BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan hidup sehat dimulai sejak bayi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas otak pada masa dewasa. Supaya terciptanya bayi yang sehat maka dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar – benar sesuai dengan prosedur kesehatan. Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke – 5 dan hari ke – 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian. Tujuan Perawatan Tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat – obatan, bubuk atau daun – daun
yang ditaburkan ke tali
pusat sehingga dapat mengakibatkan
infeksi.[2]
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memberikan penanganan tentang perawatan dan pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir. 2. Tujuan Khusus a)
Dapat menjelaskan pengertian tali pusat
b)
Dapat menyebutkan penyebab dari tali pusat
c)
Dapat menjabarkan patofisiologi tali pusat
d)
Dapat menyebutkan pencegahan infeksi tali puat
e)
Dapat menyebutkan penatalaksanaan tali pusat
C. Manfaat Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa dalam memahami tentang pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.[3] 1. Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicalis fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbilicalis secara normal berinersi dibagian tengah plasenta. 2. Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicalis fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral. 3. Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40 – 50 cm dan diameternya 1 – 2 cm, hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relative banyak. Jika oligohidromnion dan janin kurang gerak ( pada kelainan motorik janin ), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.
B. Struktur tali pusat[4] 1.
Amnion : Menutupi funiculus umbilicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ectoderm.
2.
Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu : a)
Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale.
b)
Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.
c)
Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadangkadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.
C. Fungsi Tali Pusat[5] 1. Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis. 2. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
D. Sirkulasi Tali Pusat[6] Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan. Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti “Jari” atau vilus tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus dan menembusi dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan aliran darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis yang terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh seperti karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran dan memasuki darah ibu yang terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen, nutrien, dan bahan kumuh lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara ini, keperluan bayi dapat dipenuhi. Walaupun darah ibu dan darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi kedua-dua darah tidak bercampur kerana dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid amino, lipid, garam mineral, vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu menembus membran ini dan
memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke dalarn darah fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.
E. Kelainan Letak Tali Pusat[7] Tali pusat secara normal berinersi di bagian sentral kedalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti: 1. Insersi tali pusat Battledore @ pada kasus ini tali pusat terhubung kepaling pinggir plasenta seperti bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh. 2. Insersi tali pusat Velamentous @ tali pusat berinsersi kedalam membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.
F.
Etiologi 1.
Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu. Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti;
pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat. 2.
Lilitan Tali pusat pada janin Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia. Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin : a)
Usia kehamilan ® Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen.
b)
Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.
c)
Panjangnya tali pusat ® dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.
3.
Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat : Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu: a)
Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
b)
Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
c)
Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
d)
Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.
4.
Infeksi Tali Pusat (Tetanus Neonatorum)[8] Pengertian Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985) a)
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
b)
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan
manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin.
G. Patofisiologi 1.
Proses Pembentukan Tali Pusat Pada Janin Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
2. Penatalaksanaan a)
Persiapan Alat yang Diperlukan 1) Teknik Memotong Tali Pusat -
Arteri klem 2 buah
-
Gunting Steril 1 buah
-
Sarung Tangan Steril 1 pasang
-
Benang steril pengikat pusat 1 helai
-
Selimut Kering dan bersih 1 buah
-
Perlak pengalas 1 buah
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Setelah selesai digunting segera ikat tali pusat bayi dengan benang pusat, ikatan harus kecang dengan simpul mati.Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik. (Sumber: Martin, 1996) 3.
Perawatan Tali Pusat Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah : a) Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering. b) Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat. c) Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari. d) Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat
dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa. 4. Pencegahan Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x berturut – turut pada trimester ke – 3 dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat selanjutnya.
H. Menunda Pemotongan Tali Pusat “Ilmu pengetahuan pasti berubah, setiap saat setiap waktu ilmu pengetahuan selalu berkembang sesuai dengan tuntutan jaman. Kejadian inipun tak luput terjadi pada perkembangan ilmu kebidanan. fenomena tentang standarisasi Asuhan Persalinan Normal (APN) yang selalu mengalami perubahan pada setiap item-nya menjadi bukti dari pernyataan diatas.” Dari tahun ke tahun (2001-sekarang) langkah-langkah yang tertuang dalam APN selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Alasannya hanya satu yaitu mencari metode standarisasi pelayanan yang terbaik dan sempurna dalam pertolongan persalinan. Awal mulanya pada tahun 2001, APN terdiri dari 60 Langkah, tanpa manajemen asfiksia, kemudian tahun 2006 terjadi perubahan yaitu di masukkannya manajemen asfiksia pada 60 langkah tersebut, dan pada tahun 2008 ini dari 60 langkah berubah menjadi 58 langkah dan ditambahkan tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada langkah-langkahnya. Fenomena ini memaksa kita untuk berfikir bahwa adakah kemungkinan bahwa
langkah-langkah
APN
akan
berubah
lagi??
Tentunya
berdasarkan evidence based yang up to date. Fenomena lain yang terjadi di Indonesia antara lain tingginya angka morbiditas maupun mortalitas pada bayi. Salah satunya yang disebabkan karena Asfiksia Hyperbillirubinemia/ bayi kuning/ icterik neonatorum selain itu juga meningkatnya dengan tajam
kejadian autis pada anak-anak di Indonesia tahun ke tahun tanpa kita tahu pemicu penyebabnya. Lalu, apa hubungannya dengan standart di Asuhan Persalinan Normal..??? Salah satu asumsi sementara atas kasus fenomena diatas adalah karena adanya ICC (Imediettly Cord Clamping) di langkah APN yaitu 1 menit setelah bayi lahir. Benar atau tidaknya asumsi tersebut, beberapa hasil penelitian dari journal-journal internasional dibawah ini mungkin bisa menjawab pertanyaan di atas. Kinmond, S. et al. (1993). Umbilical Cord Clamping and preterm infants: A randomized trial. BMJ 306 (6871): 172-175. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pada bayi premature, ketika pemotongan tali pusat ditunda paling sedikit 30 menit atau lebih, maka bayi akan : 1. Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk transfuse darah 2. Terbukti sedikit mengalami gangguan pernafasan 3. Hasil test menunjukkan tingginya level oksigen 4. Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan dengan bayi yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir 5. Mengurangi resiko perdarhan pada kala III persalinan 6. Menunjukkan jumlah hematocrit dan hemoglobin dalam darah yang lebih baik. Birth –Brain Injury caused by Umbilical Cord Clamping: From Imbecility and Cerebral Palsy to Minimal Mental Retardation, By George
Malcom
Morley,
MB
ChB
FACOG. Dec
2007, http://www.cordclamp.com Dalam journal ilmiah ini dikatakan bahwa Seluruh proses biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah kelahiran dan pada saat bayi mulai menangis dan kulitnya berwarna merah muda, prosesnya sudah komplit. Menjepit dan memotong tali pusat pada saat-saat proses sedang transformasi dari sirkulasi oxygen janin menjadi sistem sirkulasi dewasa/bayi sangat menggangu sistem pendukung kehidupan ini dan bisa menyebabkan
penyakit serius. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa saat talipusat dilakukan pengekleman, Pulse rate dan Cardiac Out Put berkurang 50%. Mengapa??? Karena 50% dari vena yang kembali ke jantung telah di matikan (clamped off. Banyak sekali akibat yang tidak menguntungkan pada pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir dan dalam penelitian ini dikatakan resiko untuk terjadinya brain-injury, cerebral palsy, asfixyia, autis, kejadian bayi kuning bahkan anemia pada bayi sangatlah banyak. Hurtado EK et al. Early Childhood anemia and mild to moderate mental retardation. Am J Clin Nut. 1999; 69 (1): 115-119 ** Hack M, et al., Outcomes in Young Adulthood for Very Low Birth-weight Infants. New
England
J
Med,
Vol.
346.
No.3,
Jan,
2002:149-
17**A.J.Chien, Znet Commentary, February 06, Tanpa patokan normal, penjepitan tali pusat sebelum plasenta lahir dan penyakit yang menyertai dianggap normal pada kelahiran bayi normal pada hal hampir semua bayi premature mengalami anemia dan asfiksia dan nanti di sekolah ditemukan keterlambatan mental seperti autis, kekerasan, dysleksia atau ADD. Semua kasus diatas harus menerima perawatan standard dianjurkan oleh medis. Memotong tali pusat sedini mungkin sudah menjadi kebiasaan dalam praktek obstetrik memulai kurang lebih 20 tahun yang lalu. Angka kelainan mental ringan dewasa ini terus menurus meningkat, dari tahun 2004 terdapat 475.000 penyandang autis di Indonesia. Ditengarai, setiap hari satu dari 150 anak yang lahir menderita autis. Padahal, pada tahun 1970-an anak penyandang autis satu dibanding 10.000 kelahiran. (Biro Sensus Amerika 2004) Late vs Early Clamping of the Umbilical Cord in Full-term Neonates: Systematic Review and Meta-analysis of Controlled Trials, by Eillen K. Hutton PhD. JAMA. 2007;297:1241-1252; Van Rheenen PF, Gruschke S, Brabin BJ.Delayed umbilical cord clamping for reducing anaemia in low birthweight infants. BMJ. 2006;333:954-958.
Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa dengan penundaan pemotongan tali pusat dapat: 1.
Peningkatan kadar hematokrit dalam darah.
2.
Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah.
3.
Penurunan angka Anemia pada bayi
4.
Penurunan resiko jaundice/bayi kuning Mencermati dari hasil-hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun bagi ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa pemotongan tali pusat dilakukan 1 menit setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat betapa besarnya resiko kerugian, kesakitan maupun kematian yang dapat terjadi???. Di Indonesia praktek penundaan pemotongan tali pusat telah lama di lakukan di Yayasan Bumi Sehat Bali pimpinan dari ibu Robin Lim.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin. Perawatan
adalah
proses
perbuatan,
cara
merawat,
pemeliharaan,
penyelenggaraan. Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana.
B. Saran Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian,akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam upaya penurunan AKI dan AKB.
DAFTAR PUSTAKA -
http://pujihastutikeni.wordpress.com/2014/04/29/evidenced-basedmemotong-tali-pusat
-
http://bidankita.com/?q=article/tunda-potong-tali-pusat-mengapa-tidak 07102014, 9:56 pm)
(tgl