagai bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap kaum penjajah yang disalurkan lewat kelompoknya masing-masing. Kelompok-kelompok tersebut ikut berjuang bersama pemerintah demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang akan direbut kembali oleh Belanda. Kelompok-kelompok tersebut tidak lain adalah para pemuda Indonesia yang mengalami euforia politik setelah hidup di bawah bayang-bayang penjajahan dan merasa terpanggil untuk menyelamatkan revolusi serta membela republik dengan membentuk beberapa gerakan yang sesuai dengan afiliasi politiknya. Ben Anderson (1988:78) menjelaskan bahwa kelompok-kelompok pemuda tersebut diantaranya adalah Angkatan Muda, yang dibentuk 25 Agustus 1945 oleh Soemarsono dan Ruslan Widjaja di Surabaya, Pemuda Republik Indonesia (PRI), yang dibentuk tanggal 23 September 1945 di Surabaya, kemudian dibentuk juga di Bandung, Bukit Tinggi dan Bali. Selain itu ada juga Angkatan Pemuda Indonesia (API) terbentuk di Jakarta, Lampung dan Aceh. Tokohnya adalah Wikana. Barisan Rakyat Indonesia (Bara) terbentuk di Jakarta, Barisan Buruh Indonesia, terbentuk di Jakarta, Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia (P3I), terbentuk di Bandung, Angkatan Muda Indonesia (AMI), terbentuk di Jawa Tengah, Balai Penerangan Pemuda Indonesia, terbentuk di Padang, Pemuda Penyongsong Republik Indonesia, terbentuk di Kalimantan Barat, Persatuan Rakyat Indonesia, terbentuk Kalimantan Selatan, Persatuan Pemuda Indonesia, terbentuk di Ambon, Hizbullah dan Sabilillah yang berafiliasi ke Masyumi, Pemuda Protestan, Pemuda Katolik, Angkatan Muda Guru (AMG), KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi) (Anderson, 1988:79). Di Surabaya, Bung Tomo membentuk Barisan Pemberontakan Republik Indonesia (BPRI) tanggal 13 Oktober 1945 yang memisahkan diri dari PRI. Angkatan Muda Pos, Telegraf dan Telephon (AMPTT), Angkatan Muda Gas dan Listrik, Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) Gerakan Pemuda Republik Indonesia (GPRI), dibawah Lagiono pun ikut memberikan peran dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia (Suryochondro, 1984: 69).
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2 Organisasi-organisasi pemuda Indonesia pada masa revolusi fisik tersebut, berjuang dengan jalannya masing-masing, banyak organisasi yang mengambil arah perjuangan dibidang politik, keagamaan, ekonomi dan sosial. Namun yang paling banyak adalah organisasi pemuda yang mengambil arah perjuangan dengan mengatasnamakan perjuangan sosial. Dari sekian banyak organisasi yang berjuang pada masa revolusi fisik tersebut, Nampak dominasi para pemuda atau kaum laki-laki yang berperan penting dalam perjuangan revolusi fisik ini. Lantas bagaimana dengan kaum perempuan atau organisasi pemudi lainnya, apakah wanita pada masa revolusi fisik tidak ikut membantu atau memberikan kontribusi terhadap perjuangan rakyat Indonesia pada masa itu. Memang terdapat kesenjangan antara peran kaum laki-laki (pemuda) dengan peran perempuan pada masa revolusi fisik, namun dengan kesenjangan tersebut, sejarah tidak bisa memungkiri bahwa kaum wanita pada masa revolusi fisik memiliki peran seperti halnya kaum laki-laki. Namun, kontribusi tersebut tidak seluas dan sebebas perjuangan kaum lakilaki. Perempuan memiliki keterbatasan dalam bergerak, keterbatasan tersebut antara lain, keterbatasan fisik dan keterbatasan sosial. Walaupun demikian, perjuangan kaum wanita hampir sama dengan perjuangan kaum laki-laki, seperti halnya kaum laki-laki (pemuda) yang melakukan perjuangan melalui organisasi-organisasi atau perkumpulan-perkumpulan, kaum wanita pun tidak jauh berbeda, mereka ikut berjuangan dalam perkumpulan-perkumpulan atau organisasi kewanitaan (Suwondo, 1981: 159).. Organisai-organisasi wanita tersebut antara lain Di Jakarta terdapat organisasi WANI : Wanita Negara Indonesia (1945) yang dipimpin oleh sejumlah tokoh, seperti Suwarni Pringgodigdo (istri Sedar), Sri Mangunsarkoro, dan Sujatin Kartowiyono. WANI bertugas mendistribusikan beras untuk tujuan perjuangan. Selain WANI, terdapat pula organisasiorganisasi buruh, seperti Barisan Wanita yang berhaluan kiri salah satu tokohnya adalah SK Trimurti, ada juga Lasykar Putri di Surakarta dan Barisan Wanita Surabaya. WANI Satuan perjuangan wanita lainnya adalah Laskar Wanita Indonesia (LASWI) yang didirikan oleh Aruji Kartawinata di Bandung tahun1945. Satuan ini mengangkat senjata dan berangkat ke garis depan medan petempuran, bergiat dalam melakukan perawatan perajurit yang menderita luka, menyelenggarakan dapur umum, dan menjahit seragam prajurit. Satuan semacam ini menyebar keseluruh Jawa , serta Sumatera Tengah dan Selatan (Kowani, 1978: 29). Beragamnya organisasi wanita pada saat itu, ditambah dengan suasana revolusi fisik yang mencekam, maka wanita Indonesia dengan penuh tanggung jawab terhadap nusa dan bangsa serta menjawab tantangan penjajah yang ingin berkuasa kembali dengan membentuk suatu wadah yang bersifat nasional untuk mempersatukan tenaga dan kekuatan para wanita Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3 Indoensia. Wadah tersebut adalah PERWANI (Persatuan Wanita Negara Indonesia). Selain Perwani, ternyata di Jakarta pun terbentuk WANI (Wanita Negara Indonesia). Adanya Perwani dan Wani ternyata tidak mampu menampung segala aspirasi kaum wanita pada saat itu, wanita Indonesia memerlukan wadah yang lebih besar untuk menampung semua kekuatan wanita didalam menghadapi perang kemerdekaan. Maka oleh beberapa tokoh wanita di Yogyakarta dibentuklah satu panitia kongres wanita Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia. Kongres tersebut berlangsung di Klaten dibuka tanggal 16 Desember 1945 dan dikunjungi oleh banyak para utusan dari organisasi wanita seperti : Perwani, Wani, Muslimat, Aisyah, Pemuda Puteri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Taman Siswa dan beberapa pemimpin dan tokoh-tokoh wanita lainnya (Noor, 1980:10). Informasi tersebut sesuai dengan sumber Kowani (Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia, 1978: 85). yang menyatakan bahwa: Maka pada tanggal 15-17 Desember 1945 diadakanlah Kongres Wanita Indonesia pertama paska kemerdekaan Indonesia yang diprakarsai oleh PERWANI yang diketuai oleh Ny. D. Susanto. “Hadir Pada Kongres tersebut ialah : a. PEWANI (Persatuan Wanita Indonesia) b. WANI (Wanita Negara Indonesia) c. PPI (Pemuda Puteri Indonesia) d. PB Aisyiyah e. PB Persatuan Wanita Taman Siswa. Kongres yang diselenggarakan dalam suasana perjuangan yang sangat genting dengan terdengarnya bunyi dentuman meriam dimana-mana (Noor, 1980:10), tidak mematahkan semangat wanita-wanita Indonesia untuk menghentikan kongres tersebut. Kongres tetap berlangsung dengan ketua kongres Ibu S. Kartowiyono. Setelah kongres berjalan, ternyata kongres tidak berhasil menyatukan semua organisasi yang hadir dalam bentuk fusi, sebagai mana yang diharapkan. Sehingga satu organisasi besar sebagai wadah untuk kaum wanita bersatu dan melakukan perjuangan telah gagal dibentuk. Kongres telah berakhir, namun tujuan yang diharapkan belum tercapai juga. Namun dibalik kegagalan tersebut, ternyata terdapat setitik harapan yaitu, kesadaran dan keinginan Perwani dan Wani yang dianggap mempunyai azas dan tujuan yang sama melebur menjadi satu dalam satu organisasi yang bersifat nasional dengan nama PERWARI (Persatuan Wanita Republik Indonesia) dengan pancasila sebagai Ideologinya.
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4 Dari uraian tersebut, masalah pokok yang penting bagi penulis adalah kesadaran dan keinginan dari Perwani dan Wani untuk melebur menjadi satu organisasi wanita nasional bernama Perwari. Sedangkan organisasi wanita lainnya tidak mau berdifusi menjadi satu kekuatan perjuangan wanita pada saat itu dan memilih untuk berjuang masing-masing didalam kelompoknya. Dari masalah pokok tersebut penulis semakin ingin mengetahui dengan peranan atau kontribusi PERWARI (Persatuan Wanita Republik Indonesia) pada masa revolusi fisik tahun 1945-1949. Ketertarikan penulis mengenai Perwari ini akan penulis kembangkan dalam sebuah penelitian ilmiah berbentuk skripsi dengan permasalahan utama yaitu : “Bagaimana Peranan Persatuan Wanita Republik Indoensia (Perwari) pada masa Revolusi Fisik di Yogyakarta (1945-1949)?” sebagai suatu kajian Sejarah Revolusi Indonesia dengan judul “Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI) Pada Masa Revolusi Fisik di Yogyakarta (1945-1949)”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan judul yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah utama dalam penulisan skripsi ini, yaitu “Bagaimana Peranan Organisasi Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) pada masa Revolusi Fisik di Yogyakarta (1945-1949)?” Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, diajukan beberapa pertanyaan sebagai rumusan masalah yang akan diuraikan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.
Bagiamana situasi Indonesia pada masa revolusi fisik?
2.
Apakah yang melatarbelakangi terbentuknya organisasi Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) tahun 1945?
3.
Bagaimana bentuk perjuangan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) pada masa revolusi fisik di Yogyakarta (1945-1949)?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai upaya untuk mengkaji secara mendalam tentang peranan organisasi Pergerakan Wanita Republik Indonesia (PERWARI) pada masa Revolusi Fisik 1945-1949. 1.
Menjelaskan keadaan Indonesia pada masa revolusi fisik.
2.
Mendeskripsikan yang melatarbelakangi terbentuknya oraganisasi persatuan wanita Republik Indonesia (Perwari) pada masa revolusi fisik di Yogyakarta.
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5 3.
Menjelaskan bentuk-bentuk perjuangan Persatuan wanita Republik Indonesia (Perwari) dalam mempertahankan kemrdekaan Indonesia.
4.
Mendeskripsikan perkembangan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) setelah berakhirnya masa revolusi fisik di Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memperkaya penulisan mengenai sejarah pergerakan wanita khususnya pada masa revolusi fisik di Yogyakarta. 2. Menambah wawasan bagi para pembaca mengenai peranan organisasi Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) pada masa Revolusi Fisik di Yogyakarta. 3. Memperkenalkan kepada generasi penerus bangsa mengenai oragnisasi Perwari yang masih berjuang sampai sekarang. 4. Penelitian ini nantinya dapat dijadikan sumber acuan bagi pengembangan materi mata pelajaran sejarah, tepatnya pada standar kompetensi merekonstruksi perjuangan bangsa Indonesia sejak masa proklamasi hingga lahirnya orde baru dan kompetensi dasarnya yaitu merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak proklamasi hingga demokrasi terpimpin di tingkat SMA kelas XI terutama dalam memahami perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan pertahanan kemerdekaan.
1.5 Metode Penelitian Metode merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam melakukan penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti (Helius Sjamsuddin, 2007:13). Dalam mengkaji dan meneliti tentang “Peranan Pergerakan Wanita Republik Indonesia (PERWARI) Pada Masa Revolusi Fisik di Yogyakarta”.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode historis.
Metode historis adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau (Louis Gottchlak, 1986:32). Sehingga dalam penelitian ini peneliti mencoba menganalisis peninggalan-peninggalan sejarah pergerakan wanita republik Indonesia dari berbagai sumber yang relevan. Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan dalam penelitian sejarah ini adalah sebagai berikut :
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6 1. Heuristik Heuristik yaitu (Heuristics) atau dalam bahasa Jerman Quellenkunde, merupakan suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti (Helius Sjamsuddin, 2007:86). Kegiatan pencarian serta pengumpulan sumber ini bisa dilakukan dengan mencari sumber buku, Browsing internet, dan sumber tertulis lainnya yang relevan dengan penelitian yang dikaji. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dan fakta tentang “Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI) Pada Masa Revolusi Fisik di Yogyakarta”. 2. Kritik dan analisis sumber Pada langkah ini penulis berupaya melakukan penilaian dan mengkritisi sumbersumber yang telah ditemukan baik dari buku, artikel, Browsing internet, sumber tertulis, arsip dan hasil dari penelitian serta sumber lainnya yang relevan. Seperti yang diutarakan oleh Helius Syamsuddin, peneliti harus menyaring secara kritis, terutama terhadap sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihan peneliti (2007:131)., Sumber-sumber yang diperoleh tersebut akan dipilih melalui tahap kritik eksternal yaitu cara pengujian kebenaran sumber sejarah dari aspek-aspek luar sumber tersebut yang digunakan. Kemudian menggunakan kritik internal yaitu pengujian kebenaran yang dilakukan terhadap isi dari sumber sejarah tersebut. Pada langkah ini peneliti harus bisa menyaring informasi ataupun data yang diperoleh guna mendapatkan hasil penelitian yang baik, relevan dan valid. 3. Interpretasi Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik dan analisis sumber. Interpretasi adalah kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang sudah diperoleh peneliti melalui cara mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi yang mendukung kajian peneliti. Menurut Gottschalk dalam Ismaun (2005:56). Tahap interpretasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan cara menafsirkan dan menggabungkan beberapa fakta yang diperoleh dari sumber primer dan skunder, proses interpretasi ini juga dilakukan dengan membandingkan informasi yang beragam, sehingga diharapkan mampu memberikan pemahaman dan penafsiran baru maupun penafsiran yang memperkuat pendapat-pendapat yang telah ada sebelumnya.
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
7 4. Historiografi Historiografi adalah usaha mensintesiskan seluruh hasil penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa karya besar ataupun hanya berupa makalah kecil (Sjamsuddin, 2007:156) dan dalam hal ini peneliti akan menuliskanya dalam bentuk skripsi. Adapun Teknik penelitian yang dilakukan oleh Peneliti adalah dengan Studi Literatur, yakni teknik mengumpulkan sumber-sumber yang relevan serta mendukung terhadap penelitian yang dikaji oleh peneliti baik itu berasal dari sumber buku, internet, maupun sumber-sumber tertulis lainnya yang relevan dengan fokus kajian yang diteliti. Selain studi literatur, peneliti pun menggunakan teknik penelitian Studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dikaji, berupa sumber lisan yang terdiri dari sejarah lisan (oral histori). Disini orang yang menjadi sumber ialah pelaku, yang menyampaikan melalui mulutnya secara lisan berita sejarah.
1.6 Struktur Organisasi Skipsi Hasil dari penelitian skripsi ini akan disusun kedalam lima bab yang terdiri dari Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Pembahasan dan Kesimpulan. Adapun fungsi dari pembagian ini bertujuan memudahkan penulisan dan sistematisasi dalam memahami penulisan. Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah yang di dalamnya berisi penjelasan mengapa masalah tersebut diteliti dan penting untuk diteliti, serta mengenai alasan pemilihan masalah tersebut sebagai judul. Pada bab ini juga berisi perumusan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan mengarahkan pembahasan, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, merupakan tinjauan kepustakaan dan kajian teoritis dari berbagai referensi yang berhubungan dengan “Peranan Organisasi Pergerakan Wanita Republik Indonesia (PERWARI) Pada Masa Revolusi Fisik di Yogyakarta”. Dalam bagian ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori dan konsep yang relevan sebagai alat pisau analisis dalam interpretasi penelitian ini. Bab III Metodologi Penelitian, membahas langkah-langkah, metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, analisis dan cara penulisannya. Dengan langkah penelitian yang dimulai dari
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
8 Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Semua prosedur dari mulai tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan sampai pada tahap penulisan penelitian akan dijelaskan dalam bab ini. Bab IV PERWARI : Pergerakan Wanita Republik Indonesia 1945-1949. Bab ini merupakan isi utama dari tulisan sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Pada bab ini akan dijelaskan peranan organisasi pergerakan wanita Republik Indonesia (PERWARI) pada masa revolusi fisik di Yogyakarta. Dalam bab ini, selain menjelaskan jawaban dari rumusan masalah, bagian ini merupakan kemampuan peneliti untuk mengungkapakan hasil penelitiannya dalam sebuah tulisan dan dalam hal ini tulisan peneliti akan berbentuk skripsi. Bab V Kesimpulan, merupakan inti jawaban serta analisis penulis terhadap masalahmasalah secara keseluruhan yang merupakan hasil dari penelitian. Hasil akhir ini merupakan hasil penelitian serta interpretasi penulis mengenai inti dari pembahasan. Pada bab ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan yang didapatkan setelah mengkaji permasalahan yang telah diajukan sebelumnya.
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu