BAB I BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemberian makanan anak di sekolah sesuai dengan rekomendasi diit adalah sesuatu yang penting. Sekolah berpotensi memberikan makan pagi dan makan siang di sekolah untuk menyediakan akses pada anak sekolah terhadap makanan yang bergizi dengan harga murah yang mendukung pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan (Stallings, Suitor & Taylor, 2010). Siswa disediakan makanan sehat di sekolah untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang makanan sehat dan memaparkan siswa terhadap makanan sehat di sekolah (Gates, 2011). Anak sekolah makan makanan atau snack di sekolah dapat membantu mengurangi rasa lapar selama menjalani hari di sekolah (World Food Programe, 2004). Implementasi pemberian makanan anak sekolah, mempunyai 3 alasan utama, yaitu : memenuhi kebutuhan sosial dan menyediakan jaring pengaman sosial di saat krisis, memperbaiki dampak pembelajaran dan pendidikan, serta meningkatkan gizi. Penyelenggaraan makan siang di sekolah bertujuan untuk mengajarkan setiap anak mempersiapkan, makan makanan yang sehat dan bergizi, memperkuat anak untuk membuat pilihan makanan yang sehat dan pendidikan anak-anak tentang hubungan antara pilihan makanan dan kesehatan keluarga, dan masyarakat (Rauzon et al., 2010). Beberapa bukti menunjukkan bahwa kebiasaan makan yang dilakukan sejak usia dini akan menetap hingga dewasa (Wang et al., 2002). Kualitas gizi makanan anak sekolah dipengaruhi oleh standar gizi, persyaratan makanan, makanan yang ditawarkan, makanan yang dipilih siswa, biaya makanan sekolah, sumber daya dalam pelayanan makanan anak sekolah, upaya pendidikan gizi, dan regulasi tentang gizi anak sekolah. Faktor-faktor tersebut dapat diimplementasikan dengan memperkuat komunitas sekolah, keterlibatan teman sebaya, pendidikan gizi, kesadaran dan keterlibatan orangtua dan masyarakat, pelatihan dan perlengkapan bagi staf pelayanan makanan anak sekolah, dan keterlibatan industri makanan (Stallings, Suitor & Taylor, 2010).
1
2
Beberapa pihak yang terlibat dan berpartisipasi dalam pemberian makanan anak sekolah di Indonesia dapat dilihat dalam Permendagri No 18 Tahun 2011 tentang pedoman pelaksanaan PMT-AS. Pemerintah daerah mengalokasikan dana pelaksanaan PMT-AS, masyarakat terlibat dalam hal pikiran, dana, tenaga dan kontribusi lainnya (Kemendagri, 2011). Guru menyelenggarakan kudapan (Asmari, 2001), mendampingi dan mengawasi proses makan siang untuk memastikan siswa menghabiskan makan siang tepat waktu (Tresnawati, 2009 dan Nurdiani, 2011), memberikan pendidikan gizi, higiene dan sanitasi siswa, serta memimpin berdoa (Studert et al., 2004), menjadi anggota komite makanan sekolah (Kent, 2006). Orangtua merencanakan menu makanan anak sekolah (Martens, 2007 dan Nurdiani, 2011), memberikan masukan dan pendapat tentang kebijakan pemberian makanan di sekolah (Molaison, Car & Federico, 2008), ikut mengembangkan intervensi makanan sekolah yang efektif
(Vereejken et al.,
2009), dan mengidentifikasi hambatan-hambatan pemberian makanan di sekolah (Cullen, Thomson & Watson, 2012) Kegiatan
pemberian
makanan
sehat
untuk
anak
sekolah
dapat
mengikutsertakan masyarakat. Masyarakat menyediakan kudapan sekali seminggu dengan dana masyarakat (Rohima, 2002), ibu-ibu menyediakan makanan anak di sekolah (Badruddin et al., 2008),
menjadi anggota komite makanan sekolah
(Kent, 2006). Profesional kesehatan merencanakan menu dan memberikan pendidikan higiene sanitasi proses pengolahan makanan (Studert et al., 2004). Sustainabilitas pemberian makanan di sekolah dapat dicapai dengan melibatkan berbagai pihak. Pembangunan kapasitas koalisi jangka panjang dan pathnership yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan kebijakan (Batan et al., 2011). Upaya lain agar pemberian makan sehat di sekolah dapat berkelanjutan adalah menggunakan bahan makanan organik yang menyediakan makanan untuk anak sekolah yang tidak mampu, dengan menggunakan makanan yang sesuai dengan budaya mereka sehari-hari dan waktu makan yang dipilih oleh orang tua serta pembelajaran tentang sopan santun kegiatan makan (Morgan dan Sonnino, 2006 dan Loes dan Nolting, 2011), jadwal waktu makan (Sabol, Struemper, & Zizza, 2011), menggunakan bahan makanan hasil produksi setempat (Bundy et
3
al., 2009) mengikutsertakan pertanian dan peternakan setempat (Langinger, 2011), menghubungkan murid dan sumber makanan dengan bekerjasama antara dewan sekolah, guru, murid dan pemuda (Rojas et al., 2011), partisipasi masyarakat yang kuat dan kepemilikan guru, orang tua dan anak (Bundy et al., 2009), mengimplementasikan intervensi gizi menggunakan pendekatan tim atau koalisi (Johnston et al., 2009). SD Model adalah sekolah negeri di pedesaan yang sudah sejak tahun 2008 melaksanakan pemberian makan siang dan snack di sekolah. Semua siswa berpartisipasi makan di sekolah. Sekolah negeri tersebut melaksanakan pemberian makanan sehat di sekolah tanpa menggantungkan dana pemerintah. Kepala sekolah membuat beberapa ketentuan lokal tentang makanan sehat di sekolah. Ketentuan tersebut dibuat agar sistem tetap berjalan dengan memanfaatkan sumber daya di sekolah dan masyarakat. Berdasarkan pada beberapa hal tersebut, sekolah mampu menyelenggarakan program pemberian makanan sehat di sekolah yang berkelanjutan sampai sekarang. Sustainabilitas (keberlanjutan) program merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan dan membangun momentum untuk mempertahankan perubahan masyarakat yang lebih luas dengan organisasi dan memaksimalkan sumber daya yang ada di masyarakat. Untuk itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang pemberian makanan sehat di sekolah di SD Model Kabupaten Sleman Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Bagaimana bentuk keterlibatan sekolah, orangtua dan masyarakat dalam pemberian makanan sehat di sekolah SD Model Kabupaten Sleman Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pelaksanaan pemberian makanan sehat di sekolah, bentuk keterlibatan sekolah, orangtua dan masyarakat di SD Model Kabupaten Sleman Yogyakarta.
4
2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pemberian makanan sehat di sekolah b. Untuk mengetahui bentuk keterlibatan sekolah dalam pemberian makanan sehat di sekolah c. Untuk mengetahui bentuk keterlibatan orangtua dalam pemberian makanan sehat di sekolah d. Untuk mengetahui bentuk keterlibatan masyarakat dalam
pemberian
makanan sehat di sekolah
D. Manfaat Penelitian 1.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan dan managemen pemberian makanan sehat di sekolah terutama di sekolah negeri
2.
Sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya yang ingin mendalami program pemberian makanan sehat di sekolah
E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai
pemberian makanan sehat di sekolah, keterlibatan
sekolah dan masyarakat di SD Model Kabupaten Sleman Yogyakarta sepengetahuan penulis, belum pernah dilakukan. Penelitian tentang pemberian makanan sehat di sekolah yang pernah dilakukan antara lain adalah : 1.
Rohima (2002), melakukan penelitian tentang studi keberlanjutan program makanan tambahan untuk anak sekolah (PMT-AS). Hasil penelitian menunjukkan adanya dukungan stake holder terhadap keberlanjutan program PMT-AS yang dilaksanakan secara mandiri oleh pemerintah daerah. Pihak sekolah mengajukan dana kepada swasta, sekolah dan masyarakat, bekerjasama dengan swasta (industri susu), dan mengumpulkan dana kudapan sekali seminggu dari masyarakat. Persamaan dengan penelitian ini adalah tentang pemberian makanan sehat di sekolah, penelitian kualitatif, sedangkan perbedaannya adalah, rancangan penelitian, subjek penelitian dan lokasi penelitian.
5
2.
Studert et al. (2004), melakukan penelitian pelaksanaan pemberian makanan anak
sekolah
berbasis
masyarakat,
implementasi,
manfaat
dan
sustainabilitasnya selama krisis ekonomi. Pelaksanaan pemberian makanan anak sekolah masih tetap berlangsung dalam keadaan krisis ekonomi. Ibu-ibu anggota PKK membeli bahan pangan dari petani setempat, mengurangi frekuensi dan ukuran snack. Bidan memberikan masukan dalam penyusunan menu meskipun beberapa jenis bahan makanan yang mahal dikurangi penggunaannya. Persamaan dengan penelitian ini adalah tentang pemberian makanan sehat di sekolah, penelitian kualitatif, perbedaannya adalah setting penelitian, subjek penelitian, dan lokasi penelitian. 3.
Badruddin et al. (2008), meneliti keterlibatan sekolah, orangtua, masyarakat dan universitas dan LSM dalam pemberian makanan sehat. LSM melakukan intervensi pendidikan gizi kepada orangtua dan masyarakat. Universitas membantu mewujudkan pemberian makanan sehat di sekolah. Persamaan dengan penelitian ini adalah tentang pemberian makanan sehat di sekolah, keterlibatan orangtua, sekolah, dan masyarakat, penelitian kualitatif, perbedaannya adalah setting penelitian, subjek penelitian, dan lokasi penelitian.
4.
Vereecken et al. (2009), melakukan penelitian tentang keterlibatan orangtua dan guru dalam kebijakan makanan di sekolah. Hasil penelitian digunakan sebagai masukan bagi sekolah dalam implementasi kebijakan makanan di sekolah. Persamaan dengan penelitian ini adalah tentang pemberian makanan sehat di sekolah, keterlibatan orangtua dan sekolah (guru), perbedaannya adalah setting penelitian, jenis penelitian, subjek penelitian, dan lokasi penelitian.
5.
Nurdiani (2011), melakukan penelitian tentang analisis penyelenggaraan makanan di sekolah dan kualitas menu bagi siswa sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anak sekolah terhadap program makanan anak sekolah yang menggunakan bentuk pelayanan makanan katering tidak dapat mencapai 100% dan penyediaan makanan dengan kantin sekolah mempunyai keragaman menu yang banyak. Wali kelas mendampingi
6
dan mengawasi proses makan siang. Guru dan orangtua merencanakan menu sebagai bentuk pengawasan dan pengontrolan penyelenggaraan makan di sekolah. Persamaan dengan penelitian ini adalah tentang pemberian makanan sehat di sekolah, keterlibatan orangtua dan sekolah (guru), sedangkan perbedaannya adalah setting penelitian, jenis penelitian, subjek penelitian, dan lokasi penelitian.