BAB I Pendahuluan
I.1 Latar belakang Meningkatnya kegemaran masyarakat terhadap es krim di Indonesia menuntut produsen es krim untuk menghasilkan es krim dengan kualitas yang terjaga, agar dapat dikonsumsi dengan aman oleh masyarakat. Es krim merupakan makanan yang menggunakan produk olahan susu (dairy product), lemak teremulsi, gula, stabilizer (biasanya gelatin), dan emulsifier sebagai bahan dasar pembuatannya. Penambahan zat aditif baik perasa pewarna, coklat, kacang, dan toping lainnya dilakukan untuk menambah cita rasa pada produk akhir es krim (Cobb, 1985). Good Manufacturing Practices (GMP) merupakan salah satu faktor untuk memenuhi persyaratan produk yang bermutu, aman dikonsumsi agar dihasilkan produk yang sesuai selera konsumen. GMP merupakan pedoman tentang caracara produksi suatu produk yang baik pada seluruh rantai produksi mulai dari persiapan material sampai konsumen akhir yang menekankan pengawasan higienitas pada setiap tahap dalam produksi dan menyarankan pendekatan HACCP (Hazard Analysis on Critical Control Point) yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan produk (Mortimore, 1994). Proses penjaminan mutu (Quality Control) sangat diperlukan dalam industri makanan karena produk tersebut akan dikonsumsi oleh manusia yang kemudian komponen nutrisi di dalamnya akan diserap dan digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Proses ini meliputi penjaminan untuk bahan dasar, proses produksi, barang jadi, dan proses pengemasan. Hal ini dilakukan agar kualitas mutu produk tetap terjamin demi kepuasan konsumen dan peningkatan tingkat penjualan. Berdasarkan hal – hal tersebut, kerja praktek kali ini difokuskan pada validasi proses produksi produk es krim di PT. Unilever Indonesia, Tbk. Cikarang, JABABEKA. Khususnya pada pengamatan periode waktu simpan mix
1
es krim pada suhu (5,10, dan 15oC), validasi cleaning di area aging, dan verifikasi pembersihan line produksi mesin benhill.
I.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai selama pelaksanaan kerja praktek ini adalah: 1. Mengetahui periode simpan mix es krim yang diinkubasi pada suhu (5,10, dan 15oC). 2. Validasi cleaning pada tangki aging di ruang aging mix es krim 3. Verifikasi higien pada area produksi line benhill
I.3 Waktu dan Tempat Kerja Praktek Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan dengan bimbingan dari Quality Control Manager Assistant
Ice Cream Factory Unilever-Cikarang, Ibu Sri
Pudjawati dan analis mikrobiologi, Bapak Yusman, Bapak Nuzul, dan Bapak Sulaiman. Kerja Praktek dilakukan selama dua bulan dimulai pada tanggal 1 Juni 2010 sampai dengan 31 Juli 2010. Berlokasi di Ice cream Factory PT. Unilever Indonesia, Tbk. Cikarang JABABEKA. Kegitan harian dilaksanakan setiap hari Senin – Jumat pukul 07.30 – 15.00 dan pada hari sabtu pukul 07.30 – 13.00.
2
BAB II PROFIL PT UNILEVER CIKARANG JABABEKA INDONESIA, Tbk.
2. 1 Sejarah Berdirinya Unilever Pada tahun 1885 di Inggris, William Hasketh Lever dan saudaranya, James Darcy Lever, mendirikan perusahaan sabun yang bernama Lever Brothers. Perusahaan ini memproduksi sabun cuci dengan merk Sunlight. Dengan teknik pemasaran yang baik, perusahaan ini terus berkembang dan mulai memproduksi sabun dengan merk Lux dan Lifebuoy. Pada tahun 1927 di Belanda, terdapat perusahaan milik keluarga Anton Jurgens yang telah berdiri sejak tahun 1868, dan memproduksi margarin. Perusahaan ini kemudian bergabung dengan perusahaan margarin milik keluarga Van den Bergh dan menamakannya „Margarine Unie‟. Cabang perusahaan di Inggris dinamakan Margarine Union. Lever Brothers dan „Margarine Unie‟ memperluas usahanya di daratan Eropa. Keduanya membuat produk untuk konsumen dalam jumlah besar, memiliki jalur distribusi yang luas dan menggunakan bahan baku yang sama. Pada tanggal 1 Januari 1930, perusahaan margarin tersebut bergabung dengan perusahaan Lever Brothers. Setelah bergabung, perusahaan tersebut berganti nama menjadi Unilever. Berawal dari penggabungan tersebut, Unilever berkembang menjadi perusahaan raksasa di dunia dengan 2 induk pimpinan, yaitu: Unilever Ltd (pusat di London) dan NV Unilever (pusat di Rotterdam). (Sumber: data profil PT. Unilever Indonesia, Tbk.)
2. 2 Logo Perusahaan Logo PT. Unilever Indonesia, Tbk. dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Logo PT. Unilever Indonesia, Tbk.
3
2. 3 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan VISI • Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi pelanggan. • Menjadi yang terdekat di pasar bagi pelanggan dan pemasok. • Menghilangkan kegiatan yang tidak bernilai tambah dari segala proses. • Meningkatkan kepuasan kerja segala pihak. • Bertujuan meningkatkan target bagi pertumbuhan yang menguntungkan dan sukses dalam meberi imbalan di atas rata-rata bagi karyawan dan pemegang saham. • Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan lingkungan hidup. MISI Untuk menjadi pilihan pertama dari pelanggan, konsumen dan masyarakat
TUJUAN Tujuan mendirikan Unilever adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari setiap anggota masyarakat dimanapun mereka berada, mengantisipasi aspirasi
2. 4 Lokasi dan Tata Letak Perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk. memiliki kantor pusat yang terletak di Gedung Graha Unilever, Jl. Gatot Subroto Kavling 15, Jakarta Selatan, serta dua lokasi pabrik utama yang bertempat di Kawasan Industri Jababeka Cikarang dan Rungkut Surabaya. Pabrik Unilever di Rungkut Surabaya adalah Pabrik Elida Gibbs yang memproduksi bahan parfum dan sabun batang, sedangkan Pabrik Unilever di Kawasan Industri Jababeka Cikarang terletak di tiga lokasi. Ketiga plant pabrik tersebut di antaranya yaitu Food Factory yaitu pabrik yang memproduksi makanan penyedap rasa, minuman serbuk serta pabrik es krim Walls terletak di Jl. Jababeka IX Blok D No.1-29; NSD (Non Soap Detergent) and HPC Liquid Factory yang memproduksi detergen dalam bentuk serbuk terletak di Jl. Jababeka Raya Blok O; dan Skin Care Factory yang memproduksi produk perawatan kulit dan sabun cair terletak di Jl. Jababeka Raya Blok U No. 14 – 16. Perusahaan ini terbagi menjadi empat divisi besar, yaitu: 4
1) Divisi Es Krim Pabrik ini berdiri pada tahun 1992 dengan produk tunggalnya berlabel “Walls”. Divisi ini berlokasi tepat di sebelah pabrik TBB - SCC & C, Jababeka, Cikarang. Salah satu produk Walls yang mencapai pasar internasional yaitu Magnum Almond yang saat ini sudah mencapai pasaran Australia.
2) Divisi Home Appliances Pabrik ini berlokasi di Jababeka, Cikarang Blok O. Pabrik ini dikategorikan sebagai pabrik NSD (Non Soap Detergent). Sampai sekarang detergen merupakan produk terbesar perusahaan dan telah membuktikan volume penjualan yang meyakinkan. Di tahun 1970-an divisi NSD ini melipatgandakan volume penjualannya dan sampai saat ini sabun pencuci pertama di Indonesia yang menggunakan bahan NSD ini telah berhasil menjadi nomor satu di pasaran, yaitu Rinso. Kapasitasproduksi pabrik NSD dengan produk Surf dan Rinso saat ini mencapai 3000 ton/ minggu. Disamping produk utama tersebut, terdapat produk-produk lain yang juga di produksi Unilever di luar pabrik NSD, Cikarang, seperti Molto, Super Pel, Trika, Refresh, Sunlight, dan produk detergen seperti OMO Biru, Super Busa, Vim, Comfort, Demon Pine, Nobla, dll. 3) Divisi Personal Care Pabrik ini terletak di Kawasan Industri Rungkut, Surabaya. Pada awal pengakuisisian
pabrik
Dralle
di
Surabaya,
Colibri,
perusahaan
hanya
memproduksi pasta gigi dengan merk “Pepsodent” dan tidak berminat untuk meluaskan usahanya dengan memproduksi produk-produk toilet. Selain karena perusahaan tidak memiliki pengalaman cukup untuk usaha – usaha itu, bahan baku juga sulit dan konsumen saat itu lebih suka pada produk – produk impor dari Inggris. Setelah tahun 1977, kemampuan daya beli masyarakat meningkat dan perusahaan melihat bahwa produk yang saat itu masih dianggap semi-mewah,
5
seperti produk-produk kecantikan dan shampo dapat terjangkau oleh kemampuan masyarakat. Pada Maret 2008, sebagian produksi di pabrik ini dipindahkan ke Cikarang sehingga produk yang masih diproduksi di pabrik Rungkut Surabaya ini khusus untuk produk parfum dan sabun batang. Berbagai jenis produk yang diproduksi antara lain pasta gigi (Pepsodent dan Close Up), sabun mandi batang (Lux dan Lifebuoy), Shampo (Sunsilk, Clear, Brisk), Parfum (AXE), serta rangkaian produk perawatan bayi (Cuddle). Sedangkan pabrik Personal Care yang berada di Cikarang dikhususkan untuk produk perawatan kulit yaitu face care, body care, dan PW liquid yang mengeluarkan merek dagang seperti Ponds, Citra, Vaseline, Dove, Lux, dan Lifebuoy. Didirikannya pabrik ini di Cikarang, selain dikarenakan permintaan pasar yang semakin meningkat, ditujukan juga untuk memperluas pangsa pasar perdagangan ekspor ke luar negeri seperti Malaysia, Philippine, Singapore, Thailand, Gulf, Pakistan, South Africa, Arabian, India, dan Vietnam. 4). Divisi Food Divisi Food seperti yang telah dijelaskan bertempat di Kawasan Industri Jababeka Cikarang ini terbagi menjadi dua divisi utama yaitu:
a. Divisi SCC & C (Spread Cooking Category & Culinary) Dimulai dari tahun 1937, perusahaan ini mulai memproduksi margarin dengan merk Blue Band dan memutuskan untuk menjadikannya sebagai produk margarin nomor satu. Sejak itulah merk tersebut merupakan awal dari usaha perusahaan memproduksi produk makanan. Bagian divisi ini memproduksi produk-produk yang dapat dikonsumsi langsung dan juga sebagai bahan dasar penunjang masakan, seperti Royco, Knorr, Kecap Bango, Mie & Mie, Minyak Samin, Frytol, Lipton Ice Tea, Master Cake Margarine, Vitello, Croma Korst, Croma Biscuit, Croma Cake, Croma Cromix, Snow White, dll. Selain untuk dikonsumsi rumah tangga, Unilever juga memproduksi produkproduk untuk kalangan industri dan usaha. Salah satu contohnya Chicken Powder untuk Mc Donald dan Kentucky Fried Chicken, serta Blue Band kemasan kardus.
6
Pabrik SCC & C ini merupakan pabrik dengan variasi produk yang paling banyak jika dibandingkan dengan pabrik – pabrik Unilever lainnya.
b. Divisi TBB (Tea Bag & Beverage) Divisi ini memproduksi bermacam teh dalam berbagai kemasan. Dengan bahan baku dasar daun teh, sebagai contoh Sari Wangi, Lipton, Bussel, Choysa dan Lan-Cho.
2. 6 Struktur Organisasi Divisi Kantor pusat (Head Office) di Jakarta yang juga merupakan pusat perencanaan dan pemasaran produk-produk Unilever Indonesia menggunakan sistem organisasi garis lurus yang dikepalai oleh seorang pemimpin tertinggi yaitu Direktur Utama. Khusus untuk pabrik Unilever, pimpinan dipegang oleh seorang General Works Manager yang mempunyai tugas: a. Memimpin dan membina hubungan dengan pegawai. b. Menetapkan kebijakan-kebijakan perusahaan. c. Mengkoordinir semua kegiatan produksi agar mencapai hasil yang maksimal. Dalam menjalankan tugasnya, General Works Manager membawahi 7 orang manajer, yaitu Manajer Teknik (Technical Manager) bertugas dan bertanggungjawab atas pengelolaan, lay out dan kinerja pabrik; Manajer Personalia (Works Personel Manager) bertugas dan bertanggungjawab dalam bagian administrasi kepegawaian, urusan rumah tangga, keuangan, pengadaan Sumber Daya Manusia; Kepala Teknik (Chief Engineer) bertugas dan bertanggungjawab Pengembangan
atas
Senior
bertanggungjawab
atas
pemeliharaan (Senior
dan
perbaikan
Development
pengembangan
proyek;
Manager)
perusahaan;
Manajer
bertugas
Manajer
dan
Pengepakan
(Packaging Manager) bertugas dan bertanggungjawab dalam kelancaran dan efisiensi proses pengepakan; Manajer kualitas (Quality Manager) bertugas dan bertanggungjawab dalam pengawasan dan pengendalian mutu berdasar analisis dan penelitian laboratorium, keadaan bahan baku, pengendalian proses dan keadaan produk jadi; Manajer Perencanaan (IED/ Planning Manager) bertugas
7
dan bertanggungjawab dalam perencanaan program-program dalam usaha pengembangan perusahaan; sedangkan untuk bagian engineering dipimpin oleh seorang Plant Engineering yang bertugas di bawah Technical Manager. Bagian engineering dibagi dalam dua divisi yaitu elektronik dan mekanik.
2.7 Ketenagakerjaan Ada dua jenis tenaga kerja PT Unilever Indonesia Tbk. Cikarang yaitu staf dan non staf. Staf terdiri dari kepala pabrik hingga kepala bagian, yaitu bagian yang menjalankan manajemen perusahaan dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan. Non staf terdiri dari karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan tetap terdiri dari tiga golongan berdasarkan tanggungjawabnya, yaitu :
Golongan A : kelas 3-6, terdiri dari operator, packer dan gluer
Golongan B : kelas 7-9, terdiri dari fitter, supir dan mandor
Golongan C : kelas 10-16, terdiri dari supervisor, sekretaris, analis kualitas, dan karyawan administrasi Karyawan kontrak adalah karyawan dari berbagai perusahaan tenaga kerja
yang bekerjasama dengan PT Unilever Indonesia Tbk. Bagian produksi beroperasi selama 24 jam sehari selama enam hari dalam seminggu. Dalam sehari ada tiga sistem shift yang berlaku, yaitu :
Dinas pagi : pkl 6.00 – 14.00 dengan jam istirahat pkl 09.30 – 10.00
Dinas siang : pkl 14.00 – 22.00 dengan jam istirahat pkl 17.30 – 18.00
Dinas malam : pkl 22.00 – 6.00 dengan jam istirahat pkl 2.00 – 2.30 Jam kerja untuk dinas normal adalah pkl 7.30 – 15.00 untuk hari Senin
hingga Jumat sedangkan untuk hari Sabtu jam kerja dimulai pkl 7.30 – 12.30 dengan waktu istirahat yang sama.
8
BAB III Pelaksanaan Kerja Praktek
3.1 Deskripsi aktivitas Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang, tugas kerja praktek kali ini melakukan pengamatan dan evaluasi proses terhadap persyaratan Ice
Cream
Good
manufacturing
Practice
(IC-GMP)
dimana
proses
pelaksanaannya mencakup: 1.
Pengamatan periode inkubasi mix eskrim pada suhu (5, 10, dan 15 oC), dengan
tujuan
mengenumerasi
jumlah
mikroba
setelah
proses
pasteurisasi hingga mencapai 1000 cfu pada suhu inkubasi (5,10,dan 15oC). 2.
Validasi proses pembersihan (cleaning) tangki aging pada ruang aging .
3.
Hygiene verification, pada ruang produksi mesin Benhill. Prosedur kegiatan yang dilakukan berdasarkan pada studi literatur dan
pedoman yang terdapat pada Unilever Method of Analysis (UMA). Berikut merupakan diagram alir kerja praktek
Factory Induction
Pengamatan lapangan
Pengambilan sampel
Analisis aspek kontaminasi
Hasil pengamatan
Uji kontaminasi (pengamatan lab)
Gambar 3.1 Diagram alir kerja praktek
9
Pengerjaan kerja praktek selama dua bulan ketika pengerjaan kerja praktek dengan rincian jadwal kerja (timeline) sebagai berikut: NO Deskripsi kerja
JUNI 1
1.
JULI 2
3
4
1
2
Induction dan pengenalan lingkungan kerja Unilever Ice cream Factory
2.
Studi literature dan penentuan metode kerja pengamatan
3.
Pengambilan sampel mix
4.
Analisa mikrobiologi sampel mix
5.
Analisis data dan hasil pengamatan
6.
Validasi
cleaning
(analisa
mikrobiologi) 7.
Analisis data dan hasil pengamatan validasi cleaning
7.
Hygiene
verification
(analisa
mikrobiologi) 8.
Analisis data dan hasil pengamatan Hygiene verification
Tabel 3.1 Timeline kerja praktek
3.1.1 Factory Induction Pengenalan pabrik dilakukan untuk melihat gambaran umum dari skematisasi proses produksi di Pabrik es krim Unilever Cikarang sehingga dapat ditentukan area pengamatan dan pengambilan sampel.
10
3
4
3.1.2 Penentuan metode kerja pengamatan
3.1.2.1 Metode penelitian penentuan periode simpan mix es krim pada suhu rendah Diberikan tugas penelitian untuk mencari tahu periode penyimpanan mix es krim pada suhu (5,10, dan 15oC). Perancangan metode kerja berpatokan pada batas bawah kontaminasi mikroba (TVC) pada mix es krim menurut EU Comitee sebanyak 1000 cfu (Richard, 2005). Mix es krim yang telah mencapai 1000 cfu, dicatat periode penyimpanannya untuk masing – masih suhu inkubasi. 3.1.2.2 Metode validasi cleaning pada tangki aging Metode validasi cleaning pada tangki aging di ruang aging 2 melaluli proses swab sesuai dengan metode UMA 0362 (Microbiological examination of surface contamination). Swab dilakukan pada dinding tangki aging dan dilanjutkan dengan platting dari hasil swab. 3.1.2.3 Metode verifikasi higien pada mesin benhill Metode verifikasi higien dilakukan pada mesin benhill yang terdapat di ruang produksi. Teknik swab yang digunakan sesuai dengan metode UMA 0362 (Microbiological examination of surface contamination). Selanjutnya dilakukan platting dari hasil swab untuk menumbuhkan mikroba yang telah disampling.
3.1.3 Pengambilan sampel 3.1.3.1 Pengambilan sampel penentuan periode simpan mix es krim pada suhu rendah Pengambilan sampel mix meggunakan gayung panjang yang sebelumnya telah disterilisasi menggunakan Nobla dan spektrum untuk mereduksi kontaminasi yang terdapat pada gayung (Hollbrock, 2000). Mix es krim ditempatkan pada wadah container steril yang dapat menyimpan mix dalam wadah yang bebas dari mikroba kontaminan. Selanjutnya mix dipisahkan untuk proses inkubasi pada suhu (5, 10, dan 15oC).
11
3.1.3.2 Pengambilan sampel validasi cleaning pada tangki aging Pengambilan sampel pada proses validasi cleaning dan verifikasi higien dilakukan berdasarkan metode UMA 0362, dengan menggunakan cotton swab steril yang sebelumnya telah dicelupkan pada diluent steril. Diluent steril yang berfungsi melembabkan dan menempelkan mikroba yang terpadapat pada permukaan alat. Pengambilan titik sampel pada tangki aging dilakukan dengan cara melakukan gerakan zigzag sambil memutar alat swab sebesar 9x9 cm2. (Hollbrock, 2000)
Spray ball
Titikswab VS 1540
Gambar 3.2 Proses swab
Gambar 3.3 Pengambilan titik swab
Selanjutnya alat swab dilarutkan dalam 9 ml diluent steril (quenching agent). Quenching agent berfungsi untuk melarutkan dan melakukan pengenceran mikroba yang telah menempel pada alat swab. Setelah dibuat pengenceran sesuai dengan keadaan agar jumlah mikroba mudah untuk dihitung, larutan siap untuk diinokulasi pada medium agar (Hollbrock, 2000), Proses swab umumnya dilakukan setelah tangki aging dibersihkan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembersihan tangki aging. Pemilihan empat titik swab pada tangki bertujuan untuk mewakili keadaan tangki setelah proses pembersihan. Pengambilan sampel pada tangki aging dilakukan pada tanggal 24 dan 26 Juni 2010. Tangki di swab sebelum dan sesudah proses pembersihan. Swab dilakukan pada dua tangki yaitu tangki nomor ( VS1540 & VS1580 ).
12
3.1.3.3 Pengambilan sampel pengecekan kualitas air pembersihan Sampel air diambil dari tangki air yang berisi air panas, air deterjen, dan air dingin (VS 120, VS140, VS 110). Sampel air diambil dengan cara menadah air yang keluar dari keran tempat pengambilan sampel dibuka. Sampel air ditadah dengan menggunakan container steril.
3.1.3.4 Pengambilan sampel verifikasi higien Pengambilan sampel pada proses validasi cleaning dan verifikasi higien dilakukan dengan menggunakan cotton swab steril yang sebelumnya telah dicelupkan pada diluent steril. Diluent steril yang berfungsi melembabkan dan menempelkan mikroba yang terpadapat pada permukaan alat. Titik pengambilan sampel yang dipilih pada proses swab untuk mengamati efisiensi pembersihan mesin setelah proses produksi selesai yaitu: a.
Rumah Teflon filler
b.
Hopper sauce
c.
Hopper dry matter
d.
Pipa Y
e.
Teflon filler.
Titik pengambilan sampel yang dipilih pada proses swab setiap 6 jam ketika produksi berlangsung yaitu: a.
Filler (komposit 1 cotton swab untuk 6 filler)
b.
Filler coklat (komposit 1 cotton swab untuk 6 filler)
c.
Hopper dry matter (komposit 1 cotton swab untuk 6 filler)
d.
Out freezer (komposit 1 cotton swab untuk 2 filler)
e.
Drain hole
Selanjutnya alat swab dilarutkan dalam 9 ml diluents steril (quenching agent). Quenching agent berfungsi untuk melarutkan dan melakukan pengenceran mikroba yang telah menempel pada alat swab. Setelah dibuat pengenceran sesuai dengan keadaan agar jumlah mikroba mudah untuk dihitung, larutan siap untuk diinokulasi pada medium agar (Hollbrock, 2000).
13
Pengambilan sampel pada mesin benhill dilakukan sebelum mesin dibersihkan dan setelah mesin dibersihkan. Tujuan dari pengambilan sebelum dan sesudah pembersihan dilakukan agar diketahui efektivitas dari proses pembersihan mesin. Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan setiap 6 jam ketika proses produksi berlangsung. Hal tersebut dilakukan karena ingin mengetahui kenaikan jumlah mikroba yang terdapat pada mesin ketika proses produksi berlangsung.
3.1.4 Analisa mikrobiologi sampel Analisa mikrobiologi untuk sampel yang telah diambil tergantung dengan kebutuhan informasi yang ingin didapat. Digunakan metode TVC dan deteksi Enterobacteriaceae dalam analisa mikrobiologi sampel. Metode TVC bertujuan untuk mengetahui jumlah mikroba mesofil aerob pada produk makanan olahan susu, dan deteksi Enterobacteriaceae bertujuan untuk mengetahui keberadaan mikroba Enterobacteriaceae pada sampel yang diperiksa.
3.1.4.1 TVC Prosedur dari TVC mengacu pada UMA 0318 tentang perhitungan mikroba mesofil aerob. Digunakan medium PCA yang berasal dari merk Oxoid CM 325. Persiapkan medium pertumbuhan mikroba dengan cara melarutkan medium Oxoid dengan air aquades dan diautoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. 1 ml larutan dari hasil pengenceran dipipet pada cawan petri, dan 10 ml medium steril dituangkan pada cawan petri. Setelah agar mengeras, cawan petri diinkubasi terbalik pada suhu 37oC selama 48 jam. Koloni yang terbentuk pada agar di hitung dan dicatat jumlahnya. (Hollbrock, 1998)
3.1.4.2 Deteksi Enterobacteriaceae Prosedur dalam pendeteksian Enterobacteriaceae mengacu pada UMA 0333 yang bertujuan untuk mendapatkan mikroba yang dapat hidup dalam garam empedu dan dapat memfermentasi glukosa. Medium yang digunakan untuk mendeteksi yaitu VRBGA (violet red bile glucose agar).
14
1 ml larutan dari hasil pengenceran dipipet pada cawan petri, dan dituangkan 10 ml medium steril pada cawan petri. Setelah agar mengeras medium VRBGA dituangkan kembali untuk menciptakan suasana anaerob pada cawan petri. Selanjutnya cawan petri diinkubasi terbalik pada suhu 37oC selama 24 jam. Koloni yang terbentuk pada agar (berwarna merah muda keunguan) di hitung dan dicatat jumlahnya. (Hollbrock, 1998)
3.1.4.3 Analisa sampel periode simpan mix es krim pada suhu rendah Dilakukan platting metode TVC dan deteksi Enterobacteriaceae setiap 4 jam hingga jumlah koloni mikroba mencapai 1000 cfu. Pengambilan sampel setiap 4 jam berdasarkan pada kondisi di lapangan dimana inkubasi selama (>24 jam) dapat meningkatkan jumlah mikroba hingga mendekati batas bawah toleransi jumlah mikroba pada mix es krim (m =1000 cfu). Penghitungan jumlah mikroba mesofil aerob dan Enterobacteriaceae yang terdapat pada mix dilakukan dengan metode TVC dan deteksi Enterobacteriaceae.
3.1.4.4 Analisa sampel validasi cleaning Analisa mikrobiologi pada proses validasi cleaning menggunakan metode TVC dan deteksi Enterobacteriaceae. Hasil pengenceran swab pada dinding tangki aging, diplatting dengan metode pour plate untuk metode TVC dan Enterobacteriaceae menggunakan metode pour plate yang kondisinya diciptakan anaerob.
3.1.4.5 Analisa sampel verifikasi higien Analisa mikrobiologi pada proses validasi cleaning menggunakan metode TVC dan deteksi Enterobacteriaceae. Hasil pengenceran swab pada dinding tangki aging, diplatting dengan metode pour plate untuk metode TVC dan Enterobacteriaceae menggunakan metode pour plate yang kondisinya diciptakan anaerob.
15
3.2 Pengamatan dan analisis data 3.2.1 Penentuan periode simpan mix es krim pada suhu rendah Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data yang tercantum pada lampiran. Berikut merupakan rangkuman hasil pengamatan pertumbuhan mikroba pada mix es krim yang diinkubasi pada suhu (5,10, dan 15oC)
Suhu inkubasi (oC)
5o
10o
15o
Lama inkubasi
480 jam
72 jam
36jam
Tabel 3.2 Masa simpan mix es krim pada suhu 5o, 10o, dan 15oC
Periode inkubasi (jam)
Pengaruh suhu terhadap periode inkubasi mix es krim 600 480 500 400 TVC 300 200 Entero 72 100 36 0 5o
10o
15o
Suhu inkubasi (oC) Gambar 3.4 Grafik masa simpan mix es krim pada suhu 5o, 10o, dan 15oC
Es
krim
merupakan
medium
pertumbuhan
yang
pertumbuhan mikroba, hal tersebut disebabkan karena
dapat
mendukung
mengandung banyak
nutrisi serta memiliki pH dengan kisaran 6-7 (HKSAR Government, 2001). The National Food Administration
(2006) menggolongkan kemungkinan jenis
mikroba yang dapat mencemari produk es krim yaitu B.cereus, L.monocytogenes, Salmonella sp.
16
Dari hasil pengamatan periode simpan mix es krim pada suhu (5,10,dan 15oC). Suhu 15oC mencapai 1000 cfu dalam waktu 36 jam. Suhu 10oC mencapai 1000 cfu selama 72 jam. Suhu 5oC mencapai 1000 cfu dalam waktu 480 jam. Menurut hasil pengamatan, semakin rendah suhu inkubasi mix es krim semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 1000 cfu. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh aktivitas enzimatik dari mikroba yang semakin lambat ketika diinkubasi pada suhu rendah ( Ratkowsky, 1981). Menurut Capucino, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu: suhu, ketersediaan nutrisi, pH, kebutuhan oksigen, dan salinitas (Capucino, 2005) Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan oleh Nelson (1943), beliau telah melakukan penelitian tentang perubahan jumlah mikroba pada penyimpanan mix es krim. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terjadi perubahan jumlah mikroba dari 2500 cfu – 47,000,000 cfu selama 8 hari pada suhu inkubasi 15oC. Pada suhu inkubasi 10oC perubahan jumlah mikroba dengan jumlah awal 2500 cfu setelah 8 hari menjadi 19,000,000. Untuk suhu inkubasi 5oC, jumlah mikroba setelah diinkubasi selama 8 hari berubah dari 2500 cfu menjadi 470,000 cfu. Untuk dapat membandingkan kecepatan pertumbuhan mikroba pada mix es krim pada literatur (percobaan Nelson) dengan data hasil percobaan kali ini, dilakukan perhitungan terhadap Generation Time (waktu yang dibutuhkan untuk mikroba melakukan multiplikasi). Menurut Capucino perhitungan terhadap generation time, yaitu: N = (log b – log a)/log 2 GT = T/N • N= Jumlah mikroba melakukan duplikasi •
Log b= Jumlah sel akhir
•
Log a = Jumlah awal sel
•
Gt = Generation time
•
T = Durasi kenaikan populasi mikroba
Dari hasi perhitungan, mikroba yang diinkubasi pada suhu 5oC menurut hasil percobaan memiliki GT selama 53,53 jam. Menurut literatur GT dari mikroba
17
pada 5oC (4,5 – 5,5oC) selama 59,96 jam. Untuk suhu 10oC (5,5-8,5oC) menurut literatur memiliki GT selama 14,89 jam. Menurut hasil percobaan GT tercapai selama 7,9 jam. Pada suhu 15oC, (12,8 – 14,5oC) menurut literatur, GT dari mikroba sebesar 13,52 jam. Perbedaan antara GT pada hasil percobaan dengan literatur wajar terjadi karena terdapat perbedaan kondisi lingkungan antara tempat inkubasi mix serta jenis komposisi mix yang diinkubasi. Hal tersebut menyebabkan jumlah dan mikroba indigen yang terdapat pada masing – masing mix berbeda. Penyebab lain perbedaan data pengamatan dengan literature adalah tempat inkubasi mix es krim. Pada percobaan, tempat inkubasi mix es krim menggunakan waterbath chiller (15o&10oC) dan suhu inkubasi kulkas (±4,6oC). Pada literatur mix es krim diinkubasi pada kulkas standar yang fluktuasi suhunya tercatat pada kisaran tertentu. Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan mikroba pada percobaan lebih cepat dibandingkan dengan literature yaitu, pada percobaan digunakan kontainer steril yang diisi dengan mix es krim. Ketika jumlah mix es krim mulai berkurang. Kontainer steril terguling sehingga dapat berpotensi menjadi sumber kontaminasi. 3.2.2 Validasi proses pembersihan (cleaning) tangki aging pada ruang aging Inkubasi mix es krim pada ruang aging membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk mencapai 1000 cfu dibandingkan dengan data penelitian hasil percobaan, pengaruh suhu terhadap lamanya penyimpanan mix es krim pada suhu (5,10, dan 15oC). Cepatnya pertumbuhan mikroba ketika diinkubasi pada ruang aging dikarenakan terbentuknya biofilm pada dinding tangki. Kemunculan biofilm pada tangki disebabkan oleh proses pembersihan yang kurang sempurna. Hal tersebut memunculkan dugaan terdapat permasalahan pada proses pembersihan tangki aging.
18
Berikut merupakan data hasil tes swab pada tangki aging yang terdapat di ruang aging pada tanggal 25 Juni 2010 pada tangki VS 1540 dan VS 1580. SWAB “1” tangki aging VS 1580 (24 Juni 2010) 13000
14000
TVC sebelum CIP
12000 10000
Enterobacteriace ae sebelum CIP
Cfu/ml
8000 6000
4300
4000
TVC setelah CIP 1520 220
2000 910 1040 60 0 1
2
Spray 4 Ball
3
Enterobacteriace ae setelah CIP
Gambar 3.5. Grafik hasil swab tangki VS1580 Swab“1” "2"tangki tangkiaging agingVS VS1540 1540(24 (26Juni Juni2010) 2010) SWAB 1600
1430
1400 TVC sebelum CIP
Cfu/ml Cfu/ml
1200 1000 800
770
780
710
610
600 400 200
40 40
40 30
040030
2010 0
0 1
2
3
Spray 4Ball
Enterobacter iaceae sebelum CIP TVC setelah CIP Enterobacter iaceae sebelum CIP
Gambar 3.6 Grafik hasil swab tangki VS1540
19
Swab Swab"2" "2"tangki tangkiaging agingVS VS1580 1540(26 (26Juni Juni2010) 2010) 1520
1600 1300
1400
TVC sebelum CIP
Cfu/ml Cfu/ml
1200 910
1000 800
Enterobacteriace ae sebelum CIP
600
TVC setelah CIP
400 200
30
20
10
1
2
3
Enterobacteriace ae setelah CIP
0
0 4 Ball Spray
Gambar 3.7 Grafik hasil swab tangki VS1540 Swab "2" tangki aging VS 1580 (26 Juni 2010) 1600
1430
TVC sebelum CIP
1400
Cfu/ml
1200
Enterobacteriacea e sebelum CIP
1000 780
800
610
TVC setelah CIP
600 Enterobacteriacea e setelah CIP
400 200
0200
0100
0 0100
000
0 1
3Spray
2
Ball 4
Gambar 3.8 Grafik hasil swab tangki vs1580 Dari data hasil pengamatan, terdapat perbedaan jumlah mikroba setelah proses pembersihan antara tanggal 24 dan 26 Juni 2010. Pada tanggal 24 Juni, setelah proses pembersihan, nilai TVC dari hasil swab ada yang melebihi 1000 cfu/cm2 serta terdapat mikroba Enterobacteriaceae sp. pada tangki VS 1580 dan VS 1540.
20
Menurut data yang telah dipublikasi oleh Ice Cream Alliance and Ice Cream Federation, Jumlah maksimum mikroba yang terdapat pada alat produksi pada industri makanan yaitu M
M
N
C
APC
10
100
5
2
Coliform
0
10
5
2
E.coli
0
0
5
2
S.aureus
0
0
5
2
Listeria
0
0
5
2
monocytogenes
Tabel 3.3 Kriteria jumlah mikrobiologi pada permukaan yang kontak dengan makanan (After ice cream alliance and ice cream federation, 1995) Pada tanggal 26 Juni 2010, jumlah mikroba setelah proses pembersihan jumlahnya berkurang dengan tidak lagi terdeteksi mikroba Enterobacteriaceae. Selain itu, nilai dari hasil pemeriksaan TVC menunjukkan nilai yang rendah dengan nilai cfu berkisar antara (<10 – 30 cfu). Perbedaan hasil swab antara tanggal 24 dan 26 Juni menuntut untuk melakukan pemeriksaan terhadap kondisi air yang digunakan dalam proses pembersihan tangki aging. Hasil pemeriksaan kualitas air pada tangki aging menunjukkan data sebagai berikut,
21
Pengecekan kualitas air 4000
3600
Cfu/ml
3500 3000
TVC 1
2500 2000
TVC 2
1500
Enterobacteri aceae1 Enterobacteri aceae2
1000 500
0 20
60
0 0
0 VS 110
VS 120
VS 140
Gambar 3.9 Grafik hasil pengecekan kualitas air Dari hasil pengecekan kualitas air, pada tangki VS120 dilakukan penumbuhan (inokulasi) secara duplo dengan hasil pengamatan 60 cfu dan 3600 cfu. Ketika hasil tersebut di konsultasikan dengan bagian pemrosesan es krim, data pada tanggal 24 Juni dan 26 Juni merupakan data yang mewakili keadaan di lapangan.Karena pada tanggal 24 Juni terjadi ketidaksempurnaan pada proses pembersihan tangki aging. Ketidaksempurnaan proses pembersihan dikarenakan siklus pembersihan berlangsung dengan pre rinse (VS120)– deterjen(VS 140) – pre rinse (VS120). Proses yang seharusnya terjadi ketika pembersihan tangki yaitu air pre rinse (VS120) – deterjen (VS140) – dan post rinse (VS110) (Lelieveld, 2003). Ketidaksempurnaan proses pembersihan pada tanggal 25 Juni, disebabkan karena adanya kerusakan salah satu alat yang mengatur aliran air yang masuk ke dalam tangki. Menurut Lelieveld, agar suatu proses CIP dapat berjalan sesuai kegunaanya yaitu membersihkan alat – alat yang digunakan dalam pemrosesan makanan tanpa harus melepas dan merakit kembali alat. Sistem dari CIP tersebut harus memiliki sistem yang sempurna dalam mengatur siklus CIP. Hal tersebut mencakup pencegahan tidak tepatnya penjalanan CIP akibat kurangnya notifikasi (peringatan) ketika terjadi kesalahan dalam menjalankan proses CIP. (Lelieveld, 2003)
22
Selain itu menurut Lelieveld, faktor yang mempengaruhi efektifitas pembersihan melalui proses CIP bergantung pada: 1. Waktu, umumnya dilakukan selama satu jam. Tetapi hal tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah dan konsentrasi cairan pembersih yang digunakan. 2. Suhu, pengaturan suhu pada suhu yang sesuai untuk menghilangkan kotoran. Jika suhu yang digunakan terlalu tinggi, dapat “mematangkan” kotoran pada dinding tangki. Akibatnya kotoran yang menempel sulit untuk dihilangkan. Jika suhu yang digunakan kurang dari suhu optimal, maka dapat berakibat pada berkurangnya efisiensi pembersihan sehingga kotoran tidak dapat dihilangkan seluruhnya. 3. Konsentrasi (senyawa kimia dan pembersih). Konsentrasi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak akan mengoptimalkan efisiensi sistem CIP. 4. Kekuatan mekanik fludia (laju alir senyawa pembersih). Agar proses pembersihan berjalan secara efisien permukaan yang kotor harus dibersihkan dengan konsentrasi senyawa kimia yang sesuai dan dengan kekuatan yang memadai. Kekuatan mekanik yang baik untuk melakukan pembersihan permukaan dapat dicapai jika kecepatan fluida (larutan pembersih) berada pada kisaran 1,5-3m/s dengan waktu kontak yang tepat. Ketika pengamatan proses CIP, belum ada alat yang dapat memantau laju alir larutan pembersih sehingga tidak dapat dipastikan berapa laju alir yang bekerja selama proses pembersihan. (Lelieveld, 2003) Pada tanggal 26 Juni (swab ke dua), kerusakan tersebut telah berhasil ditanggulangi dengan menangkap adanya kejanggalan dalan proses CIP. Setelah sistem direparasi, hasil swab menunjukkan jumlah mikroba yang terdapat pada permukaan berkisar antara (<10-30 cfu). 3.2.3 Hygien verification, pada ruang produksi mesin Benhill. Proses produksi es krim cup di ruang produksi pada mesin Benhill diamati efisiensi pembersihannya setelah selesai melakukan produksi. Setelah itu, dilakukan swab setiap 6 jam untuk mengetahui kenaikan jumlah mikroba yang
23
terdapat pada mesin. Berikut merupakan data hasil swab mesin sebelum dan setelah dilakukan pembersihan.
7000 6400 6000 5000 4000 3000 1980 1600 2000 1200 1000 16020 40 20 30 0
TVC sebelum cleaning 2800 60 10 10
920 30
R. Hopper hopper Pipa Y Teflon teflon sauce dry filler filler matter
Enterobacteriaceae sebelum cleaning TVC setelah cleaning Enterobacteriaceae setelah cleaning
Gambar 3.10 Grafik hasil swab line Benhill sebelum & sesudah pembersihan Dari data pengamatan, didaptkan informasi pada Housing Teflon filler dan Teflon filler masih terdapat Enterobacteriaceae dengan jumlah (20 & 30 cfu). Hal tersebut diikuti dengan hasil TVC yang cukup tinggi terdapat pada keduanya dengan jumlah (1980 & 920 cfu). Nilai tersebut menurut literatur yang dipublikasi oleh Ice Cream Alliance and Ice Cream Federation, jauh melampaui batas jumlah mikroba (APC) yang diizinkan terdapat pada permukaan alat yang kontak dengan produk makanan sebesar (m=10 cfu ; M=100 cfu). Untuk jenis koliform dan E.coli sebesar (m= <10 cfu). Data yang lebih lengkap ditampilkan pada tabel 3.3. Kemungkinan penyebab mikroba masih terdapat dalam jumlah yang cukup tinggi pada keduanya dapat dikarenakan, bentuk dari filler yang mempunyai struktur sulit untuk dapat dibersihkan secara keseluruhan. Penyebab lainnya dapat disebabkan oleh penanganan alat yang telah dibersihkan kurang benar sehingga memungkinkan mikroba untuk masuk dan mengkontaminasi alat tersebut. Untuk data dari hasil swab setiap 6 jam dapat ditunjukkan sebagai berikut,
24
Swab “Filler & Outer Freezer”
3960
4000
3330 Filler
2000
40 20
outer freezer
03,00 09,00 15,00 21,00
TVC
TVC
Entero
Filler
Entero
14,00 21,00
TVC
Entero TVC Entero TVC Entero TVC Entero TVC
120 160 70 90 2020 20 60 Entero
10
0
03,00
Gambar 3.11 Hasil swab “Filler & Out.Freezer”
8/7/2010
21,00
TVC
TVC
Entero
TVC
Entero
03,00 09,00 15,00
Hopper cokelat
Entero
14,00 21,00
TVC
Entero TVC Entero TVC Entero TVC Entero
1200 1000 800 600 400 200 0
Swab “Hopper Chocolate & Hopper Dry matter” 1010 300 20 30 10 40 300 50 20 120 60 50 30 Hopper cokelat Hopper dry matter
03,00
9/7/2010
10/7/2010 Gambar 3.12 Hasil Swab “Hopper Chocolate & Hopper Dry matter” Dari hasil pengamatan data yang terdapat pada gambar diatas, secara keseluruhan terjadi kenaikan jumlah mikroba setiap dilakukan swab setiap 6 jam. Tetapi kenaikan yang terjadi tidak drastis, hal tersebut ditunjukk pada alat yang bersentuhan langsung dengan es krim jumlah mikroba tertinggi mencapai ±1010 cfu. Penurunan jumlah mikroba yang terjadi ketika proses berlangsung menurut
25
SOP yang dijalankan, jika mesin tidak beroperasi lebih dari 3 jam pembersihan mesin harus dilakukan. Oleh karena itu, jumlah mikroba berkurang karena proses produksi yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
26
BAB IV Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan 1. Suhu inkubasi dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Berikut merupakan periode simpan mix es krim untuk suhu inkubasi, 5oC : 480 jam 10oC : 72 jam 15oC : 36 jam 2. Dari hasil validasi cleaning, terdeteksi ketidaksempurnaan proses pembersihan tangki sehingga dapat menyebabkan dinding tangki memiliki kondisi awal dengan nilai TVC yang tinggi (700 – 1000 cfu) serta masih terdapat Enterobacteriaceae (30 – 40 cfu). Ketika proses pembersihan telah kembali normal, dinding tangki memiliki kondisi awal dengan nilai TVC (<10 – 30 cfu) dan Enterobacteriaceae tidak terdeteksi keberadaannya pada dinding tangki (<10 cfu/ml). 3. Proses pembersihan mesin Benhill telah sesuai dengan prosedur cleaning yang telah ditetapkan. Sehingga hasil swab pun menunjukkan jumlah mikroba yang terdapat pada mesin masih berada dalam batas aman untuk melakukan produksi.
4.2 Saran 1. Pengamatan untuk mengetahui periode simpan mix es krim pada suhu 5, 10, dan 15oC perlu dilakukan pengulangan, agar data yang disajikan dapat dibuat secara statistik. 2. Periksa sistem pembersihan pada tangki secara berkala, agar kerusakan pada sistem dapat dicegah. Selain itu, melakukan pembersihan terhadap spray ball secara berkala agar menghasilkan laju aliran yang besar sehingga dapat mengikis biofilm secara optimal yang terdapat pada permukaan dinding tangki.
27
3. Diperlukan tempat penyimpanan terhadap alat – alat yang telah dibersihkan, sebelum dirakit kembali pada mesin produksi. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari kontaminasi mikroba setelah alat dibersihkan. 4. Perlu dilakukan instalasi terhadap alat yang dapat memantau laju alir sistem CIP (flowrate meter) sehingga sistem CIP dapat dipantau dengan lebih terpercaya. 5. Operator dari sistem CIP harus lebih tanggap dalam mendeteksi adanya kejanggalan ketika proses CIP berlangsung. Sehingga ketidaksempurnaan proses CIP dapat dihindarkan.
28
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Code of Practices For the Hygienic Mannufacture of Ice Cream. Ice Cream Alliance, Nottingham : United Kingdom Cappucino, J and Natalie Sherman. 2005. Microbiology: Laboratory Manual . Ed 5th . Benjamin Cummings: San Franscisco HKSAR Government. 2001.. Microbiological Risk Assessment of Icecream. Risk Assessment Studies, report no. 7. Food and Environmental Hygiene Department, The Government of the Hong Kong Special Administrative Region (HKSAR). Holbrook, Roy. 2000. Micobiological Examination of Surface Contamination. Unilever Research Coloworth: Netherlands Holbrook, Roy. 1998. Counting Aerobic Mesophile. Unilever Research Coloworth: Netherlands Holbrook, Roy. 1998. Counting Enterobacteriaceae. Unilever Research Coloworth: Netherlands Lelieveld, H., L. M., Mostert M. A., Holah, J., and White, B., (2003), „Hygiene in Food Processing – Overview: Chapters 11, 10 & 8‟ 1st edition. Woodhead Publishing Limited: England. National
Food
Administration.
2006.
Microbial
www.slv.se/templates/SLV_Page.aspx?id=5788.
Hazard Tanggal
Analysis. akses:
18
Oktober 2006 Nelson, F.E. 1943. Changes in Bacterial Counts of Stored Ice Cream Mix. Agricultural Experiment Station : Kansas Ratkowsky, D.A., June Olley,T.A. McMeekin and A. Ball.. 1981. Relationship Between Temperature and Growth Rate of Bacterial Cultures. Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization and Department of Agriculutural Science : Tasmania, Australia
29
S, Mortimore. Wallace, C. 1994. HACCP a Practical Approach. Chapman & Hall : New York Vicki, Cobb. 1985. The Scoop on Ice Cream. Little Brown:Boston
30
LAMPIRAN Tabel 1. Pengaruh suhu terhadap lamanya penyimpanan mix es krim pada suhu inkubasi (5,10, dan 15oC) Platting Jumlah koloni TVC (t) 1
Jam 15,30 19,30
5 <10 <10
2
23,30 03,30 07,30 11,30 15,30 19,30 23,30 03,30 07,30 11,30 15,30 19,30 23,30 03,30 07,30 11,30 15,30 19,30 23,30 03,30 07,30 11,30 15,30 19,30 23,30 03,30 07,30 11,30 15,30 19,30 23,30 03,30 07,30 11,30
0
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 31 32 33 34 35 36
Tanggal 10/6/2010
o
11/6/2010
12/6/2010
13/6/2010
14/6/2010
15/6/2010
16/6/2010
Enterobacter o
<10 <10
10 <10 20
10
40
10 10 20 10 20 60 10 20 10 <10 10 30 20 30 10 40 10 10 10 20 20 20 10 10 30 60 30 50 40 20 10 30 10
30 10 10 10 20 50 10 70 20 20 0 0 20 20 40 100 20 20 10 60 50 40 20 10 50 20 30 10 20 20 40 20 30
o
<10 30
5o 10o <10 <10 <10 <10
15o <10 <10
40
40
<10 <10
<10
60 40 30 40 70 560 1550 9200
260 60 10 50 200 780 944 7400
<10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10
<10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10
<10 20
15 <10 40
<10
10
30 <10 10 10 60 60 40 20 10 620 160 60 360 50 960 1092
<10 10 40 30 40 <10 70 30 20 760 0 0 80 70 720 1464
31
<10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 56 57 62 63 64 65 66
17/6/2010
18/6/2010
19/6/2010 20/6/2010 21/6/2010 23/6/2010 26/6/2010 30/6/2010 2/7/2010
15,30 19,30 23,30 03,30 07,30 11,30 15,30 19,30 23,30 03,30 07,30 11,30 15,30 19,30 23,30 03,30 19,30 07,30 03,30 07,30 07,30 07,30 07,30
10 20 20 10 20 40 10 20 30 20 20 20 20 30 40 60 60 90 120 600 930 1000 1800
30 20 40 10 50 20 40 40 50 20 20 50 20 10 50 20 40 20 180 640 900 1200 2200
<10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10 <10
Keterangan : -
Suhu plant : 11.7oC Suhu pasteurizer : 78.5oC Suhu glikol : 4.3oC Batch : 10016109 VS tank : 1260
32
Tabel 2. Hasil swab 1 VS1580&VS 1540 tanggal 24 Juni 2010
Tabel 3. Hasil swab 2 VS1580&VS 1540 tanggal 26 Juni 2010
Tabel 4. Hasil Cek kualitas air CIP
Tabel 5. Hasil swab mesin Benhill sebelum dan setelah pembersihan
Tabel 6. Hasil swab mesin Benhill produksi es krim cup setiap 6 jam
33