BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia, (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol. Komunikasi terjadi di dalam suatu matriks sosial. Situasi tempat komunikasi bermula, berkembang dan berlangsung terus menerus. Penampakan secara formal saluran komunikasi salah satunya adalah melalui wadah organisasi, yakni satu komunitas/perkumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompokkelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, atau sistem kerjasama antara dua orang atau lebih, untuk pencapaian tujuan bersama. Dalam organisasi aspek komunikasi menjadi media yang penting untuk menyatukan berbagai pandangan dalam bentuk informasi untuk mengarahkan sistem kerja organisasi. Namun, dalam praktek berorganisasi kadangkadang aspek komunikasi selalu dilihat sebagai hal yang kurang penting. Hal ini yang kemudian memberikan efek negatif bagi berjalannya roda organisasi. Dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga PMKRI Cabang Kupang, dikatakan bahwa Rapat Umum Anggota (RUA) diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) kepengurusan sebelumnya yang akan terdemisioner melalui panitia pelaksana yang dibentuk. Dalam RUA PMKRI Cabang Kupang, setidaknya ada lima agenda pokok yang dibahas di sana yakni, Penentuan Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO), Penyusunan Program Kerja Tahunan, Pembahasan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Evaluasi atau Laporan Pertanggungjawaban kepengurusan yang lama dan pemilihan
mandataris formatur atau ketua dan sekretaris presidium. Namun dari kelima agenda yang ada, sepertinya agenda pemilihan mandataris formatur menjadi lebih penting dari agendaagenda yang lainnya karena motivasi yang paling menonjol dalam RUA PMKRI Cabang Kupang semata-mata sebagai ruang untuk merebut kursi-kursi penting dalam tubu organisasi. Ini dibuktikan dengan mobilisasi-mobilisasi yang dilakukan masing-masing kubu, dimana dapat terlihat semata-mata hanya untuk memenuhi forum RUA di saat pemilihan formatur, sedangkan pada pembahasan agenda-agenda yang lain, hal ini tidak terlihat. Dari hasil pengambilan data awal, tercermin bahwa pelaksanaan RUA dalam PMKRI Cabang Kupang memiliki dinamika yang radikal dalam pengambilan keputusan terutama dalam proses pemilihan mandataris formatur atau ketua dan sekertaris presidium. Tindakantindakan anarkis seperti bentrokan fisik yang selalu mewarnai sidang pemilihan mandataris itu kadang mengakibatkan banyak anggota perhimpunan ini menjadi korban dan menuai konflik yang panjang di antara anggota. Hal ini disebabkan oleh pertarungan kubu atau blok yang sudah sekian lama terbentuk. Kubu atau blok ini terdiri dari tiga jenis ikatan yakni ikatan emosional atau pertemanan, kedaerahan dan tawaran posisi. Kubu atau blok yang terbetuk bisa berubah-ubah tergantung proses pendekatan kubu dan isu yang berkembang. Pada kasus RUA PMKRI Cabang Kupang yang ke 48 kali tanggal 7 Juli 2010 dilihat bahwa proses pelaksanaan Rapat Umum Anggota (RUA) PMKRI Cabang Kupang berlangsung dalam kondisi yang kurang kondusif. Kondisi yang kurang kondusif ini disebabkan oleh pertarungan kepentingan di antara kedua kubu untuk memperebutkan kursi kepemimpinan misalnya, forum RUA terdiri dari dua kubu atau blok yakni Kubu Flores Timur yang berkoalisi dengan Sikka, Ende, Belu dan sebagian mahasiswa TTU berhadapan dengan Kubu Bajawa, Nagakeo, Lembata, Manggarai dan sebagian mahasiswa TTU.
Selanjutnya konsolidasi dan pendekatan melalui negosiasi kedua kubu dilakukan kembali dan kedua kubu menyepakati untuk melanjutkan pelaksanaan RUA kedua, sehingga RUA kedupun dilaksanakan pada tanggal 12 September 2010 bertempat di Gedung UPTD PPO Provinsi NTT. Pada pelaksanaan RUA yang kedua peristiwa bentrokan kembali terjadi, pemicunya sama seperti pelaksanaan pada pelaksanaan RUA pertama, sehingga sekali lagi pelaksanaan RUA kali keduapun tidak menghasilkan keputusan dan proses RUA pun di pending . Didasarkan pada peristiwa pelaksanaan dua kali RUA yang gagal menghasilkan keputusan, maka badan pengurus lama, mengambil sikap tegas untuk melangsungkan RUA yang pelaksanaan di Marga PMKRI Cabang Kupang. Sikap tegas ini diambil dengan dasar pemikiran untuk menyelamatkn dan melangsungkan roda organisasi. Sikap tegas ini diambil oleh pengurus lama dengan satu tekad apapun yang akan terjadi RUA kali ketiga harus menghasilkan keputusan pemilihan dan penetapan ketua PMKRI Cabang Kupang yang baru. Maka pada tanggal 17 Januari 2011 RUAC PMKRI Kupang yang ketiga dilangsungkan, bertempat di marga PMKRI Cabang Kupang Bentrokan-bentrokan fisik yang terjadi tersebut merupakan perwujudtan dari pola komunikasi yang terbangun dalam forum RUA tidak lagi memaknai unsur kekeluargaan dan persaudaraan tetapi lebih didasarkan pada bentukan kepentingan masing-masing kubu. Kondisi ini tergambarkan lewat nada pembicaraan yang keras dan tidak saling mendengarkan/menghargai, mengulur – ngulur waktu, banyaknya interupsi/pemotongan pembicaraan, mengeluarkan kata-kata kasar, saling tunjuk dengan gerak fisik dan lain sebagainya. Di titik inilah muncul sebuah pertanyaan, bahwa mengapa tindakan-tindakan anarkis atau bentrokan antar kubu selalu menjadi klimaks dari Rapat Umum Anggota
PMKRI Cabang Kupang? Apakah ada relevansinya dengan efektivitas komunikasi yang dibangun di organisasi tersebut? Kondisi inilah yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “ Efektivitas Komunikasi Dalam Organisasi, Studi Kasus Pelaksanaan Rapat Umum Anggota (RUA) di Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang “, untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kasus tersebut dengan efektivitas komunikasi.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dan gambaran pada latar belakang masalah di atas yang dijadikan rumusan masalah yang akan dikaji dan dianalisis penulis dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas komunikasi dalam organisasi pada saat pelaksanaan Rapat Umum Anggota perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Cabang Kupang?
1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan tentang komunikasi yang efektif dalam organisasi saat Rapat Umum Anggota (RUA) di Organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesi (PMKRI) Cabang Kupang.
1.4 Kegunaan Kegunaan hasil penelitian ini dibedakan atas aspek teoritis dan praktis. Kegunaan teoritis berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan kegunaan praktis berkaitan dengan kebutuhan dari berbagai pihak yang membutuhkan. 1.4.1 Kegunaan Teoritis Dari aspek teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi akademik bagi pengembangan ilmu sosial umumnya dan ilmu komunikasi khususnya tentang efektifitas komunikasi dalam organisasi pada saat RUA 1.4.2 Kegunaan Praktis Secara praktis hasil penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkannya: Bagi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi para anggota tentang efektivitas komunikasi dalam organisasi saat pelaksanaan Rapat Umum Anggota (RUA)
1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Disadari ataupun tidak dalam kesehariannya manusia selalu melakukan komunikasi, baik komunikasi dengan diri sendiri atau pun dengan orang lain. Dengan kata lain, bahwa komunikasi merupakan sesuatu yang mutlak dalam melakukan interaksi baik dalam lingkup sosial maupun lingkup organisasi atau Komunikasi memiliki peranan yang sentral dalam melakukan aktifitas keseharian.
Karena
komunikasi adalah hal yang sudah biasa dilakukan, maka tanpa disadari sering terjadi
kesalahan-kesalahan dalam berkomunikasi. Untuk itulah diperlukannya sebuah komunikasi yang mampu membangun kerjasama antara satu orang dengan orang lain, yakni dengan berkomunikasi efektif sehingga antara individu satu dengan yang lainnya akan saling memahami, saling toleransi, saling mengisi dan saling memberi. Dengan demikian potensi dari masing-masing individu akan semakin berkembang. Redding dan Sanborn (Muhammad, 2004:65), menjelaskan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan dalam organisasi yang kompleks, yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi dari orang – orang yang sama tingkatannya dalam organisasi. Komunikasi dikatakan efektif apabila dalam suatu proses komunikasi itu, pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan, persis seperti yang dikehendaki oleh komunikator, dengan demikian dalam komunikasi itu komunikator berhasil menyampaikan pesan yang dimaksudkannya, sedang komunikan berhasil menerima dan memahaminya. Efektifnya sebuah komunikasi adalah jika pesan yang dikirim memberikan pengaruh terhadap komunikan, artinya bahwa informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik sehingga menimbulkan respon atau umpan balik dari penerimanya. Efektivitas sangat memerlukan tindakan dan ukuran untuk mencapai tujuan. Dengan demikian untuk mencapai tingkat efektivitas sangat diperlukan tindakan-tindakan yang tepat. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang komplek. Arti komplek dalam hal ini adalah mencakup hubungan
antara manusia, diantaranya hubungan atasan terhadap bawahan atau sebaliknya, penggunaan media dalam penyampaian pesan, keterampilan dalam berkomunikasi antar sesama seluruh lapisan organisasi atau komunikasi organisasi adalah merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan meaning atau arti di dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi atau secara lebih khusus tercapainya sasaran dan tujuan satu kegiatan organisasi. Dalam konteks pelaksanaan RUA komunikasi organisasi yang efektif dapat diartikan sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan antara satu sama lain secara timbal balik dalam rangka menghasilkan satu keputusan dan permufakatan atau dengan kata lain tercapainya tujuan bersama anggota organisasi dalam proses pelaksanaan Rapat Umum Anggota (RUA).
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM RUA
EFEKTIFITAS BAB Adanya kegembiraan danII semangat yang tinggi Komunikasi berjalan lancar TINJAUAN PUSTAKA Adanya desentralisasi dalam mengambil keputusan