BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG
Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil studi mengenai indentifkasi
pengaruh
pembangunan
PASUPATI
terhadap
karakteristik
pergerakan Cimahi-Bandung khususnya penduduk yang berpotensial untuk menggunakan PASUPATI dengan studi kasusnya adalah jalan layang PasteurSurapati sebagai bentuk peningkatan supply transportasi, dan penduduk Kota Cimahi sebagai penduduk yang potensial untuk menggunakan jalan layang Pasteur-Surapati. Selain itu penulis juga akan memberikan rekomendasirekomendasi yang penulis berikan berdasarkan hasil dari studi yang sudah dilakukan, dan kelemahan-kelemahan yang terdapat pada studi ini dan juga rekomendasi studi lanjutan yang dapat dilakukan untuk memperkuat hasil dari studi yang sudah dilakukan.
5.1
Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
maka penulis mendapatkan beberapa hasil temuan studi, yaitu : •
Pelaku pergerakan Bandung-Cimahi didominasi oleh penduduk yang berusia antara 19-49 tahun dengan statusnya didalam keluarga sebagai anak dan kepala keluarga.
•
Pelaku pergerakan didominasi oleh penduduk yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA dan beraktivitas sebagai pelajar/mahasiswa, pegawai swasta dan wiraswasta.
•
Dilihat dari karakteristik ekonominya, tingkat pendapatan pelaku pergerakan bervariasi dan tidak ada yang dominan pada tingkat tertentu dan mayoritas pelaku pergerakan sudah memiliki kendaraan pribadi
•
Berdasarkan tujuan melakukan pergerakan penduduk Kota Cimahi yang potensial untuk menggunakan jalan layang Pasteur-Surapati adalah tujuan untuk bekerja (48,4%), dan tujuan untuk sekolah/kuliah (32%).
103
104
•
Pengguna kendaraan pribadi berupa mobil mendapatkan pengaruh langsung dengan adanya jalan layang Pasteur-Surapati, yaitu
berupa
pengurangan waktu (20 menit) dan jarak tempuh (2km), perubahan rute perjalanan, dan pengurangan penggunaan BBM. •
Pengguna kendaraan pribadi berupa sepeda motor mendapatkan pengaruh langsung dengan adanya jalan layang Pasteur-Surapati, yaitu
berupa
pengurangan waktu (15 menit) dan jarak tempuh (3km), perubahan rute perjalanan, dan pengurangan penggunaan BBM. •
Pengguna kendaraan umum atau angkot tidak mendapatkan pengaruh langsung dengan adanya jalan layang Pasteur-Surapati, karena mereka tidak menggunakan jalan layang Pasteur-Surapati. Namun beberapa dari mereka mendapatkan pengaruh tidak langsung dengan adanya jalan layang Pasteur-Surapati, yaitu berupa pengurangan waktu tempuh dan jarak tempuh dikarenakan adanya jalan layang Pasteur-Surapati sedikitnya mengurangi tingkat kemacetan yang terjadi.
•
Pengguna angkutan kota menginginkan adanya angkutan kota yang khusus melewati jalan layang Pasteur-Surapati, karena mereka berharap dengan adanya angkutan kota khusus tersebut dapat mengurangi jarak dan waktu tempuh perjalanan mereka.
•
Dilihat dari pengeluaran transportasi, maka keseluruhan responden mengalami peningkatan biaya untuk transportasi sejak sebelum adanya PASUPATI dan sesudah adanya PASUPATI. Hal tersebut dikarenakan harga BBM yang meningkat dan juga ongkos angkot yang meningkat.
•
Adanya jalan layang Pasteur-Surapati meningkatkan aksesibilitas timurbarat, karena dengan adanya jalan layang Pasteur-Surapati akan membentuk terusan dari Pasteur menuju Cicaheum dan Ujungberung yang merupakan batas timur dan barat Kota Bandung. Adanya jalan layang Pasteur-Surapati tidak mengurangi beban jalan yang sudah ada pada Jalan Siliwangi dan Jalan Wastukencana, namun setidaknya laju pertambahan bebannya tidak setinggi jika tidak ada PASUPATI.
105
•
Tujuan pembangunan PASUPATI untuk mengurangi beban jalan yang sudah ada, khususnya pada Jalan Wastukencana dan Jalan Siliwangi, tercapai. Hal tersebut dikarenakan para pengguna jalan yang melakukan perjalanan arah barat-timur Kota Bandung sebagian besar sudah beralih dengan menggunakan PASUPATI.
5.2
Kesimpulan Studi Berdasarkan hasil temuan studi yang didapatkan, maka penulis
mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dilihat berdasarkan tujuan melakukan pergerakan menuju Kota Bandung maka dapat disimpulkan bahwa penduduk Kota Cimahi yang potensial untuk menggunakan jalan layang Pasteur-Surapati adalah penduduk Kota Cimahi yang bekerja di Kota Bandung dan penduduk Kota Cimahi yang bersekolah di Kota Bandung. 2. Dilihat dari karakteristik sosial dan ekonominya, pelaku pergerakan yang potensial untuk menggunakan PASUPATI adalah penduduk Kota Cimahi yang berusiakan antara 19-49 tahun. Selain itu mayoritas pelaku pergerakan sudah berpendidikan terakhir SMA. Dengan demikian maka dapat disimpulkan mayoritas responden berada pada usia dimana mereka masih aktif untuk sekolah ataupun bekerja. Hal tersebut diperkuat dengan mayoritas pekerjaan pelaku pergerakan sebanyak 90 (36%) responden merupakan pelajar/mahasiswa, dan 154 (61,6%) responden merupakan pekerja. Berdasarkan karakteristik ekonomi, jika dilihat dari tingkat pendapatan maka dapat disimpulkan bahwa semua tingkat pendapatan berpotensi untuk melakukan pergerakan dan mayoritas pelaku pergerakan sudah memiliki kendaraan pribadi. 3. Adanya PASUPATI tidak mendorong penduduk untuk melakukan pergerakan lebih banyak dibandingkan sebelum adanya PASUPATI. Hal tersebut dikarenakan penduduk yang potensial untuk menggunakan PASUPATI hanya melakukan pergerakan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari seperti bekerja dan sekolah. Hal ini sejalan dengan teori Golani
106
yang menyatakan bahwa dari 5 kegiatan penduduk yang dilakukan, pergerakan menuju lokasi bekerja dan kompleks pendidikan memiliki volume pergerakan yang sangat tinggi dibandingkan dengan pergerakan lainnya. Adanya PASUPATI membuat para penduduk yang potensial untuk menggunakannya , khususnya pengguna kendaraan pribadi, merubah rute perjalanan menuju lokasi tujuan dengan menggunakan PASUPATI. Hal ini sejalan dengan teori Manheim yang menyatakan bahwa adanya jaringan jalan baru akan mempengaruhi perjalanan yang dilakukan seseorang. 4. Adanya PASUPATI memberikan pengaruh yang terasa langsung bagi penggguna kendaraan pribadi, yaitu berupa pengurangan jarak tempuh, waktu tempuh, dan pengurangan penggunaan jumlah BBM perbulannya. Sedangkan bagi pengguna angkot belum dapat merasakan pengaruh langsung dari keberadaan PASUPATI. Hal tersebut dikarenakan angkot yang tidak melewati PASUPATI, sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan adanya PASUPATI. Meskipun adanya PASUPATI memberikan pengaruh langsung bagi pengguna kendaraan pribadi berupa pengurangan waktu tempuh, jarak tempuh, dan penggunaan jumlah BBM, namun kenyataannya jumlah pengeluaran transportasi perbulan pengguna PASUPATI justru meningkat dibandingkan sebelum adanya PASUPATI. Hal tersebut dikarenakan harga BBM yang terus meningkat. Peningkatan harga BBM ini mencapai 150% dari harga sebelum adanya PASUPATI. Tetapi jika diasumsikan tidak ada kenaikan harga BBM, maka pengeluaran transportasi pebulan pengguna PASUPATI akan menurun. Bagi pengguna angkot, adanya kenaikan harga BBM berarti kenaikan ongkos angkot itu sendiri. Dengan adanya kenaikan ongkos angkot maka akan semakin memberatkan para pengguna angkot, terlebih lagi para pengguna angkot tidak dapat merasakan pengaruh positif dari adanya PASUPATI.
107
5.3
Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah diperoleh dari penelitian
ini, maka penulis mengusulkan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat membantu baik bagi akademik yang terkait, maupun stakeholder yang terkait dalam usahanya mengatasi permasalahan transportasi yang semakin hari semakin bertambah. Rekomendasi yang penulis berikan antara lain : •
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa adanya PASUPATI hanya memberikan pengaruh langsung bagi pengguna kendaraan pribadi, sedangkan bagi pengguna angkot tidak dapat merasakan manfaat dari adanya PASUPATI. Hasil kuesioner bagi pengguna angkot menyatakan bahwa mereka menginginkan adanya angkutan khusus yang dapat melayani mereka dalam menggunakan PASUPATI dikarenakan dengan angkutan khusus tersebut para pengguna angkot berpendapat bahwa dapat mengurangi waktu tempuh, dan jarak tempuh perjalanan, sehingga pengguna angkot pun dapat merasakan pengaruh langsung dari adanya PASUPATI. Selain itu melihat bahwa sebenarnya para pengguna angkotlah yang membutuhkan pelayanan lebih dibandingkan dengan pengguna kendaraan pribadi, maka pemerintah bisa membuat suatu kebijakan untuk lebih mendahulukan kepentingan angkutan kota dibandingkan dengan pengguna kendaraan pribadi. Tindakan tersebut juga merupakan salah usaha menekan penggunaan kendaraan pribadi yang terus meningkat.
•
Tingkat pergerakan menuju Kota Bandung yang terjadi di Kota Cimahi sangat tinggi dibandingkan dengan pergerakan menerus lainnya. Sebagai bagian dari Kota Inti yang telah ditetapkan pada Bandung Metropolitan Area bersama dengan Kota Bandung, maka pemerintah Kota Cimahi dapat menyediakan suatu jaringan jalan atau akses yang memudahkan penduduknya untuk melakukan pergerakan menuju Kota Bandung. Saat ini akses menuju Kota Bandung dari Kota Cimahi terdapat 3 jalan, yaitu melalui Jalan Gunung Batu dan Jalan Rajawali dan Jalan Tol. Akses yang mudah dan tidak akan mengalami hambatan dapat melalui Jalan Tol,
108
namun perjalanan yang memutar menyebabkan penduduk Kota Cimahi lebih memilih menggunakan Jalan Gunung Batu ataupun Jalan Rajawali. Kedua akses jalan ini sering kali mengalami kemacetan karena tingkat pelayanan jalannya yang kurang. Oleh karena itu pemerintah Kota Cimahi diharapkan dapat meningkatkan pelayanan jalan yang menghubungkan Kota Cimahi dan Kota Bandung. •
Adanya jaringan jalan baru akan mempermudah perjalanan yang dilakukan potensial pengguna. Dengan semakin mudahnya perjalanan yang dilakukan akan mendorong penduduk Kota Cimahi yang lain untuk ikut melakukan pergerakan menuju Kota Bandung. Hal tersebut dapat menyebabkan jumlah volume kendaraan di Kota Bandung semakin meningkat, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kemacetan. Dengan demikian penulis merekomendasikan agar penduduk Kota Cimahi dapat membatasi pergerakan yang mereka lakukan menuju Kota Bandung untuk mengurangi tingkat kepadatan yang terjadi.
5.4
Kelemahan Studi Penulis menyadari bahwa penelitian yang penulis lakukan tidak sempurna
dan masih memiliki kelemahan-kelemahan. Beberapa kelemahan dalam penelitian ini adalah : •
Dalam survey yang dilakukan, penulis berusaha mendapatkan informasi mengenai pengaruh adanya PASUPATI terhadap jarak
dan waktu
perjalanan pelaku, namun kenyataannya bahwa tujuan lokasi pergerakan yang sangat beragam menyebabkan data yang diperoleh khususnya untuk jarak dan waktu tempuh perjalanan juga memiliki range yang sangat beragam, sehingga hasilnya tidak bisa dirata-ratakan secara keseluruhan. •
Kuesioner yang dilakukan oleh penulis merupakan kuesioner yang ditujukan kepada individu, bukan kuesioner yang ditujukan kepada rumah tangga, sehingga karakteristik ekonomi yang diperoleh kurang dapat menggambarkan keadaan ekonomi secara keseluruhan.
109
5.5
Saran Studi Lanjutan Diakui oleh penulis bahwa penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu
penulis mengajukan beberapa saran studi lanjutan yang dapat memperkuat hasil penelitian yang penulis sudah lakukan. Saran studi lanjutan yang diajukan penulis antara lain : •
Terkait dengan adanya pembangunan jaringan jalan baru yang akan menimbulkan pergerakan menerus, maka penulis menyarankan adanya studi lanjutan mengenai dampak pembangunan jaringan jalan baru terhadap karakteristik pergerakan menerus.
•
Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa adanya PASUPATI ternyata tidak melayani seluruh penduduk yang potensial untuk menggunakannya khususnya pengguna angkutan kota. Dengan demikian penulis menyarankan adanya studi lanjutan mengenai kajian pengadaan angkutan kota khusus yang menggunakan PASUPATI. Hal tersebut dianggap penting dikarenakan mengingat bahwa sebenarnya penduduk kurang mampu rata-rata menggunakan angkutan kota sebagai moda mereka dalam melakukan perjalanan, maka seharusnya pemerintah lebih mendahulukan kepentingan tersebut.