BAB
I
E*KNDAHXnL.lJAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berbagai upaya dalam pendidikan diarahkan untuk membina
perkembangan kepribadian manusia
baik
dari
sikap dan
menyeluruh
nilai-nilai,
serta
keterampilan yang diperlukan oleh setiap orang atau
warga
negara.
aspek kognitif,
secara
Arah tujuan pendidikan
nasional seperti
dirumus-
kan dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan No II Tahun 1989 ( 1990
: 4
) bahwa :
" Pendidikan Nasional bertujuan meneerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Naha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang man tap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan "
Perwujudan
manusia
sendirinya
tetapi
melibatkan
berbagai
seutuhnya tidak
melalui
kegiatan
fihak. Pembinaan
bukan hanya tanggung jawab sekolah,
muncul
dengan
terus-menerus
manusia
yang
seutuhnya
melainkan keluarga dan
masyarakat berperan penting dalam mendidik dan menciptakan situasi
lingkungan pendidikan
manusia
seutuhnya.
yang
Salah satu
aspek
mendukung
pembinaan
pembinaan
manusia
seutuhnya adalah pendidikan moral. Pendidikan moral diberikan kepada setiap anak.
Pelaksanaan pendidikan moral
dilakukan di lingkungan keluarga,
Ketiga
perlu
sekolah dan
lingkungan pendidikan tersebut di
atas
masyarakat.
merupakan
" tiga segmen dari satu lingkaran,
ketiga segmen
tersebut
sebagai sumber didikan peran dan pengaruhnya tidak mungkin dipertukarkan" didikan
(
Fuad Hasan,
1993 : 6
)
Ketiga
tersebut oleh Ki Hadjar Dewantoro (
1976
sumber : 70
)
dinamakan Trisentra pendidikan. Keluarga
merupakan
lingkungan
pendidikan
pertama
dan utama karena tugasnya meletakkan
pertama
bagi
perkembangan anak.
lahir,
tumbuh
orang
lain
Hubungan
wajar.
Di dalam
dan berkembang dan pertama melalui
hubungan
dengan
yang
dasar-dasar
keluarga kali
mengenal
orang
tuanya.
antara orang tua dengan anak berlangsung
Hubugan
pengaruh
wajar orang tua
dengan
anak
anak
dengan
memberikan
yang intensif pada anak. Pengaruh intensif
dari
orang tua merupakan pendidikan yang mendasar (fundamental) bagi
perkembangan
karena
anak
selanjutnya,
oleh
itu sebagai salah satu lingkungan pendidikan,
luarga yaitu
kepribadian
turut
nenunjang
perwujudan
manusia
seutuhnya
manusia yang beriman, bertaqwa dan berbudi
luhur.
pekerti
Pendidikan di dalam keluarga berdasar UUSPN
meliputi
:
nilai moral,
terampilan
keyakinan agama, nilai budaya
ke
yang
No
2
menoakup
aturan-aturan pergaulan serta pandangan,
dan sikap hidup yang mendukung kehidupan
ke
ber-
masyarakat, berbangsa dan bernegara" ( 1993 : 26 ) Dewasa ini tripusat pendidikan sering dipertanyakan,
mana
yang paling bertanggung jawab
terhadap
anak.
Terutama apabila pertanggungjawaban
pendidikan
tripusat
pen-
didikan
orang
dikaitkan
dengan pendidikan
moral
anak
tua dipandang terlalu sibuk dengan urusan
rumah
sehingga
terabaikan. sekolah,
fungsi
edukatif
di
sementara sekolah terlalu syarat
pelajaran
di
dalam
Orang tua menyerahkan pendidikan
karena
keluarga anak
dengan
sehingga fungsi sekolah beralih
luar
dari
pada materi
mendidik
menj ad i mengaj ar.
Suatu kenyataan bahwa para pendidik ( orang tua dan guru
)
dihadapkan pada suatu
dalam mendidik moral anak,
bidang
hidupnya. selalu
yang
kompleks
terutama dalam era global
ditandai derasnya informasi
berbagai
tantangan
telah membawa pengaruh
kehidupan,
pada
pandangan
positif
dan
pada
bahkan
tidak
kehidupan
sedikit
sosial
yang
ekonomi
sikap tidak
negatif.
yang
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang,
nemberi
banyak
dan ayah terlibat aktivitas di luar rumah sehingga pendidikan
anak banyak diserahkan pada sekolah.
masuknya
memasuki
nenampilkan
melalui
televisi,
film-film
nilai-nilai media
masyarakat
pribadi
budaya asing dapat
keluarga-keluarga
elektronik:
dengan
dalam
Perubahan yang disebabkan era global ini
Pengaruh
dari
yang
disc
tidak
Disamping
sedikit
menunjukkan
itu
situasi
fungsi Pengaruh
setiap
berbagai dan
moral keluarga dan
cetak.
yang
melalui
laser
yang
langsung
saat
media
video,
yang
bertentangan
masyarakat ada
ibu
serta
kenyataan
pergaulan
atau kelompok dikalangan remaja kurang
di
antar
dilandasi
nilai-nilai toleransi
moral,
terutama nilai saling menghormati
dan
antar remaja, sehingga muncul berbagai masalah,
antara
lain tawuran antar pelajar terutama di
besar.
Masalah-masalah yang muncul di
kota - kota
masyarakat
perilaku-perilaku remaja yang menyimpang dari
karena
norma-norma
moral merupakan gejala nyata seperti kejahatan, pencurian, perkelahian
antara lain dinyatakan oleh seorang
Kamtibmas, data
Anton Taba!- ( Kompas,
oknum
1991,
pelajar yang jahat
pengamat
10 Agustus)
terus
bahwa
meningkat
juga
terlibat kasus perkelahian.. . data kejahatan oknum semakin
diperkuat
dengan
kendaraan
kasus
bermotor
perampokan
serta
bank
narkotika
dan
yang
pencurian
terjadi
di
Yogyakarta lebih dari 70 % dilakukan oleh pelajar"
Istilah Taba ,
pelajar yang^jahat" seperti dikatakan Anton
adalah pandangan dari seorang akhli hukum,
tindakan
remaja
dan pelajar telah
mengganggu
dan
bahayakan keamanan dan ketentraman orang lain. pendidikan, penggunaan istilah " remaja dan
yang
jahat"
remaja,
mem-
Dari kaca
mata
dipandang tidak mendidik, karena
karena
pelajar
pada
usia
mereka berada pada masa transisi, perbuatan
yang
muncul pada masa itu dipengaruhi oleh gejolak pertumbbuhan fisik
dan
kalangan
perkembangan
pendidikan
kenakalan
pertimbangan
remaja".
psikisnya.
lebih
tepat
Penggunaan
Oleh
karenanya
digunakan istilah
ini
istilah berdasar
psikologis, di mana usia remaja berada
masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa.
di
pada
5
Fakta
moral
perilaku
dipertegas
remaja yang menyimpang
oleh Kentar Budhojo ( Kompas,
September ) "gejala kenakalan remaja perilaku merusak
dari
norma
1991,
telah meningkat pada
remaja yang nampak semakin beringas, tidak benda-benda
4
prasarana umum namun
tidak
saja segan-
segan juga menghabisi nyawa manusia". Perilaku
merupakan
dan
tindakan
remaja
tersebut
di
atas
gejala nyata terutama di Kota-kota besar dengan
kuantitas dan kualitas yang berbeda, maka cukup kuat untuk
menganggap bahwa pelanggaran moral dikalangan remaja
yang
telah menjurus pada tindak kriminal merupakan masalah yang
perlu
mendapat
keluarga,
perhatian dari
karena
keluarga
langsung untuk mendidik moral
berbagai
mempunyai
fihak
terutama
tanggung
pada anak. Dengan
jawab demikian
dapat diharapkan remaja-remaja yang berkembang baik secara moral
dan
memiliki tanggung jawab moral
terhadap
diri
sendiri, orang lain, masyarakat, dan kepada Tuhannya. Guna
membina warga negara yang
bertanggung
jawab,
pendidikan
moral perlu dan harus diberikan kepada
setiap
individu.
Dipandang
pertimbangan seseorang.
dan
karena
moral
mengandung
baik buruk yang membantu pembinaan
perilaku
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa
pelajar
meningkat
perlu
yang
bukankah
terlibat
pelanggaran
moral
telah mendapat pendidikan
Pendidikan Moral Pancasila di sekolah ?
remaja
semakin agama
dan
Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi
meningkatnya
perilaku pelanggaran moral pada remaja, seperti Zakiah
Darajat
antara
lain
:
kurangnya
"
mental,...kegoncangan
suasana
dalam
jelasnya
hari
di mata
anak
budayaan
asing" < 1976 : 48 ). Di samping itu
depan
dikatakan pembinaan
masyarakat,
muda,
kurang
pengaruh
ke-
anak
usia
remaja dikatakan " mulai memikirkan hal-hal yang benar dan tidak
benar, tentang norma-norma yang membimbing
lakunya.
Dia mulai menyangsikan
tingkah
konsep-konsep
mengenai
benar dan salah yang dikemukakan oleh orang tua atau orang
dewasa
lainnya " ( Soesilowindradini,
demikian
moral
..
: 149
anak usia remaja sedang dihadapkan
yaitu antara moral
yang dianut di
)
Dengan
pada
dilema
dalam
keluarga
dengan moral yang disaksikan dalam lingkungan. Sekaitan
dengan pelanggaran-pelanggaran
kalangan remaja, pendidikan
moral
di
moral pada remaja yang tengah
mengalami sosialisasi merupakan hal perlu, di mana
remaja
berada dalam masa perkembangan fisik, mental, dan moralnya
yang
berinteraksi dengan pengaruh dari
moral pada membina
dari
upaya
manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya tidak
lepas
harus
sebagai
mahluk
sosial,
"
hidup bersama dengan manusia
ruang dan waktu yang sama" )
Pendidikan
remaja merupakan salah satu aspek dalam
kodratnya
manusia
luar.
itu lain
berarti dalam
( Frants. M. Suseno, 1990
:34
Sejalan dengan pendapat di atas, Poespoprodjo ( 1988
102)
menyatakan
bahwa
"Kodrat
manusia
adalah
sosial.
Manusia lahir dalam masyarakat keluarga dan tercipta untuk menjadi
mitra
bagi sesamanya".
manusia
harus
bergaul,
dengan
sesamanya
kelompok. kecil
baik
Sebagai
berinteraksi antar
mahluk
dan
pribadi
sosial,
berkomunikasi maupun
dengan
Pergaulan antar pribadi dimulai dalam masyarakat
yaitu
keluarga.
Di
dalam
pergaulan
tersebut,
perbuatan setiap individu diarahkan oleh norma-norma moral Norma-norma
bagaimana
moral
merupakan
manusia
harus
pedoman
hidup,
yang
mengarahkan
harus
berbuat
berperilaku terhadap sesamanya. Menurut Franzt. (1990
bahwa"yang menyatakan bagaimana
: 19)
hidup bukan etika melainkan ajaran moral..., dapat
diibaratkan
harus
hidup"
dengan buku
Untuk menghindari
petunjuk kesalah
M.
dan
Suseno
kita
harus
ajaran
moral
bagaimana fahaman
kita antara
etika dan ajaran moral kiranya perlu ditegaskan, Franzt M. Suseno (1990 : 14 ) menjelaskan
bahwa :
" Ajaran moral maksudnya ajaran-ajaran, khotbah,
patokan,
kumpulan peraturan
wejangan, dan
ketetapan
yang lisan atau tertulis , tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sedangkan etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis tentang ajaran-ajaran dan pandanganpandangan moral. Etika suatu ilmu bukan ajaran, etika tidak berwenang menetapkan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak " Sekaitan dengan pandangan tersebut
23) menjelaskan bahwa sistem nilai atau kode,
norma-norma
"etika dipakai
M.
untuk
"
1976
pengkajian
lebih menitik beratkan pada sistem
sedangkan moral lebih menitik
perbuatan manusia
Said (
beratkan
pada
8
'/ Dengan demikian jelas bahwa ajaran moral pedoman yang mengarahkan dengan manusia lain,
perbuatan manusia dalam
perbuatan
tidak
sekedar dipandang dari suatu
tidak
dengan
manusia.
Baik
buruk
perbuatan
tumbuh dan
sendirinya,
Kegiatan
pendidikan
ykesadaran
moral
melalui
pribadi
proses
diperkembangkan.
bermoral pendidikan.
upaya
N. Drijakara. S. J
" kesadaran moral
merangsang
(1978
Hal ini bukan hanya
mungkin harus diajarkan teoritis,
diajarkan
jelaskan teori
dengan menjalankan"
bahwa
atau
mendidik moral
: 20)
harus dibangunkan dan
pengertian, hal ini adalah soal praktek. Moral, tidak
saja,
manusia.
menjadi
moral ini sebagai
anak.
menyatakan bahwa
terus dibangun,
berkembang
tetapi
manusia
aspek tertentu
bersifat total yaitu seluruh
Manusia
bergaul
karena moral selalu mengacu pada baik
buruk
melainkan
merupakan
bukan
kesusilaan
melainkan
Pernyataan
harus
tersebut
hanya
pengertian saja tetapi harus
soal
men
mengajarkan
dengan
membina
sikap dan perilakunya. Pendidikan
dilakukan, anggota
anak
pada anak berusia
menjadi
dewasa
masyarakat dan mahluk Tuhan
tanggung
dalam
agar
moral
jawab.
lingkungan
lingkungan
kedudukan
kehidupan
primer
sebagai
yang baik
Pendidikan moral tersebut
keluarga dan
bagi
karena
yang
dibanding
masyarakat. Primer bukan sekedar dalam
harus
pribadi, dan
dilakukan
keluarga
pendidikan
anak
remaja
ber-
di
sebagai memiliki
sekolah
dan
arti urutan tetapi
dalam arti penghayatan dan pemaknaan situasi kehidupan dan
pendidikannya seperti dikemukakan 573
)
M. I. Soelaeman
" situasi kehidupan
bahwa
dan
pendidikan
keluarga memiliki kedudukan primer, bahkan tampil peletak
dasar
bagi kelangsungan
(1985,
serta
dalam
sebagai
penghayatan
dan
situasi kehidupan dan pendidikan lainnya "
Sekaitan dalam
dengan
keluarga,
sebagai
pendidikan moral pada
dimana
orang
tua
remaja
bertanggung
jawab
pendidik dan pembina utama bagi anak telah
undang
perhatian
mengadakan
dan
penelitian
rasa
ingin
terhadap
tahu
meng-
penulis
pendidikan
di
untuk
moral
pada
remaja yang diupayakan orang tua di dalam keluarga.
B.
Fokus Masalah
xy Dari nampak
di
keluarga
latar satu
belakang fihak,
masalah
begitu
besar
dalam pembentukan moral anak,
tersebut
di
atas,
dan
peran
melahirkan
anak-
fungsi
anak yang berkepribadian utuh yang dapat menjadi individu, anggota masyarakat dan warga negara yang bermoral.
Bahkan
orang
tuanya dikatakan sebagai pendidik yang pertama
utama.
Di lain pihak fungsi dan peran keluarga dipertanya-
kan
karena
mengenai
di masyarakat
perilaku
ditemukan
remaja yang tidak
dan
kenyataan-kenyataan mencerminkan
telah
terdidik secara moral. Perilaku remaja kurang mencerminkan adanya nilai-nilai moral di dalam pergaulan antara lain kurang
menghormati dan menghargai serta toleransi
;
kepada
10
orang
lain hingga menjurus pada
moral
berupa
perkelahian,
pelanggaran
tindakan
norma-norma
kekerasan,
sampai-
sampai ada masyarakat yang mengidentikan keadaan
perilaku
remaja tersebut dengan kegagalan orang tua dalam
mendidik
moral
anak, karena kesibukannya seperti
Walgito
yang
dikutif
dinyatakan
Sudarsono ( 1989 : 29
)
Bimo
bahwa
keluarga ( ayah dan Ibu) mempunyai kesibukan di luar rumah sehingga
orang tua tidak sempat untuk
memberi
perhatian
terhadap pendidikan anak-anaknya
Adanya
fungsi moral
yang
tampak
kontradiktif
dan peran keluarga yang diharapkan dalam anak
masyarakat
dengan
yang
merupakan Isu
fenomena
fungsi dan peran
sedang
mengalami
keluarga
tersebut
perlu
diteliti
mendidik di
perubahan
isu yang cukup meresahkan dan karena
antara
dalam
tersebut,
perlu
diteliti.
keluarga
sebagai
lingkungan pendidikan sekaligus sistem sosial termasuk
di
dalamnya nilai-nilai dan norma moral, serta berlangsungnya
hubungan fokus
yang
interpersonal,
dan kelompok.
penelitian ini mengenai kegiatan
dilakukan
melalui
orang
kehidupan
keluarga
tersebut
pendidikan,
Dengan
pendidikan
tua pada remaja, hal
di dalam keluarga.
pengamatan
demikian
ini
Melalui
diarahkan
pada
moral
diamati kehidupan
situasi
selanjutnya akan diungkap tentang nilai-nilai
moral apa saja
yang dididik, alat pendidikan atau metode,
situasi
diciptakan, serta
orang tua.
yang
tujuan
yang
diarahkan
11
C.
Kedudukan Pendidikan
Tesis
Moral dalan Pendidikan Unun
ini disusun untuk memenuhi tugas
akhir
program strata 2 bidang Pendidikan Umum; sudah
studi
sewajarnya
bila masalah pendidikan moral dalam tesis ini harus kedudukannya dalam
jelas
Pendidikan Umum.
Ada tiga alasan pokok
agar masalah dalam tesis ini
masuk dalam lingkup Pendidikan Umum :
Pertama.
ditinjau dari segi tujuan yang
hendak
dicapai.
.Pendidikan moral diarahkan untuk membina perilaku
memancarkan iman dan taqwa yaitu manusia
yang
punyai
sifat
kemanusiaan
(
UUSPN No 2,
manusia
yang
1993
Manusia yang mempunyai sifat kemanusiaan mampu
:
mem
41
)
menghayati
dan berperilaku sebagai manusia, mampu membedakan baik dan buruk
perbuatannya terhadap sesama manusia. Dengan
demi
kian pendidikan moral merupakan salah satu aspek pembinaan manusia
seutuhnya
sesuai dengan tujuan
seperti dikemukakan Sikun Pribadi J
pendidikan
umum
( 1981 : 11)
a) Membiasakan anak berpikir kritis dan terbuka b) Memberikan pandangan tentang berbagai jenis nilai hidup, seperti kebenaran, keindahan, keimanan, kebaikan; c) Menjadi manusia yang sadar akan dirinya, sebagai mahluk, sebagai manusia dan sebagai pria dan wanita, dan sebagai warga negara; d) Mampu menghadapi tugasnya, bukan karena menguasai bidang profesinya, tetapi karena mampu mengadakan bimbingan dan hubungan sosial yang baik dengan lingkungannya
V
Kedua.
ditinjau
manusia
dari segi
seutuhnya
proses.
diperlukan
Membina
lingkungan
kepribadian yang
dapat
melangsungkan proses pembinaan. Lingkungan tersebut adalah keluarga,
sekolah
dan
masyarakat.
Keluarga
merupakan
12
salah satu lingkungan tempat melangsungkan pembinaan individu individu agar kepribadiannya dapat berkembang. Evelyn Millis Duval (1962 -29 ) nengenukakan bahwa : 'families are the nurturing centers for human personality" Selain itu Thomas Lickona (1985 :127 ) nengenukakan bahwa
•• personality begins at home. Falsing good and decent children has always been the central challenge of parenthood"
Dalan tulisan Abdur Rahnan
Shalih Abdullah
disunting
oleh M. D. Dahlan dinyatakan bahwa
"lingkungan
merupakan
faktor yang berpengaruh dalam
pembentukan
kepribadian" ( 1991 : 83 )
Ketiga
pandangan
tersebut saling
nenperkuat
bahwa
penbinaan kepribadian nanusia dipengaruhi oleh lingkungan. Dengan denikian cukup kuat untuk menganggap bahwa keluarga nerupakan
lingkungan tempat berlangsungnya kegiatan
pen
binaan kepribadian nanusia, dalan upaya nenbina kepribadi an nanusia seutuhnya. Sehubungan dengan tujuan
pendidikan
unun
seutuhnya,
yaitu
pendidikan
nenbina
di
dalan
kepribadian
keluarga
nanusia
selaras
dengan
tujuan
pendidikan unun seperti dikenukakan T. R. Mc Connel di dalan
Nelson
B.
" the
Henry ( 1952 : 4 ) bahwa
purpose of general education emphasis on
broad
the concurent
development of all phase of the individual 's personality
Keliga, ditinjau dari segi isi ( content ) Moral nerupakan salah satu bidang dalan isi pendidikan unun, naka pendidik an
noral nerupakan salah satu konponen pokok
dalan
pen-
13
didikan
Umum.
Menurut
Philip. H.
Phenix ( 1964
:
8
)
mengemukakan enam kemampuan dasar yang hendak dikembangkan dalam
pendidikan umum dalam rangka
yang
utuh.
Keenam kemampuan itu
pengembangan berkenaan
dengan
klasifikasi makna yaitu makna simbolik, empirik, sinoetik,
etik dan sinoptik. Pembinaan
moral
unsur etik dan filsafat, maka pembinaan moral masukan dalam klasifikasi makna
D.
enam
estetik, mengandung
dapat
di-
etik dan sinoptik.
Perumusan Masalah
Bertolak dari latar
belakang
masalah
dan fokus pe
nelitian, maka permasalahan penelitian ini dapat
kan
pribadi
sebagai
remaja
berikut:
bagaimana pendidikan
moral
pada
"
masalah
tersebut dijabarkan kedalam pertanyaan-pertanyaan
sebagai
berikut
1.
diupayakan orang tua di dalam keluarga
dirumus-
:
nilai-nilai moral apa saja yang dididikkan orang
tua
pada remaja ?
2.
mengapa
nilai-nilai moral tersebut
pada remaja
3.
yang
dididikkan
?
apa upaya orang tua dalam menumbuhkan perbuatan moral pada remaja ?
4.
dalam
situasi
bagaimana orang
tua
membina
nilai-
nilai moral dan perbuatan moral pada remaja .?
5.
apa tujuan orang tua mendidik moral pada
remaja ?
14
E. Defenisi Operasional
Untuk menghindari kesalah fahaman suatu
telaah
diupayakan
orang
pendidikan
judul penelitian
moral
pada
tua di dalam Keluarga
"
remaja
maka
didefenisikan secara oprasional perlu dijelaskan
yang
sebelum beberapa
istilah yang terdapat pada judul yaitu : Pendidikan
:
oleh
Ki hadjar Dewantoro
(
diartikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti( keluhuran batin), karakter, an dan tubuh anak " sedangkan
1976
:
14)
bertumbuhnya
intelek ( pikir-
menurut Wolfgang Breinzinka
( 1981 : 8 ) The consept of education refers to actions by which
human
structure
being
beings
of
the
..."
try
mental
to
improve
dispositions
Dari kedua pandangan ini
permanently of
the
other
human
disimpulkan
bahwa
pendidikan adalah segala kegiatan, tindakan untuk membantu mengembangkan sosial,
Hoxal ••
kemampuan siswa dalam semua aspek;
mental,
moral.
Arti moral menurut M.
Said ( 1976 : 23 ) bahwa
" moral dari bahasa latin mps" jamaknya joores" yang berarti adat atau cara hidup. Moral menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuan atau praktek kelompok manusia. Moral dan moralitas dipakai
untuk perbuatan yang dinilai, moral lebih beratkan pada perbuatan manusia sendiri Cara
berbuat
praktek A.
yang menjadi adat karena
persetujuan
kelompok manusia dalam arti moral di
Gunawan
Setiadi
(
1990 :
90)
menitik
atas,
ditegaskan
atau
oleh
bahwa
:
15
maksudnya
"...
bukan sekedar apa
yang
biasa
dilakukan
orang atau sekelompok orang itu, melainkan apa yang menja di
pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa yang
dan
baik
apa yang tidak baik, mengenai apa yang patut dan
yang
tidak
actus
patut untuk dilakukan,
humanus"
" perbuatan
Hal serupa dinyatakan pula
apa
insani
oleh
Poespo
Projo (1988 : 2-3) bahwa : "kata moral berasal dari kata mos untuk kebiasaan, .... kebiasaan yang lebih fundamental, berakar pada sesuatu yang lengket pada kodrat manusia seperti ; mengatakan kebenaran, membayar utang, menghormati orang tua dsb. Perbuatan-perbuatan tersebut bukan sekedar kebiasaan adat semata melainkan perbuatan yang benar dan jika menyeleweng dari padanya berarti salah
Dari
"
kedua
moral
pandangan moral
bukan
sekedar
di atas
perbuatan yang
disimpulkan menjadi
bahwa
adat
atau
kebiasaan melainkan perbuatan yang berdasar pada
kriteria
baik,
tersebut
buruk,
benar salah,
sehingga
perbuatan
patut dan tidak patut dilakukan manusia. *' Menurut
(
Robert M. Lieebert di kutif Kosasih Jahiri
1992 : 6 ) dinyatakan
interpersonal
bahwa
" moral mengandung
relationship and transactions
"
esensi
Sedangkan
S. Nasution ( 1989 : 132 ) mengemukakan bahwa
" pendidikan
moral
salah
berkenaan dengan pertanyaan benar dan
hubungan
lainya" an
interpersonal
antara
manusia
dengan
dalam
manusia
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidik
moral
pemahaman,
merupakan
sikap
dan
upaya,
tindakan
perilaku
orang
seseorang
lain
membina
berdasarkan
16
kaidah benar,
salah di dalam melangsungkan hubungan
manusia agar menjadi manusia yang mampu berpikir,
antar
bersikap
dan bertindak secara manusiawi.
Dengan
demikian defenisi operasional mengenai
" suatu telaah pendidikan moral pada remaja yang adalah suatu
kan orang tua di dalam keluarga an
terhadap
segala kegiatan,
membina pemahaman,
tindakan
diupaya
penyelidik-
orang
tua
sikap, perilaku remaja berdasar
benar,
salah
di dalam
melangsungkan
antar
manusia agar menjadi remaja yang
judul
hubungan mampu
dalam kaidah
personal berpikir,
bersikap dan berperilaku secara manusiawi. Upaya-upaya nelitian metode,
ini
orang
tua yang
antara lain
dimaksudkan
: mengupayakan
dalam
konten
pe
moral,
situasi dan tujuan.
F.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
ini adalah
: Untuk merumuskan pola
pendidikan moral yang diupayakan orang tua pada remaja dalam
keluarga,
setelah diketahui dan diperoleh
tentang:
a.
materi nilai moral
yang dibina pada remaja,
b.
metode
c.
situasi pendidikan yang diupayakannya dan
d.
tujuan pendidikan moral yang diupayakannya.
yang diupayakan orang tua
di
gambaran
17
G.
1.
Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk
mengungkap
didikan moral
berbagai informasi
mengenai
yang diupayakan orang tua pada remaja,
terutama yang berkenaan dengan
konten moral,
situasi
tujuan
yang
dirumuskan
pen
diciptakan
suatu
pola
dan
pendidikan
metode,
hingga
moral
di
dapat dalam
keluarga.
2.
Manfaat
penelitian secara praktis,
hasil temuan
ini
dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi penelitian
lebih lanjut.
Juga dapat
digunakan oleh orang
tua,
guru dan lembaga-lembaga yang menyelenggarakan progam pendidikan
moral,
mengupayakan
sebagai
bahan
kegiatan mendidik moral
masukkan
pada
dalam
anaknya,
siswa, generasi muda dalam rangka membina remaja yang
memiliki
tanggung
jawab
moral
terhadap
dirinya,
masyarakat dan Tuhannya.
H.
Organisasi Tesis
Untuk pembahasan berikut BAB
I.
memudahkan upaya penyusunan tesis ini, dibagi
ke
dalam
empat
Bab
adalah
maka
sebagai
: Pendahuluan
Pada
bab pendahuluan ini dibahas mengenai latar
18
belakang didikan
masalah, fokus masalah, kedudukan moral
dalam penddikan
umum,
pen
perumusan
masalah, defenisi operasional, tujuan penelitian, manfaat penelitian. BAB
II.
Prosedur Penelitian
Dalam bab ini dikemukakan : metode dan pendekatan
penelitian, paradigma penelitian, sumber data dan responden
penelitian,
penelitian,
pengumpulan
instrumen data,
analisa data penelitian, dan
dan
tehnik
pengolahan
dan
pengujian keabsahan
data.
BAB III. Hasil Penelitian
Yang dikemukakan dalam hasil penelitian adalah nilai-nilai moral yang dibina orang tua,
pendidikan
moral
metode
yang dilakukan orang tua
remaja, situasi pendidikan moral
:
pada
yang diciptakan
orang tua, tujuan pendidikan moral yang diarahkan
orang tua, dan pola pendidikan moral pada
remaja
di dalam keluarga.
BAB
IV. Pembahasan, Implikasi dan Rekomendasi
Yang
dikemukakan
dalam
bab
ini
adalah
pembahasan hasil penelitian, Implikasi teori dan rekomendasi yang ditujukan pada keluarga, lembaga pendidikan
didikan
yang
menyelenggarakan
program
pen
moral remaja, generasi muda, serta bagi
peneliti selanjutnya.