BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Perbankan Syariah sebagai lembaga keuangan Syariah, pada awalnya
berkembang secara perlahan, namaun kemudian mulai menunjukkan perkembangan yang semakin cepat mencapai prestasi pertumbuhan jauh di atas perkembangan perbankan
konvensional.
Di
Indonesia
perbankan
Syariah
muncul
sejak
dikeluarkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil. Perbankan Syariah di Indonesia, pertama kali beroperasi pada 1 Mei 1992, ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pada dasarnya pilihan nasabah untuk menempatkan dananya di bank biasanya dilandasi oleh lima hal penting, di mana kelima hal tersebut hampir dimiliki oleh beberapa bank yang bersaing ketat (Infobank, No. 28). 1. Kinerja untuk bank yang lebih sering dikaitkan dengan ukuran capital adequacy ratio (CAR) dan non performing financing (NPF). 2. Dikelola oleh profesional yang dipercaya oleh publik, pemilik dan masyarakat. 3. Mampu memberikan tingkat suku bunga (konvensional) bagi hasil (Syariah) yang kompetitif serta hadiah menarik. 4. Mampu menyediakan produk yang sesuai kebutuhan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5. Mempunyai jaringan cabang yang luas dengan infrastruktur yang baik. Kelima hal tersebut merupakan dasar dan langkah pertama bagi nasabah untuk memilih bank. Setelah memilih bank, nasabah akan lebih memperhatikan pengaruh kualitas pelayanan, baik pelayanan fisik maupun non fisik. Hal tersebut juga dikarenakan nasabah masa kini memiliki informasi yang lebih baik, mereka lebih menyadari adanya berbagai pilihan, dan mereka bersikap lebih menuntut standar pelayanan lebih tinggi. Maka bank harus dapat lebih memahami beragam kebutuhan nasabah dan berusaha memenuhi harapan tersebut. Kenyataan di lapangan saat ini banyak SDM Syariah yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik dalam menjalankan operasional bank Syariah, tak jarang ditemui SDM bank Syariah kurang dapat memberi penjelasan yang benar dan akurat sehingga menumbuhkan keraguan bagi calon nasabah untuk menggunakan produk dan layanan bank Syariah, bahkan penjelasan yang sembrono memunculkan anggapan keliru tentang bank Syariah dan akan mempengaruhi citra bank Syariah. Semua pihak yang membeli dan mengkonsumsi jasa perbankan akan memberikan penilaian yang berbeda-beda terhadap kualitas pelayanan. Hal ini disebabkan karena layanan perbankan mempuyai karakteristik variability, sehingga kinerja yang dihasilkannya acap kali tidak konsisten untuk itu nasabah menggunakan isyarat intrinsik (output dari penyampaian jasa) dan isyarat ekstrinsik (unsur pelengkap jasa) sebagai acuan dalam mengepaluasi acuan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan. Faktor lain yang mempengaruhi kesadaran merek nasabah bank
Universitas Sumatera Utara
adalah kualitas produk bank itu sendiri. Nasabah membeli jasa perbankan untuk menyelesaikan masalah dan nasabah memberikan nilai dalam proporsi tertentu. Nilai yang diberikan nasabah berhubungan dengan benefit atau keuntungan yang akan diterimanya. Kualitas produk perbankan didapatkan dengan cara menemukan keseluruhan harapan nasabah, meningkatkan nilai produk atau pelayanan dalam rangka memenuhi harapan nasabah. Kesuksesan Bank Muamalat Indonesia melewati krisis ekonomi tahun 1998 dan pengakuan Pemerintah melalui peraturan perundangan di atas telah menginspirasi tumbuh pesatnya perbankan syaraiah di Indonesia. Dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Jumlah Perbankan Syariah Tahun 2009 No
Keterangan
Jumlah
1
Bank Umum Syariah (BUS)
5
2
Bank Umum Unit Usaha Syariah (BUUS)
25
3
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
134
Sumber: Newsroom Republika, 2009
Dari Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa terjadi pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia pada Bulan Mei tahun 2009 telah berdiri lima Bank Umum Syariah (BUS), 25 Unit Usaha Syariah (UUS), 134 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dan Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank Syariah pertama di Indonesia berdiri tahun 1991 dan mulai beroperasi tahun 1992 dengan modal awal 190 miliar rupiah (Newsroom Republika, 2009). Selain itu Jumlah rekening nasabah
Universitas Sumatera Utara
perbankan Syariah naik dari 2007 yang sebanyak 2,845 juta rekening menjadi 3,799 juta rekening hingga November 2008, dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Jumlah Rekening Nasabah Bank Muamalat Indonesia Tahun Keterangan Jumlah Rekening Nasabah
2007
2008
2009
2.845.000
3.795.000
4.700.000
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, 2009
Sedangkan, untuk nilai pembiayaannya mengalami kenaikan 30 persen (Ekonomi dan Bisnis dalam Antaranews, 2009). Jumlah rekening nasabah bank Syariah sebanyak 4,7 juta orang, dengan rincian nasabah giro 74 ribu orang, tabungan 4,5 juta orang dan deposito 122 orang (Newsroom Republika, 2009). Pada bulan Mei 2009 diketahui jumlah total penyaluran dana bank umum commercial sebesar Rp. 1.305.377.000.000,- dan total penyaluran dana bank Syariah sebesar Rp. 52.151.000.000,- pada bulan April 2009. Dapat dilihat pada Tabel 1.3. Tabel 1.3. Jumlah Penyaluran Dana di Seluruh Bank Muamalat No
Keterangan
Jumlah
1
Bank Umum Commersial
Rp 1.305.377.000.000
2
Bank Syariah
Rp
51.151.000.000
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, 2009
Pada bulan Mei 2009 jumlah bank commercial di Indonesia tercatat sebesar 122 bank dengan jumlah kantor cabang sebesar 2.915 unit yang terdiri dari bank swasta, lokal, maupun asing (Statistik Perbankan Indonesia, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian Karim Business Consulting Tahun 2007 (data hasil penelitian terakhir) diperoleh hasil bahwa Overall Service Quality untuk Bank yang beroperasi secara Syariah yang mendapatkan peringkat kesatu adalah Bank Permata Syariah, sedangkan Bank Muamalat Indonesia yang merupakan Bank pertama beroperasi secara Syariah hanya mampu mendapatkan peringkat kesebelas. Namun hasil penelitian Karim Business Consulting, Permata Bank Syariah belum menempati posisi Top of Mind. Sedangkan Bank Muamalat Indonesia memperoleh peringkat kesatu untuk Top of Mind khusus bank Syariah.
I.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: 1. Sejauhmana pengaruh kualitas produk, dan pelayanan terhadap kesadaran merek pada nasabah Bank Muamalat Indonesia cabang Medan. 2. Sejauhmana pengaruh metoda bagi hasil, biaya administrasi, jaringan ATM terhadap kualitas produk Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan.
I.3.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengetahui dan menganalisa pengaruh dari kualitas produk, dan pelayanan terhadap kesadaran merek pada nasabah Bank Muamalat Indonesia cabang Medan.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengetahui dan menganalisa pengaruh metoda bagi hasil, biaya administrasi, jaringan ATM terhadap kualitas produk Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan.
I.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih baik ke
berbagai kalangan, antara lain: 1. Memberikan
informasi
bagi
perusahaan
mengenai
pentingnya
mengembangkan upaya peningkatan kesadaran merek masyarakat terhadap merek Bank Muamalat Indonesia. 2. Menambah khasanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Magister Ilmu Manajemen. 3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan pemahaman mengenai hal-hal yang berhubungan dengan teori pengembangan merek dan penerapannya di lapangan.
I.5.
Kerangka Berpikir Merek sebagai alat identifikasi dari seorang atau sekelompok penjual dan
untuk membedakannya dari produk pesaing adalah sebuah poin penting dalam upaya tersebut. Maka bila masyarakat tidak mengenal merek dari sebuah produk akan sulit bagi produk tersebut untuk bisa meraih pangsa pasar.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Aaker (2005) Brand Equity (Ekuitas Merek) merupakan seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Brand Equity terdiri dari 5 elemen yang menopangnya yaitu Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, Brand Loyalti dan Aset-aset merek lainnya seperti (paten, cap, saluran distribusi dan lainlain) di mana keseluruhannya dapat memberikan nilai kepada pelanggan dan perusahaan. Perceived Quality sebagai salah satu elemen brand equity mempunyai peranan yang penting dalam membangun suatu merek. Seorang konsumen mungkin tidak memiliki informasi yang cukup terhadap suatu merek untuk mengarahkannya kepada penentuan kualitas suatu merek secara obyektif, sehingga dalam konteks ini perceived quality menjadi sangat berperan dalam keputusan pelanggan. Demikian pula dengan brand awareness, di mana konsumen cenderung membeli suatu merek yang sudah dikenal, terhindar dari berbagi resiko pemakaian dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat diandalkan. Maka dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel independen, yaitu: kualitas produk dan pelayanan yang merupakan faktor-faktor dari perceived quality, yang dapat mempengaruhi kesadaran merek.
Universitas Sumatera Utara
Kualitas Produk Kesadaran Pelayanan
Gambar 1.1. Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama Kualitas produk bank (Kertajaya, 2006) umumnya dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang dapat diukur dari CAR (capital adequacy ratio), tingkat bunga simpanan (metode bagi hasil bagi bank Syariah), biaya administrasi dan teknologi yang digunakan yang dapat dinilai oleh masyarakat dari kecepatan penyelesaian transaksi dan jaringan ATM yang dimiliki oleh bank.
Metoda Bagi
Biaya Adm
Kualitas
Jaringan ATM
Gambar 1.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua
Universitas Sumatera Utara
I.6.
Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian adalah: 1. Kualitas produk dan pelayanan berpengaruh terhadap kesadaran merek pada nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan. 2. Metoda bagi hasil, biaya administrasi, jaringan ATM dan berpengaruh terhadap kualitas produk Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan.
Universitas Sumatera Utara