BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Singkong telah banyak diproduksi di Indonesia dan ditanam di sentra produksi di 55 kabupaten dari
36 provinsi. Didalam teknis budidaya, singkong merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik di tanah tropis seperti negara Indonesia. Tanaman tumbuh sampai ke ketinggian sekitar 2-4 m. Seperti pada akar dan umbi-umbian lainnya, singkong juga bebas dari gluten. Selain makanan, singkong sangat fleksibel dan turunannya dan pati dapat diterapkan dalam berbagai jenis produk seperti makanan, kembang gula, pemanis, lem, kayu lapis, tekstil, kertas, produk biodegradable, monosodium glutamat, dan obat-obatan. Berbagai metode pengolahan, seperti pengeringan, dan fermentasi, yang digunakan untuk mengurangi kandungan sianida. Potensi pemanfaatan singkong adalah dengan dikonsumsi atau diperdagangkan di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Sama halnya dengan produk lain, singkong pun menghasilkan limbah yang belum banyak dilirik orang. Melalui kesempatan inilah saya memanfaatkan potensi limbah singkong menjadi sebuah usaha bisnis. Selain mengurangi pencemaran dari limbah, hal ini juga dapat berfungsi untuk menaikkan nilai pakai dan nilai ekonomi suatu benda, sehingga jika cara pengolahan limbah singkong dapat diberdayakan di masyarakat, dapat juga menaikkan taraf hidup masyarakat dengan menciptakan lahan pekerjaan baru dari pengolahan limbah.
1.2
1.
Tujuan
Usaha dibentuk untuk mempromosikan limbah komoditas singkong dengan menggunakan manajemen dan pola pikir untuk mengatasi hambatan untuk minimisasi limbah serta peningkatan daur ulang
2.
Untuk mengukur aliran limbah kulit singkong terhadap sektor manufaktur furnitur yang pada biasanya hanya dibuang. Hal ini dapat terukur pada aspek tersebut dibawah ini: Aspek Kelayakan teknis. Kelayakan teknis dapat diukur dengan menentukan yaitu: a.
Optimalisasi
penggunaan
ruang,
yang
telah
memenuhi
kriteria
ditempatkan di gudang b.
Memakai lokasi yang strategis untuk barang yang menarik & memiliki potensi
c.
Barang kebutuhan dipisah berdasarkan fungsinya
d.
Pola sirkulasi penyimpanan produksi terarah
bahan
baku
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Gambaran Umum Produk
Kulit singkong yang digunakan berupa sisa potongan singkong yang tidak terpakai. Sementara itu untuk mampu memperpanjang usia pemakaian jenis-jenis kulit singkong agar terhindar dari faktor – faktor seperti suhu dan kelembapan udara sekitar, panas matahari gesekan, air, udara, hingga serangga perusak furniture nantinya, kulit singkong perlu diawetkan. Lembaran kulit singkong disatukan kemudian direkatkan oleh lem kayu kemudian diluruskan mengikuti pola kulit singkong kemudian ditempelkan dengan potong kayu kemudian di gergaji sehingga kulit singkong berada satu tempat dengan potongan kayu agar menopang kulit singkong sehingga menjadi tebal. Jika tidak terdapat potongan kayu, bisa diganti dengan triplek yang halus Kelebihan Produk: a. Kulit singkong lebih kokoh dan awet. Selain itu, penggunaan kulit singkong lebih terkesan mewah dan alami dengan tampilan furniture bahkan yang terbuat dari kayu sekalipun b. Untuk meminimalisir penggunaan partikel kulit singkong dalam jangka waktu lama, jika terkena air kekuatan kulit singkong akan berkurang maka sebaiknya pemakaian bisa menggunakan lem kayu untuk menutupi permukaan. Caranya adalah merekatkan beberapa lembaran kulit singkong menjadi tekanan tinggi kurang lebih 1,5 cm seperti triplek 2.2
Aspek Produksi 1. Aspek Teknik Produksi a. Survey Bahan Baku Tahap awal dari mendapatkan bahan baku berupa kulit buah singkong yang telah di keringkan sinar matahari selama 7 hari. Untuk menjaga kualitas bahan, bahan kulit singkong memerlukan tempat yang terlindung dari hujan, dan tertutup (bebas udara). Bahan baku yang digunakan untuk membuat furniture dari kulit singkong ini berasal dari jenis singkong ysng sudah berumur dewasa. Bahan baku kemudian dipotong-potong mengikuti besarnya kebutuhan pembuatan. b. Proses Pengolahan Kelebihan tanaman singkong adalah pada senyawa sianida yang mengganggu metabolisme sel dengan menghambat sitokrom oksidase-enzim yang berpengaruh pada tubuh manusia. Peeling diikuti oleh memasak memastikan mereka aman untuk dikonsumsi dengan menghapus senyawa tersebut. Oleh karena itu, konsumsi hasil akar singkong mentah keracunan sianida dengan gejala muntah, mual, pusing, sakit perut, sakit kepala, dan kematian. Secara umum, kandungan sianida secara substansial lebih tinggi di bagian luar dan mengelupas. Sementara mengupas mengurangi kandungan sianida, matahari pengeringan dan perendaman diikuti oleh mendidih dalam hasil air garam cuka dalam penguapan senyawa ini dan membuatnya aman untuk dikonsumsi manusia. Dalam pengolahan pati singkong sangat penting untuk menyelesaikan seluruh proses dalam waktu sesingkat mungkin, karena segera setelah akar telah digali, serta masing-masing selama tahap berikutnya dari pembuatan, proses enzimatik cenderung untuk mengembangkan dengan efek memburuk pada kualitas produk akhir. Ini panggilan untuk pasokan terorganisir akar dalam jarak yang relatif pendek dari pabrik pengolahan dan, selanjutnya, untuk sebuah organisasi dari tahapan pengolahan yang akan meminimalkan keterlambatan dalam pembuatan. Setelah itu dipindahkan ke line finising untuk dilihat kualitas akan produk tersebut, jika produk yang dihasilkan belum dapat memenuhi standar
2. Cara Pembuatan 1. Pengupasan dan Pencucian Mencuci di sini berfungsi untuk mengupas kulit luar akar serta kotoran menempel. Hanya kulit luar atau lapisan periang dihapus, karena itu menguntungkan untuk memulihkan pati dari korteks. Bagian dalam kulitnya mewakili sekitar 815 persen dari berat seluruh akar. 2. Pengukuran Proses pengukuran dilakukan melalui fase penentuan besarnya panjang dan lebar wall pockets dengan menyesuaikan tempat peletakkan produk. Untuk hasil ukuran wall pockets sederhana, dapat dibentuk ukuran 1 m x 40 cm dimana wall pockets dibentuk seukuran persegi panjang vertikal 3. Proses pengetaman I dan pengetaman II a. Fase pengetaman I diawali dengan menyiapkan alat mesin ketam dengan menentukan posisi gesekan . Hal ini bertujuan untuk mengukur ketetapan pengahalusan kulit yang telah dilapisi oleh kayu semacam tripleks agar perekatan tidak menjadi lepas. Proses pengetaman I dimulai setelah melakukan pemanasan mesin ketam diikuti dengan pengecekan ketajaman mata pisau penggerus kulit singkong. Kualitas hasil finishing ini dapat dilihat dari warna, kilap, kehalusan, dan sifat dekorasi (menarik, indah). Finishing juga dilakukan pengolesan dan penyemprotan. b. Setelah proses pengahlusan pada fase pengetaman I selesai, dilanjutkan dengan Fase pengetaman II yang telah mengikuti pola pengukuran wall pockets kulit singkong sesuai yang diinginkan. Untuk menambah keindahan produk, sisa potongan kulit yang telah dihaluskan dapat dikumpulkan untuk membentuk kantung saku sebagai wadah penyimpanan barang keperluan rumah tangga seperti peralatan dapur, wadah penyimpanan tas dan lain-lain sesuai tempat peletakkan wall pocketstersimpan. Untuk hasil akhir, wall pocketsdapat ditambahkan tali kur sebagai penggantung di dinding rumah. Namun hal ini tidak menjadi keharusan sehingga tali kur tidak dimasukkan sebagai bahan baku. 4. Finishing Finishing dilakukan pada akhir proses untuk menghindarkan pengaruh kelembaban udara, mencegah serangan hama dan jamur perusak, serta memperindah permukaan wall pockets. Tahap-Tahap Pembuatan:
HASIL INOVASI USAHA#
2.3
Aspek Pemasaran
2.3.1 Analisis Pasar
Analisis Pasar Market Share Masy. umum, Pengusaha
Pesaing dan Peluang Pasar
STP Segmentasi: golongan menegahatas
Targetting: Masy. Jawa Timur setempat
2.3.2 Kegiatan Pemasaran
Positioning
Pesaing: Pengusaha furniture bahan baku kayu hutan
Meyakinkan konsumen bahwa limbah dpt dibuat produk bermanfaat
Peluang pasar: membuat furniture dari kulit singkong menjadikan daya tarik konsumen
Untuk memasarkan produk furniture dari kulit singkong ini, ada beberapa cara yang dapat ditempuh. Antara lain :
Pengenalan usaha melalui pameran penjualan produk
Memberikan diskon khusus pada awal pengenalan usaha
Membuat leaflet, kartu nama, memberikan brosur gratis, dan menempel poster
Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini memiliki ketergantungan sember daya alam berupa bahan baku yang memiliki kualitas yang bagus. Konsumen mengharapkan produk yang dihasilkan dapat memuaskannya sehingga konsumen bergantung pada produk perusahaan ini yang merupakan produk yang selalu ada dirumah – rumah. 2.4 Aspek Keuangan 2.4.1 Sumber Pendanaan 1. Modal Sendiri
50 %
50 %
2. Pinjaman
100 % -
Jumlah (1+2)
100
2.4.2 Macam-macam Pengeluaran 1. Biaya Tetap (Fix Cost) Mesin dan Peralatan No Jenis mesin Juml.
Harga
Jumlah harga
unit
Penyusutan per bulan
1
Palu
2
Rp.25.000,00
Rp. 50.000,00
Rp 694
2
Pisau
2
Rp.5.000,00
Rp. 10.000,00
Rp 694
3
Mesin Katam
1
Rp.400.000,00
Rp.400.000,00
Rp 138
4.
Mesin Pemotong
1
Rp.400.000,00
Rp.400.000,00
Rp 5.555
5.
Kuas Cat
4
@Rp..4000,00
Rp. 16.000,00
Rp 5.555
Rp. 876.000,00
Rp 12.861
Jumlah Biaya Tetap
2. Biaya Variabel (Variable Cost)
Bahan Baku dan Bahan Penunjang No Nama
bahan
Jumlah unit
Harga
Jumlah
baku
harga
1
Kulit Singkong
10 kg
@Rp.600
Rp.
2
Cat Kayu
4 kaleng
Rp. 30.000
Rp. 120.000
3
Lem Kayu
2 bungkus
Rp.10.000
Rp. 20.000
4
Triplek kayu
2 papan
Rp.30.000
Rp. 60.000
5
Thiner
2 kaleng
Rp.25.000
Rp. 50.000
6
Dempul
1 kaleng
Rp.50.000
Rp. 50.000
7
Amplas Halus
1 meter
Rp.3.000
Rp. 3.000
8
Amplas Kasar
1 meter
Rp.3.000
Rp. 3.000
Jumlah Biaya Variabel
6.000
Rp 312.000
2.4.3 Analisis Keuntungan (π) Analisis keuntungan merupakan suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara Baiaya Tetap, Biaya Variabel, dan Keuntungan. Hasil analisis keuntungan usaha wall pockets adalah: 1. TC = Total biaya (Total Cost) TC = Jumlah Biaya Tetap (fix cost) + Jumlah Biaya Variabel (variable cost) TC = Rp 876.000 + Rp 312.000 TC = Rp 1.118.000 2. TR = Total Penerimaan (Total Revenue) TR = Harga per satuan barang (P) x Kuantitas produk (Q) TR = Rp 28.000 x 100 buah TR = Rp 2.800.000 Keterangan : jumlah kuantitas barang dan harga per satuan barang merupakan perkiraan penerimaan. 3. Keuntungan (π) = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC) TC = TFC + TVC = 876.000 + 312.000 = 1.118.000
TR = P x Q = Rp 28.000 x 100 = Rp 2.800.000,-
π = TR – TC = Rp 2.800.000 – Rp 1.118.000 = Rp 1.682.000,Hal ini menunjukkan dalam satu kali produksi wall pocket dari kulit singkong, hasil keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 1.682.000,- per produksi
BAB III PENUTUP 1.1
Kesimpulan Sama halnya dengan produk lain, singkong pun menghasilkan limbah yang belum banyak
dilirik orang. Wall pocket merupakan salah satu produk yang bermanfaat sebagai wadah penyimpanan barang dan perkakas khususnya di rumah. Dengan memproduksi wall pockets sebagai seorang entrepreneur diyakini mampu menghasilkan nilai tambah dari yakni dari limbah komoditas pangan singkong yang banyak tersebar di Indonesia. Meskipun produk dibuat masih menggunakan bahan baku penunjang berupa triplek kayu sebagai alas penebal wall pockets ini, hal ini pun menjadi salah satu pertimbangan produsen untuk mencari jalan keluar agar tidak menggunakan input luar selain bahan baku utama yakni kulit singkong. Sehingga untuk rencana kedepannya, produk wall pockets dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari saat ini yaitu Rp 61.139 serta mampu meneruskan usaha bisnis ini secara berkelanjutan. Usaha bisnis wall pockets dari bahan kulit singkong masih menggunakan referensi media internet untuk memperoleh gambar bentuk kegiatan pemasaran hingga gambar alat mesin pengetaman dalam proses pembuatan sebab usaha ini merupakan inovasi dari usaha bisnis yang telah ada serta untuk menunjang keberhasilan pembuatan rencana bisnis.
REFERENSI Food and Agriculture Organization of the United Nations. (2004). The global cassava development strategy and implementation plan. Proceedings of the validation forum on the global cassava development strategy, 1. Retrieved March 14, 2005, from http://www.fao.org/documents/show_cdr.asp?url_file=/docrep/006/y0169e/y0169e00.htm (diakses pada tanggal 25 Oktober 2013) Grace, M.R. (1977). Cassava processing. FAO Plant Production and Protection Series, 3. Retrieved March 14, 2005, from http://www.fao.org/docrep/X5032E/x5032E00.htm#Contents (diakses pada tanggal 25 Oktober 2013) Olsen, K.M., & Schaal, B.A. (1999). Evidence on the origin of cassava: Phylogeography of Manihot esculenta. Retrieved March 14, 2005, from http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=21904 (diakses pada tanggal 25 Oktober 2013) www.google.co.id/images