BAB 5 KESIMPULAN 5.1
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk membuat pelaporan biaya lingkungan objek
wisata Ke’te’ Kesu’ tahun 2014 dan melakukan proyeksi laporan biaya lingkungan tahun 2014 dan tahun berikutnya. Laporan biaya lingkungan bermanfaat bagi pihak pengelola objek wisata Ke’te’ Kesu’. Hingga saat ini pihak pengelola objek wisata Ke’te’ Kesu’ telah mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk pengelolaan lingkungan, akan tetapi berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang telah dilaporkan objek wisata Ke’te’ Kesu’ hingga saat ini tidak semuanya dapat terealisasi dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi lingkungan objek wisata Ke’te’ Kesu’ saat ini yang masih sangat memprihatinkan dengan kondisi lingkungan yang masih kurang bersih. Aktivitas yang terjadi pada objek wisata menghasilkan limbah sampah yang dihasilkan dari aktivitas wisatawan yang membuang sampah makanan dan bungkus rokok, daun-daun yang berjatuhan dari pohon, rubuhnya kuburan patane, kertas yang sudah tidak terpakai, serta kotoran hewan yang terdapat di lokasi objek wisata. Kondisi objek wisata Ke’te’ Kesu’ yang pada saat ini yang tidak memiliki TPA atau alat pembakaran sampah mengharuskan pihak pengelola melakukan pembuangan sampah pada lahan warga sehingga menimbulkan polusi dan dampak negatif pada kesehatan warga dan hal tersebut menunjukkan bahwa objek wisata Ke’te’ Kesu’ dalam menjalankan operasionalnya selama ini belum menaati Peraturan Pemerintah yang telah ditetapkan. Pembuatan pelaporan biaya lingkungan bermanfaat bagi pihak pengelola objek wisata Ke’te’ Kesu’ untuk mendapatkan informasi yang rinci mengenai aktivitas lingkungan yang terjadi di objek wisata. Informasi terkait dengan biaya lingkungan yang telah dikeluarkan selama tahun 2013 dan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah perencanaan untuk periode selanjutnya dengan membuat proyeksi laporan biaya lingkungan tahun 2014 dan
tahun berikutnya. Setelah dilakukan pembuatan laporan biaya lingkungan tahun 2013 dan proyeksi laporan biaya lingkungan tahun 2014 dan tahun berikutnya maka terjadi perubahan persentase dan komposisi untuk masing-masing kategori biaya
lingkungan.
Perubahan persentase
ini
tidak
dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa dengan adanya perubahan tersebut maka kategori setiap biaya lingkungan saat ini telah menjadi ideal, akan tetapi berdasarkan kelemahan dimasa lalu dengan melihat kondisi dan kebutuhan lingkungan objek wisata serta atas pertimbangan pihak manajemen maka dilakukan pengambilan keputusan untuk meningkatkan aktivitas yang diprioritaskan dan meminimalisasi aktivitas yang dapat dilakukan dengan aktivitas yang lebih efisien sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada persentase untuk masing-masing kategori biaya lingkungan.
5.2
Implikasi
5.2.1 Implikasi Teoritis Penelitian ini menggunakan teori klasifikasi biaya lingkungan menurut Ikhsan. Dalam penelitian ini aplikasi teori tidak hanya dalam lingkup pengklasifikasian biaya lingkungan kedalam tujuh kategori biaya lingkungan, tetapi melengkapi teori dengan contoh real. Contoh realnya adalah penerapan pencatatan biaya lingkungan di objek wisata budaya dan alam yang mengandalkan lingkungan, bangunan dan benda cagar budaya sebagai aset yang sangat berharga yang dimiliki objek wisata Ke’te’ Kesu’ dalam menunjang minat wisatawan untuk mengunjungi objek wisata ini. Untuk tahun selanjutnya pengelola objek wisata Ke’te’ Kesu’ juga berencana untuk berkomitmen melakukan pencatatan pelaporan biaya lingkungan secara terpisah dengan menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi. 5.2.2 Implikasi Praktis 1.
Bagi Pihak Pengelola Objek Wisata Ke’te’ Kesu’ Melalui pelaporan biaya lingkungan tahun 2013 dan proyeksi laporan
biaya lingkungan tahun 2014 dan tahun berikutnya maka pihak pengelola objek wisata dapat memperoleh informasi secara rinci mengenai besarnya biaya lingkungan yang telah dikeluarkan untuk setiap aktivitas yang telah dilakukan
dalam mengelola lingkungan objek wisata sehingga membantu pihak pengelola dalam meminimalisasi biaya terkait pembayaran iuran sampah dan meningkatkan pengeluaran pada aktivitas pembelian peralatan kebersihan, pemeliharaan bangunan, penggantian peti mati yang telah rusak, pembuatan dan pemasangan rambu peringatan kebersihan, upah petugas kebersihan, serta perbaikan dan penataan lokasi. Peningkatan pengeluaran tersebut dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan kebersihan lingkungan objek wisata. Hasil dari penelitian ini memberikan masukan bagi pihak pengelola objek wisata Ke’te’ Kesu’ untuk mengetahui bahwa pelaporan biaya lingkungan sangat penting dalam pengambilan keputusan manajerial yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengambilan kebijakan untuk tahun berikutnya. 2.
Bagi Pemerintah Setempat Penelitian ini memberikan manfaat secara tidak langsung kepada
Pemerintah setempat setelah mengetahui objek wisata Ke’te’ Kesu’ telah melakukan pencatatan pelaporan biaya lingkungan secara khusus. Hasil dari penerapan pencatatan laporan biaya lingkungan dapat turut dirasakan oleh pihak pemerintah setempat dengan meningkatnya kebersihan lingkungan pada objek wisata Ke’te’ Kesu’ sehingga dengan melihat keadaan tersebut maka pihak Pemerintah Setempat dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan suatu peraturan mengenai penerapan pelaporan biaya lingkungan untuk masing-masing pihak pengelola objek wisata di Kabupaten Toraja Utara untuk membantu pihak pengelola dalam pengambilan keputusan. 3.
Bagi Masyarakat yang Menetap Di Sekitar Objek Wisata Penelitian ini memberikan manfaat secara tidak langsung kepada
masyarakat dimana penerapan biaya lingkungan dapat menciptakan kondisi lingkungan yang lebih bersih sehingga dengan membaca hasil penelitian ini maka masyarakat dapat memperoleh informasi bahwa penerapan pelaporan biaya lingkungan pada objek wisata sangat penting dalam menunjang kondisi lingkungan yang lebih baik. Terciptanya kondisi lingkungan objek wisata yang bersih, nyaman dan asri maka dapat menciptakan inisiatif kepada masyarakat
untuk mulai turut menjaga kebersihan, keamanan serta memelihara fasilitas yang disediakan. 4.
Bagi Wisatawan Penelitian ini secara tidak langsung dapat memberikan manfaat terhadap
wisatawan dimana penerapan biaya lingkungan dapat menciptakan kondisi lingkungan yang lebih bersih sehingga dengan membaca hasil penelitian ini maka masyarakat dapat memperoleh informasi bahwa penerapan pelaporan biaya lingkungan pada objek wisata sangat penting dalam menunjang kondisi lingkungan yang lebih baik. Terciptanya kondisi lingkungan objek wisata yang bersih, nyaman dan asri maka dapat menciptakan inisiatif kepada wisatawan untuk turut menjaga kebersihan, melestarikan objek wisata dan memperkenalkan kepada masyarakat luas mengenai keunikan dan keindahan objek wisata Ke’te’ Kesu’ sehingga dapat menunjang jumlah wisatawan serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Toraja Utara.
5.3
Rekomendasi Penelitian ini memiliki keterbatasan dan diharapkan penelitian selanjutnya
dapat memperbaiki dan melengkapi penelitian ini. Saran untuk perbaikan bagi penelitian dan pengembangan selanjutnya adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian ini dilakukan pada salah satu objek wisata yang terdapat di Kabupaten Toraja Utara yang merupakan objek wisata budaya dan alam dengan mengandalkan keindahan alam, bangunan Rumah Tongkonan, lumbung padi, kuburan patane dan kuburan tebing sebagai penunjang daya tarik wisatawan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan bukan pada objek wisata Ke’te’ Kesu’ melainkan pada objek wisata budaya dan alam lainnya bahkan yang terdapat di daerah lain atau di pulau lain mengenai penerapan biaya lingkungan agar dapat digeneralisasi.
2.
Pada penelitian ini dilakukan observasi secara langsung di lapangan yang berlangsung sekitar satu bulan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan observasi dengan jangka waktu yang lebih lama agar dapat memperoleh data yang lebih lengkap secara khusus pada proses observasi dapat mengetahui keadaan dan kondisi objek wisata yang lebih rinci
mengenai pergantian cuaca serta aktivitas lain yang terjadi di objek wisata yang mempengaruhi lingkungan objek wisata. 3.
Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan observasi secara langsung di lokasi tempat pembuangan sampah yaitu di Desa Rantebua’ untuk melihat kondisi tumpukan sampah dari objek wisata Ke’te’ Kesu’. Penelitian selanjutnya diharapkan agar peneliti melakukan observasi pada semua lokasi yang berhubungan dengan penelitian agar mendapatkan hasil observasi dan dokumentasi yang lebih lengkap untuk mendukung penelitian yang dilakukan.