Bab 4 Simpulan dan Saran
4.1 Simpulan Melalui analisis yang dilakukan oleh penulis pada bab 3, secara keseluruhan penulis dapat menarik kesimpulan mengenai pandangan para tokoh dalam novel Kicchin secara garis besar terhadap keberadaan kaum transeksual yang akan dijabarkan lebih lanjut pada bab ini. Berdasarkan penelitian terhadap isi novel Kichen, sebagian besar tokoh yang memiliki hubungan dekat dengan kaum transeksual dapat menerima keadaan transeksualitas dimana seorang penderita gender identity disorder mendapat kebebasannya untuk mengekspresikan dirinya menjadi seorang transeksual. Sebagai tokoh utama, Mikage Sakurai tidak menunjukkan penolakan yang berarti terhadap keberadaan kaum transeksual, meskipun ia terkadang merasa aneh dengan keadaan tidak normal dari seorang transeksual. Akan tetapi setelah tinggal dan menjalani hari-harinya bersama dengan seorang transeksual, dalam hal ini merujuk kepada tokoh Eriko Tanabe, Mikage lambat laun mulai mengerti dan memahami apa yang melatarbelakangi keputusan seseorang menjadi transeksual. Kebesaran hati Mikage untuk menerima segala keanehan seorang transeksual, menurut penulis, menjadikannya sebagai tokoh protagonis. Sementara tokoh Yuichi Tanabe, sebagai anak dari seorang transeksual, memiliki perasaan yang agak pelik terhadap keberadaan Ayahnya yang seorang transeksual. Seperti orang Jepang pada umumnya, walaupun tidak setuju dengan keputusan Ayahnya
53
menjadi seorang transeksual, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya membiarkan ayahnya bertindak untuk “membetulkan” fisiknya menjadi seorang wanita.. Dengan tanpa mengadakan perlawanan terhadap Ayahnya yang seorang transeksual, menurut penulis, menjadikan Yuichi masuk dalam kategori tokoh protagonis. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Lebra, bahwa orang Jepang lebih suka membiarkan orang lain melakukan apa yang ia inginkan daripada mencari masalah dengan mempertentangkannya. Baik tokoh Mikage maupun tokoh Yuichi, menurut penulis, dapat dikatakan sebagai perwakilan dari pandangan masyarakat Jepang terhadap hal-hal yang seringkali dianggap tabu semacam transeksualitas. Hal ini didukung juga oleh peranan mereka dalam novel Kicchin yang digambarkan sebagai tokoh anak muda yang lebih modern dalam pemikirannya sehingga membuat mereka lebih dapat menerima kaum transeksual apa adanya. Begitu pula dengan tokoh protagonis Eriko Tanabe, yakni tokoh transeksual yang terlibat dalam cerita ini, merasa bahwa transeksualitasnya bukanlah hal yang aneh dan bukanlah sebuah masalah. Bagi dirinya menjadi seorang transeksual justru membuatnya lebih sempurna sebagai manusia. Ia tidak pernah menyesali keputusannya menjadi seorang transeksual. Menurut analisis penulis, tokoh Eriko sama sekali tidak merasa kesulitan menerima dirinya sebagai transeksual. Sebaliknya, tokoh mantan mertua Eriko Tanabe dengan jelas menunjukkan perasaan tidak sukanya kepada kaum transeksual. Mereka menolak kehadiran kaum transeksual. Penulis mengkategorikan tokoh mantan mertua Eriko ke dalam peran antagonis, karena sikap mereka yang terlalu berprasangka terhadap kaum transeksual. Menurut penulis, sebagai orang tua, pikiran mereka masih sangat kolot dan tidak mudah
54
menerima sesuatu yang ganjil dan tidak lazim seperti transeksualitas. Mereka bahkan dengan sangat ekstrim mengutuki keputusan Eriko menjadi seorang transeksual yang jelas-jelas memperlihatkan sikap penolakan mereka terhadap kaum transeksual. Sementara, tokoh penggemar fanatik Eriko yang merupakan tokoh tambahan dalam novel ini karena intensitas kehadirannya yang sangat sedikit, juga menunjukkan sikap penolakan terhadap kaum transeksual. Menurut penulis, pengarang mengibaratkan tokoh penggemar fanatik Eriko ini sebagai gambaran orang-orang awam yang tidak pernah mengenal dekat dengan sosok transeksual namun langsung menunjukkan sikap negatif. Awalnya, tanpa tahu bahwa Eriko adalah seorang transeksual, tokoh penggemar fanatik ini begitu bersimpati terhadap tokoh Eriko, namun setelah ia mengetahui fakta bahwa Eriko adalah seorang transeksual, ia malah mendiskriminasikannya dengan membunuh Eriko. Menurut analisis penulis, tokoh ini tidak dapat menerima kenyataan bahwa ada wanita begitu cantik yang ternyata seorang transeksual. Simpulan yang didapatkan penulis adalah bahwa generasi muda Jepang, dalam hal ini diwakili oleh tokoh Mikage dan Yuichi, tidak terlalu mempersoalkan kehadiran kaum transeksual dalam kehidupan mereka. Dengan segala perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung di negara Jepang, pemikiran dan cara pandang masyarakatnya pun menjadi lebih longgar sehingga kaum transeksual dapat lebih bernapas lega. Bahkan Undang Undang yang mengatur hak-hak transeksual, yakni the Law Concerning Special Cases in Handling Gender for People with Gender Identity Disorder, telah dikeluarkan oleh pemerintah Jepang, yang artinya kehadiran kaum transeksual akhirnya mendapat tempat dalam masyarakat Jepang.
55
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan penulis pada bab 2, tekanan yang begitu berat bisa saja menjadi alasan seseorang menjadi transeksual, seperti yang dikemukakan oleh Lopez. Tokoh transeksual Eriko dalam novel Kicchin, menurut analisis penulis, bukan sejak dulu merasa dirinya transeksual, namun ia memutuskan menjadi seorang transeksual setelah mengalami berbagai masalah dalam hidupnya yang juga memberikan tekanan begitu berat baginya. Tokoh Eriko ini merasakan goncangan batin yang begitu kuat sepeninggal sang istri tercinta. Hal ini membuatnya begitu tertekan, yang kemudian berbuntut pada krisis identitas diri yang pada akhirnya membuatnya memutuskan untuk menjadi seorang wanita melalui operasi plastik. Setelah menjalani operasi plastik, akhirnya tokoh Eriko dapat merasa lebih nyaman dengan penampilan yang dianggapnya sesuai dengan jiwanya, yakni sebagai seorang wanita. Orang-orang di sekitarnya meskipun merasa terkejut dengan keputusannya, namun sebagai individu bebas, mereka tidak berusaha mengekang keinginan Eriko menjadi seorang transeksual. Hal ini juga disebabkan karena faktor interaksi sosial yang terjalin dengan baik sebelumnya dengan tokoh transeksual Eriko. Lain halnya bagi tokoh yang tidak memiliki hubungan dekat dengan Eriko, tanpa memiliki informasi yang cukup mengenai latar belakang keputusannya menjadi seorang transeksual, dengan sebelah mata telah mengadakan penilaian subjektif yang menjurus ke arah prasangka. Novel memang hanya sebuah cerita rekaan, namun tema yang diangkat pengarang bisa jadi merupakan cerminan pandangan pribadinya terhadap masalah-masalah sosial di sekitarnya yang dituangkan dalam bentuk cerita. Begitu pula dengan tema transeksualitas yang diangkat Yoshimoto Banana dalam novel yang berjudul Kicchin ini, menurut penulis adalah suatu rangkuman pandangannya terhadap kasus transeksualitas.
56
Dari uraian di atas, penulis mendapati pandangan para tokoh mengenai transeksual dalam novel Kicchin adalah sebagai berikut, bahwa di dalam novel Kicchin: 1. Orang akan lebih mudah menerima keberadaan kaum transeksual jika dengan berbesar hati mau memahami hal-hal yang melatarbelakangi seseorang menjadi transeksual. 2. Masyarakat yang tidak mengenal dekat seorang transeksual cenderung melakukan penilaian yang diskriminatif. 3. Seorang transeksual tidak pernah menyesali keputusannya menjadi seorang transeksual malahan ia sangat menghargai keberadaannya sebagai sosok transeksual karena ia sadar bahwa dirinya pun sama seperti layaknya manusia pada umumnya, ingin dihargai. 4. Budaya omoiyari yang dimiliki bangsa Jepang membuat mereka yang meskipun merasa enggan dengan keberadaan transeksual, tidak dapat menunjukkan
pertentangannya
dan
memilih
untuk
tidak
terlalu
mengacuhkannya agar hubungan harmonis dapat tetap terjalin. Berikut ini adalah simpulan dari pandangan para tokoh mengenai keberadaan kaum transeksual: 1. Tokoh Mikage Sakurai menerima keberadaan kaum transeksual, 2. Tokoh Yuichi Tanabe menerima keberadaan kaum transeksual, 3. Tokoh Eriko Tanabe menerima keberadaan dirinya sebagai kaum transeksual, 4. Tokoh mantan mertua Eriko Tanabe menolak keberadaan kaum transeksual. 5. Tokoh penggemar fanatik Eriko menolak keberadaan kaum transeksual.
57
4.2 Saran Fenomena transeksualitas yang terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat kita menjadi lebih nyata terlihat dalam bacaan novel Kicchin. Sejak dulu kala, konsep kelelakian dan kewanitaan telah tergaris secara jelas dalam pandangan ilmu filsafat dan agama. Dalam Alkitab, dikatakan bahwa Allah menciptakan manusia, pria dan wanita dengan ciri fisik yang berbeda satu sama lain untuk saling melengkapi. Ketika muncul orang-orang yamg menyatakan dirinya terperangkap dalam tubuh yang salah, tidak ada yang dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana hal itu dapat terjadi. Argumenargumen bermunculan seiring dengan penilaian masyarakat yang cenderung menganggap hal itu sebagai keanehan bahkan hal yang tabu. Saran dari penulis adalah agar kita sebagai manusia, kiranya dapat lebih terbuka menghadapi masalah transeksualitas. Tidak seharusnya kita memandang hina terhadap orang-orang yang bermasalah dengan jati dirinya sebagai pria atau wanita, apalagi menganiaya atau bahkan mengucilkannya. Kita harus menjunjung tinggi sikap toleransi agar dapat tercipta kehidupan yang harmonis. Oleh karena itu, dimana pun kita berada, kelak bila kita berjumpa atau bergaul dengan kaum transeksual dan semacamnya, seyogiyanya kita menjaga kata-kata dan tingkah laku kita agar tidak menyinggung perasaan mereka. Sebagai sesama manusia, menurut penulis, kita tidak berhak menilai orang lain secara picik hanya karena ia berbeda. Kita perlu selalu ingat bahwa bagaimanapun juga, hanya Tuhan yang berhak menilai dan menghakimi setiap umatNya.
58