MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan PrinsipPrinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas)
SKRIPSI Disusun oleh: BANGUN FERDINAND N 050903052
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA (S-1) ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas) Nama : Bangun Ferdinand N NIM : 050903052 Dosen Pembimbing : Dra. Elita Dewi, M.SP Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah sebuah bentuk baru dalam pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah dimana sekolah diberikan wewenang dan tanggungjawab yang lebih besar. Pengelolaan sekolah dalam bentuk ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu peningkatan partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Untuk itu perlu dilakukan survei di lapangan guna melihat apakah pelaksanan MBS tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik. Peneitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan MBS berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif survei. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan menggunakan angket, wawancara, penelitian kepustakaan, dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisa data yang dipergunakan adalah analisa data statistik dengan menggunakan tabel frekuensi. Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa pelaksanaan MBS di SMAN 1 Barumun telah sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik. Kesesuaian ini dapat dilihat dari peningkatan partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas warga sekolah dalam mengelola sekolah. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa pelaksanaan MBS di SMAN 1 Barumun mengalami beberapa kendala terutama kurangnya informasi dan belum adanya penataran yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait terhadap warga sekolah tentang pelaksanaan MBS. Hambatan lainnya adalah rendahnya peningkatan kualitas dan kuantitas kritik dan saran siswa dan orangtua siswa, ketidaksesuaian keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan warga sekolah, rendahnya peningkatan kepercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, rendahnya penambahan wawasan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah, rendahnya pengurangan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah, rendahnya peningkatan kepuasan siswa dan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan mengoptimalkan informasi dari luar instansi, mengadakan rapat musyawarah, meningkatkan pengawasan dan pengendalian, membuat sebuah sistem kredit poin, dan berupaya memberikan informasi yang jelas kepada semua pihak tentang seluruh kegiatan di sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada laporan pertanggungjawaban.
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Kata Kunci: manajemen, sekolah, manajemen berbasis sekolah, prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik.
DAFTAR ISI ABSTRAK.........................................................................................................
i
DAFTAR ISI .....................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................................
1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian....................................................................................
7
E. Kerangka Teori .........................................................................................
7
1. Manajemen ..........................................................................................
7
2. Sekolah ...............................................................................................
8
a. Sekolah dalam Pendekatan Sistem ...................................................
8
b. Sekolah dalam Pendekatan Aktor.....................................................
10
3. Manajemen Berbasis Sekolah ..............................................................
15
4. Prinsip-prinsip Tata Kelola Sekolah yang Baik ....................................
18
a. Peningkatan Partisipasi ....................................................................
18
b. Peningkatan Transparansi ................................................................
20
c. Peningkatan Akuntabilitas ...............................................................
21
F. Defenisi Konsep ........................................................................................
23
G. Defenisi Operasional ................................................................................
24
H. Sistematika Penulisan ...............................................................................
26
BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian .....................................................................................
27
B. Lokasi Penelitian ......................................................................................
28
C. Populai dan Sampel ..................................................................................
28
1. Populasi...............................................................................................
28
2. Sampel ................................................................................................
29
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................................
30
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
E. Teknik Analisa Data .................................................................................
31
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Sekolah SMAN 1 Barumun .............................................
32
B. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ..................................................................
33
1. Visi .....................................................................................................
33
2. Misi .....................................................................................................
33
3. Tujuan Sekolah....................................................................................
34
C. Sumberdaya Sekolah ................................................................................
35
BAB IV PENYAJIAN DATA A. Data Primer ..............................................................................................
38
1. Kuesioner ............................................................................................
38
a. Identitas Responden .........................................................................
38
b. Variabel Penelitian ..........................................................................
42
2. Wawancara ..........................................................................................
58
a. Identitas Informan ............................................................................
58
b. Jawaban Informan atas Variabel Penelitian ......................................
59
B. Data Sekunder ..........................................................................................
71
1. Kepustakaan ........................................................................................
72
2. Dokumentasi .......................................................................................
73
BAB V ANALISA DATA A. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah ...............................................
77
B. Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik ........................................
77
1. Peningkatan Partisipasi ........................................................................
78
2. Peningkatan Transparansi ....................................................................
79
3. Peningkatan Akuntabilitas ...................................................................
82
C. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah ......................................................................................
84
1. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Peningkatan Partisipasi ....
85
2. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Peningkatan Transparansi
86
3. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Peningkatan Akuntabilitas
88
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................................
91
1. Operasional Manajemen Berbasis Sekolah berdasarkan Prinsip-prinsip Tata Kelola Sekolah yang Baik di Sekolah SMAN I Barumun .................
91
2. Hambatan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah berdasarkan Prinsipprinsip Tata Kelola Sekolah yang Baik di Sekolah SMAN I Barumun .....
92
3. Upaya yang Dilakukan oleh Warga Sekolah SMAN I Barumun dalam Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah ............
93
B. Saran ........................................................................................................
94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
96
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
98
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Data Guru SMAN 1 Barumun .................................................................. 35 Tabel 2: Data Pegawai Administrasi SMAN 1 Barumun ........................................ 35 Tabel 3: Data Siswa SMAN 1 Barumun ................................................................. 36 Tabel 4: Data Inventarisasi dan Ruangan SMAN 1 Barumun ................................. 36 Tabel 5: Data Bangunan/Gedung SMAN 1 Barumun ............................................. 37 Tabel 6: Data Keanggotaan Komite Sekolah SMAN 1 Barumun Tahun 2008......... 37 Tabel 7: Tabel Distribusi Identitas Pegawai Sekolah berdasarkan Jenis Kelamin .... 39 Tabel 8: Tabel Distribusi Identitas Pegawai Sekolah berdasarkan Umur ................. 39 Tabel 9: Tabel Distribusi Identitas Pegawai Sekolah berdasarkan Status Pegawai .. 39 Tabel 10: Tabel Distribusi Identitas Pegawai Sekolah berdasarkan Masa Kerja ...... 39 Tabel 11: Tabel Distribusi Identitas Siswa berdasarkan Jenis Kelamin ................... 40 Tabel 12: Tabel Distribusi Identitas Siswa berdasarkanUmur ................................. 40 Tabel 13: Tabel Distribusi Identitas Siswa berdasarkan Jurusan ............................. 40 Tabel 14: Tabel Distribusi Identitas Orangtua Siswa berdasarkan Jenis Kelamin .... 41 Tabel 15: Tabel Distribusi Identitas Orangtua Siswa berdasarkan Umur ................. 41 Tabel 16: Tabel Distribusi Identitas Orangtua Siswa berdasarkan Pekerjaan .......... 41 Tabel 17: Tabel Distribusi Identitas Orangtua Siswa berdasarkan Pendidikan ........ 42 Tabel 18: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta Pegawai Sekolah dalam hal jasa (pemikiran, keterampilan), dana, moral, dan material/barang ................................................................................................ 43 Tabel 19: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta Siswa dalam hal jasa (pemikiran, keterampilan), dana, moral, dan material/barang ...................................................................................................... 43 Tabel 20: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta Orangtua Siswa dalam hal jasa (pemikiran, keterampilan), dana, moral, dan Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
material/barang ...................................................................................................... 44 Tabel 21: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan tanggung jawab Pegawai Sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah .............. 44 Tabel 22: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan tanggung Jawab Siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah............................... 44 Tabel 23: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan tanggung Jawab Orangtua Siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah ............... 45 Tabel 24: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kualitas dan Kuantitas masukan (kritik dan saran) dari Pegawai Sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan .................................................................................................... 45 Tabel 25: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kualitas dan Kuantitas masukan (kritik dan saran) dari Siswa untuk peningkatan mutu pendidikan ............................................................................................................. 46 Tabel 26: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kualitas dan Kuantitas masukan (kritik dan saran) dari Orangtua Siswa untuk peningkatan mutu pendidikan .................................................................................................... 46 Tabel 27: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepedulian Pegawai Sekolah kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.............................................................................. 47 Tabel 28: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepedulian Siswa kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan .................................................................................................... 47 Tabel 29: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepedulian Orangtua Siswa kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.............................................................................. 47 Tabel 30: Tabel distribusi pendapat responden tentang kesesuaian keputusankeputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat Pegawai Sekolah dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan ......................................... 48 Tabel 31: Tabel distribusi pendapat responden tentang kesesuaian keputusankeputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat Siswa dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan ............................................................. 48 Tabel 32: Tabel distribusi pendapat responden tentang kesesuaian keputusankeputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat Orangtua Siswa dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan ............................................ 49 Tabel 33: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan Pegawai Sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik Korupsi, Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Kolusi, dan Nepotisme ........................................................................................... 49 Tabel 34: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan Siswa bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ....................................................................................................... 50 Tabel 35: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan Orangtua Siswa bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ........................................................................................... 50 Tabel 36: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan Pegawai Sekolah bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang professional .. 51 Tabel 37: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan Siswa bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang professional.................... 51 Tabel 38: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan Orangtua Siswa bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang professional .... 51 Tabel 39: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta Pegawai Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah .............................................. 52 Tabel 40: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta Siswa terhadap penyelenggaraan sekolah ............................................................... 52 Tabel 41: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta Orangtua Siswa terhadap penyelenggaraan sekolah ................................................ 53 Tabel 42: Tabel distribusi pendapat responden tentang penambahan wawasan dan pengetahuan Pegawai Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah.......................... 53 Tabel 43: Tabel distribusi pendapat responden tentang penambahan wawasan dan pengetahuan Siswa terhadap penyelenggaraan sekolah ........................................... 53 Tabel 44: Tabel distribusi pendapat responden tentang penambahan wawasan dan pengetahuan Orangtua Siswa terhadap penyelenggaraan sekolah ........................... 54 Tabel 45: Tabel distribusi pendapat responden tentang pengurangan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah .......................... 54 Tabel 46: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepuasan Pegawai Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah .............................................. 55 Tabel 47: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepuasan Siswa terhadap penyelenggaraan sekolah ............................................................... 55 Tabel 48: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepuasan Orangtua Siswa terhadap penyelenggaraan sekolah ................................................ 56 Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Tabel 49: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kesadaran Pegawai Sekolah tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah............................................................................................................... 56 Tabel 50: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kesadaran Siswa tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikandi sekolah . 56 Tabel 51: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kesadaran Orangtua Siswa tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah............................................................................................................... 57 Tabel 52: Tabel distribusi pendapat responden tentang pengurangan kasus KKN di sekolah............................................................................................................... 57 Tabel 53: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kesesuaian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat 58 Tabel 54: Data Iuran Uang Pembangunan di SMAN 1 Barumun 2006-2009 .......... 73 Tabel 55: Data Iuran Bulanan Siswa di SMAN 1 Barumun 2006-2009................... 74 Tabel 56: Data Kontribusi Orangtua Siswa di SMAN 1 Barumun 2006-2009 ......... 75
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya novel Laskar Pelangi yang kemudian diikuti dengan penayangan filmnya di beberapa bioskop, memberikan dampak yang besar bagi dunia pendidikan. Berbagai bentuk tanggapan positif dari masyarakat Indonesia membuat Laskar Pelangi menjadi sebuah bacaan dan tontonan yang menarik bagi semua kalangan dan tidak terkecuali para pemimpin negara ini. Laskar Pelangi bukan hanya menyajikan nilai-nilai positif bagi pendidikan, namun lebih daripada itu, Laskar Pelangi mampu mengangkat masalah pendidikan sebagai isu penting dari sekian banyak masalah yang dihadapi negara ini. Jika menyimak alur cerita yang disajikan oleh Andrea Hirata sebagai penulis dan pelaku sejarah Laskar Pelangi, secara tidak langsung cerita ini memberikan dukungan terhadap kritikan akan sistem pendidikan yang selama ini bersifat input-oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Dalam cerita tersebut, sekolah justru mampu meningkatkan mutu pendidikan dengan segala keterbatasannya, bukan hanya mengalami keterbatasan penyediaan buku dan alat belajar lainnya, atau penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan, namun juga mengalami keterbatasan jumlah siswa.
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Dengan munculnya Laskar Pelangi tersebut, pertanyaan akan apa yang salah dengan sistem pendidikan kita sedikit terjawab. Masalah rendahnya mutu pendidikan kita bukan hanya sekedar akibat kekurangan input pendidikan, bahkan beberapa pengamat pendidikan di Indonesia mengatakan bahwa input pendidikan bukanlah penyebab utama yang mengakibatkan lambatnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Namun, yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah bagaimana manajemen pendidikan tersebut yang dimulai dari sistem pendidikan dan landasan hukum, pendelegasian wewenang, sampai kepada keterlibatan masyarakat. Itu berarti bahwa pengaruh input dalam meningkatkan mutu pendidikan juga merupakan sebuah proses yang melibatkan peranan manajemen. Peranan manajemen ini dapat disimpulkan dengan melihat darimana, bagaimana, dan untuk apa input tersebut disediakan serta pertanggungjawaban yang harus dilakukan pihak pengelola terhadap pemberi input tersebut (Depdiknas, 2006:1). Berhubungan dengan penjelasan di atas, saat ini sedang berlangsung perubahan orientasi manajemen yang berorientasi kepada pasar sehingga aspirasi masyarakat menjadi pertimbangan utama dalam mengolah dan menetapkan kebijaksanaan untuk mengatasi persoalan yang timbul. Selain itu, pendekatan kekuasaan bergeser ke sistem yang mengutamakan peranan rakyat sehingga kedaulatan rakyat menjadi pertimbangan utama dalam tatanan yang demokratis. Perubahan-perubahan ini dalam masyarakat lebih dikenal dengan istilah otonomi dimana masyarakat menjadi aktor utama dalam setiap kegiatan. Perubahan-perubahan ini berpengaruh juga terhadap dunia pendidikan sehingga desentralisasi pendidikan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Tentu saja desentralisasi pendidikan bukan bermakna negatif, yaitu untuk mengurangi wewenang Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
atau intervensi pejabat atau unit pusat melainkan lebih berwawasan keunggulan. Kebijakan umum yang ditetapkan oleh pusat sering tidak efektif karena kurang mempertimbangkan keragaman dan kekhasan daerah. Selain itu, sistem sentralisasi kebijakan juga membawa dampak ketergantungan terhadap sistem pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, menghambat kreativitas, dan menciptakan budaya menunggu petunjuk dari atas. Dengan demikian desentralisasi pendidikan bertujuan untuk memberdayakan peranan unit bawah atau masyarakat dalam menangani persoalan pendidikan di lapangan. Banyak persoalan pendidikan yang sepatutnya bisa diputuskan dan dilaksanakan oleh unit tatanan di bawah atau masyarakat. Sejak beberapa waktu terakhir, kita dikenalkan dengan pendekatan baru dalam manajemen sekolah yang disebut sebagai manajemen berbasis sekolah (school based management) atau disingkat MBS. Di mancanegara, seperti Amerika Serikat, pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup lama. Pada 1988 American Association of School Administrators, National Association of Elementary School Principals, and National Association of Secondary School Principals, menerbitkan dokumen berjudul school based management, a strategy for better learning. Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatan ini muncul belakangan sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagai paradigma baru dalam pengoperasian sekolah (Dharma, 2003). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dikembangkan dari hasil penelitian tentang sekolah efektif, dimana sejak tahun 1999, Depdiknas telah melakukan uji coba terhadap sekolah negeri dan swasta untuk menerapkan MBS dengan nama awal Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Konsepnya berupa Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
desentralisasi manajemen sumber-sumber daya ke tingkat sekolah yang meliputi pengetahuan, teknologi, kewenangan, bahan, orang, waktu, dan keuangan. Keputusan yang dibuat di tingkat sekolah harus dalam kerangka kebijakan nasional. Dengan demikian, sekolah masih harus bertaggung jawab kepada pemerintah atau pemerintah daerah, tidak hanya kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam pendidikan. Dalam konsep MBS, desentralisasi pendidikan mencakup tiga hal, yaitu; manajemen berbasis lokasi, pendelegasian wewenang, dan inovasi kurikulum. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dibuatlah sebuah sistem manajemen baru dalam pengelolaan pendidikan. Sistem ini disebut dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Secara yuridis, MBS merupakan sebuah semangat otonomi yang juga didasari oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU tersebut, menegaskan bahwa penyelengaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial menjadi urusan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjamin bahwa pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Kemudian Rencana Strategis Depdikas Tahun 2005–2009, bagian Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, dinyatakan bahwa pengembangan kapasitas dilaksanakan dalam rangka penerapan Manajemen Berbasis Sekolah. Secara yuridis, penerapan MBS dijamin oleh peraturan perundangundangan berikut: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1) “pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”; 2. Udang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004 pada Bab VII tentang Bagian Program Pembangunan Bidang Pendidikan, khususnya sasaran (3) “terwujudnya Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
3. 4. 5.
manajemen pendidikan yang berbasis pada sekolah dan masyarakat (school/community based management)”; Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah; Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087 Tahun 2004 Tentang Standar Akreditasi Sekolah, khususnya tentang manajemen berbasis sekolah; Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, khususnya standar pengelolaan sekolah yaitu manajemen berbasis sekolah (Depdiknas, 2006:3).
Konsep MBS dapat dilihat dari berbagai bidang. Namun dalam penelitian ini, MBS akan dibahas dari pendekatan operasional. Dalam pendekatan operasional, MBS harus dilihat dari variabel-variabel yang berkaitan dengan aspek operasional MBS, dimana operasional MBS adalah untuk meningkatkan kinerja sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik. Prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik tersebut adalah peningkatan partisipasi, peningkatan transparansi, dan peningkatan akuntabilitas. Untuk itu, penelitian ini akan melihat bagaimana MBS dari segi opersionalnya yaitu prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yang variabelnya adalah peningkatan partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Dengan kata lain, penelitian ini akan melihat bagaimana MBS dilihat dari proses operasionalnya di lapangan. Berdasarkan penjelasan di atas, sebagian wewenang dan tanggungjawab pendidikan telah diserahkan kepada sekolah sesuai dengan konsep MBS. Untuk melaksanakan wewenang tersebut, sekolah harus mampu menerapkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik Hal ini juga terjadi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. Dimana sekolah ini telah memiliki kewenangan dan tanggungjawab dalam berbagai bidang untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara teoritis, pelaksanaan MBS di SMAN 1 Barumun seharusnya telah mampu meningkatkan kinerja sekolah. Namun, MBS diharapkan dapat merubah Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
paradigma yang selalu melihat kepada hasil akhir dimana keberhasilan MBS hanya dilihat dari peningkatan kinerja tanpa melihat apakah dalam pelaksanaannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik. Untuk itu, perlu dilakukan survei di lapangan untuk melihat apakah sekolah ini telah mampu meningkatkan partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas warga sekolahnya serta hambatan-hambatan apa saja yang dialami sekolah tersebut. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang MBS di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik, sehingga peneliti mengangkat judul “Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik)”.
B. Perumusan Masalah Permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara?”.
C. Tujuan Penelitian Singarimbun menyakan bahwa tujuan dari penelitian survei dalam bentuk penelitian operasional adalah untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang berkaitan dengan aspek operasional dan mengidentifikasi hambatan-hambatan operasional tersebut. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini dilaksanakan adalah: 1. Untuk mengetahui operasional Manajemen Berbasis Sekolah berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik di sekolah SMAN I Barumun; Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
2. Untuk mengidentifikasi hambatan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik di sekolah SMAN I Barumun; 3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh warga sekolah SMAN I Barumun dalam mengatasi hambatan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah yang dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan di masa mendatang. D. Manfaat Penelitian Selain untuk mencapai tujuan penelitian, maka suatu penelitian harus mempunyai manfaat yang jelas. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti sendiri adalah untuk dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama proses perkuliahan serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang Manajemen Berbasis Sekolah; 2. Bagi FISIP USU, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Ilmu Administrasi Negara tentang Manajemen Berbasis Sekolah; 3. Bagi Pemerintah, sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk lembaga pendidikan, khususnya SMAN 1 Barumun dan sekolah-sekolah lainnya di Kabupaten Padang Lawas.
E. Kerangka Teori 1. Manajemen Istilah dan pengertian manajemen (management) lahir di dua negara yakni Amerika Serikat, dipelopori oleh F.W. Taylor (1856-1915), dan di Perancis, oleh Henri Fayol (1841-1925). Di Perancis sendiri istilah yang dikenal untuk pengertian ini adalah Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
administration (bahasa Perancis), yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris antara lain oleh Luther Gullick dengan Management (Westra, 2002:25). Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, istilah manajemen diartikan sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi di dalamnya tergantung sudut pendekatan dan pandangan para ahli manajemen. Salah satu ahli manajemen yaitu G.R. Terry, membagi fungsi-fungsi manajemen dalam empat bidang yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling (pengendalian), (Hasibuan, 2005:3-9). Salah satu pendapat yang mendefenisikan manajemen jika ditinjau dari bidang pendidikan adalah Made Pidarta (2004:4), yang menyebutkan bahwa dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Sekolah Sekolah dalam penelitian ini dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu, sekolah dalam pendekatan sistem dan sekolah dalam pendekatan aktor. Dalam pendekatan sekolah sebagai sebuah sistem, maka sekolah akan dilihat dari sudut lembaga atau organisasional. Artinya, sekolah akan dilihat dalam bentuk organisasi yang tediri dari beberapa subsistem yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan pendekatan aktor, sekolah akan dilihat dari seluruh stakeholder yang tergabung dalam Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
sekolah. Stakeholders sekolah meliputi pimpinan sekolah, masyarakat, pegawai sekolah, dan siswa. Kelompok masyarakat dibatasi dalam ruang lingkup orangtua siswa yang tergabung dalam komite sekolah.
a. Sekolah dalam Pendekatan Sistem Dalam penelitian ini, sesuai dengan konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah, maka sekolah dapat diartikan sebagai sebuah sistem. Sekolah atau pendidikan bila ia dipandang sebagai sistem, maka ia termasuk sistem terbuka. Sistem terbuka artinya sekolah atau pendidikan itu tidak mengisolasi diri dari lingkungannya melainkan selalu mengadakan kontak hubungan dan kerjasama (Pidarta, 2004:24). Departemen Pendidikan Nasional, dalam buku panduan Manajemen Berbasis Sekolah, menjelaskan secara lengkap tentang sekolah sebagai sebuah sistem sebagai berikut: Sekolah sebagai sistem tersusun dari konteks, input, proses, output, dan outcome. Konteks berpengaruh pada input, input berpengaruh pada proses, proses berpengaruh pada output, output berpengaruh pada outcome. Berikut ini adalah pejelasan tentang masing-masing komponen sistem yang dimaksukan: 1. Konteks adalah eksternalitas yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan dan karenanya harus diinternalisasikan ke dalam penyelenggaraan sekolah. Konteks meliputi kemajuan IPTEK, nilai dan harapan masyarakat, dukungan pemerintah dan masyarakat, kebijakan pemerintah, landasan yuridis, tuntutan otonomi, tuntutan globalisasi, dan tuntutan pengembangan diri serta peluang tamatan untuk melanjutkan pendidikan ataupun untuk terjun ke masyarakat; 2. Input sekolah adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk berlangsungnya proses pendidikan, khususnya proses belajar-mengajar. Input digolongkan menjadi dua yaitu yang diolah dan pengolahanya. Input yang diolah adalah siswa dan input pengelolah meliputi visi, misi, tujuan, sasaran; kurikulum; tenaga kependidikan; dana; sarana dan prasarana, regulasi sekolah, organisasi sekolah, administrasi sekolah, budaya sekolah, dan peran masyarakat dalam mendukung sekolah; 3. Proses adalah kejadian berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Proses meliputi manajemen, kepemimpinan, dan utamanya proses belajar-mengajar. Dalam pendidikan, proses adalah kejadian berubahnya siswa belum terdidik menjadi siswa terdidik; Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
4. Output pendidikan adalah hasil belajar (prestasi belajar) yang merefleksikan seberapa efektif proses belajar mengajar diselenggarakan. Peningkatan prestasi belajar ditunjukkan oleh peningkatan kamampuan dasar dan kemampuan fungsional; 5. Outcome adalah dampak jangka panjang dari output/hasil belajar, baik dampak bagi individu tamatan maupun bagi masyarakat. Outcome memiliki dua dimensi yaitu kesempatan melanjutkan pendidikan dan kesempatan kerja dan pengembangan diri tamatan (Depdiknas, 2006:5-6).
Sesuai dengan semangat dan nilai-nilai yang terkandung dalam otonomi, untuk meningkatkan kinerja sekolah, maka diperlukan pemberian kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah meliputi pengelolaan proses belajar mengajar, perencanaan dan evaluasi, pengelolaan kurikulum, pengelolaan ketenagaan, pengelolaan fasilitas (peralatan dan perlengkapan), pengelolaan keuangan, pelayanan siswa, hubungan sekolah-masyarakat, dan pengelolaan iklim sekolah. Implementasi dari pemberian kewenangan dan tanggungjawab secara benar akan memberikan dampak positif terhadap perubahan tingkah laku warga sekolah yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
b. Sekolah dalam Pendekatan Aktor Secara sederhana, Manajemen Berbasis Sekolah dapat diartikan sebagai sebuah pengaturan kegiatan pelaksanaan pendidikan yang menyangkut peran serta kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan siswa, sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawab yang dimiliki sekolah. Keberhasilan pelaksanaan MBS dalam meningkatkan kinerja sekolah dapat dilihat dari bagaimana masing-masing peranan dilaksanakan dan bagaimana hubungan antara pemegang peranan itu sendiri sesuai dengan prinsip tata kelola yang baik, yaitu: a. Kepala Sekolah Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Kata “kepala sekolah” tersusun dari dua kata yaitu “kepala” yang dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga, dan “sekolah” yaitu sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberdayakan komponen-komponen yang ada di sekolah yaitu guru, komite sekolah, dan siswa. Kepemimpinan dalam konteks MBS merupakan sebuah peran yang harus dijalankan oleh kepala sekolah dan para wakilnya. Danim (2002:121) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dia juga menjelaskan bahwa aktivitas kepala sekolah sebagai pimpinan terjelma dalam bentuk memberi perintah, membimbing, dan mempengaruhi kelompok kerja atau orang lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Sebagai seorang pemimpin, maka seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajerial terutama untuk menyusun program atau mengambil keputusan yang harus diterapkan dalam kelangsungan proses belajar mengajar. Kepala sekolah juga dituntut untuk dapat memberi keteladanan dalam pelaksanaan tugas, menyusun administrasi dan program sekolah, menentukan anggaran belanja sekolah, dan pembagian pelaksanaan tugas, menguasai dan mampu mengambil kebijaksanaan serta keputusan yang bersifat memperlancar dan meningkatkan kualitas pendidikan. Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Sementara itu, hubungan kepala sekolah dengan orangtua murid (komite sekolah), guru sebagai bawahannya, dan siswa harus terjalin dengan baik. Kepala sekolah harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua murid dalam pengambilan keputusan terutama dalam hal pendanaan (keuangan). Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan bagi guru dalam pembuatan kebijakan dalam menyusun kerangka desain strategi dan arah pengembangan sekolah terutama dalam peningkatan mutu pendidikan. Sedangkan untuk murid, kepala sekolah harus mampu menciptakan suasana yang baik sehingga memacu semangat siswa dalam peningkatan prestasi belajar.
b. Komite Sekolah Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Kepengurusan komite sekolah terdiri atas ketua, sekretaris, dan bendahara. Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan kutipan dari Lampiran II Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002, tanggal 2 April 2002 tentang Acuan Pembentukan Komite Sekolah: Komite Sekolah bertujuan untuk: 1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; 2. Meningkatkan tanggungjawab dan peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan. Komite Sekolah berperan sebagai: 1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; 2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; 3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; 4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan. Komite Sekolah berfungsi sebagai berikut: 1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; 4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: a. kebijakan dan program pendidikan; b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS); c. kriteria kinerja satuan pendidikan; d. kriteria tenaga kependidikan; e. kriteria fasilitas pendidikan; dan f. hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan; 5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; 6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan; 7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002, tanggal 2 April 2002). Hubungan antara Komite Sekolah dengan stakeholder lainnya juga diatur dalam Keputusan Menteri tersebut. Dalam keputusan itu, disebutkan bahwa tata hubungan antara komite sekolah dengan satuan pendidikan, Dewan Pendidikan, dan institusi lain yang bertanggungjawab dalam pengelolaan pendidikan dengan komite-komite sekolah pada satuan pendidikan lain bersifat koordinatif. Komite diharapkan bekerjasama
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
dengan kepala sekolah sebagai partner untuk mengembangkan kualitas sekolah dengan menggunakan konsep MBS dan masyarakat yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 (pasal 56) merupakan dasar hukum yang memberikan kesempatan dan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Pasal 56 ayat 1 secara jelas menyatakan bahwa masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah. Undang-undang ini juga memberikan hak dan kewajiban kepada komite sekolah/madrasah dalam hal peran untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan melalui pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
c. Guru Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, disebutkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru sebagai pendidik ataupun sebagai pengajar merupakan faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Tugas guru yang utama adalah memberikan pengetahuan (cognitive), sikap/nilai (affective), dan keterampilan (psychometer) kepada anak didik. Tugas guru di lapangan pengajaran berperanan juga sebagai pembimbing
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian tugas dan peranan guru adalah mengajar dan mendidik. Berdasarkan pengalaman di Australia Barat, hasil penelitian Dellar dari Curtin University, pelaksanaan MBS menunjukkan peningkatan partisipasi guru pada pembuatan keputusan dan perencanaan pengembangan sekolah. Guru dapat terlibat dalam pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber yang dimiliki sekolah dan memberikan masukan kepada pimpinan tentang bagaimana strategi yang harus dilakukan dalam peningkatan mutu sekolah. Bahkan dari hasil penelitian tersebut, sekitar 54% mengindikasikan bahwa sumber-sumber yang ada tidak secara otomatis menjadi jaminan bagi keefektifan proses pembelajaran (Danim, 2002:221-223). d. Siswa Siswa dalam MBS bukan hanya sekedar sebagai input tetapi juga berperan dalam penilaian tentang prestasi sekolah yang bersangkutan. Hal ini biasanya dapat dilihat disetiap menjelang tahun ajaran baru dimana terjadi penumpukan calon siswa yang ingin diterima di lembaga pendidikan atau sekolah favorit. Namun lebih daripada itu, siswa juga mempunyai peranan yang sangat besar dalam kesuksesan pelaksanaan MBS untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam menilai mutu pendidikan, indikator utama yang dipergunakan adalah bagaimana kualitas siswa yang menjadi lulusan sekolah tersebut. Pendidikan dapat dikatakan bermutu jika siswa lulusan sekolah tersebut dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan mampu bersaing dalam bursa kerja atau mungkin membuka lapangan pekerjaan baru. Danim (2002:77) secara tegas mengatakan bahwa selain komite sekolah, siswa merupakan salah satu komponen integral dalam mendiskusikan program-program yang Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
akan dilaksanakan. Hal ini diutarakan dengan pertimbangan bahwa dalam mendiskusikan program tersebut, yang paling menentukan bukanlah darimana ide itu, melainkan apakah ide yang ada benar-benar bermakna bagi organisasi sekolah. Dengan demikian, dalam pelaksanaan MBS untuk meningkatkan mutu pendidikan, siswa dapat memberikan saran tentang bagaimana program yang baik untuk dilaksnakan dan bagaimana seharusnya program itu dilaksanakan.
3. Manajemen Berbasis Sekolah Manajemen Berbasis Sekolah merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dengan maksud agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan. Pada sistem ini, sekolah dituntut secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Dalam buku panduan Manajemen Berbasis Sekolah yang disusun oleh Departemen Pendidikan Nasional pada Tahun 2006, Manajemen Berbasis Sekolah diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesankeluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb), untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan otonomi tersebut, sekolah diberikan kewenangan dan tanggungjawab untuk mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan tuntutan Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
sekolah serta masyarakat atau stakeholder yang ada (Depdiknas, 2006:10). Partisipasi yang dimaksud adalah penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik dimana warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb), didorong untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan sampai tahap evaluasi. Pengertian lain dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah model pengelolaan sekolah berdasarkan kekhasan, kebolehan, kemampuan, dan kebutuhan sekolah, yang dilakukan secara partisipatif, transparan, akuntabel, berwawasan ke depan, tegas dalam penegakan hukum, adil, egaliter, prediktif, peka terhadap aspirasi stakeholder, pasti dalam jaminan mutu, profesional, efisien dan efektif, dalam rangka peningkatan mutu (Slamet, 2006:34). Dalam pelaksanaan MBS ini dituntut kemampuan profesional dan manajerial dari semua komponen warga sekolah di bidang pendidikan agar semua keputusan yang dibuat sekolah didasarkan atas pertimbangan mutu pendidikan. Khususnya kepala sekolah harus dapat memposisikan sebagai agen perubahan di sekolah. Danim (2002:22), secara sederhana mendefenisikan Manajemen Berbasis Sekolah sebagai desentralisasai kewenangan pembuatan keputusan pada tingkat sekolah. Pembuatan Keputusan merupakan inti dari keseluruhan proses dan substansi tugas manajemen sekolah. Defenisi ini memberikan penjelasan bahwa melalui MBS, pihak sekolah dan para stakeholder mempunyai wewenang untuk membuat keputusan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nsional. Keputusan yang diambil menyangkut seluruh aspek yang berhubungan dengan setiap pelaksanaan pendidikan di lingkungan sekolah berdasarkan peraturan yang berlaku. Dengan adanya kewenangan ini, pihak sekolah Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
dapat mengidentifikasi setiap masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pendidikan di sekolah sekaligus mempunyai wewenang dan tanggungjawab untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut. Hal
yang
sama
juga
dikemukakan
oleh
Yusufhadi
Miarso
dengan
mendefenisikan Manajemen Berbasis Sekolah sebagai pelimpahan wewenang pada lapis sekolah untuk mengambil keputusan mengenai alokasi dan pemanfaatan sumber-sumber berdasarkan aturan akuntabilitas yang berkaitan dengan sumber tersebut (Miarso, 2004:728). Pengelola sekolah harus mampu
mempertanggungjawabkan setiap
pemakaian sumber daya yang ada. Pemberian wewenang kepada sekolah dibatasi pada pemanfaatan sumber daya dengan berdasarkan kepada pertanggungjawaban pengelola sekolah kepada setiap pemberi sumber daya tersebut. Dengan demikian, pihak sekolah tidak hanya bertanggungjawab kepada pimpinan yang lebih tinggi atau instansi pemerintahan tetapi juga kepada para stakeholder. Pendapat lain yang memberikan pengertian tentang MBS adalah pendapat Hadiyanto dan Subijanto (2005). Manajemen Berbasis Sekolah pada dasarnya merupakan pemberian kebebasan pada sekolah untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen Berbasis Sekolah adalah sistem manajemen yang bertumpu pada situasi dan kondisi serta kebutuhan sekolah setempat. Sekolah diharapkan mengenali seluruh infrastruktur yang berada di sekolah, seperti guru, peserta didik, sarana prasarana, finansial, kurikulum, sistem informasi. Komponen-komponen tersebut merupakan unsur-unsur manajemen yang harus difungsikan secara optimal dalam arti perlu direncanakan, diorganisasi, digerakkan, dikendalikan, dan dikontrol (Hasbullah, Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
2006:56). Berdasarkan pengertian ini, MBS pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
4. Prinsip-prinsip Tata Kelola Sekolah yang Baik Manajemen Berbasis Sekolah ditujukan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian wewenang dan tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas, efektifitas, produktifitas, dan inovasi pendidikan (Depdiknas, 2006).
a. Peningkatan Partisipasi Partisipasi adalah proses dimana stakeholders (warga sekolah dan masyarakat) terlibat aktif baik secara individual maupun kolektif, secara langsung maupun tidak langsung, dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pengevaluasian pendidikan sekolah (Slamet, 2006:34). Peningkatan partisipasi yang dimaksud adalah penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, usahawan, dan sebagainya) didorong untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan. Hal ini dilandasi oleh Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
keyakinan bahwa jika seseorang dilibatkan dalan penyelenggaraan pendidikan, maka yang bersangkutan akan mempunyai “rasa memiliki” terhadap sekolah, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggungjawab dan berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah. Singkatnya, makin besar tingkat partisipasi, makin besar pula rasa memiliki; makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggungjawab; dan makin besar rasa tanggungjawab, makin besar pula dedikasinya. Tentu saja melibatkan warga sekolah dalam penyelenggaraan sekolah harus mempertimbangkan keahlian, batas kewenangan, dan relevansinya dengan tujuan partisipasi. Peningkatan partisipasi dalam penyelenggaraan sekolah mempunyai beberapa tujuan yang berguna untuk mensukseskan pelaksanaan MBS. Tujuan utama dari peningkatan partisipasi dalam pelaksanaan MBS adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan dedikasi/kontribusi stakeholders terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik dalam bentuk jasa (pemikiran, keterampilan), moral, finansial, dan material/barang; 2. Memberdayakan kemampuan yang ada pada stakeholders bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; 3. Meningkatkan peran stakeholders dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah, baik sebagai advisor, supporter, mediator, controller, resource linker, and education provider; 4. Menjamin agar setiap keputusan dan kebijakan yang diambil benar-benar mencerminkan aspirasi stakeholders dan menjadikan aspirasi stakeholders sebagai panglima bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah (Depdiknas, 2006:13).
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
b. Peningkatan Transparansi Dalam ruang lingkup sekolah, transparansi adalah keadaan dimana setiap orang yang terkait dengan kepentingan pendidikan dapat mengetahui proses dan hasil pengambilan keputusan dan kebijakan sekolah. Keterbukaan/transparansi merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui MBS. Keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam semua kegiatan yang dilakukan sekolah yang meliputi pengambilan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagainya (Slamet, 2006:36). Dengan kata lain, transparansi merupakan sebuah sistem yang memungkinkan terselenggaranya komunikasi internal dan eksternal dalam dunia pendidikan. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi yang secara langsung dapat diterima oleh stakeholders pendidikan. Kebebasan informasi ini harus dapat dipahami dan dimonitor sehingga penggunaannya benar-benar ditujukan untuk pencapaian tujuan. Dalam beberapa tulisan mengenai MBS, para pengamat pendidikan beranggapan bahwa masalah transparansi merupakan isu kunci keberhasilan MBS dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Para pengamat pendidikan beranggapan bahwa selama ini, terutama sebelum era desentralisasi dan reformasi, pengelolaan pendidikan di banyak sekolah sangat tertutup bagi pihak luar. Masyarakat, orangtua murid dan sebagian besar guru tidak banyak mengetahui seluk beluk pengelolaan pendidikan di sekolah, tidak mengetahui pendapatan dan belanja sekolah, tidak dilibatkan di dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan kinerja sekolah dsb. Pengelolaan yang tidak transparan berdampak negatif bagi pengembangan sekolah karena masyarakat dan orangtua murid akan meragukan apakah kalau mereka diminta untuk ikut memikirkan kekurangan pendanaan pendidikan, sumbangan yang Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
mereka berikan akan benar benar dimanfaatkan bagi kepentingan pendidikan atau akan terjadi penyimpangan yang tidak diharapkan. Sama halnya dengan peningkatan partisipasi, peningkatan transparansi dalam pelaksanaan MBS juga memiliki tujuan. Pengembangan transparansi ditujukan untuk membangun kepercayaan dan keyakinan publik kepada sekolah bahwa sekolah adalah organisasi pelayanan pendidikan yang bersih dan berwibawa. Bersih dalam arti tidak KKN dan berwibawa dalam arti professional. Transparansi bertujuan untuk menciptakan kepercayaan timbal balik antara sekolah dan publik melalui penyediaan informasi yang memadai dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat (Depdiknas dalam Panduan Manajemen Berbasis Sekolah, 2006:14).
c. Peningkatan Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan penyelenggaran organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau wewenang untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Slamet, 2006:37). . Dengan demikian, akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan
sekolah
terhadap
keberhasilan
program
yang
telah
dilaksanakan.
Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah, orangtua siswa, dan masyarakat. Berdasarkan laporan hasil program ini, pemerintah dapat menilai apakah program MBS telah mencapai tujuan yang dikehendaki atau tidak. Jika berhasil, maka pemerintah perlu memberikan penghargaan kepada sekolah yang bersangkutan, sehingga menjadi faktor pendorong untuk terus meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Sebaliknya jika program tidak Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
berhasil, maka pemerintah perlu memberikan teguran sebagai hukuman atas kinerjanya yang dianggap tidak memenuhi syarat. Demikian pula, para orangtua siswa dan anggota masyarakat dapat memberikan penilaian apakah program ini dapat meningkatkan prestasi anak-anaknya secara individual dan kinerja sekolah secara keseluruhan. Jika berhasil, maka orangtua peserta didik perlu memberikan semangat dan dorongan untuk peningkatan program yang akan datang. Jika kurang berhasil, maka oragtua siswa dan masyarakat berhak meminta pertanggungjawaban dan penjelasan sekolah atas kegagalan program MBS yang telah dilakukan. Dengan cara ini, maka sekolah tidak akan main-main dalam melaksanakan program pada tahun-tahun yang akan datang. Pada dasarnya, pengertian akuntabilitas yang diberikan oleh Slamet tidak hanya berupa pertangungjawaban administratif keuangan saja, tetapi mencakup pula penggunaan/pemanfaatan, dan hasil kinerjanya. Sebagai contoh kalau sekolah membeli buku pelajaran, tidak cukup hanya menunjukkan bukti kwitansi pembelian dan tersedianya buku yang dibeli. Akuntabilitas mencakup harga buku yang wajar, kualitas buku yang dibeli, penggunaan buku secara efektif dan hasil belajar siswa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas adalah sebuah kesatuan yang saling berkaitan. Peningkatan partisipasi harus diikuti peningkatan transparansi dan kemudian akan diikuti peningkatan akuntabilitas yang mempengaruhi tujuan. Tujuan utama akuntabilitas adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja sekolah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya sekolah yang baik dan dapat dipercaya. Penyelenggara sekolah harus memahami bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada publik. Selain itu, tujuan akuntabilitas Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
adalah untuk menilai kinerja sekolah dan kepuasan publik terhadap pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah, untuk mengikutsertakan publik dalam pengawasan pelayanan pendidikan, dan untuk mempertanggungjawabkan komitmen pelayanan pendidikan kepada publik (Depdiknas dalam Panduan Manajemen Berbasis Sekolah, 2006:14).
F. Defenisi Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu sama lainnya (Singarimbun, 1995:33). Untuk menetapkan batasan-batasan yang lebih jelas dari setiap variabel yang akan diteliti, maka peneliti mengemukakan beberapa konsep dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah: 1. Manajemen Berbasis Sekolah adalah pembagian urusan pendidikan yang menjadi kewenangan dan tanggungjawab sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah berdasarkan prinsip-prisip tata kelola sekolah yang baik yaitu peningkatan partisipasi, peningkatan transparansi, dan peningkatan akuntabilitas; 2. Partisipasi
adalah
peran
serta
seluruh
stakeholders
sekolah
dalam
penyelenggaraan pendidikan; 3. Transparansi merupakan keterbukaan dan kemudahan untuk dapat mengakses segala bentuk informasi pendidikan bagi semua pihak yang membutuhkan;
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
4. Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kondisi yang dinilai oleh stakeholders terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan.
G. Defenisi Operasional Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1995:46). Defenisi ini adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengetahui dan mengidentifikasi suatu variabel, sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang melekat dalam variabel. Indikator-indikator yang dipergunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMAN 1 Barumun, adalah sbb: 1. Peningkatan Partisipasi yang terdiri dari: a. Kontribusi
stakeholders
meningkat
dalam
hal
jasa
(pemikiran,
keterampilan), finansial, moral, dan material/barang; b. Meningkatnya
kepercayaan
stakeholder
kepada
sekolah
terutama
menyangkut kewibawaan dan kebersihan; c. Meningkatnya tanggungjawab stakeholders terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah; d. Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) untuk peningkatan mutu pendidikan; e. Meningkatnya kepedulian stakeholder kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu; Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
f. Keputusan-keputusan mengekspresikan
yang
aspirasi
dibuat
dan
oleh
pendapat
sekolah
stakeholders
benar-benar dan
mampu
meningkatkan kualitas pendidikan. 2. Peningkatan Transparansi yang terdiri dari: a. Meningkatnya keyakinan dan kepercayaan publik kepada sekolah bahwa sekolah adalah bersih dan berwibawa; b. Meningkatnya partisipasi publik terhadap penyelenggaraan sekolah; c. Bertambahnya wawasan dan pengetahuan publik terhadap penyelenggaraan sekolah; d. Berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah. 3. Peningkatan Akuntabilitas yang terdiri dari: a. Meningkatnya kepercayaan dan kepuasan publik terhadap sekolah; b. Tumbuhnya kesadaran publik tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah; c. Berkurangnya kasus KKN di sekolah; d. Meningkatnya kesesuaian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.
H. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan. BAB II METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data. BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi, misi, struktur organisasi, dan gambaran lainnya di SMAN 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. BAB IV PENYAJIAN DATA Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis. BAB V ANALISA DATA Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang ada pada bab selanjutnya. BAB VI PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran-saran yang disajikan sebagai bahan pertimbangan objek penelitian di masa yang akan datang.
BAB II Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif survei. Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis (Zuriah, 2006:47). Singarimbun (1995:5-6), menjelaskan bahwa salah satu penggunaan pendekatan survei ditujukan untuk memusatkan perhatian terhadap variabel-variabel yang berkaitan dengan aspek operasional suatu program. Setelah diidentifikasi hambatan-hambatan operasional, penelitian akan memberikan solusi atau saran untuk mengatasi hambatan tersebut. Dengan demikian, penelitian ini akan memusatkan perhatian kepada variabelvariabel yang berkaitan dengan aspek operasional MBS yaitu peningkatan partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Pada dasarnya penelitian survei terdiri dari bentuk cross-sectional survey dan longitudinal surveys. Mengingat keterbatasan waktu dan dana, peneliti menentukan bahwa penelitian survei ini dilakukan dengan menggunakan bentuk cross-sectional survey, yaitu penelitian dalam kurun waktu yang singkat dengan mengambil sampel berdasarkan kelompok tertentu. Bentuk penelitian deskriptif survei cenderung mengandalkan data kuantitatif dengan teknik pengumpulan data yang berupa kuesioner dan wawancara terfokus.
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
B. Lokasi Penelitian Survei ini dilaksanakan pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun (SMA N 1 Barumun) yang bertempat di Jl. KH. Dewantara No. 43 Sibuhuan, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara.
C. Populasi dan Sampel Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, bentuk penelitian ini adalah deskriptif jenis survei yang menggunakan teknik analisa data kuantitif. Seperti dijelaskan Zuriah bahwa salah satu karakteristik dari penelitian survei adalah data dikumpulkan dari seluruh populasi, dan dapat pula hanya dari sebagian populasi (sampel).
1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2005:90). Berdasarkan data pada bulan Desember 2008, seluruh warga sekolah yang ada di SMAN 1 Barumun terdiri dari: 1. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Barumun; 2. Pegawai Sekolah SMA Negeri 1 Barumun yang terdiri dari guru, tata usaha, dan penjaga sekolah, berjumlah 53 orang; 3. Siswa Sekolah SMA Negeri 1 Barumun yang berjumlah 736 siswa; Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
4. Orangtua siswa yang tergabung dalam Komite Sekolah di SMA Negeri 1 Barumun berjumlah 736 orang (Sumber: Sekolah SMAN 1 Barumun). Sesuai dengan penjelasan dan data di atas maka dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah keseluruhan warga sekolah yang berjumlah 1526 orang dan seluruh lingkungan sekolah SMAN 1 Barumun.
2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2005:91). Sebagaimana menurut Arikunto (2002:112), jika jumlah populasi besar, maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% sampel atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana. Berdasarkan hal itu, penelitian ini mengambil sampel 10% dari jumlah populasi, yaitu: n = 10% x N n = 10% x 1526 = 152 Adapun tata cara penentuan siapa saja yang akan dijadikan sampel dari 152 orang tersebut adalah menggunakan teknik Purposive Sampling. Melalui cara ini penentuan sampling diambil berdasarkan tujuan penelitian. Dengan demikian, sampel
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
dalam penelitian ini adalah responden yang dianggap lebih megetahui tentang permasalahan penelitian. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan menarik sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dengan perincian sebagai berikut: 1. Pegawai sekolah
: 10 orang
2. Siswa
: 71 orang
3. Orangtua siswa
: 71 orang
Selain sampel di atas, penelitian ini juga mempergunakan teknik wawancara terfokus. Untuk itu diperlukan beberapa informan kunci yang dapat memberikan informasi yang mendukung kelengkapan data. Menurut peneliti diperlukan 3 orang key informan yang berguna untuk menunjang kelengkapan data penelitian yaitu: 1. Kepala Sekolah SMAN 1 Barumun 2. Ketua Komite Sekolah SMAN 1 Barumun 3. Ketua OSIS SMAN 1 Barumun.
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Teknik Pengumpulan Data Primer Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan melalui: a. Metode Kuesioner yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh responden;
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
b. Metode Wawancara terfokus yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada informan yang arahnya terpusat pada pokok persoalan penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder Teknik pengumpulan data sekunder yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka yang tersedia dan diperoleh dari lembaga pemerintah, organisasi, atau lembaga-lembaga lain yang mempunyai data tentang objek penelitian. Teknik pengumpulan data ini dilakukan melalui dua cara, yaitu: a. Penelitian Kepustakaan, ini dilakukan dengan mempelajari sejumlah buku, tulisan, dan karya ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti; b. Studi Dokumentasi, yaitu dengan melakukan penelaahan terhadap catatan tertulis, arsip, dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian.
E. Teknik Analisa Data Sesuai dengan bentuk penelitian ini yang menggunakan metode deskriptif survei, dimana teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara terfokus, maka data utama yang akan dianalisis adalah data kuantitatif. Untuk itu, peneliti akan menggunakan analisa data statistik dengan menggunakan tabel frekuensi. Tabel frekuensi dimaksudkan untuk menganalisa Manajemen Berbasis Sekolah berdasarkan variabel peningkatan partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Data wawancara dipergunakan untuk membantu menjelaskan hasil data kuesioner. Sedangkan data hasil penelitian kepustakaan dan studi dokumentasi adalah sebagai data
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
pendukung untuk menjelaskan data utama. Namun, data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk deskritif dan tanpa menguji hipotesa.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Sekolah SMAN 1 Barumun Sebelum resmi menjadi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, lokasi dan bangunan sekolah ini merupakan tempat pendidikan Sekolah Guru Golongan B atau yang lebih dikenal dengan SGB. Sekolah ini adalah sekolah pendidikan guru setara dengan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, pada tahun 1965, sekolah ini beralih fungsi menjadi Sekolah SMAN 1 Barumun dan bertahan sampai saat ini. Sekolah SMAN 1 Barumun berdiri pada tahun 1957 dan secara resmi beroperasi pada tahun 1965. Sekolah ini berada di Jl. KH. Dewantara No. 43 Sibuhuan, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara (22763). Tanah tempat berdirinya gedung SMAN 1 Barumun dan seluruh wilayah sekolah diperoleh dari hibah masyarakat Barumun pada tahun 1957 yang diantaranya adalah dari H. Baginda Soaduon Hasibuan. Adapun luas tanah tersebut adalah 8.118 m2, dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Timur berbatasan dengan SMP Negeri 1 Barumun dengan ukuran 123 m Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Baginda Soaduon Hasibuan dengan ukuran 123 m
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Sebelah Utara berbatasan dengan tanah Gojali Nasution/Sahlan Kamaluddin Daulay dengan ukuran 66 m Sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. Ki Hajar Dewantara dengan ukuran 66 m Saat ini, SMAN 1 Barumun dikategorikan sebagai Sekolah Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN) dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 301071016007 dan telah mendapatkan status Akreditasi B pada tanggal 27 Desember 2006. B. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah 1. Visi “Unggul dalam Prestasi, Mantap dalam Kepribadian, dan Cakap dalam Kehidupan”
2. Misi a. Unggul dalam Prestasi 1. Meningkatkan kualitas belajar mengajar; 2. Mengoptimalkan pemberdayaan sarana dan prasarana belajar; 3. Melaksanakan manajemen sekolah dengan baik untuk terciptanya rasa memiliki bagi warga sekolah; 4. Mengembangkan proses belajar mengajar melalui kegiatan kemitraan dengan lembaga pendidikan informal; 5. Menciptakan iklim kompetisi di bidang akademik; 6. Bekerjasama dengan Lembaga Bimbingan Test dan Bimbingan Belajar Bima untuk mempersiapkan siswa masuk perguruan tinggi negeri; 7. Melaksanakan kegiatan belajar sore; 8. Melaksankan LCT; 9. Melaksanakan lomba apresiasi seni antar kelas secara berkala; 10. Melaksanakan lomba berbagai cabang olahraga antar kelas secara berkala; 11. Melaksanakan lomba pidato Bahasa Inggris antar kelas secara berkala; 12. Mengadakan lomba mata pelajaran pra olimpiade tingkat kabupaten; 13. Mengikutsertakan siswa dalam berbagai lomba bidang akademis. Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
b. Mantap dalam Kepribadian 1. Melaksanakan kegiatan pembinaan mental dan kepribadian luhur melalui kegiatan OSIS; 2. Pembinaan Pramuka; 3. Pembinaan Paskhaskibra; 4. Melaksanakan tata tertib sekolah dan ketentuan yang berlaku secara konsisten dan konsekuen; 5. Menumbuhkembangkan keimanan melalui kegiatan retreat; 6. Menumbuhkembangkan keimanan melalui kegiatan-kegiatan pesantren kilat; 7. Melaksanakan upacara bendera pada hari senin dan hari-hari besar nasional; 8. Bekerjasama dengan LSM untuk meningkatkan perilaku hidup sehat; 9. Meningkatkan hubungan dengan
lembaga tertentu untuk mengoptimalkan
kedisiplinan dan usaha-usaha menghindarkan diri dari kenakalan remaja. c. Cakap dalam Kehidupan 1. Mengoptimalkan pemberdayaan laboratorium IPA dalam berpikir ilmiah; 2. Mengoptimalkan pemberdayaan laboratorium bahasa dalam hal keterampilan berbahasa dan berkomunikasi; 3. Bekerjasama dengan lembaga informal dengan melaksanakan keterampilan atau kecakapan hidup yang berkaitan dengan keterampilan komputer; 4. Bekerjasama dengan lembaga informal dengan melaksanakan keterampilan atau kecakapan hidup yang berkaitan dengan keterampilan agrobisnis praktis.
3. Tujuan Sekolah a. Memiliki laboratorium komputer atau ruangan TIK yang aktif yang dapat membentuk metode berpikir ilmiah siswa; b. Memiliki media pembelajaran modern yang mendukung efektivitas dan efisiensi PBM; c. Memiliki laboratorium bahasa yang aktif dan dapat meningkatkan keterampilan siswa berbahsa dan berkomunikasi khususnya Bahasa Inggris; d. Memiliki tim Paskhaskibra yang mampu berbicara di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional; Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
e. Memiliki kepramukaan yang aktif dan dinamis serta sarat prestasi; f. Memiliki tim olahraga yang mampu jadi finalis tingkat kabupaten dan provinsi; g. Rata-rata ujian nasional minimal 6,00; h. Presentase alumni yang diterima di PTN bebas testing minimal 20% dari yang diusulkan; i.
Presentase alumni yang diterima di PTN bebas testing minimal 30% dari jumlah seluruh kelas III;
j.
Memiliki tim peneliti muda yang diorientasikan mengikuti lomba-lomba karya ilmiah remaja, khusus bidang sains. C. Sumberdaya Sekolah Berikut ini adalah seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh SMAN 1 Barumun
pada Bulan Desember 2008. Sumberdaya ini meliputi guru, pegawai administrasi, siswa, inventarisasi dan ruangan, serta data bangunan fisik. Sumberdaya manusia untuk kategori guru dan kepala sekolah, SMAN 1 Barumun memiliki 44 orang guru termasuk satu kepala sekolah. Sumberdaya ini terdiri dari 24 orang berstatus PNS, satu orang berstatus Guru Tidak Tetap Pusat, satu orang berstatus Guru Tidak Tetap Daerah, dan 23 orang berstatus Guru Tidak Tetap Komite. Untuk lebih jelasnya, sumberdaya manusia untuk kategori guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1: Data Guru SMAN 1 Barumun Jumlah Seluruh Guru + Kepala Sekolah Jumlah Semua PNS GTTP GTTD GTTK L P L P L P L P L P Jlh 11 13 1 1 9 14 20 24 44 Sumber: Sekolah SMAN 1 Barumun. Keterangan: PNS
: Pegawai Negeri Sipil
GTTP : Guru Tidak Tetap Pusat
GTTD : Guru Tidak Tetap Daerah GTTK : Guru Tidak Tetap Komite
Sedangkan untuk data pegawai administrasi SMAN 1 Barumun, dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Tabel 2: Data Pegawai Administrasi SMAN 1 Barumun Jumlah Pegawai Administrasi Jumlah Semua PNS PTTP PTTD PTTK L P L P L P L P L P Jlh 3 2 5 5 Sumber: Sekolah SMAN 1 Barumun. Keterangan: PNS
: Pegawai Negeri Sipil
PTTD : Pegawai Tidak Tetap Daerah
PTTP : Pegawai Tidak Tetap Pusat PTTK : Pegawai Tidak Tetap Komite Dari tabel diketahui bahwa pegawai administrasi sekolah SMAN 1 Barumun berjumlah lima orang. Pegawai administrasi ini terdiri dari tiga orang pegawai administasi berstatus PNS dan 2 orang berstatus Pegawai Tidak Tetap Komite. Berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan di lapangan, jumlah siswa SMAN 1 Barumun setiap bulannya dapat berubah. Namun, sesuai dengan waktu penelitian yang dilakukan pada Bulan Desember 2008, maka data jumlah siswa yang diambil adalah pada Bulan Desember 2008. Tabel 3: Data Siswa SMAN 1 Barumun Data Siswa Kelas/Rombel Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Jurusan Kelas Jlh L P IPA IPS X 7 109 169 XI 5 100 137 87 150 XII 5 76 145 90 131 Jumlah Sumber: Sekolah SMAN 1 Barumun.
Jlh 278 237 221 736
Dari tabel 3 diketahui bahwa pada bulan Desember 2008, jumlah keseluruhan siswa SMAN 1 Barumun adalah 736 orang yang terdiri dari 7 kelas untuk kelas X, 5 kelas untuk kelas XI, dan 5 kelas untuk kelas XII. Jumlah ini terdiri dari 278 orang siswa kelas X, 237 orang siswa kelas XI, dan 221orang siswa kelas XII. Untuk kelas XI dan kelas XII, seluruh siswa terdiri dari jurusan IPA dan IPS. Kelas XI terdiri dari 87
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
orang jurusan IPA dan 150 orang jurusan IPS. Sedangkan kelas XII terdiri dari 90 orang jurusan IPA dan 131 orang jurusan IPS. Data tentang inventarisasi dan ruangan yang dimiliki oleh SMAN 1 Barumun dapat diketahui dari tabel berikut ini. Tabel 4: Data Inventarisasi dan Ruangan SMAN 1 Barumun Data Inventarisasi dan Ruangan Jenis D A Meja Siswa 376 336 Kursi Siswa 757 700 Meja Guru 59 45 Kursi Guru 59 45 Lemari 16 10 Papan Tulis 16 16 Papan Data 1 1 Papan Merek 1 1 Papan Absensi Rak Buku 3 1 Kursi Tamu 10 Lonceng 1 1 Ruang Kantor Kepala Sekolah 1 1 Ruang Guru 1 1 Ruang Praktek/Lab 3 2 Ruang Perpustakaan 1 1 Ruang UKS 1 Ruang WC 11 9 Sumber: Sekolah SMAN 1 Barumun.
K 40 52 14 14 6 2 10 1 2
L 1 -
Untuk bangunan fisik atau gedung yang terdapat di sekolah SMAN 1 Barumun dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel 5: Data Bangunan/Gedung SMAN 1 Barumun Data Bangunan/Gedung Uraian Unit Permanen 11 Semi Permanen Darurat Sumber: Sekolah SMAN 1 Barumun.
Bilik 31 -
Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, sekolah SMAN 1 Barumun telah Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
melakukan perubahan sekaligus pembentukan Komite Sekolah yang sebelumnya dikenal dengan nama Badan Pembantu Penyelengaraan Pendidikan (BP3). Berikut ini adalah susunan keanggotaan Komite Sekolah SMAN 1 Barumun pada tahun 2008. Tabel 6: Data Keanggotaan Komite Sekolah SMAN 1 Barumun Tahun 2008 No Nama Pekerjaan Jabatan dalam Komite Sekolah 1 H. Mhd. Isa Ansori Nasution Pengusaha Ketua 2 H. Darman Hasibuan PNS Sekretaris 3 Batin Sitompul PNS Bendahara 4 Parlagutan Lubis Wirausaha Anggota 5 Mangarahon Pasaribu PNS Anggota 6 Paujan Hamidy Hasibuan PNS Anggota Sumber: Sekolah SMAN 1 Barumun.
BAB IV PENYAJIAN DATA A. Data Primer Data primer dalam penelitian ini terdiri dari dua bentuk yaitu data hasil kuesioner dari responden dan data hasil wawancara dengan para informan. Untuk itu, dalam penyajian data juga disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yang dipergunakan. Untuk data hasil kuesioner, data disajikan berbentuk tabel distribusi jawaban responden dan data wawancara disajikan dalam bentuk kutipan dari tanggapan informan. Adapun data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut.
1. Kuesioner Penyajian data kuesioner berikut ini terdiri dari tabel distribusi identitas responden dan tabel distribusi variabel penelitian. Tabel distribusi identitas responden terdiri dari sebelas tabel dan tabel distribusi variabel penelitian terdiri dari 36 tabel. Berikut ini adalah penyajian data kuesioner yang telah berhasil dikumpulkan di lapangan. Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
a. Identitas Responden Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui identitas responden mulai dari pegawai sekolah, siswa, dan orangtua siswa, seperti berikut ini: 1. Identitas Pegawai Sekolah Berikut ini adalah penyajian data identitas responden dari pegawai sekolah yang terdiri dari empat tabel.
Tabel 7: Tabel Distribusi Identitas Pegawai Sekolah berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kategori Jumlah Pria Wanita Jlh Jumlah (orang) 4 6 10 Persentase (%) 40 60 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sepuluh orang responden dari pegawai sekolah terdiri dari empat orang (40%) berjenis kelamin pria dan 6 orang (60%) berjenis kelamin wanita. Tabel 8: Tabel Distribusi Identitas Pegawai Sekolah berdasarkan Umur Umur Kategori Jumlah 31-40 41-50 51-60 Jlh Jumlah (orang) 3 6 1 10 Persentase (%) 30% 60% 10% 100% Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan umur, diketahui bahwa dari sepuluh orang responden pegawai sekolah, tiga orang (30%) pegawai berumur antara 31-40, enam orang (60%) berumur 41-50 tahun, dan hanya satu orang (10%) berumur 51-60 tahun. Tabel 9: Tabel Distribusi Identitas Pegawai Sekolah berdasarkan Status Pegawai Status Pegawai Kategori Jumlah PNS Honor Jlh Jumlah (orang) 7 3 10 Persentase (%) 70% 30% 100% Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari sepuluh orang responden pegawai sekolah, tujuh orang (70%) dari responden pegawai berstatus PNS dan tiga orang (30%) berstatus pegawai honorer. Tabel 10: Tabel Distribusi Identitas Pegawai Sekolah berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja Kategori Jumlah 1-10 11-20 21-30 Jlh Jumlah (orang) 2 4 3 10 Persentase (%) 20% 40% 30% 100% Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Sedangkan berdasarkan masa kerja, dua orang (20%) dari responden pegawai memiliki masa kerja sekitar 1-10 tahun, empat orang (40%) dengan masa kerja sekitar 11-20 tahun, dan tiga orang (30%) dari pegawai dengan masa kerja 21-30 tahun.
2. Identitas Siswa Berikut ini adalah penyajian data identitas responden dari siswa yang terdiri dari tiga tabel. Tabel 11: Tabel Distribusi Identitas Siswa berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kategori Jumlah Pria Wanita Jlh Jumlah (orang) 22 49 71 Persentase (%) 30,99% 69,01% 100% Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 71 orang responden siswa terdiri dari 22 orang (30,99%) berjenis kelamin pria dan 49 orang (69,01%) berjenis kelamin wanita. Tabel 12: Tabel Distribusi Identitas Siswa berdasarkan Umur Umur Kategori Jumlah ≤16 17 18 ≥19 Jumlah (orang) 2 13 51 5 Persentase (%) 2,82% 18,31% 71,83% 7,04% Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008.
Jlh 71 100%
Berdasarkan umur, responden siswa terdiri dari 2 orang siswa (2,82%) berumur dibawah atau sama dengan 16 tahun, 13 orang (18,31%) berumur 17 tahun, 51 orang Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
(71,83%) berumur 18 tahun, dan 5 orang (7,04%) berumur diatas atau sama dengan 19 tahun. Tabel 13: Tabel Distribusi Identitas Siswa berdasarkan Jurusan Jurusan Kategori Jumlah IPA IPS Jlh Jumlah (orang) 28 43 71 Persentase (%) 39,44% 60,56% 100% Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan jurusan, dari tabel diketahui bahwa dari 71 orang responden siswa terdiri dari 28 orang siswa (39,44%) berasal dari jurusan IPA dan 43 orang siswa (60,56%) berasal dari jurusan IPS.
3. Identitas Orangtua Siswa Berikut ini adalah penyajian data identitas responden dari orangtua siswa yang terdiri dari empat tabel. Tabel 14: Tabel Distribusi Identitas Orangtua Siswa berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kategori Jumlah Pria Wanita Jlh Jumlah (orang) 45 26 71 Persentase (%) 63,38 36,62 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Dari tabel di atas diketahui bahwa 45 orang (63,38) dari responden orangtua siswa berjenis kelamin pria dan 26 orang (36,62) dari responden berjenis kelamin wanita. Tabel 15: Tabel Distribusi Identitas Orangtua Siswa berdasarkan Umur Jenis Kelamin Umur Kategori Jumlah Pria Wanita Jlh 31-40 41-50 51-60 Jlh Jumlah (orang) 45 26 71 12 42 17 71 Persentase (%) 63,38 36,62 100 16,90 59,16 23,94 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan umur, dari 71 orang responden orangtua siswa diketahui bahwa 12 orang (16,90%) dari responden orangtua siswa berumur sekitar 31-40 tahun, 42 orang Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
(59,16%) berumur sekitar 41-50 tahun, dan 17 orang (23,94%) berumur sekitar 51-60 tahun. Tabel 16: Tabel Distribusi Identitas Orangtua Siswa berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Kategori Jumlah PNS Petani Wiraswasta Polri/TNI Dll Jlh Jumlah (orang) 15 34 18 2 2 71 Persentase (%) 21,12 47,89 25,35 2,82 2,82 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 71 orang responden orangtua siswa terdiri dari 15 orang (21,12%) dari responden orangtua siswa bekerja sebagai PNS, 34 orang (47,89%) dari responden orangtua siswa bekerja sebagai petani, 18 orang (25,35%) dari responden orangtua siswa bekerja sebagai wiraswasta, 2 orang (2,82%) dari responden orangtua siswa bekerja sebagai Polri/TNI, dan 2 orang (2,82%) dari responden orangtua siswa bekerja pada profesi lainnya. Tabel 17: Tabel Distribusi Identitas Orangtua Siswa berdasarkan Pendidikan Pendidikan Kategori Jumlah SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Diploma S 1 Jlh Jumlah 9 7 44 3 8 71 (orang) Persentase 12,68 9,86 61,97 4,22 11,27 100 (%) Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 71 orang responden orangtua siswa terdiri dari 9 orang (12,68%) dari responden orangtua siswa berpendidikan SD/Sederajat, 7 orang (9,86%) dari orangtua siswa berpendidikan SMP/Sederajat, 3 orang (4,22%) dari orangtua siswa berpendidikan Diploma, dan 8 orang (11,27%) dari orangtua siswa berpendidikan S1.
b. Variabel Penelitian
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Berikut ini adalah data tentang variabel penelitian yaitu prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yang terdiri dari peningkatan partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. 1. Peningkatan Partisipasi Untuk mengidentifikasi pelaksanaan MBS sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik dalam peningkatan partisipasi, ada 15 pertanyaan yang diajukan kepada responden. Berikut ini akan disajikan dalam tabel beserta penjelasan dari masing-masing pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Tabel 18: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta pegawai sekolah dalam hal jasa (pemikiran, keterampilan), dana, moral, dan material/barang Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 64 90,14 66 92,96 140 92,11 Tidak 2 0 0 7 9,86 5 7,04 12 7,89 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasararkan tabel, diketahui bahwa 140 orang (92,11%) dari responden berpendapat bahwa ada peningkatan peran serta pegawai sekolah dalam hal jasa (pemikiran, keterampilan), dana, moral, dan material/barang, dan 12 orang (7,89%) berpendapat tidak ada peningkatan peran serta pegawai sekolah dalam hal jasa (pemikiran, keterampilan), dana, moral, dan material/barang. Tabel 19: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta siswa dalam hal jasa (pemikiran, keterampilan), dana, moral, dan material/barang Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 64 90,14 62 87,32 136 89,47 Tidak 2 0 0 7 9,86 9 12,68 16 10,53 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Tabel ini menunjukkan bahwa 136 orang (89,47%) dari responden berpendapat telah ada peningkatan peran serta siswa dalam hal jasa
(pemikiran, keterampilan),
dana, moral, dan material/barang. Sedangkan 16 orang (10,53%), berpendapat bahwa tidak ada peningkatan peran serta siswa dalam hal jasa (pemikiran, keterampilan), dana, moral, dan material/barang. Untuk penilaian terhadap ada atau tidak adanya peningkatan peran serta orangtua siswa akan diberikan data pada tabel berikut ini. Tabel 20: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta orangtua siswa dalam hal jasa (pemikiran, keterampilan), dana, moral, dan material/barang Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 65 91,55 69 97,18 I44 94,74 Tidak 2 0 0 6 8,45 2 2,,82 8 5,26 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Tabel di atas menunjukkan bahwa 144 orang (94,74%) responden berpendapat adanya peningkatan peran serta orangtua siswa dalam hal jasa (pemikiran, keterampilan), dana, moral, dan material/barang, dan 8 orang (5,26%) responden berpendapat tidak adanya peningkatan. Tabel 21: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan tanggungjawab pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 68 95,77 67 94,37 145 95,36 Tidak 2 0 0 3 4,23 4 5,63 7 4,61 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel, dari 152 orang responden, sebanyak 149 orang (95,36%) responden berpendapat ada peningkatan tanggungjawab pegawai sekolah terhadap Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Responden yang berpendapat tidak ada peningkatan tanggungjawab pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sebanyak 7 orang (4,61%). Tabel 22: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan tanggungjawab siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 9 90 69 97,18 62 87,32 140 92,11 Tidak 2 1 10 2 2,82 9 12,68 12 7,89 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Tabel ini menunjukkan bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 140 orang (92,11%) dari responden berpendapat ada peningkatan tanggungjawab siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Responden yang berpendapat tidak ada peningkatan tanggungjawab siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sebanyak 12 orang (7,89%) dari seluruh responden. Tabel 23: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan tanggungjawab orangtua siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 65 91,55 65 91,55 140 92,11 Tidak 2 0 0 6 8,45 6 8,45 12 7,89 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Data pada tabel 23 menunjukkan bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 140 orang (92,11%) dari responden berpendapat bahwa ada peningkatan tanggungjawab orangtua siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sementara responden yang berpendapat tidak ada peningkatan tanggungjawab orangtua siswa terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sebanyak 12 orang (7,89%) dari responden. Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Tabel 24: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari pegawai sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 64 90,14 67 94,37 141 92,76 Tidak 2 0 0 7 9,86 4 5,63 11 7,24 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel di atas, terdapat 141 orang (92,76%) dari responden yang menjawab ada peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari pegawai sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan. Responden yang menjawab tidak ada peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari pegawai sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan sebanyak 11 orang (7,24%) dari responden. Tabel 25: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari siswa untuk peningkatan mutu pendidikan Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 9 90 53 74,65 49 69,01 111 73,03 Tidak 2 1 10 18 25,35 22 30,99 41 26,97 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel 21, 111 orang (73,03%) dari responden berpendapat ada peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari siswa untuk peningkatan mutu pendidikan dan sebanyak 41 orang (26,97%) dari responden berpendapat tidak ada peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari siswa untuk peningkatan mutu pendidikan. Tabel 26: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari orangtua siswa untuk peningkatan mutu pendidikan No Alternatif Pegawai Siswa Orangtua Jumlah Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Jawaban 1
Sekolah Frek % Frek % 10 100 55 77,46
Ada/Ya Tidak 2 0 0 16 22,54 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008.
Siswa Frek % Frek % 50 70,42 115 75,66 21
20,58
71
100
37 24,34 152
100
Berdasarkan tabel ini, diketahui bahwa 115 orang (75,66%) dari responden berpendapat ada peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari orangtua siswa untuk peningkatan mutu pendidikan. Dan 37 orang (24,34%) berpendapat belum ada peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari orangtua siswa untuk peningkatan mutu pendidikan. Tabel 27: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepedulian pegawai sekolah kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 67 94,37 64 90,14 141 92,76 Tidak 2 0 0 4 5,63 7 9,86 11 7,24 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel diketahui 141 orang (92,76%) dari responden berpendapat ada peningkatan kepedulian pegawai sekolah kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sebanyak 11 orang (7,24%) dari responden berpendapat bahwa tidak ada peningkatan. Tabel 28: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepedulian siswa kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 63 88,73 55 77,46 128 84,21 Tidak 2 0 0 8 11,27 16 22,54 24 15,79 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel, sebanyak 128 orang (84,21%) responden berpendapat ada peningkatan kepedulian siswa kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sebanyak 24 orang (15,79%) berpendapat tidak ada peningkatan. Tabel 29: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepedulian orangtua siswa kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 64 90,14 66 92,96 140 92,11 Tidak 2 0 0 7 9,86 5 7,04 12 7,89 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Tabel ini menunjukkan 140 orang (92,11%) responden berpendapat ada peningkatan kepedulian orangtua siswa kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sebanyak 12 orang (7,89%) berpendapat tidak ada peningkatan kepedulian orangtua siswa kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tabel 30: Tabel distribusi pendapat responden tentang kesesuaian keputusankeputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat pegawai sekolah dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 51 71,83 55 77,46 116 76,32 Tidak 2 0 0 20 28,17 16 22,54 36 23,68 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Tabel 30 menunjukkan sebanyak 116 orang (76,32%) responden berpendapat ada kesesuaian keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
pendapat pegawai sekolah dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Sebanyak 36 orang (23,68%) responden berpendapat tidak ada kesesuaian keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat pegawai sekolah dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Tabel 31: Tabel distribusi pendapat responden tentang kesesuaian keputusankeputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat siswa dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 8 80 52 73,24 44 61,97 104 68,42 Tidak 2 2 20 19 26,76 27 38,03 48 31,58 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 104 orang (68,42%) responden berpendapat bahwa ada kesesuaian keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat siswa dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Sedangkan 48 orang (31,58%) dari responden berpendapat tidak ada kesesuaian. Tabel 32: Tabel distribusi pendapat responden tentang kesesuaian keputusankeputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat orangtua siswa dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 54 76,06 43 60,56 107 70,39 Tidak 2 0 0 17 23,94 28 39,44 45 29,61 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Dari tabel diketahui bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 107 orang (70,39%) berpendapat bahwa ada kesesuaian keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat orangtua siswa dan mampu meningkatkan Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
kualitas pendidikan. Sedangkan sebanyak 45 orang (29,61%) responden menjawab tidak ada kesesuaian.
2. Peningkatan Transparansi Untuk mengidentifikasi pelaksanaan MBS sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik dalam peningkatan transparansi, ada 13 pertanyaan yang diajukan kepada responden. Berikut ini akan disajikan dalam tabel beserta penjelasan dari masing-masing pertanyaan yang ada dalam kuesioner: Tabel 33: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan pegawai sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 7 70 34 47,89 32 45,07 73 48,03 Tidak 2 3 30 37 52,11 39 54,93 79 51,97 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Data pada tabel 33 menunjukkan 73 orang (48,03%) berpendapat ada peningkatan kepercayaan pegawai sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktikpraktik KKN. Sedangkan 79 orang (51,97%) dari responden berpendapat tidak ada peningkatan. Tabel 34: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan siswa bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 9 90 32 45,07 34 47,89 75 49,34 Tidak 2 1 10 39 54,93 37 52,11 77 50,66 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008.
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Data pada tabel menunjukkan 75 orang (49,34%) berpendapat ada peningkatan kepercayaan siswa bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Sedangkan 77 orang (50,66%) dari responden berpendapat tidak ada peningkatan kepercayaan siswa bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Tabel 35: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan orangtua siswa bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 37 52,11 37 52,11 84 55,26 Tidak 2 0 0 34 47,89 34 47,89 68 44,74 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Data pada tabel menunjukkan bahwa 84 orang (55,26%) dari responden berpendapat ada peningkatan kepercayaan orangtua siswa bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, sedangkan 68 orang (44,74%) dari responden berpendapat tidak ada peningkatan. Tabel 36: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan pegawai sekolah bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang professional Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 68 95,77 65 91,55 143 94,08 Tidak 2 0 0 3 4,23 6 8,45 9 5,92 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel diketahui 143 orang (94,08%) responden berpendapat ada peningkatan kepercayaan pegawai sekolah bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang professional, dan 9 orang (5,92%) responden berpendapat tidak ada peningkatan
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
kepercayaan pegawai sekolah bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang professional. Tabel 37: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan siswa bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang profesional Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 66 92,96 62 87,32 138 90,79 Tidak 2 0 0 5 7,04 9 12,68 14 9,21 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel diketahui 138 orang (90,79%) responden berpendapat ada peningkatan kepercayaan siswa bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang profesional, dan 14 orang (9,21%) responden berpendapat tidak ada peningkatan bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang profesional. Tabel 38: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepercayaan orangtua siswa bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang professional Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 67 94,37 66 92,96 143 94,08 Tidak 2 0 0 4 5,63 5 7,04 9 5,92 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel 38, diketahui 143 orang (94,08%) dari responden berpendapat ada peningkatan kepercayaan orangtua siswa bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang professional, dan sebanyak 9 orang (5,92%) dari responden berpendapat tidak ada peningkatan kepercayaan orangtua siswa bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang profesional. Tabel 39: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah Alternatif Pegawai Orangtua No Siswa Jumlah Jawaban Sekolah Siswa Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Frek % Frek % Ada/Ya 10 100 66 92,96 Tidak 2 0 0 5 7,04 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. 1
Frek 66
% Frek % 92,96 142 93,42
5
7,04
10
6,58
71
100
152
100
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 142 orang (93,42%) responden berpendapat ada peningkatan peran serta pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Sebanyak 10 orang (6,58%) berpendapat tidak ada peningkatan peran serta pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Tabel 40: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta siswa terhadap penyelenggaraan sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 61 85,92 68 95,77 139 91,45 Tidak 2 0 0 10 14,08 3 4,23 13 8,55 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel, sebanyak 139 orang (91,45%) responden berpendapat ada peningkatan peran siswa sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Sebanyak 13 orang (8,55%)
berpendapat
tidak
ada
peningkatan
peran
siswa
sekolah
terhadap
penyelenggaraan sekolah. Tabel 41: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan peran serta orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 61 85,92 64 90,14 135 88,82 Tidak 2 0 0 10 14,08 7 9,86 17 11,18 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel, sebanyak 135 orang (88,82%) responden berpendapat ada peningkatan peran orangtua siswa sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah dan Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
sebanyak 17 orang (11,18%) berpendapat tidak ada peningkatan peran orangtua siswa sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Tabel 42: Tabel distribusi pendapat responden tentang penambahan wawasan dan pengetahuan pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 67 94,37 62 87,32 139 91,45 Tidak 2 0 0 4 5,63 9 12,68 13 8,55 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel diketahui 139 orang (91,45%) responden berpendapat ada penambahan wawasan dan pengetahuan pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Sebanyak 9 orang (5,92%) responden berpendapat tidak ada penambahan wawasan dan pengetahuan pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Tabel 43: Tabel distribusi pendapat responden tentang penambahan wawasan dan pengetahuan siswa terhadap penyelenggaraan sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 63 88,73 62 87,32 135 88,82 Tidak 2 0 0 8 11,27 9 12,68 17 11,18 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel diketahui bahwa 135 orang (88,82%) dari responden berpendapat
ada
penambahan
wawasan
dan
pengetahuan
siswa
terhadap
penyelenggaraan sekolah. Berdasarkan tabel yang sama juga diketahui bahwa sebanyak 17 orang (11,18%) dari responden berpendapat tidak ada penambahan wawasan dan pengetahuan siswa terhadap penyelenggaraan sekolah. Tabel 44: Tabel distribusi pendapat responden tentang penambahan wawasan dan pengetahuan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah Alternatif Pegawai Orangtua No Siswa Jumlah Jawaban Sekolah Siswa Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Frek % Frek % Ada/Ya 10 100 57 80,28 Tidak 2 0 0 14 19,72 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. 1
Frek 53
% Frek % 74,65 120 78,95
18
25,35
71
100
32 21,05 152
100
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa 120 orang (78,95%) dari responden berpendapat ada penambahan wawasan dan pengetahuan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah. Tabel tersebut juga menunjukkan sebanyak 32 orang (21,05%) dari responden berpendapat tidak ada penambahan wawasan dan pengetahuan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah. Tabel 45: Tabel distribusi pendapat responden tentang pengurangan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 7 70 37 52,11 28 39,44 72 47,37 Tidak 2 3 30 34 47,89 43 60,56 80 52,63 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan tabel 45, diketahui bahwa 72 orang (47,37%) responden berpendapat ada pengurangan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah, dan 80 orang (52,63%) responden berpendapat tidak ada pengurangan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah. 3. Peningkatan Akuntabilitas Untuk mengidentifikasi pelaksanaan MBS sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik dalam peningkatan akuntabilitas, ada 8 pertanyaan yang diajukan kepada responden. Berikut ini akan disajikan dalam tabel beserta penjelasan dari masing-masing pertanyaan yang ada dalam kuesioner: Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Tabel 46: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepuasan pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 7 70 62 87,32 61 85,92 130 85,53 Tidak 2 3 30 9 12,68 10 14,08 22 14,47 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Tabel ini menunjukkan bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 130 orang (85,53%) responden berpendapat ada peningkatan kepuasan pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, dan responden yang berpendapat tidak ada peningkatan sebanyak 22 orang (14,47%) responden. Tabel 47: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepuasan siswa terhadap penyelenggaraan sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 54 76,06 55 77,46 116 78,29 Tidak 2 0 0 17 23,94 16 22,54 33 21,71 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Tabel 47 menunjukkan bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 116 orang (78,29%) dari responden berpendapat ada peningkatan kepuasan siswa terhadap penyelenggaraan sekolah. Sementara responden yang
berpendapat tidak ada
peningkatan kepuasan siswa terhadap penyelenggaraan sekolah, sebanyak 33 orang (21,71%) dari responden. Tabel 48: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kepuasan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 55 77,46 56 78,87 121 79,61 Tidak 2 0 0 16 22,54 15 21,13 31 20,39 ada/Tidak Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Jumlah 10 100 71 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008.
71
100
152
100
Tabel ini menunjukkan bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 121 orang (79,61%) dari responden berpendapat ada peningkatan kepuasan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah. Sementara sebanyak 31 orang (20,39%) dari responden berpendapat tidak ada peningkatan kepuasan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah. Tabel 49: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kesadaran pegawai sekolah tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 9 90 64 94,37 57 80,28 130 85,53 Tidak 2 1 10 7 5,63 14 19,72 22 14,47 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasarkan data pada tabel diketahui bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 130 orang (85,53%) responden berpendapat adanya peningkatan kesadaran pegawai sekolah tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan 22 orang (14,47%) responden berpendapat tidak adanya peningkatan. Tabel 50: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kesadaran siswa tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 65 91,55 61 85,92 136 89,47 Tidak 2 0 0 6 8,45 10 14,08 16 10,53 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Tabel 50 menunjukkan bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 136 orang (89,47%) responden berpendapat adanya peningkatan kesadaran siswa tentang hak Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dari tabel juga diketahui bahwa sebanyak 16 orang (10,53%) dari responden berpendapat tidak adanya peningkatan kesadaran siswa tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Tabel 51: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kesadaran orangtua siswa tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 67 94,37 63 88,73 140 92,11 Tidak 2 0 0 4 5,63 8 11,27 12 7,89 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Berdasararkan tabel di atas diketahui bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 140 orang (92,11%) responden berpendapat bahwa ada peningkatan kesadaran orangtua siswa tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan 12 orang (7,89%) berpendapat tidak ada peningkatan kesadaran orangtua siswa tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Tabel 52: Tabel distribusi pendapat responden tentang pengurangan kasus KKN di sekolah Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 50 70,42 52 73,24 112 73,68 Tidak 2 0 0 21 29,58 19 26,76 40 26,32 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 113 orang (73,68%) dari responden berpendapat bahwa ada pengurangan kasus KKN di sekolah dan12 orang (7,89%) dari responden berpendapat bahwa tidak ada pengurangan kasus KKN di sekolah. Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Tabel 53: Tabel distribusi pendapat responden tentang peningkatan kesesuaian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat Pegawai Orangtua Siswa Jumlah Alternatif Sekolah Siswa No Jawaban Frek % Frek % Frek % Frek % 1 Ada/Ya 10 100 67 94,37 68 95,77 145 95,39 Tidak 2 0 0 4 5,63 3 4,23 7 4,61 ada/Tidak Jumlah 10 100 71 100 71 100 152 100 Sumber: Penelitian di SMAN 1 Barumun Tahun 2008. Dari tabel 53 diketahui bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 145 orang (95,39%) dari keseluruhan responden berpendapat bahwa ada peningkatan kesesuaian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat dan sebanyak 7 orang (4,61%) dari seluruh responden berpendapat bahwa tidak ada peningkatan.
2. Wawancara Berikut ini adalah data hasil wawancara dengan ketiga informan yang telah ditetapkan sebelumnya.
a. Identitas Informan 1. Kepala Sekolah SMAN 1 Barumun Nama Informan
: Drs. H.M. Sayuti Lubis
Jenis Kelamin
: [√] Pria
Umur
: 49 tahun
[ ] Wanita
Status Warga Sekolah : [√] Kepala Sekolah Waktu Wawancara
: Rabu, 21 Januari Pkl 08.30 WIB
2. Ketua Komite Sekolah SMAN 1 Barumun Nama Informan
: H. Mhd. Isa Ansori Nasution
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Jenis Kelamin
: [√] Pria
Umur
: 48 tahun
[ ] Wanita
Status Orangtua siswa : [√] Ketua Komite Sekolah Waktu Wawancara
: Kamis, 22 Januari Pkl 21.30 WIB
3. Ketua OSIS SMAN 1 Barumun. Nama Informan
: Syarif Balyan Hasibuan
Jenis Kelamin
: [√] Pria
Umur
: 18 tahun
[ ] Wanita
Status Warga Sekolah : [√] Ketua OSIS Waktu Wawancara
: Rabu, 21 Januari Pkl 10.10 WIB
b. Jawaban Informan atas Variabel Penelitian 1. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai bentuk baru dalam pengelolaan pendidikan? Jawaban Kepala Sekolah “Sekolah ini mulai diterapkan MBS pada tahun 2006/2007. Pengelolaan pendidikan dengan MBS ini merupakan sistem pengelolaan yang paling baik bila dibandingkan dengan sistem-sistem sebelumnya yang diprogramkan oleh pemerintah. Hanya saja, MBS ini masih kurang sosialisasi bagi sekolah-sekolah terutama di daerah sehingga banyak warga sekolah yang belum mengetahui dan mengerti tentang pelaksanaannya terutama siswa dan orangtua siswa. Bahkan untuk kepala sekolah atau pegawai sekolah sendiri sampai saat ini belum ada pelatihan atau penataran yang dilakukan pemerintah untuk SMAN 1 Barumun. Dalam pelaksanaannya, sekolah hanya mengacu pada informasi dari luar dan beberapa refrensi buku.”
Jawaban Ketua Komite Sekolah “Menurut saya, MBS ini adalah pengelolaan pendidikan yang baik, terutama dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah-sekolah yang tertinggal bila dibandingkan dengan sekolah yang lebih maju. Pemberian kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah seharusnya dilakukan sejak dulu sehingga masyarakat tidak hanya berharap kepada pemerintah tetapi juga ikut membantu dan mendukung Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
pemerintah dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu terutama di daerah pemekaran seperti Kabupaten Padang Lawas.” Jawaban Ketua OSIS “Menurut saya, MBS ini merupakan sebuah sistem pengelolan pendidikan yang baik terutama bagi siswa. Dengan adanya MBS ini, siswa mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk terlibat dalam setiap kegiatan terutama yang berhubungan langsung dengan siswa seperti perencanaan kegiatan ekstrakurikuler.” 2. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab yang telah diberikan kepada sekolah SMAN 1 Barumun sesuai dengan konsep MBS? Jawaban Kepala Sekolah “Karena sekolah belum mendapatkan pelatihan atau penataran tentang MBS ini, maka sejauh ini sekolah hanya berupaya untuk memaksimalkan pelaksanaannya. Untuk itu, diakui bahwa MBS ini belum dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan pemerintah. Untuk pengelolaan proses belajar mengajar, kewenangan yang lebih besar diberikan kepada guru dan siswa untuk membuat sebuah teknik pengajaran yang baik. Untuk perencanaan dan evaluasi, semua pihak telah dilibatkan terutama pegawai sekolah dan orangtua siswa. Sedangkan untuk pengelolaan kurikulum, guru bidang studi bekerja sama dengan wakil kepala sekolah (Wakasek) bidang kurikulum untuk mengembangkan isi kurikulum KBK. Saat ini, kurikulum yang dikembangkan adalah muatan lokal dengan mata pelajaran pertanian (pengetahuan bertani) yang dilaksanakan selama dua jam pelajaran setiap minggunya. Urusan pengelolaan ketenagaan merupakan kerjasama kepala sekolah dan komite sekolah. Untuk analisis kebutuhan, perencanaan, dan evaluasi kinerja pegawai PNS, dilakukan oleh kepala sekolah yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Padang Lawas. Sedangkan untuk perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sanksi, hubungan kerja, sampai evaluasi kenerja tenaga honorer, dilakukan oleh kepala sekolah dengan komite sekolah. Pengelolaan fasilitas dipercayakan kepada Wakasek bidang sarana dan prasarana untuk mengkoordinirnya. Untuk pengelolaan keuangan, sekolah menunjuk satu orang bendahara yang sekaligus merupakan anggota komite sekolah sehingga memudahkan pengumpulan, pembukuan, serta penggunaan dana tersebut. Urusan pelayanan siswa di sekolah dilakukan oleh Wakasek bidang Kesiswaan yang bekerja sama dengan Guru BP dan OSIS. Untuk penerimaan siswa baru dibentuk panitia setiap tahunnya dan untuk alumni telah ada persatuan alumni SMAN 1 Barumun. Untuk urusan hubungan sekolah dan masyarakat, semua warga sekolah terlibat dalam meningkatkan dukungan moral dari masyarakat. Dan yang terakhir, untuk urusan pengelolaa iklim sekolah, warga sekolah menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitar baik masyarakat maupun lembaga-lembaga disekitar sekolah.” Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Jawaban Ketua Komite Sekolah “Dalam pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab yang telah diberikan kepada sekolah SMAN 1 Barumun, sekolah melakukan kerjasama dengan membagi wewenang dan tanggungjawab tersebut sesuai dengan kedudukannya. Sampai saat ini, wewenang dan tanggungjawab yang dilaksanakan komite sekolah ada enam bidang urusan. Untuk bidang perencanaan dan evaluasi, komite sekolah selalu melakukan musyawarah dengan orangtua siswa dan dievaluasi setiap akhir kegiatan atau periode. Dalam pengelolaan ketenagaan, komite sekolah berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk pengadaan guru honorer. Untuk pengadaan, perbaikan, dan pengembangan fasilitas, komite sekolah mendukung dana dan materi. Sedangkan untuk pemeliharaan, komite sekolah bekerja sama dengan pegawai sekolah dan siswa. Untuk pengelolaan keuangan, komite sekolah bekerja sama dengan bendahara sekolah dengan pertimbangan penggunaan dana ditujukan berdasarkan prioritas utama sekolah. Hubungan sekolah dengan masyarakat sejauh ini masih berjalan baik. Sedangkan untuk urusan pengelolaan iklim sekolah, komite sekolah bekerja sama dengan kepala sekolah untuk menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekolah.” Jawaban Ketua OSIS “Dalam hal ini, iswa hanya berperan dalam bidang-bidang tertentu seperti perencanaan, pengelolaan fasilitas, hubungan sekolah-masyarakat, dan pengelolaan iklim sekolah. Untuk pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab tersebut, siswa telah banyak berperan serta terutama untuk urusan pengelolaan fasilitas (peralatan dan perlengkapan). Untuk pengadaan fasilitas pendukung seperti peralatan olahraga biasanya ditanggulangi oleh siswa, sedangkan untuk pemeliharaan dan perbaikan dilakukan bersama oleh siswa dan pegawai sekolah. Untuk pengembangan yang lebih besar biasanya dikoordinasikan kepada orangtua siswa melalui rapat komite sekolah. Selain itu, urusan lainnya diurus oleh pegawai sekolah dan orangtua siswa melalui komite sekolah.”
3. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang peningkatan partisipasi warga sekolah dalam melaksanakan dan mendukung penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab yang dimiliki sekolah?
Jawaban Kepala Sekolah “Menurut saya, peningkatan partisipasi warga sekolah di SMAN 1 Barumun sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi pegawai sekolah dalam perencanaan, pengelolaan proses belajar mengajar, pengelolaan kurikulum, pengelolaan fasilitas, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan pengelolaan iklim sekolah. Peningkatan partisipasi orangtua siswa dapat dilihat dari semakin meningkatnya peran serta orangtua dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan seperti pengelolaan pegawai Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
honorer, pengadaan komputer, pengadaan sarana dan prasarana olahraga, les tambahan bagi kelas XII, dan lain-lain. Sedangkan peningkatan peran serta siswa dapat dilihat dari semakin kritisnya siswa dalam setiap tindakan yang dilakukan sekolah. Peningkatan lainnya adalah pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan, hingga pengembangan peralatan dan perlengkapan sekolah. Jadi, dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan partisipasi warga sekolah.” Jawaban Ketua Komite Sekolah “Dalam melaksanakan dan mendukung penyelenggaraan pendidikan, terlihat jelas adanya peningkatan partisipasi orangtua siswa. Namun peningkatan yang lebih besar masih dalam dukungan dana dan barang. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah keberhasilan program yang dilaksanakan dan didukung oleh orangtua siswa melalui komite sekolah.” Jawaban Ketua OSIS “Dalam hal peningkatan partisipasi siswa, memang terjadi peningkatan. Namun peningkatan yang lebih besar adalah pada kegiatan-kegiatan OSIS dan Pramuka. Dalam bidang ini, peningkatan tidak hanya dalam bentuk dana atau materi tetapi juga peningkatan pemikiran dan keterampilan, kritik dan saran, serta tanggungjawab siswa terhadap setiap kegiatan yang dilaksanakan.”
Berdasarkan data kuesioner yang telah saya bagikan, ada beberapa pertanyaan tentang peningkatan partisipasi yang mendapat tanggapan belum ada peningkatan dari beberapa responden.
4. Sebagian dari responden berpendapat bahwa tidak ada peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) warga sekolah (siswa dan orangtua siswa) untuk peningkatan mutu pendidikan. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang jawaban responden tersebut? Jawaban Kepala Sekolah “Untuk peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) warga sekolah sebenarnya telah ada namun belum terlalu menonjol. Jadi jika ada responden anda yang mengatakan bahwa belum ada peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) warga sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan itu dikarenakan kualitas dan kuantitas masukan tersebut masih rendah bila dibandingkan dengan peningkatan dalam bidang-bidang lainnya.” Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Jawaban Ketua Komite Sekolah “Peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari orangtua siswa untuk peningkatan mutu pendidikan memang masih rendah. Rendahnya peningkatan ini disebabkan sifat orangtua yang lebih memperhatikan hasil akhir sesuai dengan dana yang dikeluarkan tanpa peduli dengan proses pendidikan itu sendiri. Kebanyakan dari orangtua berpendapat bahwa jika anaknya telah lulus atau naik kelas, maka tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Namun, dalam bidang-bidang tertentu ada peningkatan yang lebih baik seperti pengadaan guru honorer yang lebih berkompeten dengan mengadakan seleksi terhadap calon guru honorer.” Jawaban Ketua OSIS “Dalam beberapa kasus, memang belum ada peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) siswa. Hal ini disebabkan adanya ketakutan siswa terhadap pegawai sekolah akan adanya tekanan dalam pemberian nilai. Selain itu, masih banyak siswa yang tidak mengetahui bagaimana tata cara menyampaikan kritik dan saran yang akan disampaikan sehingga siswa lebih sering berdiam diri.” 5. Sebagian dari responden berpendapat bahwa keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah belum benar-benar sesuai dengan keinginan warga sekolah dan mampu
meningkatkan
kualitas
pendidikan.
Bagaimana
tanggapan
Bapak/Saudara tentang jawaban responden tersebut?
Jawaban Kepala Sekolah “Untuk menyesuaikan pengambilan keputusan dan keinginan warga sekolah memang sangat sulit. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pendapat dari pegawai sekolah, orangtua siswa, dan siswa. Untuk itu, terkadang keputusan yang diambil akan menolak keinginan pihak tertentu dengan pertimbangan bahwa keputusan tersebut adalah langkah terbaik. Namun, untuk lebih memaksimalkan kesesuaian keputusan dengan keinginan warga sekolah, selalu diadakan rapat musyawarah dengan warga sekolah sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Dengan demikian, setiap keputusan yang diambil adalah hasil keputusan bersama baik melalui musyawarah atau pengambilan suara terbanyak.” Jawaban Ketua Komite Sekolah “Pendapat tersebut mungkin berasal dari orangtua yang mempunyai harapan yang tinggi akan pendidikan anaknya. Sementara keinginan dari orangtua siswa beraneka ragam. Ada juga orangtua yang hanya mengharapkan anaknya lulus pendidikan SMA saja, sedangkan orangtua lainnya mengarapkan anaknya mampu melanjutkan ke Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun secara umum, keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah telah mampu meningkatkan kualitas pendidikan di SMA ini.” Jawaban Ketua OSIS “Hal ini dikarenakan keanekaragaman keinginan siswa. Ada beberapa siswa yang mempunyai harapan yang tinggi terhadap sekolah namun terkendala dana. Misalnya saja, dalam pengadaan belajar tambahan, beberapa siswa menginginkan tenaga pengajarnya direkrut dari lembaga yang lebih berkompeten. Namun karena biaya yang lebih mahal, sebagian siswa menolaknya. Selain itu, ketika sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan pendapatnya, sangat sedikit yang memberikan tanggapan.” 6. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang peningkatan transparansi warga sekolah dalam melaksanakan dan mendukung penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab yang dimiliki sekolah? Jawaban Kepala Sekolah “Menurut saya, peningkatan transparansi warga sekolah dalam melaksanakan dan mendukung penyelenggaraan pendidikan sudah ada. Hanya saja ada beberapa hal yang mengakibatkan transparansi itu sendiri sulit dilakukan. Misalnya saja dalam penggunaan dana, terkadang ada hal-hal yang di luar dugaan seperti kenaikan harga bahan bangunan, kenaikan upah buruh bangunan, dan lain-lainnya. Namun hal ini juga diupayakan untuk tidak menjadi masalah dengan mengadakan laporan pertanggungjawaban kepada orangtua siswa melalui rapat komite dan mengikutsertakan perwakilan orangtua, pegawai sekolah, dan siswa dalam pelaksanaan dan penggunaan dana tersebut. Dan apabila ada pihak yang membutuhkan informasi tentang penyelenggaraan pendidikan di sekolah ini baik dari kegiatan maupun penggunaan dana, sekolah bersedia memberikan data yang akurat.” Jawaban Ketua Komite Sekolah “Sampai saat ini, transparansi penyelenggaraan pendidikan di SMAN 1 Barumun masih tetap dijalankan. Masalahnya adalah keterbatasan sarana dan prasarana penyedia informasi tentang. Namun diakui bahwa apabila ada pihak-pihak terkait yang membutuhkan informasi tentang penyelenggaraan pendidikan seperti anda ini, maka pihak sekolah dan komite sekolah bersedia membantu.” Jawaban Ketua OSIS “Untuk masalah transparansi memang masih kurang baik, apalagi untuk siswa. Biasanya, sekolah hanya memberikan laporan tentang pelaksanaan sebuah kegiatan atau program kepada orangtua siswa melalui pertemuan komite sekolah.”
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan data kuesioner yang telah saya bagikan, ada beberapa pertanyaan tentang peningkatan transparansi yang mendapat tanggapan belum ada peningkatan dari beberapa responden.
7. Sebagian dari responden berpendapat
bahwa belum ada peningkatan
kepercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang jawaban responden tersebut? Jawaban Kepala Sekolah “Peningkatan kepercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktikpraktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme juga ada di SMAN 1 Barumun. Bila ada responden anda yang mengatakan bahwa belum ada peningkatan, itu dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan. Namun diakui seperti penjelasan saya sebelumnya bahwa ada hal-hal yang di luar dugaan yang mengakibatkan ada kecurigaan dari warga sekolah bahwa telah terjadi KKN di sekolah ini, dan ini tidak terlepas dari perubahan-perubahan global yang terjadi di masyarakat terutama dalam perubahan harga dan upah pekerja. Namun, bila dibandingkan dari beberapa kasus yang terjadi, penilaian responden tersebut lebih mengarah kepada nepotisme sekolah terhadap pihak-pihak tertentu. Seperti penerimaan siswa baru, penilaian pada akhir semester, dan akses terhadap sarana dan prasarana sekolah.” Jawaban Ketua Komite Sekolah “Belum adanya peningkatan kepercayaan orangtua siswa bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik KKN dikarenakan kecurigaan seperti pelaksanaan pendidikan di masa lampau. Dan dalam beberapa tahun terakhir ini, penyelengara sekolah telah berupaya untuk meningkatkan kepercayaan orangtua tersebut. Sedangkan praktikpraktik KKN yang dimaksud sebenarnya lebih mengarah kepada nepotisme. Dan terkadang nepotisme ini juga bermanfaat bagi pengembangan sekolah, seperti penerimaan siswa pindahan dari luar kota yang merupakan anak dari pejabat daerah. Dengan diterimanya siswa tersebut, sekolah mempunyai hubungan yang lebih baik dengan pemerintah daerah sehingga sewaktu-waktu dapat berguna.” Jawaban Ketua OSIS “Belum adanya peningkatan kepercayaan siswa ini lebih mengarah kepada adanya praktik-praktik nepotisme di sekolah. Hal ini disebabkan adanya siswa yang merupakan anak atau saudara dari pegawai sekolah sehingga mendapatkan perhatian lebih bila dibandingkan dengan siswa yang lainnya.” Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
8. Sebagian dari responden berpendapat bahwa belum ada penambahan wawasan dan pengetahuan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang jawaban responden tersebut? Jawaban Kepala Sekolah “Untuk masalah penambahan wawasan dan pengetahuan warga sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, sebenarnya tetap ada penambahan, terutama bagi pegawai sekolah dan siswa. Responden anda yang berpendapat belum ada penambahan mungkin melihatnya dari penambahan wawasan dan pengetahuan orangtua siswa. Hal ini bias saja dierima karena untuk orangtua, peningkatan ini memang belum tampak jelas dan penyebabnya kembali kepada terbatasnya sarana dan prasarana yang dapat mmberikan informasi. Selain itu, ada juga sebagian orangtua yang berpendidikan rendah beranggapan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah ini adalah urusan kepala sekolah dan guru saja. Sedangkan orangtua hanya mengurusi pendanaan dan keperluan siswa.” Jawaban Ketua Komite Sekolah “Penambahan wawasan tetap ada, jika ada yang berpendapat belum ada itu dikarenakan kurangnya informasi dan sosialisasi tentang penyelenggaraan sekolah. Dan diakui juga bahwa sebagian besar orangtua siswa tidak terlalu peduli dengan penyelenggaraan sekolah, kepedulian orangtua biasanya hanya jika menyangkut pendanaan dan penilaian guru terhadap siswa dalam ujian akhir semester, dan kelulusan siswa dalam mengikuti Ujian Nasional.” Jawaban Ketua OSIS “Belum adanya penambahan wawasan dan pengetahuan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah dikarenakan ada sebagian siswa yang tidak memberikan informasi kepada orangtua siswa tentang penyelenggaraan sekolah. Sementara dari pihak sekolah berharap banyak bahwa melalui siswa, setiap informasi tentang penyelenggaraan sekolah dapat disampaikan oleh siswa kepada orangtua masingmasing.” 9. Sebagian dari responden berpendapat bahwa belum ada pengurangan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang jawaban responden tersebut? Jawaban Kepala Sekolah “Pelanggaran yang dilakukan sebenarnya adalah masalah disiplin dan tata tertib sekolah. Pelanggaran ini bukan hanya dilakukan oleh siswa tetapi juga oleh pegawai sekolah. Seperti yang anda ketahui bahwa saya menjabat kepala sekolah baru sekitar Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
satu tahun lebih dan saya telah memprogramkan langkah-langkah baru dalam mengatasi masalah ini. Untuk mengurangi pelanggaran peraturan yang berlaku di sekolah yang dilakukan oleh siswa, saya telah membuat sebuah sistem kredit poin. Sistem ini berupaya untuk mengurangi pelanggaran tata tertib dan disiplin sekolah sekaligus mengajarkan kepada siswa untuk lebih bertanggung jawab akan dirinya sendiri. Tata cara yang dilakukan adalah dengan memberikan nilai pada setiap pelanggaran yang ada dan diberi batas maksimal sebesar 500 poin. Artinya, setiap siswa melakukan pelanggaran maka akan dihitung dan apabila telah mencapai 500 poin, maka siswa yang bersangkutan akan dikeluarkan dari sekolah. Untuk guru, sebenarnya tidak ada sistem tersendiri. Saya sebagai kepala sekolah hanya memberikan nasihat atau teguran bagi guru yang kurang disiplin dan melanggar peraturan. Hal ini dilakukan karena pelanggaran guru juga hanya sebatas keterlambatan atau ketidakhadiran akibat ada urusan mendadak. Namun, dengan perkembangan dan besarnya anggaran pendidikan, masyarakat juga semakin kritis akan kedisiplinan guru sehingga media pers pun ikut juga mengawasi pekerjaan guru. Sedangkan untuk pegawai honorer, komite sekolah berperan besar untuk mengawasinya. Dengan adanya sistem kredit poin dan pengawasan masyarakat, dalam satu tahun ini pelanggaran peraturan telah berkurang” Jawaban Ketua Komite Sekolah “Untuk masalah pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah, kami dari komite sekolah tidak terlalu mengetahui karena tidak setiap saat kami berada di sekolah. Namun untuk pegawai sekolah terutama guru honor, kami selalu berkoordinasi dengan kepala sekolah dan anggota komite yang berasal dari guru PNS di sekolah. Untuk pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku dilakukan siswa, kami koordinasikan dengan pegawai sekolah terutama wali kelas dan guru BP.” Jawaban Ketua OSIS “Belum adanya pengurangan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah dikarenakan setiap program atau langkah-langkah yang diambil sekolah hanya efektif untuk sementara waktu. Ketika pelaksanaanya semakin berkurang maka pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah kembali meningkat. Namun pelanggaran ini hanya bersifat disiplin dan tata tertib sekolah.” 10. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang peningkatan akuntabilitas warga sekolah dalam melaksanakan dan mendukung penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab yang dimiliki sekolah? Jawaban Kepala Sekolah “Peningkatan akuntabilitas warga sekolah dalam melaksanakan dan mendukung penyelenggaraan pendidikan juga mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan peningkatan partisipasi dan transparansi warga sekolah sesuai dengan wewenang dan Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
tanggungjawab masing-masing pihak. Bentuk pertanggungjawaban ini dapat dilihat dari laporan masing-masing pihak pada setiap akhir kegiatan atau program.” Jawaban Ketua Komite Sekolah “Menurut saya, terdapat peningkatan akuntabilitas warga sekolah dalam melaksanakan dan mendukung penyelenggaraan pendidikan. Namun karena saya sebagai ketua komite sekolah, maka saya akan menanggapi akuntabilitas komite sekolah. Dalam hal ini, akuntabilitas oragtua siswa lebih terlihat pada perencanaan dan evaluasi, pengelolaan keuangan, serta hubungan sekolah dengan masyarakat.” Jawaban Ketua OSIS “Bentuk akuntabilitas yang dilakukan sekolah kepada siswa lebih kepada tanggungjawab moral. Untuk pertanggungjawaban program atau kegiatan terutama yang menggunakan dana, sekolah bertanggung jawab kepada Komite Sekolah.” Berdasarkan data kuesioner yang telah saya bagikan, ada beberapa pertanyaan tentang peningkatan transparansi yang mendapat tanggapan belum ada peningkatan dari beberapa responden.
11. Sebagian dari responden berpendapat bahwa belum ada peningkatan kepuasan warga sekolah (siswa dan orangtua siswa) terhadap penyelenggaraan sekolah. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang jawaban responden tersebut? Jawaban Kepala Sekolah “Untuk mencapai kepuasan (rasa puas dari masing-masing pihak) memang sulit dilakukan karena setiap pihak memiliki keinginan yang berbeda-beda. Tingkat kepuasan masing-masing pihak juga tidak sama, ada yang memiliki harapan yang tinggi, yang sedehana, sampai yang paling rendah. Hal ini tentu saja sulit disatukan terlebih lagi jika harapan untuk meningkatkan kepuasan warga sekolah tersebut harus menggunakan dana yang besar. Namun dalam tujuan peningkatan mutu, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepuasan warga sekolah adalah pencapaian kategori sekolah sebagai Rintisan Sekolah Standar Nasional. Untuk kepuasan pegawai, dilakukan peningkatan secara bertahap dalam pengupahan/imbalan jasa setiap tahunnya. Untuk kepuasan siswa, diberikan peningkatan pelayanan dan penyediaan sarana prasarana seperti pendidikan komputer dan alat-alat olahraga. Untuk orangtua siswa, pihak sekolah berupaya untuk meningkatkan jumlah kelulusan siswa kelas XII dan mempersiapkan siswa masuk ke perguruan tinggi negeri, mengikutsertakan siswa dalam berbagai lomba bidang akademis, olahraga, dan lain sebagainya.” Jawaban Ketua Komite Sekolah Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
“Untuk melihat peningkatan kepuasan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah, kita harus membandingkan keinginan dan tingkat kepuasan orangtua siswa dengan dana yang diberikan. Artinya, sebagian orangtua berharap hasil yang lebih maksimal akan tetapi ketika dibutuhkan dana maka akan akan terjadi penolakan. Selain itu, kita juga harus melihat tingkat ekonomi dan pendidikan dari orangtua tersebut. Jika tingkat ekonomi dan pendidikannya tinggi maka kepuasan akan penyelenggaraan sekolah akan disesuaikan dengan partisipasinya. Namun, bagi orangtua yang tingkat ekonomi dan pendidikannya rendah, biasanya berharap banyak terhadap sekolah namun kurang dalam hal partisipasi.” Jawaban Ketua OSIS “Pendapat bahwa belum ada peningkatan kepuasan siswa terhadap penyelenggaraan sekolah disebabkan keterbatasan sumberdaya baik dana maupun tenaga. Keterbatasan ini bukan hanya masalah kuantitas tetapi juga kualitas sumberdaya tersebut.”
12. Sebagian dari responden berpendapat bahwa belum ada pengurangan kasus KKN di sekolah. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang jawaban responden tersebut? Jawaban Kepala Sekolah “Tanggapan responden anda ini dapat diterima. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa hal ini adalah dampak dari kurangnya informasi yang didapatkan dan kecurigaan warga sekolah bahwa penggunaan dana sekolah tersebut tidak tepat sasaran. Namun, saya sendiri sebagai kepala sekolah merasa sulit untuk mengelola dana yang ada untuk keperluan yang begitu besar. Hal ini terjadi akibat Anggaran Pengeluaran dan Belanja Sekolah (APBS) yang berjumlah 178 juta per tahun belum dapat direalisasikan pemerintah. Anggaran ini terkendala proses peralihan akibat pemekaran yang belum selesai sampai saat ini. Mungkin hal ini akan dapat diselesaikan setelah Pemda Kab. Padang Lawas telah beroperasi secara maksimal. Untuk menutupi kebutuhan anggaran ini, sementara waktu dana yang dipergunakan adalah dana dari komite sekolah sehingga dana tersebut seringkali dianggap telah diselewengkan. Padahal, jumlah dana tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan pendanaan sekolah.” Jawaban Ketua Komite Sekolah “Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya bahwa masalah kasus KKN di sekolah dikarenakan kecurigaan seperti pelaksanaan pendidikan di masa lampau. Namun sejauh ini, menurut pendapat saya, anggapan adanya kasus KKN di sekolah merupakan dampak dari kecurigaan orangtua siswa yang selalu terpengaruh akan informasi yang tidak bertanggung jawab. Dan memang saya akui, bahwa pada kepengurusan komite di masa yang lalu, laporan penggunaan dana orangtua siswa seringkali tidak jelas dan Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
menimbulkan kecurigaan. Sedangkan untuk masalah nepotisme, pada umumnya pengaruh nepotisme tersebut masih lebih banyak berdampak positif bagi sekolah. Dan praktik nepotisme ini pun seringkali disalahartikan oleh orangtua siswa. Artinya, masalah yang bukan praktik nepotisme pun, terkadang dikaitkan dengan hubungan kekeluargaan.” Jawaban Ketua OSIS “Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya bahwa belum adanya pengurangan kasus KKN di sekolah ini lebih mengarah kepada adanya praktik-praktik nepotisme di sekolah. Hal ini disebabkan adanya siswa yang merupakan anak atau saudara dari pegawai sekolah sehingga ada anggapan siswa bahwa nepotisme di sekolah masih tinggi.”
13. Selain bidang-bidang tersebut, setiap pertanyaan dalam kuesioner saya, ada juga beberapa responden (sekitar 10%-20%) yang berpendapat bahwa belum ada peningkatan dalam bidang tersebut. Bagaimana tanggapan Bapak/Saudara tentang jawaban responden tersebut? Jawaban Kepala Sekolah “Saya rasa itu adalah hal yang wajar. Setiap pihak berhak memberikan penilaian terhadap pertanyaan yang anda ajukan dan penilaian itu bisa saja berbeda-beda. Tetapi seperti yang anda katakan bahwa itu hanya sebagian kecil, sehingga dari situ saja kita dapat mengetahui bahwa lebih banyak yang berpendapat telah terjadi peningkatan. Hal ini juga dimungkinkan karena memang MBS ini belum sepenuhnya dijalankan karena memang belum semua pihak mengetahui dan mengerti. Tetapi jika dikatakan untuk upaya untuk peningkatan, saya rasa semua pihak harus terlibat dan saling mendukung.” Jawaban Ketua Komite Sekolah “Menurut saya, hal ini dikarenakan kekurangan informasi dan perbedaan karakter individu. Kekurangan informasi ini tentu saja mempengaruhi pengetahuan orangtua siswa tentang perkembangan yang terjadi di sekolah termasuk peningkatanpeningkatan yang terjadi. Sedangkan untuk masalah karakter adalah masalah kehadiran peserta rapat. Sebagai contoh saja, dalam setiap rapat komite, kebanyakan dari orangtua siswa yang datang menghadiri rapat tersebut adalah orangtua wanita (ibu dari siswa). Hal ini tentu saja mempengaruhi keputusan hasil rapat. Karena menurut hemat saya, ibu-ibu lebih sukar untuk mengambil keputusan, terutama dalam pendanaan, karena nantinya harus berkonsultasi lagi dengan suaminya di rumah. Sehingga diharapkan, untuk masa-masa yang akan datang, dalam setiap rapat komite lebih banyak dihadiri oleh kaum bapak.” Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Jawaban Ketua OSIS “Menurut saya, hal ini adalah hal yang wajar karena dari seluruh siswa tentu saja memiliki pendapat masing-masing. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pengalaman dan dari sudut pandang mana siswa tersebut menilai. Jadi, menurut saya itu adalah hal yang wajar-wajar saja.”
B. Data Sekunder Sama halnya dengan data primer, data sekunder juga terdiri dari dua bentuk data yaitu data kepustakaan dan data dokumentasi. Data sekunder dengan teknik pengumpulan data penelitian kepustakaan disajikan dengan mengutip sejumlah buku, tulisan, dan karya ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data dari hasil studi kepustakaan, disajikan dengan menelaah data dari catatan tertulis, arsip, dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Meskipun data ini hanya sebagai pendukung data hasil penelitian, akan tetapi peranannya sangat besar dalam menjelaskan dan menegaskan hasil penelitian. Berikut ini adalah data sekunder yang berhasil dikumpulkan dari penelitian yang telah dilakukan, baik dari lokasi penelitian maupun bahan-bahan literatur di luar lokasi penelitian. Adapun data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:
1. Kepustakaan Berdasarkan hasil penelitian kepustakaan yang telah dilakukan dengan mempelajari sejumlah buku, tulisan, dan karya ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti maka diperoleh data-data berikut ini yang dianggap relevan dan mampu menjelaskan masalah penelitian.
Warta MBS No. 8 Thn. 2006
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Pelibatan ketiga komponen program ini sebagai upaya jitu peningkatan pendidikan yang bisa berlangsung lama, mendapat pujian dari Mr Koichiro Matsuura, Direktur Jenderal UNESCO di Paris. Pada sambutan beliau pada Seminar Nasional tentang Program CLCC yang diadakan di Jakarta tgl 2 desember 2005 beliau menulis: “Dengan demikian program CLCC atau Program MBS telah menjadikan Transparansi Manajemen Sekolah, Peran Serta Masyarakat dan peningkatan KBM tiga pilar yang saling menopang program tersebut dalam mendukung Pemerintah Indonesia mencapai tujuan demokratisasi pendidikan melalui desentralisasi pendidikan”. (Redaksi, www.mbssd.org)
Zuraidah, Konferensi Guru Indonesia 2007 Hasil penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa implementasi MBS secara benar dan konsisten dapat meningkatkan mutu pendidikan anak secara signifikan karena keterlibatan masyarakat dan orangtua sesuai dengan peranannya masing-masing (Zuraidah-HOW-TO-DEVELOP-THE-SCHOOL-COMMUNITY.pdf).
Noor Indrastuti (Maret 2006), Studi Kasus SDN Sukarasa II, Kec. Malangbong, Kab. Garut Berkat penjelasan yang benar dan perencanaan yang logis, transparan, dan masuk akal, maka pihak orangtua mulai memahami maksud dan tujuan sekolah. Berawal dari pertemuan inilah, pelan namun pasti, partisipasi masyarakat mulai tumbuh. Asalkan tidak menyangkut masalah uang dan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah, umumnya mereka mendukung. Hal ini bisa dimaklumi mengingat sebagian besar orangtua adalah buruh tani dengan penghasilan yang sangat minim. Oleh karena itu, sebelum ada Bantuan Operasional Sekolah (BOS) beberapa anak terpaksa putus sekolah karena alasan ekonomi. Namun dengan adanya program MBS dengan melibatkan peran serta masyarakat, sekarang tidak ada lagi anak yang putus sekolah di sekolah ini. Sebenarnya partisipasi masyarakat tidak sepenuhnya hilang. Hal ini terbukti dari tetap berjalannya program “ritus”. Dengan ritus siswa secara sukarela diminta untuk menyisihkan uang jajannya setiap hari sebesar seratus rupiah. Dengan program ini ternyata orangtua tetap meresponnya karena sebelumnya memang telah disosialisasikan. Pada umumnya mereka tidak berkeberatan karena dari dana yang terkumpul, dimanfaatkan oleh sekolah untuk peningkatan sekolah dan kegiatan-kegiatan sosial, seperti menjenguk anak yang sakit.
2. Dokumentasi Data dari hasil penelitian dokumentasi, yaitu dengan melakukan penelaahan terhadap catatan tertulis, arsip, dan sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian, diperoleh beberapa data pendukung yang dapat membantu Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
mengidentifikasi permasalan penelitian. Berikut ini akan disajikan dalam tabel beserta penjelasan dari masing-masing data dokumentasi yang diperoleh dari SMAN 1 Barumun. Berikut ini adalah data iuran uang pembangunan di SMAN 1 Barumun per tahun mulai tahun 2006 sampai 2009. Tabel 54: Data Iuran Uang Pembangunan di SMAN 1 Barumun 2006-2009 Kelas Tahun 2006/2007 Tahun 2007/2008 Tahun 2008/2009 X Rp. 40.000 Rp. 80.000 Rp. 140.000 XI Rp. 30.000 Rp. 40.000 Rp. 80.000 XII Rp. 15. 000 Rp. 20.000 Rp. 40.000 Sumber: SMAN 1 Barumun. Dari tabel data iuran uang pembangunan di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan uang pembangunan siswa di SMAN 1 Barumun per tahun mulai tahun 2006 sampai 2009. Iuran pembangunan siswa kelas X pada tahun 2007/2008 mengalami peningkatan 100% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 40.000. Sedangkan pada tahun 2008/2009, iuran pembangunan kelas X mengalami peningkatan sebesar Rp. 60.000 dari tahun 2007/2008. Untuk kelas XI, iuran pembangunan pada tahun 2007/2008 meningkat sebesar Rp. 10.000 dari tahun 2006/2007 dan meningkat lagi pada tahun 2008/2009 sebesar Rp. 40.000 dari tahun sebelumnya. Peningkatan pada tahun 2008/2009 ini mencapai 100% dari jumlah tahun sebelumnya. Untuk kelas XII, iuran pembangunan pada tahun 2007/2008 meningkat sebesar Rp. 5.000 dari tahun 2006/2007 dan meningkat lagi pada tahun 2008/2009 sebesar 100% atau sebanyak Rp. 20.000 dari tahun sebelumnya. Seluruh peningkatan iuran tersebut merupakan hasil kesepakatan pegawai sekolah dengan orangtua siswa melalui musyawarah komite sekolah dan besaran iuran yang disepakati disesuaikan dengan kebutuhan dana program kegiatan yang direncanakan. Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Berikut ini adalah data iuran bulanan siswa per bulan mulai tahun 2006 sampai 2009. Tabel 55: Data Iuran Bulanan Siswa di SMAN 1 Barumun 2006-2009 Jenis Iuran Tahun 2006/2007 Tahun 2007/2008 Tahun 2008/2009 Komite Rp. 18.500 Rp. 18.500 Rp.32.000 OSIS + Pramuka Rp.1.500 Rp. 1.500 Rp.3.000 Jumlah Rp. 20.000 Rp. 20.000 Rp. 35.000 Sumber: SMAN 1 Barumun Berdasarkan tabel di atas, diketahui peningkatan iuran bulanan siswa di SMAN 1 Barumun terjadi pada tahun 2008/2009. Pada tahun tersebut terjadi peningkatan iuran bulanan siswa sebesar Rp.13.500 dari tahun sebelumnya. Peningkatan iuran bulanan ini terdiri dari peningkatan iuran komite sebesar Rp.12.000 dan peningkatan iuran OSIS+Pramuka sebesar Rp. 1.500. Sedangkan pada tahun 2007/2008, iuran bulanan siswa tidak mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Berikut ini adalah data kontribusi orangtua dalam hal finansial dan material/barang. Kontribusi berikut ini merupakan tindak lanjut dari iuran pembangunan yang telah dijelaskan sebelumnya. Bentuk kontribusi warga sekolah tersebut dapat dilihat dari program-program kegiatan yang telah terlaksana, baik program pembangunan, perbaikan, pengadaan, dan lain-lain. Tabel 56: Data Kontribusi Orangtua Siswa di SMAN 1 Barumun 2006-2009 Tahun Program Kegiatan 1. Perbaikan dan pembangunan kamar mandi/WC; 2. Ruang UKS yang digunakan untuk setiap kegiatan siswa baik rapat OSIS maupun pertemuan-pertemuan lainnya; 3. Pembangunan lapangan Bola Basket; 2006/2007 4. Pembangunan lapangan Bulu Tangkis (Badminton); 5. Pengadaan papan tulis (white board) untuk ruangan kelas; 6. Pengadaan kursi dan meja siswa sebanyak 40 paket (40 meja dan 80 kursi). 1. Melanjutkan Pembangunan lapangan Bola Basket; 2. Perbaikan lapangan Bola Volly; 2007/2008 3. Pengadaan Sarana dan Prasarana Olahraga Tenis Meja; 4. Perbaikan taman sekolah yang berada di depan ruangan kelas; 5. Penambahan pengadaan papan tulis (white board) untuk ruangan kelas; Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
6. Pengadaan kursi dan meja siswa sebanyak 20 paket (20 meja dan 40 kursi). 1. Pembangunan Ruang Guru; 208/2009 2. Pengadaan kursi dan meja siswa sebanyak 20 paket (20 meja dan 40 kursi). Sumber: SMAN 1 Barumun. Data pada tabel di atas adalah bentuk program kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam penetapan iuran pembangunan tiap tahunnya mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Program-program kegiatan tersebut sepenuhnya didanai oleh orangtua siswa dan ada beberapa dari program tersebut yang pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawabannya dilakukan sendiri oleh orangtua siswa. Program lainnya dilaksanakan secara bersama oleh pegawai sekolah, pengurus komite, dan orangtua siswa. Dari tabel juga diketahui bahwa program kegiatan yang paling banyak menjadi perhatian orangtua siswa adalah program pengadaan, perbaikan, dan pengembangan sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran pendidikan. Salah satu bentuk kegiatan yang membuktikan hal tersebut dapat dilihat dari pengadaan kursi dan meja siswa yang dilakukan setiap tahunnya. Ini menunjukkan bahwa prioritas utama orangtua siswa adalah untuk menciptakan kondisi yang baik agar para siswa dapat belajar dengan baik. Dari tabel juga diketahui bahwa prioritas kedua dalam setiap program kegiatan per tahunnya adalah pengadaan, perbaikan, dan pengembangan sarana olahraga. Hal ini dapat dilihat dari tabel dimana dalam setiap tahun anggaran ada program kerja untuk kegiatan olahraga. Dari tabel tampak jelas bahwa program kegiatan untuk sarana dan prasarana olahraga yang paling banyak adalah pada tahun 2007/2008. Program kegiatan pada tahun ini terdiri dari perbaikan lapangan Bola Volly, pengadaan Sarana dan
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Prasarana Olahraga Tenis Meja, dan menyelesaikan pembangunan lapangan Bola Basket yang dimulai pada tahun sebelumnya. Selain program kegiatan tersebut, ada beberapa kontribusi warga sekolah lainnya yang tidak berkaitan dengan dana iuran pembangunan. Untuk orangtua, salah satu kontribusi yang paling jelas adalah pendanaan les tambahan setelah pulang sekolah dalam mempersiapkan Ujian Nasional (UN). Kontribusi guru dalam hal ini adalah memberikan pelajaran tambahan dan pendampingan dalam mempersiapkan siswa dalam pelaksanaan UN. Sedangkan untuk siswa sendiri, salah satu kontribusinya adalah pengelolaan dan pemeliharaan kelas yang baik untuk mendukung proses belajar mengajar.
BAB V ANALISA DATA A. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan, diketahui bahwa SMAN 1 Barumun mulai menerapkan MBS pada tahun 2006/2007. Penerapan ini sejalan dengan Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
rencana pemerintah yang mulai mensosialisasikan MBS pada tahun yang sama. Program MBS di SMAN 1 Barumun ini ditandai dengan pemberian wewenang dan tanggungjawab yang lebih besar kepada warga sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Barumun juga menunjukkan bahwa MBS adalah sebuah program pengelolaan sekolah yang lebih baik bila dibandingkan dengan sistem pengelolaan yang sebelumnya. Hal ini diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Sekolah, Ketua Komite, dan Ketua OSIS SMAN 1 Barumun. Para informan menyatakan dengan jelas bahwa MBS ini merupakan sebuah sistem pengelolan pendidikan yang baik bagi seluruh warga sekolah terutama dalam peningkatan mutu pendidikan. Pendapat ini juga didukung oleh Zuraidah, dalam Konferensi Guru Indonesia pada Tahu 2007, dimana dalam penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa implementasi MBS secara benar dan konsisten dapat meningkatkan mutu pendidikan anak secara signifikan karena keterlibatan masyarakat dan orangtua sesuai dengan peranannya masing-masing.
B. Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik di SMAN 1 Barumun, maka data yang diperoleh akan dianalisa sesuai dengan peningkatan partisipasi, transparansi, dan akuntanbilitas warga sekolah SMAN 1 Barumun. 1. Peningkatan Partisipasi Peningkatan partisipasi dalam penelitian ini dapat diidentifikasi melalui data utama dan data dokumentasi di lapangan. Berdasarkan kuesioner yang dibagikan,
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
pertanyaan menyangkut peningkatan partisipasi di SMAN 1 Barumun sesuai dengan MBS, terdiri dari lima belas pertanyaan. Peningkatan peran
serta warga
sekolah dalam
hal
jasa
(pemikiran,
keterampilan), dana, moral, dan material/barang sangat tinggi. Dari jawaban responden, diketahui bahwa peningkatan yang tertinggi adalah peningkatan peran serta orangtua siswa. Hal ini dapat dilihat dari tabel 20 dimana dari 144 orang (92,11%) responden berpendapat bahwa ada peningkatan peran serta orangtua siswa. Peningkatan yang terendah adalah peningkatan peran serta siswa yang dapat dilihat dari tabel 19 dimana dari 152 responden, hanya 136 orang (89,47%) dari responden yang berpendapat bahwa ada peningkatan peran serta siswa. Jawaban responden ini juga didukung oleh data dokumentasi dimana peningkatan ini ditandai dengan pengadaan fasilitas belajar, pembangunan gedung, dan pengembangan sarana dan prasarana oleh raga. Peningkatan yang sama juga terjadi pada peningkatan tanggungjawab warga sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini dapat diketahui dari tabel 21, 22, dan 23 dimana sebagian besar responden berpendapat bahwa telah terjadi peningkatan tanggungjawab warga sekolah, baik pegawai sekolah, siswa, maupun orangtua siswa, terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa peningkatan yang tertinggi adalah peningkatan tanggungjawab pegawai sekolah. Dari data juga diketahui adanya peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari warga sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan. Data pada tabel 24 menunjukkan bahwa dari seluruh warga sekolah, pegawai sekolah adalah pihak yang paling banyak memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Untuk siswa, dari tabel 25 dapat diketahui bahwa sebanyak 111 orang Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
(73,03%) dari responden menjawab ada peningkatan kualitas dan kuantitas masukan dari siswa. Sedangkan pada tabel 26 diketahui bahwa sebanyak 115 orang (75,66%) dari responden berpendapat bahwa ada peningkatan kualitas dan kuantitas masukan dari orangtua siswa. Berdasarkan data kuesioner juga diketahui bahwa telah ada peningkatan kepedulian warga sekolah kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Adanya peningkatan ini diketahui dari tabel 27 dimana 141 orang (92,76%) dari responden berpendapat ada peningkatan kepedulian pegawai sekolah, dan pada tabel 28 diketahui bahwa sebanyak 128 orang (84,21%) responden berpendapat ada peningkatan kepedulian siswa. Sedangkan untuk orangtua siswa, pada tabel 29 diketahui bahwa sebanyak 140 orang (92,11%) dari responden berpendapat ada peningkatan kepedulian orangtua siswa. Selain penjelasan di atas, ada juga responden yang menyatakan tidak ada peningkatan partisipasi warga sekolah. Jumlah responden yang menjawab demikian tidak lebih dari 20%. Para informan menyatakan bahwa ini adalah hal yang wajar, karena kurangnya informasi dan perbedaan penilaian dari masing-masing responden. Namun secara umum, dengan adanya MBS telah terjadi peningkatan partisipasi warga sekolah.
2. Peningkatan Transparansi Untuk melihat apakah ada peningkatan transparansi di SMAN 1 Barumun setelah pelaksanaan program MBS, setiap responden diberikan pertanyaan yang sama sebanyak tiga belas pertanyaan.
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Peningkatan yang terjadi dalam hal transparansi sekolah sesuai dengan program MBS terjadi pada peningkatan kepercayaan warga sekolah bahwa sekolah adalah organisasai pendidikan yang professional dan peningkatan peran serta warga sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Pada tabel 36 dan 38 diketahui bahwa dari 152 orang responden, sebanyak 143 orang (94,08%) responden berpendapat ada peningkatan kepercayaan pegawai sekolah dan orangtua siswa bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang professional. Sedangkan untuk siswa, dari tabel 37 diketahui sebanyak 138 orang (90,79%) responden berpendapat ada peningkatan kepercayaan siswa bahwa sekolah adalah organisasi pendidikan yang professional. Ini menjelaskan bahwa sekolah SMAN 1 Barumun telah mengalami peningkatan profesionalisme secara organisasional setelah dilaksanakannya program MBS. Peningkatan peran serta warga sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan juga mengalami peningkatan. Peningkatan peran serta warga sekolah yang terendah adalah peningkatan peran serta orangtua siswa. Hal ini diketahui dari tabel 41 dimana sebanyak 135 orang (88,82%) responden berpendapat ada peningkatan peran orangtua siswa sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Sedangkan untuk pegawai sekolah, tabel 39 menunjukkan bahwa sebanyak 142 orang (93,42%) responden berpendapat ada peningkatan dan untuk siswa, pada tabel 40 dinyatakan bahwa sebanyak 139 orang (91,45%) dari responden berpendapat ada peningkatan. Data ini juga didukung oleh data hasil wawancara dengan para informan yang menyatakan bahwa pihak orangtua siswa lebih banyak berperan dalam mendukung menciptakan kondisi sekolah yang baik untuk keberhasilan penyelenggaraan pendidikan terutama proses belajar mengajar. Peran seta yang lebih besar dalam hal ini adalah peran serta pegawai sekolah dan siswa karena kedua pihak tersebut merupakan pihak-pihak Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
yang berhubungan langsung dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah terutama dalam proses belajar mengajar. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada penambahan wawasan dan pengetahuan warga sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Penambahan wawasan dan pengetahuan warga sekolah ini juga sesuai dengan peningkatan peran serta warga sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Pegawai sekolah yang lebih banyak berperan dalam penyelenggaraan pendidikan juga mengalami penambahan wawasan dan pengetahuan yang lebih besar. Hal ini dapat diketahui dari tanggapan responden yang menyatakan bahwa pegawai sekolah mengalami penambahan wawasan dan pengetahuan tentang penyelenggaraan sekolah. Hal ini dapat diketahui dari tabel 42 dimana sebanyak 139 orang (91,45%) dari responden berpendapat ada penambahan wawasan dan pengetahuan pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Untuk penambahan wawasan dan pengetahuan siswa, diketahui dari tabel 43 dimana sebanyak 135 orang (88,82%) dari responden berpendapat ada penambahan wawasan dan pengetahuan siswa terhadap penyelenggaraan sekolah. Itu berarti bahwa siswa berada pada urutan kedua setelah pegawai sekolah yang mengalami penambahan wawasan dan pengetahuan setelah pelaksanaan MBS. Penambahan wawasan dan pengetahuan ini sesuai dengan peran serta siswa yang juga berada pada urutan kedua setelah pegawai sekolah. Sedangkan penambahan wawasan dan pengetahuan orangtua siswa berada pada urutan ketiga setelah pegawai sekolah dan siswa. Dari hasil kuesioner pada tabel 44 diketahui 120 orang (78,95%) dari responden yang berpendapat bahwa ada penambahan wawasan dan pengetahuan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah. Hal ini juga sesuai dengan peran serta orangtua siswa yang lebih rendah bila dibandingkan Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
dengan pegawai sekolah dan siswa dalam penyelenggaraan pendidikan di SMAN 1 Barumun.
3. Peningkatan Akuntabilitas Untuk mengidentifikasi peningkatan akuntabilitas di SMAN 1 Barumun sesuai dengan program MBS, ada 8 pertanyaan yang diajukan kepada responden. Pertanyaan pertama adalah masalah peningkatan kepuasan warga sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Dari tabel 46 diketahui bahwa sebanyak 130 orang (85,53%) dari responden berpendapat ada peningkatan kepuasan pegawai sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Tabel 47 menyatakan bahwa sebanyak 116 orang (78,29%) dari responden berpendapat ada peningkatan kepuasan siswa dan pada tabel 48 didapati bahwa sebanyak 121 orang (79,61%) dari responden berpendapat ada peningkatan kepuasan orangtua siswa terhadap penyelenggaraan sekolah. Peningkatan kesadaran warga sekolah tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah di SMAN 1 Barumun, juga mengalami peningkatan. Dari tabel 49 diketahui sebanyak 130 orang (85,53%) dari responden berpendapat adanya peningkatan kesadaran pegawai sekolah tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pada tabel 50 diketahui sebanyak 136 orang (89,47%) dari responden berpendapat adanya peningkatan peningkatan kesadaran siswa. Sedangkan untuk orangtua siswa dapat dilihat dari tabel 50 dimana sebanyak 140 orang (92,11%) dari responden berpendapat bahwa ada peningkatan kesadaran orangtua siswa tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Peningkatan terbesar terjadi pada kesadaran orangtua siswa yang mencapai 92,11% dari seluruh responden. Peningkatan ini tentu saja akibat peningkatan kontribusi Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
orangtua siswa dalam pendanaan. Seperti telah dijelaskan pada bagian peningkatan partisipasi, peningkatan kontribusi orangtua siswa sangat besar dimana dari 152 responden, sebanyak 144 orang (94,74%) responden menyatakan telah terjadi peningkatan peran serta orangtua siswa dalam pendanaan. Untuk itu, peningkatan kontribusi ini tentu saja diikuti oleh peningkatan kesadaran orangtua siswa tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan. Orangtua akan berupaya mengetahui bagaimana dana tersebut digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan dan menilai hasil yang dicapai. Peningkatan akuntabilitas dalam MBS juga dilihat dari peningkatan kesesuaian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat. Adapun hubungan peningkatan akuntabilitas dengan melihat kesesuaian kegiatan sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat, merupakan salah satu dasar pemikiran MBS. Pengelolaan pendidikan dengan MBS harus mengacu pada nilainilai dan norma yng berkemnag di masyarakat setempat. Untuk itu, MBS memberikan kewenangan kepada sekolah agar mampu mengikuti perkembangan tersebut tanpa harus menunggu instruksi dari pemerintah. Penyesuaian ini juga ditujukan untuk mempermudah sekolah dalam berinteraksi dengan masyarakat sehingga masyarakat semakin mengerti tentang lembaga pendidikan dan diharapkan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan data pada tabel 53, sebanyak 145 orang (95,39%) responden berpendapat bahwa ada peningkatan kesesuaian kegiatan-kegiatan di sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat. Peningkatan ini tidak terlepas dari peranan seluruh warga sekolah yang berupaya untuk menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitar sekolah, baik masyarakat maupun lembaga disekitar sekolah. Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Dengan adanya hubungan baik tersebut, pihak sekolah dapat mengetahui perkembangan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat sekaligus berupaya menyesuaikan perkembangan tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sekolah.
C. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah Penyelenggaraan MBS di SMAN 1 Barumun belum sepenuhnya berjalan dengan baik terutama mengenai pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab yang diberikan kepada sekolah. Hal ini terjadi karena belum adanya kegiatan yang secara khusus dilakukan kepada warga sekolah berupa pelatihan atau penataran mengenai MBS. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan kepala sekolah yang menyatakan bahwa sampai penelitian ini dilakukan, belum ada satu kegiatan pun yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait terutama Dinas Pendidikan Kabupaten Padang Lawas dalam mensosialisasikan pelaksanaan MBS. Untuk mengatasi masalah tersebut, pihak sekolah berupaya mengoptimalkan informasi di luar ikatan kedinasan yang berdasarkan sumber informasi eksternal seperti buku, pengalaman dan informasi dari pihak lain, serta media massa. Namun demikian, penyelenggaraan MBS di sekolah ini dapat dinilai sebagai sebuah program yang berhasil baik. Nilai-nilai yang terdapat dalam MBS seperti prinsip-prinsip tata sekolah yang baik pada dasarnya telah dilaksanakan jauh sebelum MBS diprogramkan oleh pemerintah. Bahkan sebelum sekolah ini berdiri, bentuk partisipasi masyarakat sudah terlihat dengan adanya hibah tanah untuk lokasi bangunan sekolah (SGB). Dalam kenyataannya, MBS di sekolah ini hanya berupaya untuk
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaanya dan ditambah dengan penyesuaian terhadap wewenang dan tanggungjawab yang semakin besar di sekolah.
1. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Peningkatan Partisipasi Dalam meningkatkan partisipasi warga sekolah, ada beberapa hambatan yang dialami oleh SMAN 1 Barumun. Salah satu hambatan tersebut adalah masalah peran serta siswa dalam memberikan kritikan dan saran terhadap sekolah. Responden yang menyatakan belum adanya peningkatan masukan dari siswa disebabkan ketakutan siswa terhadap pegawai sekolah akan adanya tekanan dalam pemberian nilai. Selain itu, masih banyak siswa yang tidak mengetahui bagaimana tata cara menyampaikan kritik dan saran yang baik. Sedangkan responden yang menjawab belum adanya peningkatan masukan dari orangtua siswa disebabkan sifat orangtua yang lebih memperhatikan hasil akhir sesuai dengan dana yang dikeluarkan tanpa peduli dengan proses pendidikan itu sendiri. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan ketiga informan dalam penelitian. Tanggapan responden yang paling rendah akan peningkatan partisipasi adalah pada masalah ada atau tidaknya kesesuaian keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat warga sekolah dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Dari tabel 30 diketahui bahwa hanya 116 orang (76,32%) responden yang berpendapat adanya kesesuaian dengan pendapat pegawai sekolah, dan pada tabel 31 diketahui bahwa dari 152 orang, hanya 104 orang (68,42%) responden yang berpendapat adanya kesesuaian dengan pendapat siswa. Sedangkan pada tabel 32, hanya sebanyak 107 orang (70,39%) berpendapat adanya kesesuaian dengan pendapat orangtua siswa. Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Data ini menjelaskan bahwa dalam peningkatan partisipasi, kesesuaian keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat warga sekolah dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan masih perlu ditingkatkan. Sedangkan dari hasil wawancara, diketahui bahwa ketidaksesuaian ini terjadi karena perbedaan pendapat dan harapan dari masing–masing pihak warga sekolah. Penyebab lain adalah perbedaan tingkat ekonomi warga sekolah terutama orangtua siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam setiap pengambilan keputusan diadakan musyawarah, dan apabila tidak tercapai kesepakatan maka keputusan yang diambil adalah melalui pendapat atau suara terbanyak dengan mempertimbangkan prioritas utama keputusan.
2. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Peningkatan Transparansi Berdasarkan
hasil
penelitian,
dapat
diidentifikasi
bahwa
peningkatan
transparansi di SMAN 1 Barumun masih mengalami beberapa masalah. Hasil data menjelaskan bahwa ada dua masalah penting dalam peningkatan transparansi di SMAN 1 Barumun sesuai dengan program MBS. Masalah yang pertama adalah masalah peningkatan kepercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktikpraktik KKN. Data pada tabel 33 menunjukkan bahwa hanya 73 orang (48,03%) yang berpendapat ada peningkatan kepercayaan pegawai sekolah sedangkan 79 orang (51, 97%) lagi berpendapat tidak ada peningkatan kepercayaan pegawai sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik KKN. Dari tabel 34, hanya 75 orang (49,34%) yang berpendapat ada peningkatan kepercayaan siswa, sedangkan 77 orang (50,66%) responden lagi berpendapat tidak ada peningkatan. Dan yang terakhir, tabel 35 menunjukkan bahwa hanya 84 orang (55,26%) yang berpendapat ada peningkatan Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
kepercayaan orangtua siswa dan 68 orang (44,74%) responden lagi berpendapat tidak ada peningkatan kepercayaan orangtua siswa. Data ini menjelaskan bahwa sebagian besar warga sekolah beranggapan tidak ada peningkatan kepercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktikpraktik KKN. Para informan menyatakan bahwa ketidakpercayaan warga sekolah ini mengarah kepada korupsi dan nepotisme. Untuk masalah korupsi, ketidakpercayaan ini timbul akibat pengalaman warga sekolah di masa yang lalu bahwa di dalam sekolah ada praktik-praktik
KKN.
Selain
itu,
kepala
sekolah
juga
menyatakan
bahwa
ketidakpercayaaan warga sekolah diakibatkan perubahan di luar lingkungan sekolah yang tidak terduga sebelumnya. Perubahan ini tentu saja mempengaruhi pelaksanaan keuangan di sekolah. Sedangkan untuk penyesuaian anggaran dan laporan keuangan tentu saja membutuhkan waktu dan kesiapan berbagai pihak. Dalam menysusun laporan keuangan inilah sering terjadi anggapan warga sekolah bahwa dana tersebut telah diselewengkan. Masalah yang kedua adalah masalah pengurangan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah. Pada masalah ini, hanya 72 orang (47,37%) dari responden yang berpendapat ada pengurangan sedangkan 80 orang (52,63%) responden lagi berpendapat tidak ada pengurangan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah. Data ini menjelaskan bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa masih banyak pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah, yang dilakukan oleh warga sekolah. Meskipun dari penjelasan informan diketahui bahwa pelanggaran ini bersifat disiplin dan tata tertib sekolah, pengaruh terhadap keberhasilan program MBS sangat Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
besar. Dari hasil wawancara dengan Ketua OSIS SMAN 1 Barumun, diketahui bahwa setiap ada kebijakan sekolah untuk mengatasi masalah ini, maka kebijakan tersebut hanya efektif untuk sementara waktu. Untuk awal pelaksanaan, kebijakan yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan mampu mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah. Namun, ketika pelanggaran semakin berkurang, pelaksanaan kebijakan tersebut juga ikut menurun. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh kepala sekolah. Untuk itu, sejak menjabat kepala sekolah, dalam mengatasi pelanggaran yang dilakukan oleh siswa telah dibuat sebuah kebijakan yang disebut dengan sistem kredit poin. Pelaksanaan sistem ini dilakukan bersama-sama oleh seluruh warga sekolah sehingga dalam pelaksanaannya semua pihak dapat saling mengawasi. Untuk pelaksanaan sanksi atau hukuman, dilakukan secara konsisten sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Dengan demikian, diharapkan pelaksanaan kebijakan ini dapat bertahan meskipun pelanggaran peraturan telah berkurang. Selain itu, kebijakan ini juga mengajarkan para siswa untuk dapat lebih bertanggung jawab akan dirinya sendiri. Dalam mengatasi dan mengurangi pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di sekolah yang dilakukan oleh pegawai, kepala sekolah berupaya melakukan pendekatan dengan para pegawai. Selain itu, pengawasan terhadap pegawai sekolah juga dibantu oleh pihak komite sekolah dan orangtua siswa. Pemberitaan di media massa juga berperan dalam mengurangi pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai sekolah terutama dengan adanya program sertifikasi dari pemerintah.
3. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Peningkatan Akuntabilitas
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Sama halnya dengan peningkatan partisipasi dan transparansi, dalam peningkatan akuntabilitas terdapat juga beberapa hambatan. Salah satu hambatan terbesar adalah masalah peningkatan kepuasan warga sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. Para informan menyatakan bahwa untuk meningkatkan kepuasan warga sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah sangat sulit dilakukan. Hal ini disebabkan sulitnya menyatukan harapan dan pendapat warga sekolah tentang penyelenggaraan sekolah. Masing-masing pihak memiliki pendapapat yang terkadang berlawanan dengan pendapat dan keinginan pihak lainnya. Perbedaan ini semakin sulit disatukan dengan adanya perebedaan tingkat kepuasan warga sekolah. Namun, yang menjadi permasalahan utama dalam hal ini adalah keterbatasan sumberdaya baik dana maupun tenaga. Untuk mengatasi masalah tersebut, pihak sekolah biasanya mengadakan pertemuan untuk memusyawarhkan sekaligus menampung aspirasi warga sekolah tentang perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. Dalam pertemuan ini biasanya akan disesuaikan rencana kegiatan dan beban yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak. Dengan demikian, masing-masing pihak dapat menerima keputusan dengan pertimbangan kemampuan pihak lain dan sumberdaya yang dimiliki oleh sekolah. Untuk masalah pengurangan kasus KKN di sekolah, tanggapan responden akan adanya pengurangan sedikit berbeda dengan jawaban responden tentang peningkatan kepercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik KKN. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, data kuesioner menunjukkan 73 orang (48,03%) berpendapat ada peningkatan kepercayaan pegawai sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik KKN. Dari 75 orang (49,34%) berpendapat ada peningkatan kepercayaan siswa dan 68 orang (44,74%) dari responden berpendapat tidak ada Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
peningkatan kepercayaan orangtua siswa. Sementara pada tabel 52 diketahui bahwa dari keseluruhan responden, yang berpendapat bahwa ada pengurangan kasus KKN di sekolah berjumlah 113 orang (73,68%) dari responden. Dari data di atas dapat diketahui bahwa warga sekolah SMAN 1 Barumun tetap meyakini adanya praktik-praktik KKN di sekolah. Namun, sejak dilaksanakannya pengelolaan pendidikan dengan MBS, kualitas dan kuantitas praktk-praktik tersebut mengalami pengurangan. Dengan kata lain, dalam tiga tahun pelaksanaan MBS di sekolah SMAN 1 Barumun, warga sekolah berpendapat bahwa MBS telah mampu mengurangi praktik-praktik KKN baik secara kualitas maupun kuantitas. Pandapat ini juga didukung oleh pendapat informan yang menyatakan bahwa rendahnya ketidakpercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktikpraktik KKN, merupakan dampak dari kurangnya iniformasi dan pengalaman di masa yang lalu. Namun dengan adanya MBS, akses informasi yang semakin luas, laporan pertanggungjawaban yang baik, dan keikursertaan masyarakat luas seperti media massa, mengkibatkan pemahaman warga sekolah semakin baik. Dengan pemahaman yang baik tersebut, warga sekolah juga semakin baik dalam memilah setiap setiap informasi tentang KKN. Inilah yang menyebabkan perbedaan antara jawaban reponden tentang adanya pengurangan kasus KKN di sekolah dengan ketidakpercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik KKN.
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 4. Operasional Manajemen Berbasis Sekolah berdasarkan Prinsip-prinsip Tata Kelola Sekolah yang Baik di Sekolah SMAN I Barumun Operasional Manajemen Berbasis Sekolah berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik di sekolah SMAN I Barumun dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Peningkatan Partisipasi 1. Peningkatan peran
serta warga
sekolah dalam
hal
jasa
(pemikiran,
keterampilan), dana, moral, dan material/barang sangat tinggi; 2. Peningkatan
tanggungjawab
warga
sekolah
terhadap
penyelenggaraan
pendidikan di sekolah;
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
3. Adanya peningkatan kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) dari warga sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan; 4. Peningkatan kepedulian warga sekolah kepada setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan; 5. Kesesuaian keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah dengan keinginan dan pendapat warga sekolah dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan. b. Peningkatan Transparansi 1. Peningkatan kepercayaan warga sekolah bahwa sekolah adalah organisasai pendidikan yang professional; 2. Peningkatan peran serta warga sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan; 3. Penambahan
wawasan
dan
pengetahuan
warga
sekolah
terhadap
penyelenggaraan sekolah. c. Peningkatan Akuntabilitas 1. Peningkatan kepuasan warga sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah. 2. Peningkatan kesadaran warga sekolah tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah; 3. Peningkatan kesesuaian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.
5. Hambatan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah berdasarkan Prinsip-prinsip Tata Kelola Sekolah yang Baik di Sekolah SMAN I Barumun
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Beberapa
hambatan dalam
pelaksanaan
Manajemen
Berbasis Sekolah
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik di Sekolah SMAN I Barumun adalah sebagai berikut: a. Peningkatan Partisipasi 1. Rendahnya peningkatan peran serta siswa dalam hal pemikiran dan keterampilan akibat ketakutan terhadap pegawai sekolah dan rendahnya pengetahuan siswa tentang tata cara menyampaikan kritik dan saran yang baik; 2. Sifat orangtua yang lebih memperhatikan hasil akhir sesuai dengan dana yang dikeluarkan dan rendahnya kepedulian terhadap proses pendidikan; 3. Perbedaan keinginan dan pendapat warga sekolah yang menyulitkan proses pengambilan keputusan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. b. Peningkatan Transparansi 1. Rendahnya peningkatan kepercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik KKN. Sebagian besar warga sekolah berpendapat bahwa sekolah belum terlepas dari pelaksanaan praktik-praktik KKN dalam pengelolaan sekolah; 2. Rendahnya tingkat pengurangan pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku di sekolah masih; c. Peningkatan Akuntabilitas 1. Rendahnya tanggapan masyarakat yang menyatakan bahwa ada pengurangan kasus KKN di sekolah. Warga sekolah menyatakan bahwa peningkatan kepercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik KKN masih rendah dan ini sejalan dengan anggapan warga sekolah tentang rendahnya pengurangan kasus KKN di sekolah yang juga masih rendah; Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
2. Kesulitan dalam meningkatkan kepuasan warga sekolah (siswa dan orangtua siswa) akibat perbedaan harapan dan cita-cita para siswa dan orangtua siswa setelah menyelesaikan pendidikan di SMA.
6. Upaya yang Dilakukan oleh Warga Sekolah SMAN I Barumun dalam Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah Adapun upaya yang dilakukan oleh warga sekolah SMAN I Barumun dalam mengatasi hambatan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah sesuai dengan prinsipprinsip tata kelola sekolah yang baik adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan Partisipasi Dalam setiap pengambilan keputusan diadakan musyawarah, dan apabila tidak tercapai kesepakatan maka keputusan yang diambil adalah melalui pendapat atau suara terbanyak dengan mempertimbangkan prioritas utama keputusan.
b. Peningkatan Transparansi Untuk mengatasi pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, dibuat sebuah kebijakan yang disebut dengan sistem kredit poin. Sedangkan untuk para pegawai, kepala sekolah bekerja sama dengan pihak komite sekolah dan orangtua siswa. c. Peningkatan Akuntabilitas Dalam mengatasi masalah rendahnya peningkatan kepercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik KKN, pihak sekolah memperluas akses informasi, laporan pertanggungjawaban yang baik, dan keikursertaan orangtua siswa dalam pelaksanaan kegiatan sekolah. Sedangkan untuk mengatasi masalah peningkatan kepuasan warga sekolah, pihak sekolah biasanya mengadakan pertemuan Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
untuk memusyawarahkan rencana kegiatan dan beban yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak. Dengan demikian, masing-masing pihak dapat menerima keputusan dengan pertimbangan kemampuan pihak lain dan sumberdaya yang dimiliki oleh sekolah.
B. Saran 1. Perlu dilakukan penataran dan pelatihan atau kegiatan sosialisasi pihak-pihak terkait terutama dari Dinas Pendidikan Kab. Padang Lawas tentang pengelolaan sekolah berdasarkan MBS. Kegiatan ini dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan sumberdaya dan sumber dana yang ada. Dengan adanya kegiatan tersebut maka warga sekolah SMAN 1 Barumun dapat lebih mengetahui dan memahami bagaimana sekolah harus dikelola dan mengerti akan peranan dan fungsinya; 2. Melakukan pembinaan bagi warga sekolah, khususnya orangtua siswa, tentang proses penyelenggaraan pendidikan guna mengubah paradigma orangtua yang selalu memperhatikan hasil akhir tanpa mengetahui bagaimana hasil itu dicapai. 3. Untuk meningkatkan kepercayaan warga sekolah bahwa di dalam sekolah tidak ada praktik-praktik KKN, setap warga sekolah harus benar-benar menghindari pelaksanaan praktik-praktik KKN. Dan untuk mengatasi kecurigaan terjadinya praktik-praktik KKN seperti di masa lalu, masing-masing pihak harus melakukan penjelasan yang benar dan perencanaan yang logis, transparan, dan masuk akal, maka seluruh pihak dapat memahami maksud dan tujuan sekolah; 4. Untuk meningkatkan pengetahuan warga sekolah, khususnya orangtua siswa, terhadap penyelenggaraan sekolah perlu dibuat sebuah sistem atau tata cara yang
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
dapat memberikan dan menyediakan informasi kepada seluruh pihak. Misalnya saja, membuat papan informasi atau situs tentang seluruh informasi sekolah; 5. Untuk meningkatkan kepuasan warga sekolah, memang diperlukan dana dan daya yang sesuai. Untuk mencapai hal tersebut memang tidak mudah. Namun perlu dilakukan penyesuaian antara pengeluaran yang diberikan dengan hasil yang dicapai sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara benar. Sebagai penutup, peneliti juga menyarankan kepada mahasiswa Ilmu Administrasi Negara lainnya, lebih peduli terhadap masalah-masalah pendidikan di Indonesia. Dan diharapkan, hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk peningkatan dan perbaikan dalam masa-masa yang akan datang.
DARTAR PUSTAKA Denim, Sudarwan. 2002. Konsep dan Teori Manajemen Berbasis Sekolah. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dharma, Agus, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Belajar dari Pengalaman Orang Lain. Artikel Pendidikan Network. Hadiyanto dan Subijanto, 2005. Pengembalian Kebebasan Guru Untuk Mengkreasi Iklim Kelas Dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jurnal Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Harry,
Rakim, 2008. Pengembengan Sistem Informasi http://pelangi.dit-plp.go.id, on 14-02-2008 11:18
Sekolah
(SISKO).
Hasibuan, H. Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta. Hasbullah, 2006. Otonomi Pendidikan: Keijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaaraan Pendidikan. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Indrastuti, Noor 2006. PAKEM, Antara Menakutkan dan Menyenangkan: Studi Kasus SDN Sukarasa II, Kec. Malangbong, Kab. Garut. www.mbs-sd.org. 04, Februari, 2009. Miarso, Yusufhadi, 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana, Jakarta. Pidarta, Made, 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta. Robins, Stephen P. dan Mery Coulter, 2004. Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia, Indeks Kelompok Gramedia. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1995. Metodologi Penelitian Survai. Putaka LP3ES Indonesia, Jakarta. Slamet
PH, 2006. Manajemen Berbasis Sekolah: Partisipasi, Transparansi, Akuntabilitas, dan Income Generating Activity dalam Buletin Pelangi Pendidikan Edisi V, Agustus 2006.
Sugiono, 2005. Metode Penelitian Administrasi. Alpabeta, Bandung. Suharsimi, Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta. Suyanto, Bagong, 2005. Metode Penelian Sosial. Prenada Media, Jakarta. Umaedi, 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: sebuah pendekatan baru dalam pengelolaan sekolah untuk peningkatan mutu. Digandakan oleh: Proyek Peningkatan Mutu SLTP Jakarta. Westra, Pariata, 2002. Administrasi Perusahaan Negara: Perkembangan dan Permasalahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Redaksi, Warta MBS No. 8 Thn. 2006. Peningkatan Mutu Pendidikan, Upaya Yang Harus Terus Menerus Kita Lakukan. http://www.mbssd.org/warta_mbs.php?id=24 Zuriah, Nurul, 2006. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan: Teori-Aplikasi. Bumi Aksara, Jakarta. Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009
Peraturan Perundang-Undangan 6.
Udang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004
7.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
9.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
10. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087 Tahun 2004 Tentang Standar Akreditasi Sekolah 11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 29 Tahun 2005 tentang Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah.
Bangun Ferdinand N. : Manajemen Berbasis Sekolah (Survei Tentang Manajemen Berbasis Sekolah Berdasarkan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Sekolah Yang Baik di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Barumun, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas), 2009. USU Repository © 2009