PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA
BAB I ISTILAH DAN SIMBOL DALAM LINGKUP PEKERJAAN BETON RIGID I.
Istilah dan Simbol 1.
Dowel Ø40
=
Besi polos baja dengan diameter 40
Adalah sepotong baja lurus yang dipasang pada setiap jenis sambungan melintang dengan maksud sebagai sistim penyalur beban sehingga plat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan penurunan yang berarti. Fungsi : -
Sebagai sarana penyambung plat beton (rigid) yang sudah putus atau diputus.
-
Sebagai tulangan sambungan melintang, sambungan kembang susut, dan sambungan pelaksanaan.
-
Berbentuk polos dan berukuran besar
-
Sebagai sliding dan transfer load devices
Bagian batang dowel yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dgn bahan pencegah karat. Sesudah bahan pencegah korosi kering (dicat), maka bagian ini harus dilapisi dgn lapisan tipis pelumas ( dengan cara menyapukan) segera sebelum dowel dipasang. Ujung dowel yg dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan tupi/penutup topi. Pelapis dowel dari jenis plastik yang telah teruji dapat digunakan sebagai pelumas, atau menggunakan jenis pelapis lain yang dimaksudkan untuk mencegah lekatan ada atau karat. -
Satu sisi lekat pada plat beton dan sisi lainnya tidak (sliding)
-
Berlokasi pada ½ tebal plat dan sejajar dengan as konstruksi.
-
Tidak overlap dengan tie bar
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 1
2. Sengkang Ø8 – 230
= Besi diameter 8 dgn jarak masing-masing 230
3. 4Ø12 = Besi diameter 12 berjumlah 4
4. U32
=
Tegangan leleh karakteristik atau tegangan memberikan regangan tetap 3,200 kg/cm2.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 2
karakteristik
yang
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA 5.
fs 45 kg/cm2 =
6.
Tie Bar D40
Istilah untuk kekuatan suatu Pelat Beton dengan kuat karakteristik 45 kg/ cm2
= Tiebar Deformed 40 artinya Batang baja yang diprofilkan (besi ulir) dengan diameter 40 (berdasarkan hitungan pabrikan)
7.
Tie bar digunakan dengan arah tegak lurus pada sisi sambungan susut dan sambungan kunci untuk menjaga sisi yang disambungkan tetap berada dalam jarak yang ditentukan. Sebagai unsliding dan rotation devices Baja berulir atau deformed Kedua sisi lekat dengan plat beton Berlokasi pada tempat sambungan, pada elevasi ½ tebal plat Tidak overlap dengan dowel atau tulangan lainnya.
Bahan pengisi sambungan (Joint filler) Adalah suatu bahan yang bersifat plastis yang dipasang pada celah sambungan muai, guna mencegah masuknya benda-benda asing kedalam celah.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 3
8. Bahan penutup sambungan (joint sealant) Adalah suatu bahan yang bersifat elastis yang dipasang pada bagian atas dari sambungan yang dimaksudkan untuk mencegah masuknya benda-benda asing kedalam celah. 9. Batang yang diprofilkan (Deformed Bars) Adalah batang tulangan prismastis atau dipuntir yang permukaannya diberi rusuk-rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap muka batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 diameter batang pengenalnya. 10. Dudukan tulangan (Reinforcement chairs) Adalah tulangan yang dibentuk sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai dudukan dan sarana pemegang tulangan arah memanjang dan melintang. 11. Sambungan Muai (Expansion Joint) Adalah jenis sambungan melintang yang dibuat untuk membebaskan tegangan pada perkerasan beton dengan cara menyediakan ruangan untuk pemuaian. 12. Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint) Adalah jenis sambungan melintang atau memanjang yang dibuat untuk memisahkan bagian-bagian yang di cor/dihampar pada saat yang berbeda. Ditempatkan diantara beton hasil penghamparan lama dengan hasil penghamparan baru. 13. Sambungan Susut ( Contraction Joint) Adalah jenis sambungan melintang yang dibuat dgn maksud untuk mengendalikan retak sudut beton, serta membatasi pengaruh tegangan lenting yg timbul pada pelat akibat pengaruh perubahan temperatur dan kelembaban, jarak antara tiap sambungan susut umumnya dibuat sama. 14. D10-150 Deformed/diameter 10 (besi ulir) dgn jarak terpasang 150 mm, diameter yg disyaratkan berdasarkan hitungan pabrikan.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 4
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA 15. Water Semen Ratio (wcr) / Faktor Air Semen adalah berat air dibagi dengan berat semen 16. Pasta , semen Campuran antara air dengan semen 17. Mortar , pasta semen ditambah dengan agregat halus 18. Beton Bertulangan Beton yang menggunakan tulangan dengan jumlah dan luas tulangan tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan, dengan atau tanpa pratekan dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersamasama dalam menahan gaya yang bekerja. 19. Beton Pracetak Elemen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak ditempat yang berbeda dari posisi akhir elemen dalam struktur. 20. Beton prestress (pratekan) Beton bertulang dimana telah diberikan tegangan dalam untuk mengurangi tekanan tarik potensial dalam beton akibat pemberian beban yang bekerja
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 5
BAB II BAHAN PEMBUAT BETON RIGID Semen
II.1.
Semen Portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Semen Portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.001381 atau UJi Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB.1989:3.2-8). Peraturan Beton 1989 (SKBI.1.4.53.1989) membagi semen Portland menjadi 5 jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2), yaitu : -
Type I, semen Portland yang dalam penggunaanya memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya.
-
Type II, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
-
Type III, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi.
-
Type IV, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah.
-
Type V, semen Portland yang dalam ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 6
penggunaannya
memerlukan
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA
Komposisi kimia dari kelima jenis semen tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3. (Nawy,1985:11). Komposisi dalam persen (%)
Karakteristik Umum
C3 S
C2S
C3A
C4A F
CaSO 4
Ca O
Mg O
Type I, normal
4 9
25
12
8
2.9
0.8
2.4
Semen untuk semua tujuan
Type II,Modifikasi
4 6
29
6
12
2.8
0.6
3
Relatif sedikit pelepasan panas, digunakan untuk struktur besar
Type III,Kekuatan Awal Tinggi
5 6
15
12
8
3.9
1.4
2.6
Mencapai kekuatan awal yang tinggi pada umur 3 hari
Type IV, Panas Hidrasi Rendah
3 0
46
5
13
2.9
0.3
2.7
Dipakai beton
Type sulfat
4 3
36
4
12
2.7
0.4
1.6
Dipakai pada saluran dan struktur yang diekspos terthadap sulfat
V,
Note
tahan
:
pada
bendungan
C3S
=
Trikalsium Silikat, senyawa ini apabila terkena air akan cepat bereaksi dan menghasilkan panas yang akan mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari ke-14.
C2S
=
Dikalsium Silikat, Senyawa ini lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya berpengaruh terhadap semen setelah umur 7 hari.
C3A
=
Trikalsium Aluminat, memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama.
C4AF
=
Tertrakalsium aluminoferrit, kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen atau beton sehingga kontribusinya dalam peningkatan kekuatan kecil.
Dalam SII 0013-1981 dan Ulasan PB 1989 : - Semen Type I digunakan untuk bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus. -
Semen Type II digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus menerus yang berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang tertanam di dalam tanah yang mengandung air agresif (garam-garam sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang berhubungan langsung dengan rawa.
-
Semen Type III digunakan pada daerah yang bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin (winter season)
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 7
-
Semen Type IV digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang besar dan masif, umpamanya untuk pekerjaan bending, pondasi berukuran besar atau pekerjaan besar lainnya.
-
Semen Type V digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang agresif yang mengandung sulfat dalam prosentase tinggi. Persyaratan Fisika Semen Portland (Cara Pemeriksaan Semen Sesuai SII 0013-81)
NO 1
2
URAIAN
JENIS I
II
III
IV
V
10 2800
10 2800
10 2800
10 2800
10 2800
Awal, menit, minimum
45
45
45
45
45
Akhir, jam, maksimum
8
8
8
8
8
Awal, menit, minimum
60
60
60
60
60
Akhir, jam, maksimum
10
10
10
10
10
0.80
0.80
0.80
0.80
0.80
125
100
125 250
-
85
200
175
-
70
150
-
-
-
175
210
50
50
50
50
50
-
70 80
--
60 70
-
-
-
-
Kehalusan : Sisa di atas ayakan 0,09 mm, %, maksimum Dengan alat Blaine, kg/cm2, minimum Waktu Pengikatan : Dengan Alat Vicat :
Dengan Alat Gillmore :
3
Kekekalan :
- Pemuaian dalam autoclave, maksimum 4
Kekuatan Tekan - 1 hari, kg/cm2, minimum
5 6
7
1+2 hari, kg/cm2, minimum
1+6 hari, kg/cm2, minimum - 1+27 hari, kg/cm2, minimum Pengikat Semu : (False Set) Penetrasi Akhir, %, minimum Panas Hidrasi : 7 hari, cal/g, maksimum 28 hari, cal/g, maksimum Pemuaian karena sulfat 14 hari, %, maksimum
*)
0,045*)
Bila pemuaian karena sulfat disyaratkan, syarat ini berlaku sebagai ganti dari nilai batas kadar C3A dan C4AF + 2C3A, seperti yang disyaratkan di syarat kimia.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 8
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA Standar Pengujian Sifat Fisika Menurut ASTM NO 1
2 3
SIFAT FISIKA Kehalusan Butir (Fineness) : - Air Permeability - Turbidi meter - Sieving Kepadatan (density) Konsistensi (concistency)
Pengikatan (setting time) - Time of Set
- False set 5 6 7 8
C.204 C.115 C.180 (no. 100 and 200, dry) C.786 (no .50, 100, 200, wet) C.430 (no. 325, wet) C.188 C.109 C.187
- Water requirement - Konsistensi normal 4
ASTM TEST
Panas Hidrasi Perubahan Volume Kekuatan Keawetan (durability) Air content Reaksi Alkali Sulfate expansion
C.266 (Gillmore) C.191 (Vicat) C.807 (Vicat Modifikasi) C.451 C.186 C.157 C.109 C.185 C.227 (menggunakan Pyrex Glass) C.452 (untuk semen portland
Persyaratan Kimia Semen Portland (Cara Pemeriksaan Semen Sesuai SII 0013-81)/(ASTM.C-150) NO 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
URAIAN 2
MgO,%,maksimum SO3,%,maksimum C3A ≤ 8.0 % C3A > 8.0 % Hilang Pijar, % maksimum Bagian tak larut, % maksimum Alkali sbg Na2O,% maksimum*) C3S, % maksimum**) C2S, % maksimum**) C3A, % maksimum**) C3AF+2 C3A, atau C4AF+C2F,% maks**) C3S+C3A, % maksimum Note
:
+)
++)
*)
**)
I 3 5.0
JENIS II 4 5.0
III 5 5.0
IV 6 5.0
V 7 5.0
3 3.5 3 1.5 0.6 -
3 3 1.5 0.6 8 58+)
3.5 4.5 3 1.5 0.6 15 -
2.3 2.5 1.5 0.6 35 40 7 -
2.3 3 1.5 0.6 5 20++) -
Nilai ini berlaku bila disyaratkan panas hidrasi sedang bagi semen yang sedang diuji; pengujian panas hidrasi tidak diperiksa. Syarat ini tidak berlaku apabila nilai pemuaian karena sulfat yang terdapat pada syarat fisika diikutkan. Syarat ini hanya berlaku apabila digunakan dengan agregat beton yang reaktif terhadap alkali. Syarat ini apabila perbandingan antara % Al2O3 dan % Fe2O3 lebih besar dari 0.64.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 9
Komposisi dan Kehalusan Semen JENIS PC
KOMPOSISI %
ASTM I – Normal II – Moderat III – Kuat Awal IV – Panas Rendah V – Tanah Sulfat Sifat Komposisi Kimia
Note
:
C3S 50 42 60 26 40 Cepat mengeras
C2S 24 33 13 50 40 Lambat mengeras
Kehalusan Cm2/g CeA C4eF 11 8 5 13 9 8 5 12 4 9 % kecil Mengurangi lebih suhu tahan sulfat
1800 1800 2600 1900 1900 Mempercepat hydrasi dan kekuatan
Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir semen yang lewat ayakan no.200 harus lebih dari 78 %.
Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai-bagai umur NO
UMUR BETON (HARI)
3
7
14
21
28
90
36
1
Semen Portland Biasa
0,40
0,65
0,88
0,95
1,00
1,20
1,30
2
Semen Portland dgn Kekuatan Awal yg Tinggi
0,55
0,75
0,90
0,95
1,00
1,15
1,20
Jumlah Semen Minimum dan Nilai Faktor Air Semen Maksimum Jumlah semen minimum per m3 beton (kg)
URAIAN
Nilai faktor air semen maksimum
Beton didalam ruang bangunan 275
0,60
b. Keadaan keliling korosif disebabkan oleh kondensasi atau 325
0,52
a. Keadaan keliling non-korosif uap-uap korosif Beton diluar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung
325
0,60
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung
275
0,60
Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti
325
0,55
Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau air tanah
375
0,52
Air tawar
275
0,57
Air Laut
375
0,52
Beton yang masuk kedalam tanah
Beton yang kontinue berhubungan dengan air
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 10
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA
Cara Penyimpanan Semen Untuk mempertahankan mutu semen tetap baik, penyimpanan semen harus dilakukan sebagai berikut : -
Semen disimpan diruangan yang kering dan tertutup rapat.
-
Semen ditumpuk dgn jarak setinggi minimum 0,50 m dari lantai ruangan, tdk menempel / melekat pada dinding ruangan dan maksimum setinggi 10 zak semen.
-
Tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tdk terjadi perputaran udara diantaranya dan mudah untuk diperiksa.
-
Semen dari Berbagai-bagai jenis/merk harus disimpan secara terpisah sehingga tdk mungkin tertukar dengan jenis/merk lain.
-
Semen yang baru datang tidak boleh ditimbun diatas timbunan semen yang sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengirimannya.
-
Apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan 2 bulan maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut masih memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan.
-
Pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 70 0C disertai pendinginan air dan aggregat.
II.2. Air -
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas dari minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan/atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air yang dapat diminum.
-
Air harus terbukti baik dan ditunjukkan pada tabel berikut :
Jenis Pemeriksaan pH Bahan Padat Total Bahan Tersuspensi Bahan Organic Minyak Mineral Ion Sulfat (Na2SO4) Ion Chlor (NaCL)
memenuhi
Persyaratan 4,5 – 8,5 Maks 2,000 ppm Maks 2,000 ppm Maks 2,000 ppm 2 % berat semen 10,000 ppm 20,000 ppm
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 11
persyaratan
sebagaimana
Cara Pemeriksaan (MPBJ) SNI 06-2422-1991 PB 0302-76 SNI 06-2422-1991 SNI 06-2422-1991 SNI 06-2422-1991 SNI 06-2422-1991 SNI 06-2422-1991
-
Apabila pemeriksaan contoh air tidak dapat dilakukan, maka dalam adanya keragu-raguan mengenai air harus diadakan percobaan perbandingan antara kekuatan tekan mortal semen + pasir dengan memakai air itu dan dengan memakai air suling. Air tersebut dapat dipakai apabila kekuatan tekan mortel dengan memakai air itu pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90 % dari kekuatan tekan mortal dengan memakai air suling pada umur yang sama.
II.3. Aggregate Agregat beton adalah bahan berbutir seperti pasir, kerikil, batu pecah, atau slag, yang digunakan sebagai salah satu komponen bahan campuran beton semen atau mortar. Kandungan agregat dalam campurab beton biasanya cukup tinggi yaitu berkisar 60 – 70% dari berat campuran beton.Bila dilihat dari keberadaanya dalam campuran beton, agregat berfungsi sebagai pengisi. Pada dasarnya, kandungan agregat yang lebih tinggi akan menjadikan campuran beton lebih ekonomis dalam batas-batas keharusan mencapai criteria beton keras. Oleh karma itu, dengan komposisinya yang dominant seperti itu mutu agregat harus diperhatikan karna akan menetukan batas kekuatan beton serta berpengaruh terhadap durabilitas dan kinerja structural beton. Agregat untuk beton harus memenuhi persyaratan kekerasan, durabilitas, kebersihan, dan batasan jumlah kandungan partikel lonjang dan pipih serta kandungan material lain yang dapat merugiakan terhadap kekuatan, durabilitas maupun besi tulangan. II.3.1. Klasifikasi Agregat 1. Klasifikasi sumber Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan (artifical agregates). Contoh agregat yang berasal dari sumber alam adalah sumber alami dan kerikil, sedangkan conoh agregat buatan adalah agregat yang berasal dari alat pemecah batu ( stone crusher), hasil residu terak tanur tinggi ( blast furnate slag), pecahan genteng, pecahan beton, abu terbang ( fly ash). 2. Klasifikasi berat Berdasarkan beratnya, ada tiga jenis agregat yaitu agregat normal, agregat ringan, dan agregat berat.. Agregat normal bisa dihasilkan dari pemecahan batuan atau langsung dari sumber alam dan biasanya berasl dari jenis granit, basalt, kuarsa, dsb. Berat jenis rata-rata adalah 2,5 – 2,7 dan bobot isinya tidak boleh berkurang dari 1,2 kg/dm3 Agregat ringan digunakan untuk menghasilkan beton ringan dengan bermacam-macam produk seperti bahan untuk isolasi, bahan untuk pratekan, dan bahan-bahn untuk pracetak lainnya.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 12
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA Beton yang dibuat dengan agregat ringan mempunyai keunggulan sifat lebih tahan api tetapi terdapat juga kelemahan karena ukuran pori pada beton lebih besar sehingga penyerapanya juga besar. Pada pelaksanaan disarankan menggukan takaran volume. Agregat ringan digunakan dalm campuran beton harus memenuhi syarat mutu dari ASTM C_330, “ Specification For Lightweight Aggregates For Structural Concrete”. Agregat berat bisa mempunyai berat lebih besar dari 2800 kg/m3. Beton yang dibuat dengan agregat ini biasanya digunakan sebagai pelindung dari radiasi sinar-X. 3. Klasifikasi Bentuk Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut : a.
Agregat bulat Bentuk bulat terjadi karena pengikisan oleh air atau karena geseka-gesekan . Rongga udaranya minmum 33%, sehingga rasio luas permukaanya kescil. Ikatan antara agregat kurang kuat oleh karena itu beton yang terbuat dari agregat bulat kurang cocok untuk struktur yang menkankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi.
b.
Agregat Bulat Sebagian atau Tidak Teratur Bentuk tidak teratur terjadi secara alamiah. Sebagian terbentuk karena pergeseran sehinga permukaan atau sudutsudutnya berbentuk bulat. Rongga udara 35 – 38% sehingga akan membutuhkan lebih banyak pasta agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan belum cukup untuk struktur yang menekankan kekuatan atau beton mutu tinggi.
c.
Agrerat Bersudut Agregat ini mempunyai sudut-sudut yang tampak jelas yang terbentuk ditempat-tempat perpotongan bidang-bidang. Permukaan bidang kasar. Rongga udara 38 – 40% sehingga membutuhkan air lebih banyak lagi agar mudah dikerjakan. Ikatan antar Agregatnya baik yang memungkinkan pencapaian beton yang menekankan kekuatan atau beton mutu tinggi.
d.
Agregat lonjong Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari pada lebarnya & lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya. Agreat jenis ini akan berpengaruh buruk pada mutu beton
e
Agregat pipih Agregat disebut pipih jika perbandingannya tebal agregat terdapat ukuran-ukuran lebar & panjangnya. Seperti halnya agregat panjang, agreat pipih juga tidak baik untuk campuran
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 13
beton. Agregat pipih mempunyai perbandingan antara panjang & lebar dengan ketebalan 1 : 3. f.
Agregat Pipih & Lonjong Agregar jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar dari pada lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari pada tebalnya. 4. Klasifikasi Tekstur Permukaan Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar,licin,agak licin. Tetapi berdasarkan pemeriksaan Visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi sangat halus (glassy), halus,granular,kasar,berkristal,berpori, & berlubang-lubang. Permukaan yang kasar akan menghasilkan ikatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan permukaan agregat yang licin. 5. Klasifikasi Ukuran Butir Nominal Ukuran agregat berpengaruh pada kekuatan beton. Denagan menggunakan maksimum agregat yang lebih besar akan menghasilkan beton yang lebih sulit dikerjakan & kekuatannya lebih kecil dibandingkan dengan beton yang menggunakan ukuran agregat lebih kecil. Ukuran struktur beton bertulang, batasan untuk butir agregat maksimum yang digunakan adalah 40 mm (1½ “). Sebagai dasar perancangan campuran beton, untuk penentuan ukuran agregat maksimum ACI 318 memberikan batasan sebagai berikiut: a. Seperlima dari jarak terkecil antara bidang samping cetakan. b. Sepertiga dari tebal pelat. c.
Tiga perempat dari jarak bersih minuman di antara batangbatang atau berkas-berkas tulangan ataupun dari selubung (duching) tendon pratekan.
Berdasarkan ukuran butir, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: -
Agrerat kasar ialah agrerat yang sama semua butirnya tertahan diatas saringan 4,75 mm ( ASTM C33) atau 5,0 mm (BS 812).
-
Agrerat halus ialah agrerat yang semua butirnya lolos saringan 4,75 mm (ASTM C33) atau 5,90 mm (BS 812).
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 14
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA 6. Klasifikasi Gradasi Gradasi agrerat adalah distribusi ukuran agrerat. Berdasarkan gradasinya, agrerat dapat dibedakan menjadi jenis gradasi menerus (continuous grade), gradasi sela/senjang (gap grade), jenis gradasi agrerat dapat diketahui melalui pengujian analisa saringan dengan standar yang berlaku, antara lain Standar ISO, BS 812, ASTM C-33, C-136, AA. a.
Gradasi menerus Jika agrerat terdapat pada semua ukuran butirnya & terdistribusi dengan baik, maka gradasi demikian disebut gradasi menerus. Agrerat ini lebih sering dipakai dalam campuran beton. Beton yang dihasilkan akan mempunyai angka pori yang kecil kemampuan yang tinggi yang dimungkinkan oleh interlocking yang baik.
b.
Gradasi Seragam Agregat daikatakan bergradasi sela jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu agregat halus lebih sedikit akan diperoleh kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi. Gradasi ini tidak berpengaruh terhadap kekuatan beton, tetapi pada kondisi kecelakaan yang lebih tinggi cenderung menimbulkan segregasi.
c.
Gradasi Seragam Agregat ini mempunyai ukuran yang sama, terdiri dari batas yang sempit dari ukuran fraksi. Agrerat seragam biasanya dipakai untuk mengisi agrerat yang tidak memenuhi syarat. Beton yang dibuat dengan agrerat seragam biasanya jenis beton tanpa pasir.
II.3.2. Pengambilan Contoh Agrerat (sampling) Contoh bahan agrerat yang hendak diuji harus menggambarkan bahan yang sama dengan yang disimpan di tempat penimbunan agrerat atau pada kemasan yang sudah siap dikirim, serta mengambil pada saat yang bersamaan juga. Teknik atau cara pengambilan contoh bahan ujiberpengaruh besar terhadap ketelitian hasil pengujian. Dalam hal pengambilan contoh uji agrerat ada ungkapan “it is impossible to get representative sample”. Adeanyqa ungkapan tersebut berdasar pada factor-faktor terlalu sedikitnya contoh dibandingkan, ketidakseragaman mutu bahan di quarry, factor peralatan produksi, & kesalahan penanganan bahan di lapangan.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 15
1.
Frekuensi Pengambilan Contoh Frekuensi Pengambilan contoh agregat dipengaruhi oleh beberapa factor berikut: a. Keseragaman deposit b. Luas area quarry c. Frekuensi Perubahaan lokasi Pengambilan bahan di quarry d. Cara Penanganan agregat dari tempat produksi ke lokasi proyek
2.
Tempat-tempat yang memungkinkan untuk pengambilan contah a. Di tampat produksi agregat b. Di stok bahan tempat produksi agregat c. Dari kendaraan pengangkut d. Dari pemasok agregat e. Di stok bahan di lokasi proyek
3.
Jumlah Contoh Uji Untuk mendapatkan hasil pengujian agregat dengan ketelitian yang baik, dalam mengambil contoh bahan harus diperhatikan ketentuan jumlah minimum dan cara pengambilan agregat sebagai berikut : a. Bila keadaan memungkinkan, sekurang-kurangnya sepuluh bagian harus diambil dari tempat-tempat yang berlainan dari keseluruhan bahan. Seluruh bagian itu harus dipersatukan agar membentuk contoh bahan uji utama untuk dikirim ke laboratorium Jumlah yang di kirim ke laboratorium tidak boleh kurang dari yang tercantum pada table Tabel 1 Berat minimum contoh bahan uji Ukuran nominal agregat
Berat minimum dari Contoh bahan uji utama (kg)
> 28 mm
50
< 28 mm , > 5 mm
25
< 5 mm
13
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 16
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA
b. Pengambilan contoh bahan uji yang terbaik ialah dilakukan ketika agregat sedang dimuat ke dalam ata sedang dibongkar dari suatu kendaraan, maupun ketika bahan- bahan ini sedang dituang dari suatu ban berjalan. c. Perlu juga diperhatikan cara-cara penanganan yang benar dan yang salah, karena apabila contoh bahan diambil dari agregat itu salah akan berpengaruh trehadap mutu contoh uji. II.3.3. Sifat-sifat Mekanikal Agregat (mechanical properties) 1. Lekatan (bonding) Bentuk dan tekstur permukaan agregat berpengaruh terhadap kekuatan beton, terutama untuk beton dengan kekuatan tinggi.Pengaruh kuat lekat terhadap kekuatan lentur lebih besar dibandingakan dengan pengaruh terhadap kekuatan tekan. Tekstur permukaan yang lebih kasar menghasilkan lekatan yang lebih kuat antara butiran agregat dengan mortar. Bentuk partikal juga berpengaruh terhadap prosentase rongga dalam beton,terhadap workability, dan terhadap rasio luas permukaan partikel-volume. Adanya rasio luas permukaan-volume yabg tinggi akan membutuhkan air campuran yang lebih banyak untuk mencapai suatu workability tertentu. 2. Kekuatan (strength) Kekuatan agregat memberi pengaruh terhadap kekuatan beton, tetepi pengaruhnya tidak lebih besar daripada pengaruh lekatan antara pemukaan agregat dengan mortar. Nilai kekuatan agregat biasa diperoleh dari hasil pengujian kuat hancur ( crushing strength). 3. Kekuatan Tumbukan (toughness) Toughness adalah sifat ketahanan agregat terhadap tumbukan. 4. Kekerasan (hardness) Hardness adalah ketahanan agregat terhadap pengausan. Untuk boton konstruksi permukaan jalan raya dengan lalu lintas berat, sifat hardness ini menjadi sangat penting. Metode pengujian yang umum dipakai adalah metode Los Angeles./Abrasion.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 17
II.3.4. Sifat-sifat Fisik Agregat (physical properties) 1. Berat jenis (specific gravity) Berat jenis adalah rasio massa atau berat udara dari suatu volume satuan material terhadap berat air dengan volume yang sama pada suhu yang ditetapkan. Berat jenis absolut (absolute specitifc grafity) mengacu pada volume padat tidak termasuk pori-pori didalamnya.Sedangkan berat jenis apparent (apparent specific gravity) mengacu ada volume padat termasuk pori-pori didalamnya. Berat jenis SSD (saturated surpace dry) didasarkan pada kondisi material yang pori-porinya jenuh air ( saturated) tapi permukannya kering (dry). Berat, jenis apparent biasanya diperluan untuk menghitung kuantitas beton (yield), sedangkan berat jenis SSD umunya diperlukan dalam perhitungan rancangan campuran. Nilaiberat jenis agregat tidak secara langsung menggambarkan kekuatan betaon. 2. Porositas dan Resapan Porositas, permeabilitas,dan resapan agregat berpengaruh terhadap ikatan antara agregat dengan pasta semen, terhadap ketahan stabilitas kimiawi, terhadap ketahanan aus, dan terhadap nilai berat jenis. Resapan air dapat diketahui dengan cara menentukan kehilangan berat agregat kondisi SSD yang telah dikeringkan –oven selama 24 jam. 3. Kadar Air Kadar air(water content) adalah banyaknya air senilai resapan ditambah dengan air selebihnya yang terdapat pada permukaan agregat (moisture content). Kadar air dinyatakan dalam % terhadap berat kering oven. Bila rancangan campuran beton berbasis kondisi agregat SSD dan ketika dalam pelaksanaan ternyata kondisi agregatnya tidak SSD, maka untuk melakukan koreksi penakaran diperlukan nilai kadar air pada saat itu. 4. Pengembangan (bulking) Agregat Halus Untuk agregat halus,adanya moisture content akan menjadikan volume agregat lebih besar drai pada volume saat agregat dalam kondisi SSD.Hal ini disebabkan oleh terjadinya lapisan air di antara partikel-partikel agregat. Semakin halus butiran partikel agregat halus semakin besar pengembangan volume. Jika Vm adalah volume takaran agregat halus dalam kondisi agregat dalam kondisi agregat moisture content Vs adalah volume agregat dalam kondisi SSD, maka factor pengembangan agregat halus adalah Vm/Vs.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 18
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA 5. Gradasi agregat Perihal definisi dan klasisikasi agregat berdasarkan gradasi sudah dijelaskan dimuka. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah gradasi. Dalam pelaksanaan, untuk pekerjaan beton yang banyak dipakai adalah agregat normal dengan gradasi yang harus memenuhi syarat standart. Tetapi untuk keperluan khusus mungkin juga dipakai agregat ringan atau agregat berat. Gradasi agregat tidak berpengaruh secara langsung terhadap kekuatan beton, tetapi berpengaruh langsung terhadap konsistensi, keseragaman, dan pencapaian kepadatan maksimum adukan beton. 6. Analisis Saringan Analisis saringan (sieve analysis) adalah suatu proses membagi contoh (sample) agregat ke dalam fraksi-fraksi berdasarkan ukuran artikel. Analisis saringan dimaksudkan untuk menentukan gradasi atau penyebaran butir agregat. Dari hasil analisis analisis saringan juga dapat diketahui kesesuaian atau ketidak-sesuaian gradasi dengan spesifikasi. Peralatan yang dipakai dalam pekerjaan analisis saringan adalah seperangkat saringan yang mempunyai nomor-nomor saringan tertentu dan disusun secara berturut. Nomor-nomor saringan bisa menyatakan ukuran bukaan saringan (dalam inch atau dalam mm) yang dapat dilewati partikel agregat, atau dapat juga menyatakan jumlah bukaan dalam satuan luasan inch² atau mm². Contoh: Saringan 1” = luas bukaan 1 x 1 inch² Saringan No 4 = dalam 1 inch² terdapat 4 x 4 = 16 bukaan 7. Modulus Kehalusan Modulus kehalusan adalah jumlah prosentase kumulatif agregat yang tertahan diatas susunan saringan standart yaitu ASTM No. 100, 50, 30, 16, 8, 4, dst. Sampai kenomor saringan yang paling besar diatasnya. Kegunaan modulus kehalusan adalah untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat. Makin besar nilai modulus kehalusan suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya. Umumnya agregat halus mempunyai nilai modulus kehalusan sekitar 1,50-3,80 dan untuk agregat kasar 5 – 8.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 19
8. Ukuran Agregat Maksimum Besarnya ukuran agregat maksimum dapat diketahui dari hasil analisis saringan agregat, yaitu pada nomor saringan yang masih meloloskan 100% agregat sebelum nomor saringan yang diatasnya terdapat bagian agregat yang tertahan. Bila ukuran partikel agregat lebih besar, luas permukaan bidang kontak dengan pasta akan lebih kecil sehingga kebutuhan air campuran menjadi berkurang. Jadi untuk suatu workability dan jumlah semen yang telah ditetapkan, nilai factor air-semen dapat dikurangai sehingga memberi keuntungan terhadapan kekuatan. Akan tetapi, luas permukaan yang semakin kecil dapat mengurangi kekuatan letakan antara permukaan agregat dengan pasta. II.3.5. Kekekalan (soudness test) Kekekalan agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan kimia. Jika diuji dengan larutan garam sulfat, NaSO4), bagian yang hancur maksimum adalah 10% untuk agregat halus dan 12% untuk agregat kasar, sedangkan jika diuji dengan magnesium sulfat (MgSO 4) bagian yang hancur maksimum adalah 15% untuk agregat halus dan 18% untuk agregat kasar. II.3.6. Perubahan Voleme Kombinasi reaksi kimia antar semen dengan air akan mengubah kondisi beton dari plasti menjadi kering.Selain perubahan kondisi itu, juga akan terjadi perubahan volume beton yang dapat berakibat pada keretakan beton. ASTM C330 “ Specification for lightweight Aggregates for Struktural Concrete “ memberikan ketentuan batasan susut-kering beton yang menggunakan agregat ringan adalah ≤ 0, 10%. II.3.7. Karakteristik Panas Sifat utama agregat yang berkaitan dengan karakteristik panas adalah koefisien muai, panas jenis dan penghantar panas. Sifat-sifat itu akan sangat berpengaruh terhadap keawetan dan mutu beton. 1. Koefisien Muai Koifisien muai beton bertambah dengan meningkatkan sifat termal agregat yang dipakai.Jika koeifisiennya besar perubahan suhu menimbulkan perbedaan gerakan sehingga dapat melepaskan letakan antara agregat dan pasta semen. Ketika beton mengalami proses panas dan dingin atau jika terjadi kebakaran, beton akan retak bilamana koefisien muai antara agregat dan pasta semen berbeda lebih dari 5,4 x 10ˉ6. SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 20
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA Nilai koefisien mulai bergantung muai bergantung pada jenis bahan. Untuk agregat berkisar antara 5,4x10 sampai 12,6x10 per derajat celcius, sedangkan untuk pasata semen 10,8 x 10 -6 sampai 16,2 x 10-6 per derajat celcius. 2. Panas Jenis dan Penghantar Agregat Jika beton digunakan untuk pekerjaan masa atau untukpekerjaan khusus, seperti isolasi dalam bangunan pabrik, maka panas jeni perlu dihitung. II.3.8. Bahan-bahan Lain yang Merusak Hasil akhir mutu beton juga ditentukan oleh proses pengikatan pada beton serta pengerasan betonnya.Oleh karena itu harus diperhatikan keberadaan bahan-bahan yang dapat mengganggu atau merusak selain dari alkali dan sulfat. 1. Bahan Padat yang Menetap Keberadaan lempung, tanah liat, dan abu batu dalam agregat harus dibatasi kandungan maksimumnya. Bahan-bahan ini tidak dapat menyatu dengan semen sehingga menghalangi lekatan antara semen dengan agregat dan akbatnya kekuatan beton akan berkurangan. 2. Bahan-bahab Organik dan Humus Proses hidrasi dapat terganggu oleh adanya bahan-bahan organik dalam agregat. Bahan-bahan organik yang biasa dijumpai dalam agregat adalah daun-daunan yang telah membusuk,humus,asam untuk menyamak,dan lain-lain. Persyaratan Agregat untuk Beton
II.4. 1.
Persyaratan Gradasi Tabel 2. Syarat batas gradasi agregat halus menurut British Standart Lubangan saringan mm
% berat butir yang lewat saringan Inch
I
II
III
IV
10
3/8”
100
100
100
100
5,0
3/16”
90-100
90-100
90-100
95-100
2,36
No.7
60-95
75-100
85-100
95-100
1,18
No.14
30-70
55-90
75-1OO
90-100
0,6
No.25
15-34
35-59
60-79
80-100
0,3
No.52
5-20
8-30
12-40
15-50
0,15
No.100
0-10
0-10
0-10
0-15
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 21
Lubang saringan
% lolos kumulatif
Mm
Inch
9,5
3/8”
100
4,75
3/16”
95-100
2,36
No.8
80-100
1,18
No.16
50-85
0,6
No.30
25-65
0,3
No.50
10-30
0,15
No.100
2-10
Tabel 3. Syarat batas gradasi agregat halus menurut ASTM C-33
Tabel 4 Syarat batas gradasi agregat kasar Menurut British Standartd Lubang % butir lolos saringan,Besar butir saringan Maks.nominal Mn Inch 40 mm 20,0 mm 14 mm 37,5 1½ 90-100 100 20,0 ¾ 37-70 90-100 100 14,0 ½ 90-100 10,0 3/8 10-40 30-60 50-85 5,0 3/16 0-5 0-10 0-10 Tabel 5 Syarat batas gradasi agregat kasar menurut ASTM Lubang Saringan
% butir lolos saringan, besar butir maks. nominal
Mm
Inch
37,5 mm
19,0 mm
12,5 mm
50,0
2
100
-
-
38,1
1½
95-100
-
-
25,0
1
-
100
-
19,0
¾
35-70
90-100
100
12,5
½
-
-
90-100
9,5
3/8
10-30
20-55
40-70
4,75
3/16
0-5
0-10
0-15
2,36
N0. 8
-
0-5
0-5
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 22
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA
Tabel 6 Syarat batas gradasi agregat gabungan Menurut British Standart Lubang Saringan Mm 50,0 37,5 20,0 14,0 10,0 5,0 2,36 1,18 0,6 0,3 0,15
2.
% butir lolos saringan, besar butir maks nominal Inch 2 1 1/2 ¾ ½ 3/8 3/16 No7 No.14 No.25 No.52 No.100
40 mm 100 95-100 45-80 25-50 8-30 0-8
20 mm 100 95-100 35-55 10-35 0-8
10 mm
5 mm
100 9-100 30-65 20-50 15-40 10-30 5-15 0-8
70-100 15-70 5-25 3-20 0-15
Persyaratan Fisik dan Kimia Tabel 7 Persyaratan Fisik dan kimia untuk agregat No
Persyaratan Jenis Pemeriksaan & Metode Uji
Acuan Spesifikasi Agregat Halus
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Butiran lebih halus dari # 200, % maks. (SNI 03-41 42-1996) Kotoran organic, maks . (SNI 03-2816.1-1992) Berat jenis, min. (Agregat kasar:SNI 03-19691990) (Agregat halus:SNI 03-19701990) Resapan, % maks. (Agregat kasar:SNI 03-19691990) (Agregat halus:SNI 03-19701990) Berat isi, kg/dm3 min. (SNI 03-4804-1998) Gumpalan lempung, % maks. (SNI 03-4141-1996) Partikel ringan, % maks. (SNI 03-3416-1994) Butiran pipih, % maks. (SNI 03-1765-1990) Ketahanan thd.keausan, % maks. (SNI 03-2417-1991) Kekekalan agregat thd. -Na2O4 -Mg2SO4, % maks (SNI 033407-1994)
Agregat Kasar
3
1
ASTM
No.3
-
ASTM
2,5
2,5
Bina Marga
5
3
Bina Marga
1.2
1,2
Bina Marga
3
3
ASTM
1
1
ASTM
-
15
British
-
50
ASTM
10 15
18
ASTM ASTM
Secara umum pengaruh karakeristik agregat terhadap sifat-sifat beton dijelaskan dalam Tabel 8
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 23
Tabel 8 Karakteristik, Pentingnya pada beton, dan Spesifikasi yang di butuhkan Karakteristik Agregat
Makna atau Pentingnya pada Beton
Spesifikasi yang Di butuhkan
Tanah gesekan, aus dan pecah
Indikasi kualitas agregat, dalamnya pelapukan, erosi dan exposure Baja terkorosi Ketahanan (durabilitas)
Persentasi hilang maksimum
Pengotoran kimiawi (misalnya: klorida, sulfat) Stabilitas kimiawi (reaktifitas)
Persentasi pengotoran maksimum
Reaktivitas alkali
Agregat tidak boleh reaktif dengan alkali
Stabilitas fisik (kekelan bentuk,’soundness’)
Karakteristik kekuatan dan durabilitas
Bentuk agregat halus kekal
Reaksi stabilitas yang tidak umum
Kerugian pada durabilitas, reaktivitas yang tidak umum Konsistensi beton segar karakteristik kekuatan
Bila perlu
Bentuk parikel dan tekstur permukaan
Maksimum bagian yang pipih dan memanjang
Gradasi
Konsistensi beton segar karakteristik kekuatan
Berat satuan
Perhitungan perencanaan campuran
Berat jenis
Perhitungan perencanaan campuran
-
Penyerapan dan kelembaban permukaan Penyusutan agregat
Pengotoran kualitas beton
Perhitung penyerapan maksimum
Penyusutan beton
Persentasi maksimum
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 24
Persentasi maksimum dan minimum yang melalui saringan standart Berat satuan maksimum atau minimum
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA II.5. Penanganan dan Penyimpanan Agregat Agregat untuk campuran beton harus ditangani secara baik, karena agregat yang memiliki mutu bagus bisa menghasilkan beton yang tidak disebabkan oleh kesalahan penanganan agregat. Berikut ini adalah beberapa rekomendasi untuk penanganan agregat. a. Segregasi dalam agregat kasar dapat dikurangi jika agregat di pisahkan dalam ukuran-ukuran tersendiri. b. Partikel-partikel yang lebih kecil dari batas yang ditentukan untuk masingmasing ukuran harus dijaga seminimum mungkin. c. Penumpukan agregat halus dibuat dalam lapis-lapis horizontal atau dengan sudut yang lebih landai. d. Kendaraan-kendaraan seperti truk atau bulldozer tidak boleh dibiarkan lama berada di atas tumpukan agregat. e. Harus dilakukan pemeriksaan secara efektif pada tumpukan agregat di batch plant terhadap kemungkinan adanya segregasi. f. Pencampuran dua atau lebih agregat halus dengan ukuran yang berbeda harus dengan cara yang menghasilkan campuran agregat yang baik. g. Agregat harus yang basah harus diusahakan dengan cara pengeringan sampai diperoleh kondisi jenuh kering permukaan (SSD) II.6. Contoh Penggabungan Agregat a. Contoh Penggabungan Agregat Halus + Agregat Kasar dengan Cara Analitis Tabel 9 Contoh data hasil analisa saringan Saringa n (mm)
Agregat Kasar Berat tertaha n
38 19 9.6 4.8 2.4 1.2 0.6 0.3 0.15 sisa
0 0 640 270 90 0 0 0 0 0
Agregat Halus % Berat tertaha n 0 0 64 27 9
% Kumulatif tertahan
% Kumulatif lolos
Berat tertaha n
0 0 64 91 100
100 100 36 9 0
0 0 0 50 75 190 220 290 155 20
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 25
% Berat tertaha n 0 0 0 5 7,5 19 22 29 15,5 2
% Kumulatif tertahan
% Kumula tif lolos
0 0 0 5 12,5 31,5 53,5 82,5 98 100
100 100 100 95 87,5 68,5 46,5 17,5 2 0
Pada saringan no. 4.8 : Ukuran agregat maksimum adalah 19 mm Yo = ½ (30 + 48) = 39% Y1 = 95% Y2 = 9% Yo = Y1(X/100) + Y2{(100- X)/100} 39 = 95(X/100) + 9{(100-X)/100} 39 = 0,95X + 9 – 0,09X 0,86 X = 30 X = 34,88% ~ 35% Jadi proporsi agregat halus = 35% dan proporsi agregat kasar = 100 – 35 = 65%
II.7. Contoh Penggabungan Agregat Halus + Agregat Kasar dengan cara grafis Bujur Sangkar. 1). Untuk agregat halus, data % kumulatif lolos saringan diplot pada sumbu vertikal sebelah kiri (lihat angka-angka yang dicetak miring) 2). Untuk agregat kasar, data % kumulatif lolos saringan diplot pada sumbu vertikal sebelah kanan (lihat angka-angka yg dicetak miring) 3). Pada nomor saringan yang sama, angka-angka untuk agregat halus dan agregat kasar dihubugkan dengan garis lurus. 4). Nilai-nilai batas gradasi untuk masing-masing nomor saringan diplot pada garis nomor saringan yang bersangkutan (lihat angka-angka yang bergaris bawah). 5). Titik yang paling kanan dari titik-titik yang ada disebelah kiri dan titik yang paling kiri dari titik-titik yang ada disebelah kanan menjadi koridor persentase proporsi agregat halus-agregat kasar. II.8. Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah) 1.
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila butir-butir tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
2.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagianbagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 1 % maka agregat kasar tersebut harus dicuci.
3.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20t dengan mana harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 26
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA -
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 – 19 mm lebih dari 24 % berat,
-
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 – 30 mm lebih dari 22 %. Atau dengan mesin Los Angeles tidak boleh kehilangan berat lebih dari 50 %.
4. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat-syarat berikut : -
Sisa diatas ayakan 31.5 mm harus 0 % berat
-
Sisa diatas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % dan 98 % berat.
-
Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
II.9. Agregat Campuran (Agregat Halus dan Kasar) 1. Susunan butir agregat campuran untuk beton dengan mutu tinggi harus diperiksa dengan melakukan analisa ayakan. Untuk itu ditetapkan susunan ayakan dengan lubang-lubang persegi, dengan ukuran lubang dalam mm berturut-turut : 31.5 - 16,8 – 6 – 2 -1 -0.500 – 0.250 (ayakan ISO). Apabila susunan ayakan ini tidak tersedia, atas ijin Direksi dapat memakai ayakan lain dengan ukuran mendekati ukuran tersebut diatas. 2. Berikut grafik analisa campuran agregat yang sering ditemui dalam pelaksanaan di lapangan untuk membantu kita bagaimana tindakan yang harus diambil guna menyikapi hasil dari suatu campuran.
II.10. Sifat-Sifat Agregat Dalam Campuran Beton Agregat yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII 0052-80, “ Mutu dan Cara Uji Agregat Beton “ dan dalam hal-hal yang tidak termuat dalam SII.0052-80 maka agregat tersebut harus memenuhi syarat dan ketentuan yang diberikan oleh ASTM C-33-82, “ Standar Specification for Concrete Aggregat” (Ulasan PB, 1989:14) 1.
Serapan Air Serapan air dapat dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat pada kondisi jenuh permukaan kering (JPK) atau saturated surface dry (SSD), kondisi ini merupakan : (a). Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam beton, sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dari pastanya.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 27
(b).
Kadar air di lapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada kondisi kering tungku.
2. Kadar Air Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat. Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi 4 jenis : - Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair. - Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering tetapi sedikit mengandung air dalam porinya dan masih dapat menyerap air. - Jenuh Kering Permukaan atau JPK, yaitu dimana tidak ada air dipermukaan agregat, tetapi agregat tersebut masih mampu menyerap air. Pada kondisi ini, air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangi air pada campuran beton. - Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak mengandung air, sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air campuran beton. 3. Berat Jenis dan Daya Serap Agregat Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat. Berat Jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton. Hubungan antara berat jenis dengan daya serap adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat maka semakin kecil daya serap air agregat tersebut. 4. Berat Jenis dan Daya Serap Agregat - Gradasi Agregat Normal SK. SNI T-15-1990-03 memberikan syarat-syarat untuk agregat halus yang diadopsi dari British Standard di Inggris. Agregat halus dikelompokkan dalam 4 zona (daerah) seperti dalam table 4.7. tabel tersebut dijelaskan dalam gambar 4.5a. sampai 4.5.d untuk mempermudah pemahaman.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 28
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA II.11. Bahan Tambah Campuran Beton 1.
Bahan Tambah Mineral ( additive ) Bahan Tambahan mineral ini merupakan bahan tambah yang dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton. Pada saat ini bahan tambah mineral ini lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja tekan beton, sehingga bahan tambah mineral ini cenderung bersifat penyemenan. Beberapa bahan tambah mineral ini sebagai berikut : a.
Pozzollan
b.
Abu terbang batu bata (fly ash) Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) di definisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batubara atau bubuk batubara.
c.
Abu terbang batu bata (fly ash) Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) di definisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batubara atau bubuk batubara. Tabel II.4.3. Kandungan Kimia Fly Ash Senyawa Kimia Jenis F
Jenis C
Oksida Silika (SiO2) + Oksida Alumina 70.0 (Al2O3) + Oksida Besi (Fe2O3) , minimum % Trioksida Sulfur (SO3), maksimum % 5.0
50.0
Kadar Air, maksimum %
3.0
3.0
Kehilangan Panas. Maksimum %
6.0A
6.0
Note :
A
=
5.0
Penggunaan sampai dengan 12 % masih diijinkan jika ada perbaikan kinerja.
d.
Slag Definisi slag dalam ASTM. C.989. (ASTM, 1995:494) adalah produk non-metal yang merupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran yang kemudian didinginkan, misalnya dengan mencelupkannya dalam air.
e.
Silika fume Menurut ASTM C.1240,1995:637-642) adalah material pozzollan yang halus, dimana komposisi silica lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silicon atau alloy besi silicon (dikenal sebagai gabungan antara microsilika dengan silica fume).
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 29
Tabel II.4.5. Komposisi Kimia Silica fume Kimia Berat Dalam persen SiO2 (Oksida Silika)
92 – 94
Karbon
3–5
Fe2 O3 (Oksida Besi)
0.10 – 0.50
CaO
0.10 – 0.15
Al2 O3
0.20 – 0.30
MgO
0.10 – 0.20
MnO
0.008
K2O
0.10
Na2O
0.10
Fisika
Berat Dalam Persen
Berat Jenis
2.02
Rata-rata ukuran partikel, µm
0.1
Lolos ayakan no. 235 dala, %
99.00
Keasaman pHb (10%air dalam slurry)
7.3
Sumber : Yogendran, et al,. ACI Material Journal, Maret/April, 1987:125 Selain dari table 5.2. komposisi kimia dan fisika yang dibutuhkan silica fume dapat dilihat di table 1 sampai table 4 ASTM.C.1240 f.
Penghalus Gradasi (Finely divided mineral admixtures) - Berupa mineral yang dipakai untuk memperhalus perbedaanperbedaan pada campuran beton dengan memberikan ukuran yang tidak ada atau kurang dalam agregat. - Untuk menaikkan mutu dari beton yang akan dibuat. - Mengurangi permeabilitas atau expansi dan juga mengurangi biayai produksi beton.
Beberapa keuntungan penggunaan bahan mineral (Cain,1994:500-508) : - Memperbaiki kinerja workability - Mengurangi panas hidrasi - Mengurangi biaya pekerjaan beton - Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 30
ini
antara
lain
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA -
Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika Mempertinggi usia beton Mempertinggi kekuatan tekan beton Mempertinggi keawetan beton Mengurangi penyusutan Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton
II.12. Bahan Tambah Kimia Menurut standar ASTM C 494 (1995:254) dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989:29), jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi 7 (tujuh) bahan tambah kimia, antara lain : 1.
Tipe A Water Reducing Admixtures Adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
2.
Tipe B Retarding Admixtures Adalah bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton.
3.
Tipe C Accelerating Admixtures Adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan kimia antara lain : kalsium klorida, senyawa-senyawa garam seperti klorida,bromide,karbonat, silikat dan terkadang senyawa organic lainnya seperti tri-etanolamin.
4. Tipe D Water Reducing dan Retarding Admixtures - Pengurang air dan pengontrol pengering (water reducing admixture). - Menambah kekuatan beton. - mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan air. - Bahan ini berujud cair 5. Tipe E Water Reducing dan Accelerating Admixtures - Mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan mempercepat pengikatan awal. - mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan air yang artinya FAS yang digunakan tetap dengan mengurangi kadar air. – Bahan ini hamper semuanya berujud cair.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 31
6. Tipe F Water Reducing, High Range Admixtures - berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih - Jenis bahan ini dapat berupa superplasticizer. - Dosis yang disarankan adalah 1 % s/d 2 % dari berat semen (apabila berlebihan dapat menyebabkan menurunnya kekuatan tekan beton. 7. Tipe G Water Reducing, High Range Ritarding Admixtures - berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih - Menghambat pengikatan beton - Jenis bahan ini merupakan gabungan superplasticizer dengan menunda waktu pengikatan beton. - Digunakan dalam kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang mengelola beton yang disebabkan oleh keterbatasan ruang kerja. II.13. Bahan Tambah Lainnya 1. Air Entraining membentuk gelembung-gelembung udara berdiameter 1 mm atau lebih kecil di dalam beton atau mortar selama pencampuran, dengan maksud mempermudah pengerjaan beton pada saat pengecoran dan menambah ketahanan awal pada beton. 2. Beton Tanpa Slump Didefinisikan sebagai beton yang mempunyai slump sebesar 1 inch (25.4 mm) atau kurang, sesaat setelah pencampuran. 3. Polimer dapat menghasilkan kekuatan tekan beton yang tinggi sekitar 15.000 psi (1.000 psi = 6,9 MPa) atau lebih dan kekuatan belah tariknya sekitar 1.500 Psi atau lebih. 4. Bahan Pembantu Untuk Mengeraskan Beton (hardener concrete) - digunakan utk permukaan beton yang harus menanggung beban berat yang akan menimbulkan keausan pada permukaan beton - Ada dua jenis yaitu agregat beton terbuat dari bahan kimia dan agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran yang halus.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 32
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA
5. Bahan Pembantu Kedap Air (water proofing) - Untuk digunakan pada beton yang terletak di dalam air atau berada di dekat permukaan air tanah. - bahan yang mempunyai partikel-partikel halus dan gradasi yang menerus yang memungkinkan mengurangi permeabilitas air. 6. Bahan Tambah Pemberi Warna - Untuk beton yang diexpose permukaan yang memerlukan keindahan permukaan. - Pemberian warna dgn cara menaburkan pasir silica atau agregat metalik selagi permukaan beton masih dalam keadaan segar. 7. Bahan Tambah Untuk Memperkuat Ikatan Beton Lama dgn Beton Baru (Bonding Agent For Concrete) Bahan tambah ini biasanya di sebut bonding agent yang merupakan larutan polimer.
II.5.
Baja dan Batang Tulangan Pada umumnya baja tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam mutu-mutu yang tercantum pada tabel II.4.1. Tabel II.4.1. Mutu Baja Tulangan Mutu
Sebutan
Tegangan leleh karakteristik (ơau) atau tegangan karakteristik yang memberikan regangan tetap 0.2 % (ơ0.2)
U – 22
Baja Lunak
2.200
U – 24
Baja Lunak
2.400
U – 32
Baja Sedang
3.200
U – 39
Baja Keras
3.900
U - 48
Baja Keras
4.800
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 33
Baja dan batang tulangan yang biasanya dipakai dalam beton rigid ada tiga jenis yaitu tie bar, dowel dan wire mesh yang masing-masing mempunyai fungsi tulangan. Baja dan batang tulangan sebelum digunakan, harus terlebih dahulu dilakukan pengujian di laboratorium independen / yang ditunjuk oleh Direksi. Adapun prosedur untuk penggunaan material tersebut adalah sebagai berikut : -
Mengajukan material baja/besi yang digunakan minimal sebanyak 3 sampel yang disertai dengan lampiran brosur, mail certicicate.
-
Hasil pengajuan kemudian di lakukan kajian teknis oleh Direksi, kemudian dikeluarkan rekomendasi untuk dilakukan pengujian lab independen.
-
Hasil pengujian dari lab independen, dikaji Direksi dengan mengacu pada spesifikasi yang kemudian dikeluarkan surat rekomendasi penggunaan material tersebut.
-
Tetapi dalam pelaksanaan lapangan, apabila ditentukan oleh Direksi material tersebut harus secara periodik dilakukan pengujian terutama timbul keragu-raguan mengenai stok material yang ada.
Pengujian laboratorium baja dan batang tulangan dilakukan uji yang meliputi, antara lain : A. Analisa Kimia/Chemical Composition (ASTM A 751) Unsur-unsur kimia yang terkandung didalam baja tulangan sangat berpengaruh terhadap quality baja tulangan dalam komponen suatu konstruksi rigid. Didalam pengujian kimiawi, biasanya akan ditemukan komponen unsurunsur kimia dari suatu baja tulangan tetapi kadang-kadang kita tidak paham apa pengaruh unsur tersebut terhadap baja tulangan yang akan kita gunakan, untuk itu berikut beberapa unsur kimia yang sangat mempengaruhi mutu baja tulangan antara lain : 1. Karbon (C) Adalah unsure pengeras yang dominan dalam baja. Dengan meningkatkannya kadar karbon maka kekerasan dan kekuatan tarik baja akan meningkat sedangkan sifat keuletan dan mampu las baja tersebut menurun. 2. Mangan (Mn) Unsur Mn berfungsi mencegah terjadinya kerapuhan pada suhu tinggi, terutama untuk baja yang beroperasi pada suhu tinggi. 3. Silisium (Si) Unsur (Si) ini meningkatkan kekuatan tarik mengakibatkan penurunan pada sifat keuletannya.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 34
baja
tanpa
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA 4. Phospor (P) Unsur (P) jika kandungannya terlalu banyak dalam baja dapat meningkatkan kekuatan tarik dan kekerasan, tetapi keuletannya turun tajam dan bahkan dapat mengakibatkan mudah retak, dingin dan rapuh pada suhu rendah dan sensitive terhadap beban kejut. Untuk baja konstruksi kandungan Phospor dibatasi maksimum 0.05 %. 5. Sulfur (S) Unsur (S) dapat menurunkan sifat keuletan dan ketangguhan terhadap beban kejut. Untuk baja konstruksi kandungan sulfur dibatasi maksimum 0.05 %. 6. Aluminium (Al) Unsur (Al) memberikan sifat kekerasan baja menjadi meninmgkat. 7. Nikel (Ni) Unsur (Ni) meningkatkan kekuatan baja tetapi diikuti dengan penurunan sedikit keuletannya sehingga ketangguhannya meningakt terutama pada temperature rendah. 8. Crom (Cr) Unsur (Cr) meningkatkan ketahanan panas dan ketahanan aus baja. 9. Tembaga (Cu) Unsur (Cu) meningkatkan ketahanan korosi baja dan tidak mempengaruhi sifat mampu las baja. 10. Molebdenum (Mo) Unsur (Mo) memperbaiki sifat lasnya dan mencegah terbentuknya grafitisasi pada pemanasan yang cukup lama. 11. Vanadium (V) Unsur (V) meningkatkan kekuatan tarik terutama sifat hot harness baja. 12. Wolfram/Tungsten (W) Unsur (W) meningkatkan sifat keuletan, kekerasan aus baja. 13. Titanium (Ti) Merupakan elemen yang sangat keras, penstabil karbida sebagai elemen pemandu dalam stainless steel itu titanium juga berfungsi sebagai penghalus butir Kristal.
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 35
Tabel II.4.2.1. Contoh Pengujian Wire mesh M5 Unsur Nilai Kandungan Unsur (%) Fe (Fero) Rem C (Carbon) 0.18 Si (Silicon) 0.18 Mn (Mangaan) 0.63 Cr (Chromium) 0.011 Ni (Nickel) < 0.018 Mo (Molybdenum) < 0.0018 Cu (Columbium) 0.057 Al (Aluminium) 0.075 V (Vanadium) 0.0063 W 0.062 Ti (Titanium) 0.012 Nb 0.00 B (Boron) 0.0001 S (Sulfur) 0.032 P (Phosporus) 0.0012
.
Sifat Mekanis Pengujian mekanis adalah untuk mengetahui tingkat fleksibilitas suatu baja tulangan dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Pengujian ini meliputi antara lain : Kuat tarik dan Kuat Geser Las Kuat tarik dan kuat geser las harus sesuai tabel berikut : Jenis Kawat Baja Polos
Batas tarik Minimum, kgf/mm2
Kuat tarik Minimum, kgf/mm2
50
55
Kontraksi, minimum, %
Kuat tarik ≤ 70 = 30
Kuat Geser las Minimu, kgf/mm2 25
Kuat tarik > 70 = 25 Bersirip
50
55
Kuat tarik ≤ 70 = 30
20
Kuat tarik > 70 = 25
Sifat Mampu Lengkung Kawat baja jenis 1 maupun jenis 2 tidak boleh menunjukkan retak-retak pada sisi luar lengkungan setelah diuji lengkung seperti tabel dibawah : Diameter kawat, mm
Duri Pelengkung
Sudut Lengkung
≤7
½ x diameter kawat
1800
1 x diameter kawat
1800
>7
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 36
PENGETAHUAN DASAR PEKERJAAN RIGID PAVEMENT DI BANDARA
SIMPLE KNOWLEDGE OF RIGID PAVEMENT / ADJI ELEX / 2008-2013
Page 37