BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui Malaikat Jibril secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah. Al-Quran merupakan penutup semua kitab yang diturunkan Allah dan diwahyukan kepada penutup semua Nabi, Al-Qur’an berisi ilmu pengetahuan, hukum- hukum, kisah-kisah, falsafah, akhlak, peraturanperaturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia baik sebagai makhluk individual maupun sosial, serta menjadi petunjuk bagi penghuni langit dan bumi. (Departemen Agama RI. 1990:21). Kitab suci umat Islam ini diturunkan bukan hanya untuk satu umat atau satu kurun waktu saja, tetapi untuk seluruh umat manusia dan berlaku sepanjang masa. Allah mewahyukan Al-Qur’an kepada Nabi Muhamadad SAW secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun, 2 bulan, 22 hari dan terbagi Surat Makkiyah dan Madaniyyah yang terdiri dari 30 juz dan 114 surat. Dari surat yang banyak ini terdapat kisah para Nabi yang sudah pasti kebenaranya. Al-Qur’an adalah sarana komunikasi Allah kepada umat manusia sehingga setiap kisah yang ada didalamnya berfungsi sebagai pelajaran dan petunjuk serta suri tauladan. Kisah Nabi Nuh yang terdapat di dalam Al-Qur’an sebagai penerang bagi umat manusia yang benar-benar ingin berpedoman kepadanya.
Dalam kajian sastra, kisah adalah hasil
lukisan seorang pengisah atas peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh nyata. Akan tetapi, lukisan tersebut disusun berdasarkan kaidah-kaidah sastra atau nilai seni dan estetika, sehingga tidak keseluruhan peristiwa dilukiskan, hanya dibidik pada hal-hal khusus yang memiliki kesan dan daya tarik tersendiri bagi para pembaca atau pendengarannya. Dalam wacana kesusastraan tujuan kisah adalah memberi pengrauh kejiwaan kepada orang yang mendengar atau membacanya (Khalafullah, 2002:101).
Universitas Sumatera Utara
Dalam bahasa Arab sastra disebut dengan
/ al-adabu / artinya adalah:
/ ‘ilmu ya taharruzu bihi min al-khilali fī kalāmi al-‘arabi laf ẓan wa kitābatan / Artinya: Ilmu yang memelihara perkataan orang arab baik lisan maupun tulisan dari sesuatu yang membawa kejelasan ( Luis Ma’luf, 1986:5) Al-Maurid: Kamus English-Arab
/Wa al-adab (kulu riyadiyatun mahmudatin yatakharaju biha al-insanu fi fadhilatni min alfada`il wa hazihi al-riyadatu kama takunu bi al-fi’li, wa husnu al-taẓri wa al-muhakati, takunu bimuzawalati al-`aqwāli al-hakimatu allati tadamanatha lughatu `ayyi `umatu/ ‘Sastra adalah setiap latihan yang terpuji yang dihasilkan manusia lain, keutamaan latihan ini dalam bentuk yang banyak dihasilkan oleh manusia perbuatan, dan pandangan yang baik, sempurna, mengolah, perkataan-perkataan bijak yang meliputi masyarakat terdiri dari bahasa umat’. (Al-Mustafa Al-inani, 1962:
Wa `adabu lughatan `ayyi `umatan huw ma `aw da’a nasraha wasyruha min natāji ‘uguln `abna’ahā, wa `amsilati thabā`’ihim wa shuwari `akhailatihim wa mabalagha bayānihim mimā sya`nuhu `an yuhaŻiba al-nafsa, wa yusaqifa al-‘aqli, wa yuqauma al-lisana/. ‘Sastra bahasa suatu umat adalah mencakup prosanya, dan syairnya yang dihasilkan dari perkataan masyarakatnya dan perumpamaan para tokoh-tokohnya, gambaran saudara-saudara mereka.Dan penjelasan mereka dapat diterima orang banyak, sebagaimana bentuknya yang mendidik jiwa, membina akal dan menegakan perkataan. (Ahmad al-Iskandari dan alMustafa al-Inani, tanpa tahun”. Al-Wasit fi al-adabi al-’arabiyi wa tarikhihi. Misr : Darul Ma’arif). Pendapat yang sama juga dijelaskan dalam tulisan Muhammad Islamia menurut beliau
/nasrun wa huwa al-kalamu al-jamilu al-lazi laiasa lahu waznu wa la qafiyatun wa minhu alkhutbatu, wa al-risalatu, wa al wasyyiatu, wa al-hikmatu/ Nasr/prosa artinya Perkataan yang indah yang tidak memiliki wazan dan qafiyah bagian darinya adalah khutbah, risalah, wasiat, hikmah, pepatah dan kisah. (Muhammad Islamia, 1994:14) Bila diperhatikan dari beberapa literatur yang ada maka dapat difahami ada dua bentuk rangkaian kalam yang pertama berbentuk berbentuk
/al-nasr/ (prosa)
yang kedua
/sy‘ir/ (puisi). Sebagian ulama luqhah menyebutkan nazam (Ahmad Iskandar
Mutafa al-Nawi tanpa tahun :22). Dari pengertian di atas dapat difahami bahwa didalam
Universitas Sumatera Utara
kebudayaan Arab kisah merupakan bagian dari sastra, termasuk kisah Nabi Nuh dalam AlQur’an. Mengkaji kisah para nabi atau khususnya kisah Nabi Nuh a.s yang terdapat dalam AlQur’an dengan metode pendekatan ilmu sastra merupakan suatu hal yang menarik, karena masih dipenuhi pro dan kontra dalam menganalisis AL-Qur’an. Akan tetapi menurut Khalafullah, melalui pendekatan metodologis semacam ini tidak akan mengurangi ketinggian nilai sastra dalam Al-Qur’an itu sendiri. (Khalafullah, 2002 :19) pendapat yang sama juga dikemukakan oleh (Nurcholis setiawan, 2005 :ix) dalam bukunya Al-Qur;an adalah Kitab Sastra terbesar Di dalam Al-Qur’an, kisah mempunyai beberapa fungsi Pertama
memberikan
pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya kedua agar dijadikan sebagai ‘ibrah (bahan pelajaran) guna memperkokoh iman kepada Tuhan dan membimbing perbuatan kea arah yang benar. Adapun kisah-kisah dalam al-Qur’an menurut manna’ al-Qatan, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: Pertama Kisah Nabi-nabi, kedua
Kisah
yang
berkenaan
dengan orang-orang yang tidak tergolongan dalam kategori nabi-nabi, ketiga kisah yang terjadi pada masa Nabi seperti kisah-kisah yang terjadi berkenaan dengan peperanganpeperangan, hujrah, isara’ dan mi’raj dan lain sebagainya. (Agil Husin Al Manawar dan Masykur, 1994: 25) . Dengan demikian, maka kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an itu adalah benar adanya dalam arti bukan hasil rekayasa atau imajinasi belaka, hal ini harus diimani oleh mukmin sejati. dalam buku Ijaz al-Qur’an dan Metedologi Tafsir. Dalam karya sastra terdapat unsur-unsur pembangunan yang secara bersamaan membentuk sebuah totalitas karya sastra. Di samping unsur bahasa, masih banyak lagi unsur yang lainnya yang ikut serta dicermati dari sebuah karya sastra. Secara garis besar, unsur sastra dikelompokkan menjadi dua macam yaitu: instrinsik dan ekstrinsik . Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu (dari dalam) sendiri, unsur ini adalah
Universitas Sumatera Utara
yang menyebabkan ide atau gagasan imajiner hadir sebagai karya sastra, yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra tersebut. Adapun secara langsung turut membangun cerita adalah: peristiwa, plot, penokohan, pesan, tema, latar, sudut pandang, penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain diantaranya pesan. (Nurgiyantoro, 1998:23). Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi karya itu sendiri. Yang termasuk unsur ekstrinsik adalah: psikologi/ kejiwaan, sosiologi, politik dan sejarah. Dalam penulisan ini kajian, hanya difokuskan pada unsur intrinsik dari kisah Nabi Nuh yang terdapat dalam Al-Qur’an, pada pesan dan peristiwa mempunyai tujuan penting untuk orang lain yang amat berguna untuk memperbaiki diri dan kehidupan manusia. Pada masa kini dan yang akan datang Dalam kisah ini tokoh yang mempunyai peran utama adalah Nabi Nuh a.s. Dimana Allah mengutus Nabi Nuh.a.s sebagai rasul dan telah dijelaskan di dalam 22 ayat dengan surah yang berbeda Contoh dalam Al-Qur’an surah hud:
/wa laqad arsalnā nūhan ilā qaumihī/ Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (QS. Hud 11:25) Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dalam masa kekosongan di antara dua rasul yaitu
Nabi Idris, Nabi Hud,
sebagaimana diketahui di antara 2 rasul ada masa fatra
(kekosongaan) dalam masa kekosongan ini biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama Allah dan kembali menjadi musyrik meninggalkan kebajikan. Nabi Nuh juga di utus ke tengah-tengah masyarakat yang sedang menyembah berhala yaitu patung yang mereka buat sendiri, menurut mereka berhala itu mempunyai kekuatan gaib di atas kekuatan manusia. Mereka memberi nama paung-patung sesuai dengan selera mereka sendiri. kadang kala mereka namakan
/wadd/ dan
/suwwa/ kadang
Universitas Sumatera Utara
kadang
yagust/ dan
/ya’uq/ dan
/nasr/. Nama-nama berhala yang
terbesar pada qabilah-qabilah kaum Nuh. (Departemen Agama Republik Indonesia, 1990: 400) Di dalam kisah itu Nabi Nuh termasuk orang yang cerdas, fasih berbicara, tajam pemikirannya, pandai berdiskusi, bersifat sabar dan tenang. Nabi Nuh diangkat menjadi nabi ketika berusia 450 tahun dan wafat pada usia 950 tahun, dengan demikian Nabi Nuh berdakwah kepada umatnya selama lima abad atau 500 tahun. Meskipun demikian pengikut Nabi Nuh yang beriman hanya sedikit yaitu kurang dari seratus orang. Peristiwa yang terjadi pada umat Nabi Nuh a.s. yakni umatnya yang melakukan penyembahan terhadap berhala. Sebagaiman Allah SWT berfirman:
/wa nașaranahu min al-qaūmi al-laŻ Ż ī`na kaŻ Żabū biāyatinā innahum kānū qaūma saūi fa `agraqnahum ajma‘īn/ Dan kami telah menolongnya dari kaum yang telah mendustakan ayat-ayat kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat, maka kami tenggelamkan mereka semuanya. (Q.S. Al-Anbiya 21:77).
Menurut ahli tafsir ayat di atas menjelaskan seratus tahun kerja mereka hanya menyembah berhala-berhala. 950 tahun umur Nabi Nuh menyeruh mereka, keturunan demi keturunan namun tidak mereka acuhkan (Hamka, 2001:79). Adapun yang menarik perhatian penulis untuk memilih kisah Nabi Nuh a.s menjadi suatu objek penelitian karena kisah tentang Nabi Nuh a.s ini belum pernah dibahas dalam skripsi di Jurusan Bahasa Arab USU, kisah Nabi Nuh muncul berulang dalam beberapa ayat di beberapa surah menandakan bahwa kisah ini begitu penting untuk dicermati guna memperoleh pesan yang menyeluruh, dan kisahnya mengandung pesan untuk umat manusia disegala zaman, kisah ini merupakan tragedi dibinasakannya satu kaum karena mendurhakai
Universitas Sumatera Utara
Nabi, kemudian menceritkan ketauditan, kesabaran, kegigihannya Nabi Nuh yang tak kenal putus asa dalam menjalankan dakwah, dia termasuk golongan orang yang memiliki kesabaran atau keteguhan hati yang tinggi. (ulul azmi), bersama empat Rasul lainya ialah: Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad saw. Beliau adalah orang yang mampu melaksanakan cita-cita yang tinggi serta berbudi luhur, dia adalah contoh tauladan buat manusia sebagai khalifah di bumi ini. Dalam penulisan ini teori yang digunakan adalah teori Nurgiyantoro dalam buku Pengkajian Fiksi (1980), dan Luxembrug. Dkk (1992) dalam buku Pengantar Ilmu Sastra kemudian diuraikan secara deskriptif. Setelah dicermati bahwa ayat-ayat yang memuat kisah Nabi Nuh a.s ditemukan pada 8 surat dan 33 ayat sebagai berikut: Al-‘Araf 7:59 ,61 ,64. Hūd 11: 25,26,27,30, 32, 36, 37, 38, 39, 49, 41, 42, 44. Al-Mu’mminun 23: 23, 24, 26, 27, 28, 29. AlFurqan 25: 37. Asy-Syu’ara 26: 115. Al-Ankabut 28: 14. Ash-Shaffat 37: 78. Nuh 71:1, 2, 5, 7, 10, 21, 23. Selain itu Nama Nabi Nuh terdapat di dalam Al-Qur’an sebanyak 43 surah diantaranya Al-Imran, An-Nisaa’, Al-An’aam, Al-A’raaf, At-Taubah, Yuunus, Hūd, Ibrahim, Al-Isra’, Maryam, Al-Anbiyaa’, Al-Hajj, Al-Mu’minun, Al-Furgaan, Asy-Syua’raa, AlAnkabut, Al-Ahzab, Ash-Shafaat, Shaad, Ghafiir, Qaaf, Adz-Dariyaat, An-Najm, Al-Qamar, Al-Hadiid, At-Tahriim, Nuh.
1.2 PERUMUSAN MASALAH Penulis perlu memberikan perumusan masalah dalam tulisan ini untuk memfokuskan permasalahan sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan sasaran yang diinginkan dan terhindar dari penyimpangan. Dalam hal ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Apa sajakah pesan yang terkandung pada kisah Nabi Nuh a.s dalam Al-Qur’an? 2. Apa sajakah peristiwa yang terkandung pada kisah Nabi Nuh a s dalam Al-Qur’an tersebut?
Universitas Sumatera Utara
1.3 TUJUAN PENELITIAN Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis Pesan yang terdapat pada kisah Nabi Nuh as dalam Al-Qur’an sesui dengan kajian sastra. 2. Untuk mendeskrifsikan Peristiwa yang terdapat pada kisah Nabi Nuh a.s dalam AlQur’an.
1-4 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Untuk menambah ilmu pengetahuan penulis maupun pembaca tentang persan dan peristiwa yang terdapat pada kisah Nabi Nuh a.s dalam Al-Qur’an. 2. Dapat memetik pesan dari kisah Nabi Nuh a.s. Sebagai tauladan untuk masyarakat. 3. Untuk menambah perbendaharaan karya ilmiah Fakultas Sastra pada umumnya dan Program Studi Bahasa Arab pada khususnya. 4. Untuk acuan bagi mahasisawa/i Program Studi Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dalam menelaah aspek yang sama dari karya-karya lainnya.
1.5 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Deskriptif, yaitu menjelaskan dan memaparkan tentang hal yang diteliti dengan jelas. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library research) dengan mengambil data dari
Al-Qur’an dan
software Al-Qur’an versi 2.0. Sumber data dalam penelitian ini diambil dari surah yang berkaitan dengan kisah Nabi Nuh a.s dalam Al-Qur’an Al-Karim sebagai data primer.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan, yaitu: 1. Mengumpulkan data berdasarkan refrensi yang berhubungan dengan pembahasan peneliti ini. . 2. Memahami konsep-konsep atau teori yang berkaitan dengan analisis instrinsik, terutama teori Nurgiyantoro dan Luxembrug 3. Mengklasifikasi data dan menganalisisnya. 4. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam bentuk Skripsi.
Universitas Sumatera Utara