Handout MBS, Yusdin M.Ed 74
BAB 7 PENGANGGARAN DALAM RANGKA MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Standar Kompetensi Setelah perkualiahan ini mahasiswa diharapan dapat menganalisis penganggaran dalam rangka manejemen berbasiskan sekolah.
Kompetensi Dasar Setelah pembahasan dalam modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menganalisis penganggaran d alam rangka manejemen berbasiskan sekolah. yang meliputi:
Efesiensi dan efektifitas anggaran
Keunggulan Anggaran Berbasis Sekolah
Desain Anggaran dan Pembantuan
Pembahasan
A. Efesiensi dan efektifitas Anggaran MBS sejalan dengan otonomi pendidikan di Indonesia mengikti kebijakan otonomi daerah. Penafsiran MBS berbeda-beda sesuai dengan potensi daerah karena pengelolaan sekolah milik pemerintah, sementara di swasta telah berjalan, terutama dalam bidang penganggaran dan ketenagaan. Berkaitan dengan anggaran disadari
sekolah belum
sepenuhnya punya pengalaman yang memadai, persoalan sekolah tidak hanya terletak pada minimnya dana, tapi ditemukan distorsi dan deviasi penggunaannya, sekalipun ada kesadaran bahwa uang tidak mampu menyelesaikan masalah. Menurut Osborne dan Gaebler (dlm Danim: 139) anggaran yang digerakkan oleh misi akan memberikan beberapa dampak positif secara hipotesis dan kualitatif, yaitu:
Handout MBS, Yusdin M.Ed 75
a. anggaran yang digerakan oleh misi memberikan dorongan kepada setiap komunitas sekolah untuk menghemat uang, b. anggaran yang digerakan oleh misi membebaskan komunitas sekolah untuk menguji beberapa gagasa baru, c. anggaran yang digerakan oleh misi memberikan otonomi kepada unsure manajemen sekolah untuk merespons setiap kondisi lingkungan yang berubah, d. anggaran yang digerakkan oleh misi memberikan peluang kepada komunitas untuk dapat menciptakan lingkungan yang secara relative dapat diramalkan, e. anggaran yang digerakan oleh misi sangat menyederhanakan proses anggaran, f. anggaran yang digerakan oleh misi menghemat dana untuk auditor atau belanja pegawai lain yang kurang relevan, g. anggaran yang digerakan oleh misi membebaskan komunitas sekolah dari belenggu pengucuran dana yang tidak relevan dengan spekturum tugas pokok dan fungsi manusia yang ada didalamnya. Kemampuan sekolah di bidang penganggaran hanya salah satu aspek dari persoalan manajemen sekolah, namun mengutamakan mutu proses dan produk harus dikedepankan, antosias ini hanya dimiliki oleh orang yang benar-benarprofesional. Drajat profesional diperoleh dalam waktu yang lama dan menuntut pelatihan khusus. Efesiensi admnistrasi, keefektifan pendidikan dan keterlibatan partisipan adalah prinsip yang pokok dan pembiayaan sekolah. Kemapuan pembiayaan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan praktek penyelenggaraan sekolah. Posisi biaya terhadap mutu pendidikan bersifat linier, disamping faktor lain. Biaya pndidikan dapat dibedakan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung meliputi: 1.
Gaji guru dan pegawai,
2.
Pembelian tanah,
3.
Pembelian mebel sekolah,
4.
Pembangunan unit kelas baru,
5.
Pembangunan laboratorium,
6.
Pembelian bahan di laboratorium, dll.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 76
Biaya tidak langsung adalah: a. Hilangnya pendapatan anak karena tidak bekerja selama sekolah, b. Bebasnya beban pajak karena sifak sekolah yang tidak mencarikeuntungan finansial, c. Bebasnya biaya pemakaian peralatan kantor, misalnya komputer dan peralatan lain. d. Penyusutan nilai barang, dll.
Keunggulan Anggaran Berbasis Sekolah Penganggaran berbasiskan sekolah membuka peluang kepada institusi untuk mengkreasi anggaran, bebas mendapatkan dan membelajakan. Ada enam keuntungan teoritis penganggaran berbasiskan sekolah menurut Lowry (dlm Damin: 142), yaitu: 1. Desentralisasi yang dilakukan secara radikal memungkinkan staf sekolah terlibat secara penuh dalam manajemen sekolah. 2. Keterlibatan guru menumbuhkan komitmen dan motivai bagi mereka untuk bekerja lebih keras, 3. Jika masyarakat punya andil, maka akan muncul keterlibatan masyarakat lebih luas terhadap sekolah. 4. Keputusan berbasiskan sekolah akan menjadi lebih dapat dipertanggung jawabkan, tertentu sekolah harus menjawab keragu-raguan pihak masyarakat dan dinas-dinas yang beranggapan sekolah belum siap. 5. Anggaran akan lebih aman karena adanya efisiensi 6. Pembuatan keputusan keuangan dapat dengan cepat dilakukan termasuk ketika terjadi perubahan mata anggaran Dalam memfasilitasi partisipasi staf di dalam penganggaran berbasiskan sekolah, kepala sekolah diharapkan mampu mengembangkan proses manajemen partisipatif. Karena penerapan manajemen partisipatif dalam anggaran mengenut beberapa keuntungan, yaitu:
Guru terdorong mencari peluang untuk berpartisipasi di dalam memantapkan tujuan dan sasaran sekolah.
Guru akan lebih siap mengakses informasi sekolah bagi proses pembuatan keputusan.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 77
Guru akan mempunyai peluang untuk berpartisipasi di bidang proses perencanaan anggaran.
Waktu dan dukungan dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan terlaksananya sebuah proses.
Hubungan Perbantuan Keterbatasan pemerintah menyediakan dana menuntut adanya upaya kreatif untuk memperolah bantuan dana dari sumber lain. Hubungan dana dari sumber luar diperoleh dengan cara hubungan perbantuan. Model bantuan yang diharapkan adalah: 1. Model agrimen (agreement model), pada model ini, masing-masing institusi bebas membawa partner akademik dan fasilitas dari institusinya, bentuk kerja samanya adalah: a. Konsorsium lintas lembaga b. Konsorsium lintas departemen, c. Pengembangan staf secara bersama-sama, d. Kerja sama program penelitian, e. Penggunaan bangunan secara bersama, dsb. 2. Model persponsoran (sponsoring model), lembaga yang bertindak sebagai sponsor berhak menentukan kriterian aspek akademik dan peralatan yang diperlukan sebagai persyaratan pemberian bantuan. Pola ini menguntungkan karena membuka peluang optimalisasi sumber daya yang ada dari lembaga sponsor untuk menghilangkan kejenuhan yang potensial. Keuntungan lain dimana kultur akademik berinteraksi secara baik , tidak ada resiko kehilangan atau perubahan status atau identitas institusi dari lembaga yang kerja sama. 3. Model pemerintah (government model) adalah model dimana pemerintah penyandang dana sekaligus melakukan tugas pokok dan fungsi penyelenggara proyek. Keuntungan pola ini adalah: a. Sumber-sumber relatif terkonsentrasi pada satu institusi, tidak tersebar pada banyak institusi, b. Adanya konsentrasi sumber-sumber mendorong kualitas tinggi dalam bidang pembelajaran, penelitian, pengabdian dan layanan siswa,
Handout MBS, Yusdin M.Ed 78
c. Aksesibilitas sumber-sumber fasilitas membatu optimisme penggunaan sumber-sumber. d. Pola manajemen tunggal memungkinkan gerak pekerjaan dilakukan secara cepat.
B. Desain Anggaran dan Pembantuan Persoalan utama mengenai pembiayaan pendidikan
adalah apakah yang haus
dibiayai?, berapa besar dana yang diperlukan? darimana sumber dana tersebut. Bagaimana anggaran di desain tidak menjadi kepedulian karena itu urusan bendahara. Mespikun demikian kepala sekolah mengenal akrab dengan sistem penganggaran. Bagi sistem pengganggaran berbasiskan MBS terdapat lima sistem dalam mendesain penganggaran, yaitu: 1. penganggaran berbasis pada item-item pengeluaran (item-item budget.) 2. penganggaran berbasis pada program (programe budget system) 3. pengangagran berbasis nol (zero based budget) 4. penganggaran secara inkremental (incremental budget) 5. penganggaran secara kombinasi (combination of system) Contoh Penganggaran Berbasis Item Pengeluaran No.
Katagori Pengeluaran
Anggaran (Rp)
1.
Gaji
???
2.
Upah
???
3.
Biaya kontrak
????
4.
Perjalanan dinas
???
5.
Pembelian buku
???
6.
Pembelian komputer
???
7.
Dst.
???
Sistem ini amat memudahkan prusedur akunting, pemantauan keuangan, dan prosedur pelaporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti staf, dewan, majelis sekolah dan masyarakat umum.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 79
Sistem penganggaran berbasis program dapat dilihat tabelnya sebagai berikut: No. Program kegiatan 1.
2.
Anggaran (Rp)
Penataran Guru Bidng Studi <1.1 – 15 (Sum-up) Matematika: ???? 1. Gaji dan upah ???? panitia ???? 2. gaji dan upah ???? penatar ???? 3. komsumsi ???? 4. sewa hotel 5. ATK Pembelian alat bantu <2.1 - 2.6 (SumPembelajaran: up): 1. Mistar ??? 2. bola dunia ??? 3. atlas dunia ??? 4. Atlas Eropa ??? ???
Penganggaran berbasis Nol, dimana setiap anggaran dimulai dari nol, anggaran dibuat sedemikian rupa dengan menentukan perioritas program sekolah menurut area kegiatan, penganggaran berbasiskan nol hampir sama dengan kebijakan anggaran berimbang yang pernah dipakai di Indonesia. Contoh penganggaran berbasis Nol: No.
Program Kegiatan
Anggaran (Rp)
1.
Penataran Guru Bidang Studi Matematika:
35% dari total anggaran:
1. Gaji dan upah panitia 2. gaji dan upah penatar
???
3. komsumsi
???
4. sewa hotel
???
5. ATK
??? ???
2.
Pembelian alat bantu pembelajaran:
25% dari total anggaran
1. mister 2. bola dunia
????
Handout MBS, Yusdin M.Ed 80
3. atlas
???
4. dll
??? ???
Penganggaran secara Inkremental berbeda dengan penyusunan anggaran berbasiskan nol, penganggran ini berangkat dari asumsi bahwa anggaran tahun yang lalu menjadi basis penyusunan anggaran tahuan sekarang atau tahun berikutnya. Penyesuaian dapat dilakukan untuk masing-masing program atau area kegiatan dengan memerhatikan perubahan biaya satuan, jumlah personalia, material dan layanan. Sedangkan sistem kombinasi dalam penganggaran, yaitu kombinasi dari sistem penganggaran tersebt diatas, sepanjang dapat diterapkan dan memudahkan administrasi dan pertanggung jawabannya. Kombinasi ini ditentukan oleh kepala sekolah, bendahara menurut kesepakatan bersama.
D. Soal / Tugas Jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Bagaimana efisiensi dan efektifitas dalam anggaran? 2. Bagaimana keunggulan anggaran berbasiskan sekolah? 3. Apakah bentuk desain anggaran dan pembantuan? Daftar Pustaka: Bafadal, I. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya. Jakarta. Bumu Aksara. Balitbang, Depdiknas. 2004. Informasi Awal pelaksanaan Dewan pendidikan dan Komite Sekolah: Kasus di beberapa Propinsi pada tahun 2003. Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta. Bumiaksara. David, Jane L. Synthesis of Research on School-based Management. . Educational Leadership. Volume 46. Number 8. May 1989. Endri. 2007. Konsep ”Corporate Social Responsibility dan Prakteknya di Indonesia. (dlm) Jurnal Ilmu dan Budaya. Vol. 28 No. 8. Oktober. Jakarta. Unas. Ghazali, Abbas. Dr. 2000. Sistem pendidikan di Jepang. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 027, th-6-Nov. Hadiyanto dan Subijanto. 2003. Pengembalian kebebasan Guru untuk Mengkreasi Kelas dalam Manajemen berbasis Sekolah (MBS). (dlm) Jurnal pendidikan dan Kebudayaan. No. 40. th. 9. Januari. Http://www.ed.gov/databases/Eric Digestes/ed336845.html
Handout MBS, Yusdin M.Ed 81
Handoko, Hani. 2000. Manajemen. Jokyakarta. BP-FE. Husin, Zulkifli dan Rahmat Nur Sasongko. 2003. Manata Manajemen Pendidikan, antara Perbaikan Kualitas dan Gaji Guru di Era Otonomi Daerah. (dlm) Jurnal pendidikan dan Kebudayaan. No. 43. th. 9 . Juli. Jones, Jeff. 2005. Management Skills in Schools. London. A SAGA Publications Company. Kurhami, S. Karim A. 2002. Mengubah Wawasan dan Peran Guru Dalam Era Kesejagatan. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 035. Th. 8. Maret. Mariati. 2007. Menyoal Profil sekolah Bertaraf Internasional. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 67 – 13. Juli Miller, Mary Susan, Ph.D. 2006. Save Our School: 57 langkah menyelamatkan sekolah. Jokyakarta. Kanisius. Mulyasa, E. Dr., M.Ed. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. Rosda. Sagala, Syaiful, Dr. M.Pd. 2007. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung. Penerbit Alfabeta. Schwarz, S. Marc & Carroll Archiv B. 2003. Corporate Social Responsibility : A three domain approach (in) Business Ethics Quarterly. Vo. 13. Issu 4. pp : 503-530 SMK Kian Manarik Perhatian. 2008. Jakarta. Republika. 4 Juni. Slamet PH. 2000. Manajemen Berbasis sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 027, tahun ke-6. November 2000. Soetjipto dan Kosasi, R. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta. Renika Cipta. Suyatno, Thomas. 2004 Beberapa Faktor yang Menentukan Kualitas SMA. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 46. Th. 10. Januari. Takakura, Sho and Murata, Yokuo. 1997. Education in Jepan: Present System and Tasks/Curriculum and Instruction. Tokyo: Institute of Education, University of Tsukuba. Tilaar, HAR. 2006. Standar Pendidikan Nasional. Jakarta. Renika Cipta. Yazid, Abdullah. 2007. Halusinasi Mutu Pendidikan. Suara Karya. Jakarta. 18 May. Yuniarsih, Tjutju. 2004. Reformasi kepemimpinan Pendidikan. (dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 47 . th. 10. Maret.