BAB I INFERTILITAS PADA SAPI Kelainan Anatomi Faktor Fungsional Faktor Infeksi
Infertilitas pada ternak peliharaan merupakan suatu masalah ekonomi yang harus dihadapi oleh dokter hewan. Infertilitas pada sapi biasanya banyak terjadi pada sapi perah dibandingkan dengan sapi potong. Penyebab infertilitas bervariasi dan komplek. Penyebab dan sterilitas pada hewan bisa kongenital atau perolehan dengan kondisi yang sementara atau permanen. Walaupun kasusnya bersifat sementara, biasanya menyebabkan kerugian yang sangat besar karena faktor waktu dan rendahnya produksi susu. Infertilitas biasanya dianalisa berdasarkan apakah penyebabnya anatomis, fungsional atau karena sebab infeksi. Kelainan Anatomi
Infertilitas karena defek anatomis pada organ genital biasanya bersifat kongenital (anatomis) atau perolehan (patologis). Gangguan patologis anatomis yang menyebabkan kemajiran baik yang sifatnya ningan atau berat dapat disebabkan karena gangguan mekanik atau trauma, genetik atau infeksi. Sedangkan yang sifatnya congenital karena adanya gangguan pada kromosom atau kelainan outosom.
Kelainan anatomi organ genital karena kongemtal Tidak adanya ovarium Biasanya kejadiannya jarang dimana satu atau kedua ovarium tidak ada dengan gejala utama adalah anestrus.
Hipoplasia ovaria Pada kondisi ini satu atau kedua ovaria kecil, pipih, dan tidak berfungsi. Kondisi ini dengan gejala anestrus pada sapi dara. Pada yang lebih dewasa ovariumnya kecil dengan permukaan yang halus dan berkerut kadang seperti kacang polong, bulat, traktus tubular berkembang lebih baik. Pada kasus dimana sapi darn dengan irn masih sehat, sikius akan kembali normal apabila terjadi pernaikan kondisi. Pada kasus yang ekstrem mirip dengan freemartin.
Universitas Gadjah Mada
1
Interseksual / Freemartin Sapi betina yang mengalami freemartin umumnya hasil kembar dengan jantan. Lebih kasus freemartin karena kelahiran kembar jantan dan betina. Kejadian freemartin terjadi abnormalitas pada waktu perkembangan embrio atau fase organogenesis. biasanya hipoplastik, vulva ditumbuhi buludan klitoris membesar, sericik biasanya dan uterus seperti 2 kawat yang tebal. Pada pedet yang freemartin biasanya dengan klitons yang menonjol dan hilangnua bentuk vagina. Untuk sapi yang sudah biasanya ditandai dengan anestrus dan pada palpasi per rectal hanya ditemukan sisa organ betina dan organ jantan yang rudimenter.
Aplasia segemtal duktus mullen/white heifer disease Defek perkembangan dan duktus im menyebabkan anomaly pada vagina, servik dan Ovarium berkembang normal sehingga hewan menunjukkan siklus estrus yang aktivitas sekresi dan traktus genital biasa. Tetapi sekresinya akan tertimbun di tempat mana terjadi gangguan perkembangan dan traktus tubular tersebut. Kasus yang sering terjadi athlah persistensi dan hymen dengan derajat yang bervariasi. Pada biasanya sapi-sapi darn fremarti tidak bias diinseminasi buatan.
Atresia vulva Sapi yang mengalami atresia vulva mempunyai vulva yang kecil dan biasanya menyebabkan distokia.
Kelainan anatomi organ genital karena perolehan Pendarahan ovaria. Biasanya terjadi setelah mampulasi yang traumatik pada ovarium. Bekuan darah yang timbul dapat menyebabkan adhesi antara ovarium dan bursa ovana atau yang dikenal dengan istilah ovarobursal adhesion (OBA). Kejadian OBA bisa unilateral atau bilateral, komplit, atau inkomplit. Jika kejadiannya bilateral atau komplit maka akan mengganggu fertilisasi sehingga tidak terjadi kebuntingan. Kejadiannya meningkat sesuai dengan umur. Atau akibat efek sekunder dan adanya radang peritenium atau radang uterus yang puerpureal. Gejala yang tampak athlah kejadian kawin berulang.
Oophoritis Oophoritis athlah keradangan pada ovarium akibat manipulasi traumatik pada ovarium yang diikuti oleh infeksi bakteri, adanya infeksi pada oviduk/uterus, atau athnya penularan dan perimetritis. Pada palpasi per rektal, titik ada pertumbuhan folikel. Gejala yang tampak adalah anestrus. Universitas Gadjah Mada
2
Hidrosalping Ditandai dengan pengumpulan lendir dalam lumen oviduk akibat adanya sumbatan pada saluran oviduk yang disebabkan karena rathng, akibat manipulasi traumatik ovari dan irigasi uterus sehingga menyebabkan keradangan dan adhesi pada ovarium.
Ruptur perineum Akibat penanganan distokia yang kurang hati-hati juga dapat menyebabkan ruftumya dinding vagina dan rektum. Akibatnya udara dan feces masuk ke dalam traktus genital sehingga menyebabkan vaginitis dan metritis.
Tumor Tumor yang sering terjadi pada ovarium sapi adalah adanya tumor pada sd-se! granulosa. Pada tahap awal sel-sel tumor mensekresikan estrogen sehingga sapi menunjukan gejala birahi terus menerus yang akhirnya ditandai dengan anestrus. Berat tumor bisa mencapai 24 kg. Sedangkan tumor pada utrus jarang terjadi, tapi sering mengaburkan aiagnosa untuk mumifikasi fetus.
Faktor Fungsional Infertilitas karena faktor fungsional biasanya disebabkan karena adanya abnormalitas okrin (hormon). Abnormalitas im dapat disebabkan karena faktor induk, defisiensi nutrisi, garuh sosial, dan stress karena produksi susu tinggi. Gangguan karena faktor fungsional g sering ditemukan adalah anestrus (13.5%), subestrus (20.9%O), sista ovana (37,1%) anovulasi atau ovulasi tertunda (5,6%). Ditandai dengan tidak adanya aktivitas siklik dan ovana disebabkan karena ketidakcukupan produksi gonadotropin atau ovari tidak merespon terhadap hormon gonadotropin.
Trauma akibat partus Penanganan distokia yang terlalu kasar dapat menyebabkan trauma pada saluran kelahiran sehingga hewan menjadi steril. Kejadiannya sering pada sapi dara atau sapi yang sudah pernah beranak. Gejala yang utama adalah anestrus. Palpasi secara rektal menunjukan ovana yang kecil, rata, dan halus terutama pada sapi dara. Bila terjadi pertumbuhan folikel sampai diameter 1.5 cm, ovarium akan teraba kasar. Kondisi ini juga sering terjadi pada sapi dengan produksi susu tinggi (efeknya tidak lanngsung), barn pertama kali beranak (feed back negative), pada sapisapi potong yang m nyusui (energi dan berat badannya turun). Proses menyusui akan menstimulasi sekresi prolaktin dan menyebabkan anestrus. Tingginya sekresi prolaktin akan Universitas Gadjah Mada
3
menyebabkan sekresi prolaktin inhibitory factor rendah sehingga menekan sekresi GnRH dan produksi gonadotropin.
Birahi tenang (subestrus/silent heat) Sering terjadi pada sapi-sapi pasca beranak, disebabkan karena difisiensi nutrisi, 13 karotin, P, Co, Cobalt, dan berat badan yang rendah. Aktivitas ovaria normal tetapi estrus tidakjelas. Pada palpasi rektal biasanya teraba adanya aktifitas ovaria.
Sista ovana Ovaria dikatakan sistik bila mengandung satu atau dua struktur yang berisi cairan dan lebih besar dibandingkan dengan folikel yang masak yang lebih dikenal dengan sista folikuler. Sista ini mempunyai diameter di atas 2,5 cm, ada lebih dari 10 hari, sifatnya anovulatorik dan bila ditekan ada fluktuasi (karena dindingnya tipis). Predisposis sista folikuler ini adalah genetic, produksi susu tinggi, problem social dimana jumlah populasi nesar dalam 1 kelompok, dan diet. Penyebab karena kegagalan ovulasi dan abnormalitas endokrin yaitu karena rendahnya LH. Bentuk lain dan sista ovaria adalah sista luteal dan sista korpora lutea.
Ovulasi tertunda dan anovulation Ovulasi pada sapi normalnya terjadi sekitar 10 - 12 jam setelah onset estrus. Adanya gangguan ovulasi dapat menyebabkan kegagalan fertilisasi dan kebuntingan. Pada kasus ovulasi tertunda, ovulasi biasanya terjadi 24 jam setelah onset estrus. Pada kasus tidak adanya ovulasi, estrus biasanya tampak tetapi folikel mengalami regresi atau atresia. Kondisi ini sering terjadi pada sapi-sapi pasca beranak, dimana biasanya estrus sulit teramati walaupun aktivitas ovana normal. Kadang-kadang folikel titik mengalami regresi dan mencapai ukuran 2 - 2.5 cm tetapi dindingnya mengalami luteinasi sehingga struktrumya mirip korpus luteum. Pemeriksaan secara rectal, ovarium akan teraba bulat, tidak ada fluktuasi dengan korpus luteum yang solid.
Faktor Infeksi Adanya infeksi pada saluran reproduksi akan mempengaruhi lingkungan uterus yang sering menyebabkan gangguan transport sperma, kematian sperma, gangguan konsepsi, kematian fetus dan embrio, stillbirth, dan pedet lahir lemah. Ada 2 bentuk infeksi yang menyebabkan infetilitas yaitu infeksi nos spesifik dan infeksi spesifik.
Universitas Gadjah Mada
4
Infeksi non spesifik Pada
dasarnya
saluran
reproduksi
mempunyai
system
pertahan
terhadap
mikroorganisme yaitu dengan pertahan fisik dengan cara keerja dan otot spingter vulva dan servik atau dengan pertahanan alami dimana mekanisme jaringan dipengaruhi oleh sistim endokrin (efektif pada fase estrogen). Apabila mikroorganisme masuk pada saat kopulasi, TB, partus, atau pasca partus, pertahan fisik menjadi tidak bennanfaat. Kegagalan mekanisme pertahanan alami dapat disebabkan karena adanya retensi plasenta, distokia, dan penyakit metabolic. Adanya kelukaan pada jaringan akan mengurangi resistensi dan kadang-kadang mengakibatkan metritis puerpureal.
Metritis puerpueral Metritis atau peradangan seluruh uterus meliputi semua lapisan dinding uterus. Kondisi ini erat aitannya dengan inersia utenn, retensi plasenta dan biasanya berkembang dalam waktu beberapa han sampai minggu setelah beranak. Metritis umumnya disertai dengan septisemia berat atau toksemia (metntis septika).
Endometritis Endometritis adalah infeksi endometrium dan merupakan peradangan endometnum yang paling ringan. Endometeritis dapat merupakan lesi primer atau bisa berkembang secara cepat menjadi peradangan uterus yang berat. Uterus biasanya terkontaminasi mikroorganisme selama masa puerpureum atau masa nifas. Bakteria akan disingkirkan dan lumen uterus selama minggu-minggu pertama paska beranak oleh proses fagositosis yang prosesnya dipacu oleh estrogen dan dihambat oleh progesteron. Endometritis dapat menurunkan kesuburan dan sapi, interval beranaknya panjang, dan servis per konsepsinya naik.
Piometra Piometra pada sapi didefinisikan sebagai pengumpulan eksudat purulen dalam lumen uterus dan adanya korpus luteum persisiten pada salah satu ovanumnya. Adanya eksudat dalam lumen uterus mungkin menyebabkan penghambatan sekresi prostaglandin dan endometnum. Karena pengaruh progesterone yang cukup lama aktivitas fagositik netrofil uterus akan ditekan sehingga infeksi bertahan di dalam uterus.
Perimetritis Perimetritis adalah keradangan pada uterus dan jaringan penggantung uterus, biasannya disertai peritonitis lokal maupun difus yang disertai dengan adhesi antara uterus
Universitas Gadjah Mada
5
dan ligamenta lata atau organ abdomen lainnya. Perimetritis dapat merupakan lanjutan dan metritis herat, ruftur uterus, perforasi vagina oleh penis pejantamn maupun operasi sesar.
Servisitis dan vaginitis Servisitis adalah keradangan paada servik, sedangkan vaginitis adalah keradangan pada vagina. Biasanya merupakan kelanjutan dan metritis dan pneumovagina atau dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau fetotomi.
Infeksi spesifik Problem utama sistim reproduksi adalah adanya orgamsme patogen yuang spesifik yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi. Agen spesifik yang dapat menyebabkan infertilitas pada sapi diantaranya adalah brucellosis, vibriosis, IBR-IPV, BVD, leptospirosis dll.
Brucellosis Brucellosis pada sapi telah menyebar dan bersifat zoonosis. Kontrol aktif dapat dilakukan dengan uji brucella, pemotongan dan vaksinasi pada sapi dara. Brucellosis menyababkan 80& abortus pada pertengahan kebuntingan sampai akhir kebuntingan (7- 9 bulan) pada sapi yang tidak divaksin. Organisme masuk lewat membrane mukosa, ambing, nodus limpatikus dan uterus, menyebabkan plasentitis yang akut atau kronis diikuti dengan abortus atau stillbirth dalam waktu 2 minggu sampai 5 bulan setelah infeksi. Kotiledon yang terinfeksi mungkin normal sampai nekrotik, merah atau kuning, dan di sekitar interkotiledon mengalami penebalan. Fetus mungkin normal atau nekrotik dengan bronchopneumonia. Diagnosisnya dengan uji seroligik dan induk dan FAT dan plasenta dan fetus. Isolasi bakteri bias dan plasenta, fetus dan leleran vagina.
Vibriosis atau Campylobacteriosis Penyebabnya adalah vibrio fetus veneralis atau Campylobacterfoetus veneralis. Agen ini dapat menyebabkan infertilitas dengan menyerang plasenta dan fetus dan menyebabkan abortus sporadic pada kebintingan 5 - 8 bulan pada sapi. Penyebarannya lewat ingesti kemudian masuk ke dalam darah sehingga menyebabkan plasentitis dengan kotiledon hemoragik dan sekitar kotiledon mengalami udema. Diagnosanya dengan mengisolasi agen dan isi lambung dan paru fetus, cairan amnion dan leleran vagina. Pengandaliannya dengan cara lB dengan semen yang tithk terkontaminasi, istirahat kelamin selama 3 bulan pada hewan yang terserang, dan dengan vaksinasi dengan bakterin 30 - 90 hari sebelum dikawinkan atau setiap tahun.
Universitas Gadjah Mada
6
Infectious bovine rhinotracheitis (IBR bovine herves virus 1) Adalah penyebab abortus paling utama pada sapi, dimana kejadian abortus sekitar 50 - 60 % pada sapi yang tidak divaksinasi. Penyebaran virus ini melalui darah menuju plasenta. Plasentitis terjadi 3 minggu - 4 bulan setalah infeksi, kemudian menginfeksi fetus dan menyebabkan kematian pada fetus dalam waktu 24 jam. Kejadian abortus bias setiap saat tetapi umumnya terjadi mulai umur 4 bulan kebuntingan. Gejala yang tampak adalah adanya lesi diffuse pada plasenta, kotiledon terlihat nekrotik dan udema, serta interkotiledon berwarna kuning. Fetus mengalami autolisis dengan adanya cairan pada rongga tubuh, adanya foci nekrotik multifokal kecil di hati dan organ lainnya. Isolasi agen bisa dan plasenta, hati. Ginjal, paru dan serum induk. Kontrolnya dengan vaksinasi intranasal modifikasi virus hidup dengan virus yang dibunuh.
Bovine virus diarrhea mucosal disease (BVD-MD) Bila menyerang sapi bunting dapat menyebabkan abortus path usia kebuntingan 2-9 bulan dan sangat menular. Penularan dapat lewat oral atau parental, urin atau feces. Infeksi path fetus antara han ke 55 dan 125 kebuntingan dan mungkin menyebabkan kematian fetus, resorbsi, fetal imunotoleran, dan infeksi persisten. Gejala yang tampak adalah demam yang tinggi, dpresi, anoreksia, diare, dan produksi susu turun, serta adanya lesi pada mukosa mulut dan pada system penceranaa. Kawin berulang juga sering ditemukan. Diagnosanya sulit karena tidak athnya lesi yang spesifik path fetus. Uji serologis untuk menentukan titer antibody mungkin dapat membantu diagnosa. Pencegahamiya dengan mengisoalasi sapi terinfeksi dan vaksinasi.
Leptospirosis Penyebabnya adalah L. Pomona, L. Hardjo, L. gripothyphosa, dan L. conicola yang menyebabkan abortus pada trimester terakhir kebuntingan, setelah 2 - 6 minggi induk terinfeksi. Kejadain abortus sekitar 4 - 40% atau lebih. Leptospira menyebabkan plasentitis yang diffuse, terang, kotiledon kelihatan udema,serta interkotiledon berwarna kuning. Fetus biasanya mati 1 - 2 hari sebelum dikeluarkan dan mengalami autolisis. Tidak ada lesi spesifik. Kontrol dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan menyingkinikan sumber infeksi seprti pakan atau air tang terkontaminasi dan anjing atau tikus). Leptospirosis bersifat zoonosis. Urin dan air susu dan induk yang teninfeksi bersifat infektif sampai lebih dan 3 bulan.
Universitas Gadjah Mada
7
Trikomoniasis Adalah penyakit kelamin menular path sapi yang ditandai dengan penurunan kesuburan, abortus dini, dan piometra. Penyebabnya Tritnchornonas fetus. Abortus biaasanya terjadi pada tri mester pentama atau pada usia 4 bulan kebuntingan. Gejala lainnya
yang spesifik adalah meningkatnya kasus kemajiran, servis per konsepsi yang
tinggi, angka kebuntingan yang rendah, adanya leleran mukopurulen dan vulva, dan piometra. Penularannya dapat lewat perkawinan alam atau 113. diagnosanya dengan mengisoalso mikroorganisme dan cairan ammon atau allantois yang diabortuskan, cairan vagina, cairan mukopurulen. Pengendaliannya dengan TB dan pejantan yang sehat.
Latihan I: 1. Sebutkan penyebab infertilitas pada sapi 2. Jelaskan tentang kista ovaria 3. Jelaskan tentang birahi tenang (subestrus/silent heat)
Universitas Gadjah Mada
8