BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara Indonesia memiliki agamanya masing-masing. Dengan adanya lima agama yang secara sah diakui di Indonesia, hendak menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa1. Banyaknya tempat ibadah dan upacara keagamaan yang semarak dan diagungkan di berbagai tempat di Indonesia menunjukkan ketaatan dan pentingnya agama dan ibadahnya dalam sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia. Berbagai ajaran agama yang dianut menurut agamanya masing-masing menjadi patokan dasar dalam kehidupan bermoral bangsa Indonesia. Dan ibadah kegamaan menjadi sarana bagi setiap umat beragama untuk bisa mendapatkan bimbingan spiritual dan moral dari agama yang dianutnya dan juga ibadah sebagai sarana untuk mengungkapkan iman dan kepercayaannya kepada Tuhan. Tindakan awal dapat dimulai dengan melihat keadaan bangsa Indonesia yang acapkali disebut sebagai bangsa yang bergama ini. Dalam bidang pemerintahan dan berbagai level pemerintahan yang ada di Indonesia, istilah korupsi bukanlah hal baru bahkan mungkin sudah mendarah daging dalam kehidupan bermasyarakat bangsa Indonesia. Korupsi merupakan jalan pintas menuju kursi jabatan dan kekuasaan yang diinginkan. Istilah “suap” bukan lagi perbuatan tidak bermoral tapi malahan menjadi alternatif terbaik bagi sebagian orang untuk memperlancar berbagai urusan, mulai dari pendidikan, pencarian pekerjaan sampai pada kenaikan jabatan. Dalam kehidupan pernikahan, perselingkuhan seakan-akan menjadi trend yang cenderung menjamur dalam masyarakat Indonesia. Lihat saja fenomena kawin cerai yang melanda kaum selebritis Indonesia menjadi santapan infotainment yang menarik bagi masyarakat kita. Dalam bidang sosial kemasyarakatan, kita menemui masalah kemiskinan, pengangguran dan ketidakadilan sosial yang terus-menerus melanda kaum marginal di Indonesia. Tindak kejahatan moral seperti pemerkosaan, pembunuhan dan kekerasan dalam rumah tangga menjadi pokok pemberitaan kriminal yang tidak habishabisnya dipaparkan dalam surat kabar.
1
Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: “Pancasila”
1
Dalam kehidupan bergereja khususnya, kita melihat bahwa dasar ajaran Kristen yaitu kasih terhadap Allah dan sesama seolah-olah kalah pamor dengan berbagai tata gereja dan dogma yang diterapkan oleh tiap gereja. Tiap gereja dan denominasi saling bersaing untuk menggembalakan umat-umat Allah. Belum lagi permasalahan pertikaian antara pemimpin gereja yang menjadi ulasan menarik di kalangan gereja. Ironisnya adalah bahwa permasalahan-permasalahan sosial dan moral yang ada masih terjadi seiiring dengan tingkat spiritual dan religiositas bangsa Indonesia yang cenderung semakin meningkat2. Kita dapat melihat kecenderungan ini dengan munculnya beberapa macam aliran kepercayaan baru dengan berdasar pada agama-agama yang sah dan diakui oleh bangsa Indonesia. Adapun tayangan-tayangan yang bersifat spiritual dan rohani yang menghiasi layar kaca Indonesia. Apalagi jika menjelang hari-hari raya besar keagamaan, segala tubuh, jiwa dan roh haruslah dipersiapkan melalui ibadah kepada Allah. Dalam komunitas kristen sendiri berbagai macam kreatifitas dalam peribadatan yang menarik dan menyentuh di hati mulai digalakkan dengan jenis liturgi dan musik yang inovatif. Ibadah kepada Allah yang dilakukan hanyalah sebatas ketika kita berada dalam gedung Gereja dan juga pada saat kita menikmati pengalaman spiritual dengan Allah melalui tahapan liturgi yang ada. Kenikmatan peribadatan yang ada hilang seiring kita keluar dari gedung gereja dan menyelesaikan ibadah yang ada. Kehidupan keagamaan terpisah dengan kehidupan sosial kemasyarakatan, kesalehan dan kerohanian dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari, iman tidak diwujudkan dalam sikap moral yang benar, doa tidak disusul dengan kerja, iman tidak diwujudkan dalam perbuatan setiap hari dalam pergaulan antar umat dan masyarakat sekitar.
Kondisi pemisahan antara ibadah dan kehidupan sehari-hari inilah yang juga nampak dalam realitas kehidupan umat Israel yang digambarkan oleh Amos. Umat Israel yang melakukan segala bentuk penyembahan kepada Allah di tempat ibadah, akan tetapi perilaku kesalehan dalam tempat ibadah sangat berbeda dengan tindakan moral mereka terhadap sesamanya diluar tempat ibadah. Keadilan dan kebenaran yang menjadi kehendak Allah malahan diabaikan dan dimanipulasi untuk kepentingan pribadi mereka sendiri. 2
Pdt.Eka Darmaputera, Religiositas Meningkat Tapi Kemana? Penuntun: Jurnal Teologi dan Gereja, Vol. 2. No. 5, Oktober – Desember, (Jakarta: Sinode GKI Jawa Barat, 1995) hlm 23
2
Dari kondisi sosial Israel inilah, Amos kemudian dengan tegas menyampaikan peringatan sekaligus bentuk kritikan yang pedas atas kehidupan umat Israel tentang ibadah terhadap Allah dan yang juga menjadikan harapan tentang Hari Tuhan sebagai pedoman dasar dan juga kebanggaan mereka sebagai umat pilihan Allah. Malahan Hari Tuhan dinyatakan Amos sebagai bentuk penghukuman Allah terhadap umat Israel. Maka, sebenarnya apakah maksud dari setiap kritikan Amos tersebut, dan apakah memiliki makna yang berbeda dengan yang ada dalam pemikiran umum umat Israel pada saat itu? Jika demikian, bagaimana relevansi dari pemaknaan ibadah yang dikritisi oleh Amos terhadap perkembangan kehidupan bergereja dewasa ini? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian menjadi dasar dari permasalahan skripsi ini.
2. Pokok Permasalahan Dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka penyusun tertarik untuk mengangkat satu pokok permasalahan yang akan dijadikan bahan penyusunan skripsi yaitu makna ibadah yang sesungguhnya dalam kitab Amos. Jika penulis kitab Amos sendiri mengkritisi ibadah yang dilakukan oleh umat Israel pada konteks Amos berkarya, maka apa penyebabnya dan mengapa kritikan ini muncul dan memiliki relevansi? Apakah penulis kitab Amos memberi penekanan-penekanan tertentu dalam konteks masyarakat Israel pada zaman penulisan teks yang kemudian membuat makna ibadah haruslah menjadi perhatian khusus bagi kehidupan bangsa Israel dan juga kehidupan bergereja kita saat ini. Semua hal ini akan menjadi bagian dari permasalahan yang akan dibahas.
3. Batasan Permasalahan Permasalahan yang akan dibahas dalam tinjauan skripsi ini, penyusun batasi pada hal tentang ibadah yang dilakukan oleh bangsa Israel terhadap TUHAN yang terdapat dalam perikop Kitab Amos 5:1-27. Adapun alasan penyusun memilih perikop ini, karena penyusun melihat bahwa hal tentang ibadah ini terlihat jelas kaitannya dengan persoalan-persoalan sosial yang ada dalam Kitab Amos ini. Dalam kitab Amos, kita dapat melihat usaha mengkritisi yang bersifat teologis dari penulis kitab Amos sendiri dalam memahami pesan dan nubuatan yang disampaikan oleh Nabi Amos dan dialamatkan kepada bangsa Israel, dalam konteks dan kehidupan sosial yang terjadi pada zamannya.
3
4. Pemilihan Judul Dari pokok permasalahan dan batasan permasalahan di atas maka penyusun mengangkat sebuah judul skripsi :
MAKNA IBADAH DALAM KITAB AMOS DAN RELEVANSINYA DALAM KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA : Suatu Tinjauan Eksegetis Terhadap Amos 5:1-27
5. Tujuan Penulisan Dari judul yang diangkat di atas diharapkan kita dapat memahami : a. Makna ibadah dalam kitab Amos yang terjadi ditengah-tengah konteks sosial kemasyarakatan pada zaman penulisan teks b. Menarik relevansi dan implementasi terkait dengan pola peribadatan yang terjadi dalam kehidupan bergereja di Indonesia seiring dengan kondisi sosial yang terjadi
6. Metode Pembahasan Dalam menguraikan judul, penyusun menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penyusun menguraikan pokok pembahasan secara sistematis dengan berdasarkan pada analisa yang mendalam. Sedangkan untuk menafsirkan ayat-ayat dalam batasan masalah, penyusun menggunakan pendekatan historis kritis sebagai pendekatan utama untuk menafsir ayat-ayat yang ada dalam kitab Amos 5:1-27, Namun dengan demikian, tidak berarti penggunaan pendekatan historis kritis sebagai pendekatan utama dalam pembahasan pokok permasalahan ini akan mengabaikan pendekatan-pendekatan yang lain. Pendekatanpendekatan yang lain akan tetap digunakan, sejauh pendekatan-pendekatan tersebut berguna dan memberi kontribusi yang baik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar pembahasan pokok masalah3. Sarana penting dalam menggunakan berbagai pendekatanpendekatan yang ada dan juga pembahasan dalam setiap bab yaitu melalui studi kepustakaan yang dapat membuka wahana penyusun dalam kerangka memahami perikop dalam kitab Amos yang akan dibahas.
3
Lihat John Hayes dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993, hlm. 2829
4
7. Sistematika Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Permasalahan 3. Batasan Permasalahan 4. Judul 5. Tujuan Pemilihan Judul 6. Metode Pembahasan 7. Sistematika Bab II CAKUPAN KITAB AMOS 1. Kepengarangan 2. Garis Besar Kitab Amos 3. Konteks Sosial Kitab Amos Bab III IBADAH DALAM KITAB AMOS 1. Pengantar Umum Pasal 5 2. Tafsiran Kitab Amos pasal 5:1-27 Bab IV RELEVANSI MAKNA IBADAH DI KITAB AMOS DALAM KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA 1. Makna Ibadah dalam Kitab Amos 2. Relevansi Makna Ibadah Di Kitab Amos Dalam Kehidupan Bergereja di Indonesia Bab V KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
5