BAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN DI KOTA BANDUNG
Perkembangan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
diduga
akan
mengakibatkan perubahan bagi layanan jasa, perubahan layanan ini diduga akan memberikan dampak terhadap ruang. Bagaimana karakteristik pemilihan lokasi layanan jasa perbankan yang ada sekarang, dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Sebelum mengidentifikasi karakteristik pemilihan lokasi, akan diidentifikasi bagaimana nasabah memanfaatkan layanan yang dikembangkan oleh bank dan implikasinya terhadap pilihan bertransaksi dan pola pergerakannya. Pada bab ini akan diuraikan perkembangan layanan bank, preferensi pengguna dalam memanfaatkan layanan dan pola pergerakannya serta perkembangan pemilihan lokasi bank.
4.1
Perkembangan Layanan dan Produk Bank Teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi kecepatan dan
ketepatan bank dalam memberikan layanan pada nasabahnya. Dalam kegiatan operasionalnya, teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan oleh perbankan untuk segala macam urusan administrasi, mulai dari front office yang melayani nasabah sampai dengan pengolahan data setelah transaksi dilakukan. Jasa perbankan ialah jasa yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk segala macam layanan sehingga teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor yang sangat penting bagi perbankan. Selain itu teknologi informasi dan komunikasi juga mempengaruhi jenis fasilitas atau delivery chanels yang ditawarkan kepada nasabah. Di era globalisasi saat ini, ketika perkembangan teknologi terjadi dengan sangat cepat. Mobilitas, teknologi jaringan mutakhir, dan integrasi aplikasi teknologi informasi (TI) di seluruh unit kerja, telah menjadi kebutuhan utama industri 53
54
perbankan. Dalam hal teknologi jaringan, pemilik bank menerapkan sistem jaringan nirkabel. Penerapan ini merupakan salah satu tindakan untuk meningkatkan efisiensi kerja internal dan pelayanan kepada nasabah. Pemanfaatan teknologi informasi dalam menambah jumlah fasilitas ialah salah satu bentuk usaha bank untuk meningkatkan persaingan dengan bank lain. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi memunculkan persaingan pada bagaimana perbankan memanfaatkannya, untuk menarik nasabah sebanyak mungkin. Jika dulu bank bersaing dalam memperebutkan dana nasabah sebanyak-banyaknya, bank saat ini bersaing untuk menjadi pilihan utama bagi nasabah dalam melakukan transaksi. Pada awal pengembangan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, ATM menjadi salah satu cara untuk memperluas jaringan dan mengurangi antrian di kantor bank, maka seiring perkembangan teknologi, teknologi yang ada dimanfaatkan untuk memperluas jaringan dan mempermudah layanan. Bank mulai mengenalkan layanan internet banking, sms banking dan phone banking. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan nasabah dalam hal pelayanan perbankan yang mudah, cepat dan akurat serta keamanan yang terjamin, tentunya diperlukan suatu inovasi dan pengembangan layanan e-Banking secara terus menerus. Alasan mengapa bank mengembangkan e-Banking
ialah untuk meningkatkan
efiesiensi biaya melalui pemindahan transaksi dari kantor cabang ke layanan ebanking yang lebih murah, meningkatkan pendapatan melalui penambahan layanan di fitur payment dan purchase dengan bekerja sama dengan berbagai provider utama. Selain itu pengembangan layanan elektronis oleh bank ialah salah satu cara untuk meningkatkan citra. Dengan memanfaatkan teknologi semakin banyak, maka citranya akan semakin baik dan semakin besar potensinya untuk menarik nasabah. Jadi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menimbulkan tuntutan bagi bank untuk bisa menyediakan layanan yang paling praktis. Adanya teknologi informasi dan komunikasi membuat adanya persaingan antar bank dalam memanfaatkan teknologi yang ada untuk memperebutkan nasabah. Bank yang paling
55
pintar dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi akan bisa mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya. Dalam hal pengembangan layanan elektronis, tidak ada peraturan pemerintah yang mengharuskan bank harus memiliki layanan tersebut. Keputusan untuk mengadakan layanan elektronis ada atau tidak ada merupakan keputusan pribadi dari pihak bank. Bagaimana bank tersebut memanfaatkan layanan untuk efiensi biaya, menarik nasabah dan meningkatkan kompetensi. Yang dilakukan pemerintah dalam mendukung layanan elektronis ini ialah adanya undang-undang yang mengatur transaksi elektronis sehingga pengguna layanan bisa lebih yakin bahwa layanan elektronis yang mereka gunakan aman. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi kemampuan bank dalam memberikan layanan pun semakin bertambah. Kemampuan ini digunakan bank untuk mengembangkan produk-produk baru, sehingga produk yang dikembangkan oleh bank pun semakin beragam. Jasa perbankan merupakan kegiatan jasa yang mampu menciptakan daya beli baru dari kegiatannya. Dengan dikembangkannya produk baru, kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi pun semakin bertambah. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya antrian di kantor bank, sehingga untuk layanan tertentu, dicoba dialihkan pada saluran pelayanan yang lain.
4.2
Identifikasi Perilaku Nasabah dalam Memanfaatkan Layanan E-Banking Pada subbab ini akan diuraikan perilaku nasabah dalam memanfaatkan fitur
layanan yang ditawarkan oleh penyedia jasa perbankan. Sebelum masuk ke bahasan utama mengenai identifikasi perilaku nasabah dalam memanfaatkan layanan yang disediakan, akan diuraikan hasil survey tentang karakteristik responden, akses responden terhadap teknologi dan pilihan penggunaan layanan oleh responden. Karakteristik-karakteristik dan pilihan penggunaan ini merupakan bahan dasar untuk mengidentifikasi perilaku responden dalam memanfaatkan layanan. Dalam penelitian ini, peneliti menjaring responden di dua tempat yang berbeda, yaitu di kantor cabang
56
bank dan di ATM. Hal ini dilakukan karena peneliti berusaha mencari tahu apakah nasabah yang mendatangi kantor bank dan ATM, mempunyai karakteristik dan perilaku yang berbeda dalam memanfaatkan layanan yang ada. Sehingga pengolahan data hasil survey pun dibedakan antara responden dari bank dan responden ATM.
4.2.1
Karakteristik Responden Karakteristik responden diuraikan dalam beberapa variabel, yaitu umur, jenis
kelamin, nasabah Bank Mandiri di kota apa, lama menjadi nasabah bank, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan per bulan. Karakteristik objektif ini akan menjadi salah salah satu variabel penjelasan dalam menguraikan pilihan penggunaan layanan oleh nasabah. Dari hasil penyebaran kuesioner, diketahui bahwa umur responden di lokasi kantor bank, bervariasi dari 21 tahun sampai 54 tahun. Dengan persentase responden berumur 20 tahunan adalah 46.7 %, responden usia 30 tahunan adalah 26.7 %, responden usia 40 tahunan adalah 20% sedangkan sisanya berusia 50 tahunan. Untuk responden di lokasi kantor bank, persentase jumlah nasabah yang berumur diatas 20 tahunan lebih besar dibandingkan jumlah responden yang berusia 20 tahunan. Dalam menentukan responden, peneliti berusaha menyeimbangkan jumlah antara responden laki-laki dan perempuan.Untuk responden di lokasi kantor bank, 53.3% laki-laki sedangkan 46.7% adalah perempuan. Berdasarkan nasabah terebut terdaftar pada Bank Mandiri cabang kota apa, untuk responden di lokasi kantor bank, 96.7% merupakan nasabah Bank Mandiri yang berlokasi di Kota Bandung, sisanya berasal dari luar Kota Bandung. Nasabah yang menjadi responden di lokasi kantor bank, 40% responden baru menjadi nasabah selama kurang dari 1 tahun, 36.7% sudah menjadi nasabah lebih dari 4 tahun sedangkan sisanya menjadi nasabah selama 2, 3, dan 4 tahun. Responden di kantor bank, 76.7% tingkat pendidikannya adalah D3/S1 dan sederajat, 20% tingkat pendidikan lainnya dan 3.3% SMU dan sederajat. Dari responden di kantor bank, peringkat pertama ditempati oleh kelompok responden lainnya (36.7%) yaitu meliputi pekerja paruh waktu, profesional (dokter, konsultan,
57
pengacara, dsb), dan sebagainya yang tidak dapat didefinisikan sebagai PNS/swasta. Jumlah responden yang merupakan karyawan swasta sebanyak 33.3%, 23.3 % merupakan pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga, sedangkan kelompok responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 6.7%. TABEL IV.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN DI LOKASI KANTOR BANK Persentase No Variabel Frekuensi (%) 1 Umur < 20 Tahun 0 0.0 20-30 Tahun 14 46.7 31-40 Tahun 8 26.7 > 40 Tahun 8 26.6 2 Jenis Kelamin Laki-laki 16 53.3 Perempuan 14 46.7 3 Pendidikan SD dan Sederajat 0 0 SMP dan Sederajat 0 0 SMU dan Sederajat 1 3.3 D3/S1 dan Sederajat 23 76.7 Lainnya 6 20.0 4 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 3 10.0 Pelajar/Mahasiswa 4 13.3 Pegawai Negeri Sipil 2 6.7 Karyawan Swasta 10 33.3 Lainnya 11 36.7 5 Pendapatan Per Bulan < Rp. 1000.000 8 26.7 Rp. 1.000.001- Rp. 2.000.000 6 20.0 Rp. 2.000.001- Rp. 3.000.000 3 10.0 Rp. 3.000.001- Rp. 4.000.000 7 23.3 Rp. 4.000.001- Rp. 5.000.000 6 20.0 > Rp. 5.000.001 0 0.0 Sumber : Lampiran B-1
Besar penghasilan responden di lokasi kantor bank, adalah 26.7% dibawah 1 juta, 20% dengan tingkat penghasilan 1-2 juta, 10% penghasilannya 2-3 juta, 23.3%
58
berpenghasilan 3-4 juta sedangkan 20% lainnya adalah dengan tingkat penghasilan 45 juta. TABEL IV.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN DI LOKASI ATM Persentase No Variabel Frekuensi (%) 1 Umur < 20 Tahun 7 23.3 20-30 Tahun 17 56.7 31-40 Tahun 4 13.3 > 40 Tahun 2 6.7 2 Jenis Kelamin Laki-laki 13 43.3 Perempuan 17 56.7 3 Pendidikan SD dan Sederajat 0 0.0 SMP dan Sederajat 0 0.0 SMU dan Sederajat 7 23.3 D3/S1 dan Sederajat 21 70.0 Lainnya 2 6.7 4 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 1 3.3 Pelajar/Mahasiswa 18 60.0 Pegawai Negeri Sipil 4 13.3 Karyawan Swasta 2 6.7 Lainnya 5 16.7 5 Pendapatan Per Bulan < Rp. 1000.000 16 53.3 Rp. 1.000.001- Rp. 2.000.000 8 26.7 Rp. 2.000.001- Rp. 3.000.000 1 3.3 Rp. 3.000.001- Rp. 4.000.000 3 10.0 Rp. 4.000.001- Rp. 5.000.000 2 6.7 > Rp. 5.000.001 0 0.0 Sumber : Lampiran B-1
Umur responden yang mendatangi ATM, variasinya adalah dari 17 tahun sampai 44 tahun, rata-rata responden yang mendatangi ATM berumur 20 tahunan. Dengan persentase responden di bawah usia 20 adalah 23.3 %, responden usia 20
59
tahunan adalah 56.7%, usia 30 tahunan sebanyak 13.3 % sedangkan sisanya adalah responden berumur 40 tahunan. Hasil survey menunjukkan bahwa nasabah yang menggunakan ATM adalah yang usianya cenderung muda yaitu usia 20 tahunan. Untuk responden yang diambil di lokasi ATM, jumlah responden laki-lakinya adalah 43.3 % sedangkan jumlah responden perempuannya adalah 56.7 %. Pembagian responden berdasarkan jenis kelamin ini semata-mata didasarkan pada harapan agar pengambilan sampel merata dan tidak terfokus pada jenis kelamin tertentu. Dalam hal nasabah tersebut terdaftar di Bank Mandiri cabang kota apa, 56.7 % dari responden di lokasi ATM merupakan nasabah Bank Mandiri cabang Bandung , 43.3 % lainnya merupakan nasabah Bank Mandiri luar Bandung, nasabah yang berasal dari luar Bandung tersebut berasal dari Jakarta, Surabaya, Medan dan Padang. Nasabah yang menjadi responden di ATM, sebagian besar baru menjadi nasabah Bank Mandiri selama kurang dari 1 tahun. Jika diurutkan maka lama menjadi nasabah bank untuk responden ATM, dari persentase yang terbesar sampai terkecil adalah kurang dari 1 tahun, lebih dari 4 tahun, 2 tahun dan 3 tahun. Untuk tingkat pendidikan, 70% dari responden ATM tingkat pendidikannya adalah D3/S1 dan sederajat, 23.3% SMU dan sederajat, dan 6.7% responden dengan tingkat pendidikan lainnya. Untuk jenis pekerjaan, lebih dari setengah responden di ATM merupakan pelajar/mahasiswa, sedangkan sisanya bervariasi dari ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil, karyawan swasta dan lainnya. Responden di lokasi ATM sebagian besar penghasilannya di bawah 1 juta. Dengan membandingkan karakteristik responden di lokasi kantor bank dan lokasi ATM. Bisa diambil beberapa kesimpulan. Dari persentase jumlah umur, bisa dianalisis bahwa responden bank memiliki tingkat umur yang lebih tua dibandingkan responden ATM yang rata-rata berusia muda. Dalam penelitian Mindali (2007) diungkapkan bahwa tingkat umur mempengaruhi pilihan penggunaan teknologi. Pengaruh tingkat umur ini bisa dilihat dari proporsi umur nasabah yang memilih untuk melakukan transaksi di ATM dan bank. Ternyata lebih banyak nasabah berusia
60
muda yang memilih melakukan transaksi di ATM, sedangkan orang dengan usia lebih tua cenderung melakukan transaksi di Kantor Bank. Hal ini berhubungan dengan keakraban mereka dalam menggunakan teknologi dan kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi baru. Orang dengan usia yang lebih tua, umumnya lebih nyaman bertransaksi dengan manusia sedangkan bagi kalangan muda, berinteraksi dengan mesin kadang lebih nyaman dibanding berinteraksi dengan manusia. Kecenderungan untuk memilih lokasi melakukan transaksi ini juga ditentukan oleh karakteristik objektif lainnya. Dari data keterdaftaran responden tersebut di Bank Mandiri cabang apa, menunjukkan variasi nasabah yang melakukan transaksi di ATM lebih beragam asalnya, dibandingkan yang melakukan transaksi di kantor bank. Umumnya nasabah yang melakukan transaksi di kantor bank adalah nasabah kantor cabang tersebut. Atau nasabah kantor cabang yang lokasinya berdekatan dengan kantor cabang tersebut. Sedangkan untuk nasabah yang melakukan transaksi di ATM, bisa berasal dari daerah sekitar ATM tersebut atau berasal dari lokasi yang jauh dari lokasi ATM tersebut. Sedangkan untuk lama menjadi nasabah bank dari responden ATM dan responden bank agak sedikit berbeda, jika dilihat secara keseluruhan bisa dikatakan bahwa responden bank umumnya sudah lebih lama menjadi nasabah bank dibandingkan responden di ATM. Lama menjadi nasabah ini bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan responden mempunyai kebutuhan lebih tinggi untuk mengunjungi kantor bank, lama waktu mereka menjadi nasabah, memungkinkan mereka menerima banyak tawaran untuk menggunakan salah satu produk bank yang dikembangkan. Dari segi pekerjaan, bisa dilihat bahwa karakteristik ini menunjukkan bahwa kalangan yang menggunakan ATM umumnya merupakan pelajar/mahasiswa. Kalangan ini umumnya lebih akrab dengan teknologi. Hal lain yang bisa menyebabkan terjadinya proporsi yang berbeda ini adalah karena dengan jenis
61
pekerjaan yang berbeda, maka kebutuhan akan jenis transaksi pun berbeda. Untuk responden ATM, sebagian besar penghasilannya di bawah 1 juta, persentase kedua terbanyak adalah penghasilan antara 1-2 juta. Sedangkan Tingkat penghasilan responden di kantor bank, lebih tinggi dibandingkan dengan responden di ATM. Jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan bisa dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi mengapa responden memilih melakukan transaksi di ATM atau di kantor cabang, sebagian besar pekerjaan responden di ATM adalah sebagai pelajar/mahasiswa dan tingkat penghasilannya dibawah 1 juta sampai dengan 2 juta. Jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan ini membuat transaksi yang dilakukan umumnya terbatas, hanya pada pengecekan saldo dan pengambilan uang. Sedangkan untuk responden di kantor bank, sebagian besar adalah pekerja dan tingkat penghasilannya lebih besar, kebutuhan mereka akan jenis transaksi akan lebih bervariasi, dan kadang transaksi yang mereka butuhkan tidak tersedia di ATM. 4.2.2
Akses Teknologi Responden Dalam mencari tahu kemampuan responden mengakses teknologi, akses
terhadap teknologi digambarkan ke dalam beberapa bagian, yaitu perangkat teknologi informasi dan komunikasi apa saja yang mereka miliki atau bisa diakses, apakah responden membutuhkan internet dalam melakukan pekerjaannya sehingga tingkat kedekatan responden dengan teknologi internet tinggi, darimana biasanya responden mengakses internet dan seberapa sering responden menggunakan internet dalam waktu 1 bulan. Untuk responden di lokasi kantor bank, 63.3% mempunyai akses ke telepon rumah, 100% akses terhadap telepon seluler dan juga 100% akses terhadap internet. 53.3% responden bank menggunakan internet dalam pekerjaannya sedangkan 46.7% lainnya tidak menggunakan internet dalam bekerja. 60% responden bank, biasanya mengakses internet dari kantor/kampus sedangkan 40% lainnya mengakses internet dari rumah. Dalam hal frekuensi penggunaan internet, 70% dari responden menggunakan internet setiap hari, 20% menggunakan internet 1-3 kali per bulan dan 10% responden tidak pernah menggunakan internet.
62
No
TABEL IV.3 AKSES TERHADAP TEKNOLOGI RESPONDEN DI LOKASI KANTOR BANK Variabel Frekuensi
1
Persentase (%)
Perangkat teknologi yang bisa diakses Telepon Rumah Telepon Seluler Internet 2 Menggunakan internet dalam bekerja Ya Tidak 3 Tempat Mengakses Internet Kantor/Kampus Warnet Rumah Handphone Lainnya Frekuensi penggunaan internet per 4 bulan Tidak Pernah < 1 Kali per Bulan 1-3 Kali per Bulan 4-8 Kali per Bulan Hampir Setiap Hari Sumber : Lampiran B-3
19 30 30
63.3 100.0 100.0
16 14
53.3 46.7
18 0 12 0 0
60.0 0.0 40.0 0.0 0.0
3 0 6 0 21
10.0 0.0 20.0 0.0 70.0
Untuk responden di lokasi ATM, akses ke telepon rumah hanya sebesar 43.3%, akses terhadap telepon seluler sebesar 100% dan akses terhadap internet adalah 50%. Dalam hal penggunaan internet dalam pekerjaan, persentase antara yang menggunakan internet untuk pekerjaan dan yang tidak menggunakan internet dalam pekerjaan adalah sama, yaitu sebesar 50%. Secara berurutan dari yang terbesar sampai yang terkecil, responden ATM biasanya mengakses internet dari kantor/kampus, warnet, rumah dan handphone. Dengan persentase sebagai berikut, 46.7%, 26.7%, 13.3% dan 10%. Dalam hal frekuensi penggunaan internet, 46.7%
63
responden menggunakan internet hampir tiap hari, responden yang tidak pernah menggunakan internet dan frekuensi penggunaan internet kurang dari 1 kali per bulan persentasenya masing-masing 6.7%. Responden yang menggunakan internet 4-8 kali per bulan sebanyak 23.3% dan sisanya sebesar 16.7% menggunakan internet 1-3 kali per bulan.
No
TABEL IV.4 AKSES TERHADAP TEKNOLOGI RESPONDEN DI LOKASI ATM Variabel
1 Perangkat teknologi yang bisa diakses Telepon Rumah Telepon Seluler Internet 2 Menggunakan internet dalam bekerja Ya Tidak 3 Tempat Mengakses Internet Kantor/Kampus Warnet Rumah Handphone Lainnya Frekuensi penggunaan internet per 4 bulan Tidak Pernah < 1 Kali per Bulan 1-3 Kali per Bulan 4-8 Kali per Bulan Hampir Setiap Hari Sumber : Lampiran B-3
Frekuensi
Persentase (%)
13 30 15
43.3 100.0 50.0
15 15
50.0 50.0
14 8 4 3 1
46.7 26.7 13.3 10.0 3.3
2 2 5 7 14
6.7 6.7 16.7 23.3 46.7
Jika kita bandingkan, akses teknologi responden di bank lebih tinggi dibanding dengan akses teknologi responden di ATM dalam hal akses terhadap telepon rumah dan juga akses internet. Perbedaan kemampuan untuk mengakses
64
telepon rumah dan internet ini bisa terjadi karena umumnya sebagian besar responden bank, domisili tetapnya adalah di Bandung sehingga mereka memiliki telepon rumah. Seluruh responden mempunyai akses terhadap telepon seluler. Hal ini membuktikan bahwa telepon seluler merupakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang sudah umum dimiliki oleh warga Kota Bandung. Secara keseluruhan, akses dan tingkat penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari sangat besar. Sebagian besar dari responden menggunakan internet setiap hari. Namun apakah akses teknologi dan tingkat penggunaan teknologi ini dimanfaatkan untuk kebutuhan praktis atau hanya sebagai sarana hiburan.
4.2.3
Preferensi Penggunaan Layanan Pilihan responden dalam memanfaatkan layanan diuraikan dalam beberapa
bagian. Yaitu apakah ketika nasabah memilih bank mempertimbangkan ketersediaan e-banking di bank tersebut, pada layanan e-banking mana saja mereka terdaftar, layanan yang paling sering digunakan dan alasan menggunakan layanan tersebut, apakah adanya ATM mempengaruhi frekuensi ke kantor bank dan apakah adanya ebanking selain ATM mengurangi frekuensi ke kantor bank dan ATM. Selain itu juga dicari tahu pilihan penggunaan layanan untuk setiap transaksi tertentu.
4.2.3.1 Pilihan Penggunaan Layanan Responden di Lokasi Kantor Bank Untuk responden di lokasi kantor bank, dalam hal pemilihan bank, 73.3% menyatakan bahwa ketersediaan e-banking mempengaruhi mereka dalam memilih bank. 90% responden memiliki ATM, 30% responden terdaftar sms banking, 43.3% terdaftar sebagai pengguna internet banking, namun tidak ada responden yang terdaftar pada layanan call mandiri. Untuk layanan yang paling sering digunakan, 80% memilih ATM sedangkan sisanya memilih menggunakan layanan internet banking dan sms banking dengan proporsi yang sama, yaitu masing-masing 10%. Alasan mengapa memilih layanan tersebut adalah karena perintah transaksi yang
65
mudah (13.3%), mudah diakses (70%), menghemat waktu (70%), ada dimana-mana (53.3%), mengurangi perjalanan ke tempat layanan (36.7%), hemat biaya (10%) dan pertimbangan lainnya sebesar 10%. Sedangkan untuk layanan yang paling jarang digunakan 10% responden menjawab ATM, 20% menjawab sms banking, 23.3% call mandiri dan internet banking sebesar 46.7%. TABEL IV.5 KARAKTERISTIK PENGGUNAAN LAYANAN RESPONDEN DI LOKASI KANTOR BANK No Variabel 1 Ketersediaan layanan elektronis mempengaruhi pemilihan bank Ya Tidak 2 Keterdaftaran responden pada layanan elektronis ATM SMS Banking Mandiri Call Mandiri Internet Banking Mandiri 3 Layanan elektronis yang paling sering digunakan ATM SMS Banking Mandiri Call Mandiri Internet Banking Mandiri 4 Layanan elektronis yang paling jarang digunakan ATM SMS Banking Mandiri Call Mandiri Internet Banking Mandiri 5 Berkurangnya frekuensi ke kantor bank akibat adanya ATM Ya Tidak Berkurangnya frekuensi ke ATM akibat adanya layanan 6 elektronis lain Ya Tidak Sumber : Lampiran B-4
Frekuensi
Persentase (%)
22 8
73.3 26.7
27 9 0 13
90.0 30.0 0.0 43.3
24 3 0 3
80.0 10.0 0.0 10.0
3 6 7 14
10.0 20.0 23.3 46.7
22 8
73.3 26.7
16 14
53.3 46.7
66
Alasan tidak menggunakan fasilitas layanan tersebut adalah karena layanan tersebut tidak terpercaya (16.7%), perintah transaksi rumit (36.7%), harus meluangkan waktu (20%), biaya mahal (10%) dan alasan lainnya sebesar 30%. Sebagian besar responden (73.3%) menyatakan bahwa tersedianya ATM mengurangi frekuensi mereka mendatangi kantor bank. Sedangkan untuk pertanyaan apakah layanan e-banking lain selain ATM mengurangi frekuensi mereka mendatangi ATM atau kantor bank, yang menjawab ya adalah sebesar 53.3% dan sisanya sebesar 46.7% menjawab tidak. Dalam menggunakan layanan elektronis, ATM menjadi pilihan utama dalam melakukan berbagai transaksi. Untuk transaksi pengecekan saldo, urutan layanan yang selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah digunakan adalah ATM, ATM, sms banking dan call mandiri. Ketika melakukan transaksi lainnya, ATM tetap menjadi pilihan utama bagi responden di lokasi bank. Responden di lokasi bank menjadikan internet banking sebagai pilihan kedua dalam melakukan transaksi pembayaran tagihan dan transfer antar rekening bank mandiri. Sms banking juga menjadi pilihan kedua dalam melakukan transaksi transfer antar rekening bank mandiri, transfer antar rekening bank via RTGS dan juga kliring. Layanan yang kadang-kadang digunakan untuk melakukan hampir keseluruhan transaksi adalah sms banking dan juga call mandiri khusus untuk transaksi transfer antar rekening bank mandiri. Layanan yang hampir tidak pernah digunakan dalam keseluruhan transaksi adalah layanan call mandiri. Untuk lebih jelasnya, pilihan pengguna dalam memanfaatkan layanan bisa dilihat pada tabel IV.6 Responden di lokasi kantor bank memiliki kecenderungan mengurangi kunjungannya ke kantor bank, karena beberapa transaksi bisa dialihkan pada layanan elektronis. Namun mereka tetap melakukan kunjungan ke kantor bank karena ada transaksi yang tidak bisa dilakukan di ATM, jika keseluruhan transaksi bisa dilakukan di ATM, maka kemungkinan mereka akan lebih memilih melakukan transaksi di ATM.
67
TABEL IV.6 PREFERENSI PENGGUNAAN LAYANAN ELEKTRONIS RESPONDEN DI LOKASI KANTOR BANK Persentase Penggunaan Layanan (%) Fasilitas Layanan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Internet Banking Cek Saldo Pembayaran Tagihan Transfer Antar rekening bank mandiri Transfer Antar Bank Via Kliring Transfer Antar Bank Via RTGS Pembayaran Kartu Kredit bank lain Pembayaran PBB Sms Banking Cek Saldo Pembayaran Tagihan Transfer Antar rekening bank mandiri Transfer Antar Bank Via Kliring Transfer Antar Bank Via RTGS Pembayaran Kartu Kredit bank lain Pembayaran PBB Call Mandiri Cek Saldo Pembayaran Tagihan Transfer Antar rekening bank mandiri Transfer Antar Bank Via Kliring Transfer Antar Bank Via RTGS Pembayaran Kartu Kredit bank lain Pembayaran PBB ATM Cek Saldo Pembayaran Tagihan Transfer Antar rekening bank mandiri Transfer Antar Bank Via Kliring Transfer Antar Bank Via RTGS Pembayaran Kartu Kredit bank lain Pembayaran PBB Sumber : Lampiran B-4
20.0 6.7 20.0 6.7 13.3 13.3 13.3
23.3 20.0 13.3 20.0 13.3 13.3 13.3
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
56.7 73.3 66.7 73.3 73.3 73.3 73.3
23.3 0.0 0.0 0.0 0.0 20.0 0.0
0.0 6.7 20.0 20.0 20.0 0.0 20.0
33.3 36.7 23.3 23.3 23.3 23.3 23.3
43.3 56.7 56.7 56.7 56.7 56.7 56.7
10.0 10.0 3.3 23.3 23.3 23.3 23.3
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
13.3 13.3 23.3 0.0 0.0 0.0 0.0
76.7 76.7 73.3 76.7 76.7 76.7 76.7
46.7 60.0 73.3 43.3 36.7 46.7 56.7
30.0 10.0 6.7 0.0 6.7 13.3 6.7
13.3 0.0 0.0 20.0 20.0 20.0 0.0
10.0 30.0 20.0 36.7 36.7 20.0 36.7
68
Dalam penggunaan layanan elektronis selain ATM, penggunaannya bervariasi untuk berbagai macam jenis transaksi karena mereka memang melakukan transaksitransaksi tersebut. Tetapi ATM tetap menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi-transaksi tersebut. 4.2.3.2 Pilihan Penggunaan Layanan Responden di Lokasi ATM Hasil survey dari responden di lokasi ATM, dalam hal pemilihan bank, 53.3% menyatakan bahwa ketersediaan e-banking tidak mempengaruhi mereka dalam memilih bank. Dalam hal keterdaftaran pada layanan elektronis, 100% responden memiliki ATM, 63.3% responden terdaftar sms banking, 36.67% terdaftar sebagai pengguna internet banking, dan hanya 13.3% responden yang terdaftar pada layanan call mandiri.Untuk layanan yang paling sering digunakan, 83.3% memilih ATM sedangkan sisanya memilih menggunakan layanan sms banking (13.3%) dan layanan internet banking (3.3%). Alasan mengapa memilih layanan tersebut adalah karena layanan yang dipilih lebih terpercaya (23.3%), perintah transaksi yang mudah (46.7%), mudah diakses (73.3%), ada dimana-mana (53.3%), menghemat waktu (33.3%), mengurangi perjalanan ke tempat layanan (6.7%), dan hemat biaya (20%). Sedangkan untuk layanan yang paling jarang digunakan 16.7% responden menjawab ATM, 16.7% menjawab sms banking, 66.7% menjawab internet banking. Alasan tidak menggunakan fasilitas layanan tersebut adalah karena layanan tersebut tidak terpercaya (3.3%), perintah transaksi rumit (13.3%), harus meluangkan waktu (53.3%), harus melakukan perjalanan (13.3%), biaya mahal (13.3%) dan alasan lainnya sebesar 10%. Sebanyak 83.3% responden menyatakan bahwa tersedianya ATM mengurangi frekuensi mereka mendatangi kantor bank. Sedangkan untuk pertanyaan apakah layanan e-banking lain selain ATM mengurangi frekuensi mereka mendatangi ATM atau kantor bank, yang menjawab ya hanya sebesar 40% dan sebesar 60% responden menjawab tidak. Secara lebih lengkap, karakteristik penggunaan layanan responden di lokasi ATM bisa dilihat pada tabel IV.7
69
TABEL IV.7 KARAKTERISTIK PENGGUNAAN LAYANAN RESPONDEN DI LOKASI ATM No Variabel 1 Ketersediaan layanan elektronis mempengaruhi pemilihan bank Ya Tidak 2 Keterdaftaran responden pada layanan elektronis ATM SMS Banking Mandiri Call Mandiri Internet Banking Mandiri 3 Layanan elektronis yang paling sering digunakan ATM SMS Banking Mandiri Call Mandiri Internet Banking Mandiri 4 Layanan elektronis yang paling jarang digunakan ATM SMS Banking Mandiri Call Mandiri Internet Banking Mandiri 5 Berkurangnya frekuensi ke kantor bank akibat adanya ATM Ya Tidak Berkurangnya frekuensi ke ATM akibat adanya layanan 6 elektronis lain Ya Tidak Sumber : Lampiran B-4
Frekuensi
Persentase (%)
14 16
46.7 53.3
30 19 4 11
100.0 63.3 13.3 36.7
25 4 0 1
83.3 13.3 0.0 3.3
0 5 5 20
0.0 16.7 16.7 66.7
25 5
83.3 16.7
12 18
40.0 60.0
Bagi responden di lokasi ATM, dalam menggunakan layanan elektronis, ATM menjadi pilihan utama dalam melakukan berbagai transaksi. Untuk transaksi pengecekan saldo, urutan layanan yang selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah digunakan adalah ATM, ATM, sms banking dan call mandiri. Ketika melakukan transaksi lainnya, ATM tetap menjadi pilihan utama bagi responden di lokasi ATM.
70
TABEL IV.8 PREFERENSI PENGGUNAAN LAYANAN ELEKTRONIS RESPONDEN DI LOKASI ATM Persentase Penggunaan Layanan (%) Fasilitas Layanan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Internet Banking Cek Saldo Pembayaran Tagihan Transfer Antar rekening bank mandiri Transfer Antar Bank Via Kliring Transfer Antar Bank Via RTGS Pembayaran Kartu Kredit bank lain Pembayaran PBB Sms Banking Cek Saldo Pembayaran Tagihan Transfer Antar rekening bank mandiri Transfer Antar Bank Via Kliring Transfer Antar Bank Via RTGS Pembayaran Kartu Kredit bank lain Pembayaran PBB Call Mandiri Cek Saldo Pembayaran Tagihan Transfer Antar rekening bank mandiri Transfer Antar Bank Via Kliring Transfer Antar Bank Via RTGS Pembayaran Kartu Kredit bank lain Pembayaran PBB ATM Cek Saldo Pembayaran Tagihan Transfer Antar rekening bank mandiri Transfer Antar Bank Via Kliring Transfer Antar Bank Via RTGS Pembayaran Kartu Kredit bank lain Pembayaran PBB Sumber : Lampiran B-4
6.7 10.0 3.3 3.3 13.3 3.3 10.0
10.0 3.3 13.3 13.3 3.3 13.3 3.3
13.3 16.7 10.0 6.7 6.7 6.7 6.7
70.0 70.0 73.3 76.7 76.7 76.7 80.0
23.3 6.7 3.3 0.0 16.7 0.0 10.0
26.7 10.0 23.3 20.0 6.7 16.7 6.7
3.3 16.7 10.0 16.7 16.7 16.7 16.7
46.7 66.7 63.3 73.3 70.0 76.7 76.7
3.3 13.3 0.0 0.0 10.0 0.0 0.0
6.7 6.7 6.7 6.7 6.7 6.7 6.7
3.3 0.0 10.0 10.0 0.0 10.0 10.0
86.7 80.0 83.3 83.3 83.3 83.3 83.3
83.3 66.7 70.0 33.3 36.7 26.7 23.3
6.7 6.7 0.0 0.0 3.3 0.0 0.0
6.7 3.3 3.3 6.7 3.3 3.3 0.0
3.3 23.3 26.7 60.0 56.7 70.0 76.7
71
Responden di lokasi ATM menjadikan internet banking sebagai pilihan kedua dalam melakukan transaksi pembayaran tagihan kartu kredit ke bank lain. Sms banking juga menjadi pilihan kedua dalam melakukan hampis seluruh kegiatan transaksi. Layanan yang kadang-kadang digunakan untuk melakukan hampir keseluruhan transaksi adalah sms banking dan juga call mandiri khusus untuk transaksi transfer antar rekening bank mandiri. Layanan yang hampir tidak pernah digunakan dalam keseluruhan transaksi adalah layanan call mandiri. Untuk lebih jelasnya, pilihan pengguna dalam memanfaatkan layanan bisa dilihat pada tabel IV.8 Responden
di
lokasi
ATM
memiliki
kecenderungan
mengurangi
kunjungannya ke kantor bank, karena beberapa transaksi bisa dialihkan pada layanan elektronis. Dalam penggunaan layanan elektronis selain ATM, penggunaannya bervariasi untuk berbagai macam jenis transaksi, tetapi tingkat penggunaanya sangat rendah karena mereka memang tidak melakukan transaksi-transaksi tersebut.
4.3
Identifikasi Pola Pergerakan Responden Untuk mengetahui karakteristik pergerakan dari responden, variabel yang
digunakan adalah daerah asal sebelum datang ke ATM maupun kantor bank, alat transportasi yang digunakan untuk mencapai lokasi, waktu tempuh perjalanan, apakah ketika responden mendatangi kantor bank atau ATM merupakan tujuan utama perjalanan. Selain itu juga ditanyakan frekuensi ke kantor bank dan ke ATM, apakah dengan adanya e-banking terjadi pertambahan frekuensi dan jenis transaksi yang dilakukan, dan tujuan mereka mendatangi ATM atau kantor bank.
4.3.1 Pola Pergerakan Responden di Lokasi Kantor Bank Hasil survey dari responden di lokasi kantor bank menunjukkan bahwa ketika mereka mendatangi kantor bank, 80% dari responden berasal dari rumah sedangkan 20% lainnya daerah asalnya adalah dari kantor/kampus. Responden yang menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai lokasi sebesar 73.3% dan yang
72
menggunakan kendaraan umum adalah 26.7% dari responden. Waktu tempuh responden menuju kantor bank bervariasi dari 5-40 menit. Sebagian responden menempuh perjalanan ke kantor bank dalam waktu 5 menit. Ketika responden melakukan perjalanan ke kantor bank, 50% responden menyatakan bahwa hal tersebut merupakan tujuan utama, 50% lainnya menyatakan bahwa hal itu bukan merupakan tujuan utama. Untuk frekuensi ke kantor bank dalam setahun terakhir, 20% responden melakukan perjalanan ke kantor bank sebanyak 1 kali, 13.3% responden bank mengunjungi kantor bank sebanyak 2-5 kali, 36.7% responden sebanyak 6-12 kali, dan 30% responden mengunjungi kantor bank lebih dari 12 kali. Dalam hal frekuensi ke ATM dalam sebulan terakhir, 6.7% mengunjungi 1 kali, 66.7% ke ATM sebanyak 2-5 kali, 13.3% mengunjungi ATM 6-12 kali, dan sisanya sebanyak 13.3% mengunjungi ATM lebih dari 12 kali. 83.3% dari responden di lokasi bank menyatakan bahwa dengan tersedianya layanan ATM, membuat mereka menambah frekuensi transaksi, sisanya menyatakan adanya ATM tidak mengakibatkan pertambahan frekuensi transaksi. Pertambahan frekuensi transaksi untuk responden bank berkisar antara 2-3 kali. Adanya ATM mengakibatkan 72% responden bank bertambah frekuensi transaksinya menjadi 2 kali lipat, sisa 28% lainnya bertambah frekuensinya menjadi 3 kali lipat. Untuk jenis transaksi yang dilakukan, 60% responden bank jenis transaksinya bertambah. Untuk persentase tujuan mendatangi kantor bank, 30% mengunjungi kantor bank untuk penarikan uang tunai, 26.7% transfer antar rekening Bank Mandiri, dan 43.3% untuk tujuan lainnya. Dari hasil survey ini diketahui bahwa perjalanan ke kantor bank seimbang antara tujuan utama dan bukan tujuan utama. Kunjungan ke kantor bank bisa dianggap sebagai suatu kebutuhan yang cukup penting bagi nasabah. Umumnya daerah asal sebelum ke kantor bank adalah dari rumah, berarti kegiatan menuju lokasi kantor bank ini merupakan kegiatan yang terencana.
73
No
TABEL IV.9 KARAKTERISTIK PERGERAKAN RESPONDEN DI LOKASI KANTOR BANK Variabel Frekuensi
1
Persentase (%)
Daerah asal sebelum ke lokasi ATM Rumah Kantor/Kampus Belanja Lainnya 2 Alat transportasi yang digunakan Kendaraan Pribadi Kendaraan Umum Jalan Kaki Lainnya Apakah perjalanan ke lokasi ATM merupakan tujuan 3 utama Ya Tidak 4 Frekuensi ke kantor bank dalam 1 tahun terakhir 1 Kali 2-5 Kali 6-12 Kali Lebih dari 12 Kali 5 Frekuensi ke ATM dalam 1 bulan terakhir 1 Kali 2-5 Kali 6-12 Kali Lebih dari 12 Kali 6 Pertambahan frekuensi transaksi akibat adanya ATM Ya Tidak 7 Pertambahan jenis transaksi akibat adanya ATM Ya Tidak Sumber : Lampiran B-2
24 6 0 0
80.0 20.0 0.0 0.0
22 8 0 0
73.3 26.7 0.0 0.0
15 15
50.0 50.0
6 4 11 9
20.0 13.3 36.7 30.0
2 20 4 4
6.7 66.7 13.3 13.3
25 5
83.3 16.7
18 12
60.0 40.0
74
Jumlah frekuensi ke kantor bank lebih sedikit dibanding dengan jumlah frekuensi ke ATM. Adanya ATM membuat responden mengurangi frekuensi ke kantor bank, tetapi menambah pergerakan ke ATM. Selain itu adanya ATM mengakibatkan responden menambah jenis dan frekuensi transaksinya.
4.3.2
Pola Pergerakan Responden di Lokasi ATM Hasil survey dari responden di lokasi ATM menunjukkan bahwa ketika
mereka mendatangi kantor bank, 53.3% dari responden berasal dari rumah sedangkan 23.3% daerah asalnya adalah dari kantor/kampus, 10% responden daerah asalnya adalah belanja dan sisa 13.3% responden berasal dari tempat lainnya. Responden yang menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai lokasi sebesar 56.7 % dan yang menggunakan kendaraan umum adalah 43.3% dari responden. Variasi waktu tempuh responden ATM adalah 5-180 menit. Persentase waktu tempuh yang paling banyak adalah 5-20 menit (50%). Ketika responden melakukan perjalanan ke ATM, 20% responden menyatakan bahwa hal tersebut merupakan tujuan utama, 80% lainnya menyatakan bahwa hal itu bukan merupakan tujuan utama. Untuk frekuensi ke kantor bank dalam setahun terakhir, 23.3% responden melakukan perjalanan ke kantor bank sebanyak 1 kali, 36.7% responden ATM mengunjungi kantor bank sebanyak 2-5 kali, 26.7% responden sebanyak 6-12 kali, dan 13.3%
responden mengunjungi kantor bank lebih dari 12 kali. Dalam hal
frekuensi ke ATM dalam sebulan terakhir, 13.3% mengunjungi 1 kali, 70% ke ATM sebanyak 2-5 kali, 13.3% mengunjungi ATM 6-12 kali, dan sisanya sebanyak 3.3% mengunjungi ATM lebih dari 12 kali. 90% dari responden di lokasi ATM menyatakan bahwa dengan tersedianya layanan ATM, membuat mereka menambah frekuensi transaksi, sisanya menyatakan adanya ATM tidak mengakibatkan pertambahan frekuensi transaksi. Pertambahan frekuensi transaksi untuk responden ATM berkisar antara 2-10 kali.
75
No
TABEL IV.10 KARAKTERISTIK PERGERAKAN RESPONDEN DI LOKASI ATM Variabel Frekuensi
1
Persentase (%)
Daerah asal sebelum ke lokasi ATM Rumah Kantor/Kampus Belanja Lainnya 2 Alat transportasi yang digunakan Kendaraan Pribadi Kendaraan Umum Jalan Kaki Lainnya Apakah perjalanan ke lokasi ATM merupakan tujuan 3 utama Ya Tidak 4 Frekuensi ke kantor bank dalam 1 tahun terakhir 1 Kali 2-5 Kali 6-12 Kali Lebih dari 12 Kali 5 Frekuensi ke ATM dalam 1 bulan terakhir 1 Kali 2-5 Kali 6-12 Kali Lebih dari 12 Kali 6 Pertambahan frekuensi transaksi akibat adanya ATM Ya Tidak 7 Pertambahan jenis transaksi akibat adanya ATM Ya Tidak Sumber : Lampiran B-2
16 7 3 4
53.3 23.3 10.0 13.3
17 13 0 0
56.7 43.3 0.0 0.0
6 24
20.0 80.0
7 11 8 4
23.3 36.7 26.7 13.3
4 21 4 1
13.3 70.0 13.3 3.3
27 3
90.0 10.0
26 4
86.7 13.3
76
Adanya ATM mengakibatkan 44.4% responden ATM bertambah frekuensi transaksinya menjadi 2 kali lipat, 22.2% responden ATM bertambah frekuensinya menjadi 3 kali lipat. 14.8% bertambah menjadi 4 kali, 11.1% bertambah menjadi 5 kali lipat, dan sisa 7.4% bertambah menjadi 10 kali lipat. Untuk jenis transaksi yang dilakukan, 86.7% responden bank jenis transaksinya bertambah. Untuk persentase tujuan mendatangi kantor bank, 80% mengunjungi kantor bank untuk penarikan uang tunai sedangkan 20% lainnya untuk transfer antar rekening Bank Mandiri. Dari hasil survey ini diketahui bahwa perjalanan ke ATM umumnya bukan merupakan tujuan utama perjalanan. Daerah asal sebelum ke ATM sangat bervariasi, kunjungan ke ATM bisa dianggap sebagai kegiatan sampingan dan tidak terencana. Jumlah frekuensi ke kantor bank lebih sedikit dibanding dengan jumlah frekuensi ke ATM. Adanya ATM membuat responden mengurangi frekuensi ke kantor bank, tetapi menambah pergerakan ke ATM. Selain itu adanya ATM mengakibatkan responden menambah jenis dan frekuensi transaksinya.
4.4
Karakteristik Responden, Preferensi Penggunaan Layanan, dan Pola Pergerakan Responden Dari uraian karakteristik responden, karakteristik pergerakan, akses teknologi
dan pilihan penggunaan layanan. Bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa penyebaran dan pengembangan perangkat teknologi informasi dan komunikasi di Kota Bandung sudah cukup tinggi . Setelah mulai dikembangkan sejak belasan tahun yang lalu, masyarakat kini mulai akrab dengan telepon seluler dan internet. Hampir seluruh responden memiliki akses terhadap telepon seluler, telepon rumah dan juga akses internet. Namun penyebaran teknologi tersebut tidak berdampak langsung pada kota, penyebaran teknologi tidak langsung mengakibatkan masyarakat mengubah segala bentuk aktivitas kehidupan. Dampak yang ditimbulkan oleh teknologi pada kota merupakan sebuah proses bertahap dan ditentukan oleh bagaimana pemakaian teknologi informasi tersebut.
77
Saat ini masyarakat sampai pada tahapan mengakses dan memiliki perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang ada, namun belum sampai pada tahapan pemanfaatan yang maksimal.
Walaupun akses teknologi di kalangan responden
sudah sangat tinggi, namun teknologi tersebut belum sepenuhnya digunakan untuk mempermudah transaksi. Beberapa transaksi yang bisa dialihkan pada jenis layanan lain yang tidak memerlukan adanya pergerakan tetap dilakukan di kantor bank ataupun ATM. Bahkan ketersediaan ATM yang ada dimana-mana dan bisa diakses dalam waktu 24 jam justru membuat nasabah menambah frekuensi dan jenis transaksi yang dilakukan. Dari hasil uji keterkaitan, beberapa variabel dalam karakteristik responden, karakteristik pergerakan,dan preferensi penggunaan layanan didapatkan hasil bahwa variabel yang mempunyai keterkaitan dengan variabel lainnya adalah, pendapatan, umur dan pekerjaan. Ketiga variabel tersebut terkait dengan frekuensi ke kantor bank. Keterkaitan ketiga variabel tersebut bisa dianalisis seperti di bawah ini. TABEL IV.11 KETERKAITAN ANTARA PENDAPATAN DAN FREKUENSI KE KANTOR BANK Frekuensi ke kantor bank dalam 1 tahun Pendapatan 6-12 lebih dari 1 kali 2-5 kali kali 12 kali < Rp. 1000.000 10 9 5 0 Rp. 1.000.001- Rp. 2.000.000 3 4 6 1 Rp. 2.000.001- Rp. 3.000.000
Total 24 14
0
1
2
1
4
0 Rp. 4.000.001- Rp.5.000.000 0 Total 13 Ket: Signifikan pada dua arah (chi-square=0.000) Koefisien Kontigensi 0.618 Sumber: Lampiran B-5
0 0 14
4 3 20
6 5 13
10 8 60
Rp. 3.000.001- Rp.4.000.000
78
Dari tabel IV.11 bisa dilihat bahwa semakin besar pendapatan, maka frekuensi ke kantor bank juga semakin besar. Besarnya pendapatan berpengaruh pada frekuensi ke kantor bank, karena semakin besar pendapatan, kebutuhan akan transaksi pun semakin besar. Sedangkan transaksi yang dibutuhkan tidak semuanya tersedia dalam bentuk layanan elektronis. Maka untuk mengakses transaksi tersebut, harus mendatangi kantor bank. Selain itu dengan jumlah pendapatan yang besar, kemungkinan ada pendapatan yang disisihkan dan ditabung. Untuk transaksi penyetoran tersebut, harus dilakukan di kantor bank. Hasil crosstabulasi kedua yang menunjukkan adanya keterkaitan ialah crosstabulasi antara pekerjaan dan frekuensi ke kantor bank. Pekerjaan yang berbeda membuat kebutuhan akan jenis transaksi berbeda satu sama lain. Ada beberapa pekerjaan yang mengharuskan melakukan transaksi keuangan yang tidak bisa dilakukan melalui layanan elektronis, seperti transfer valas, pengambilan uang dalam jumlah besar, dan lain sebagainya. TABEL IV.12 KETERKAITAN ANTARA PEKERJAAN DAN FREKUENSI KE KANTOR BANK Frekuensi ke kantor bank dalam 1 tahun Pekerjaan lebih 6-12 dari 12 kali kali 1 kali 2-5 kali ibu rumah tangga 1 1 2 0 pelajar/mahasiswa 5 8 6 3 pegawai negeri sipil 1 0 4 1 karyawan swasta 1 4 6 1 lainnya 5 1 2 8 Total 13 14 20 13 Ket: Signifikan pada dua arah (chi-square=0.044) Koefisien Kontigensi 0.513 Sumber: Lampiran B-5
Total 4 22 6 12 16 60
79
Variabel terakhir yang mempunyai keterkaitan setelah dilakukan uji independen ialah keterkaitan antara umur dan frekuensi ke kantor bank. Selain perbedaan umur menyebabkan tingkat kemampuan dalam menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi berbeda. Tingkat umur juga mempengaruhi banyaknya transaksi yang dilakukan. Orang yang sudah berumur biasanya sudah berkeluarga sehingga mereka melakukan transaksi yang bervariasi sehubungan dengan kebutuhan keluarganya.
TABEL IV.13 KETERKAITAN ANTARA UMUR DAN FREKUENSI KE KANTOR BANK Frekuensi ke kantor bank dalam 1 tahun Umur lebih dari 12 6-12 kali kali 1 kali 2-5 kali <20 0 5 1 0 20-30 9 7 7 8 31-40 3 1 6 3 > 40 1 1 6 2 Total
13 14 20 Ket: Signifikan pada dua arah (chi-square=0.018) Koefisien Kontigensi 0.500 Sumber: Lampiran B-5
13
Total 6 31 13 10 60
Kebutuhan seseorang akan pelayanan jasa, tergantung pada kondisi sosioekonominya. Tingkat umur, penghasilan dan jenis pekerjaan yang berbeda membutuhkan layanan jasa yang berbeda baik dari segi jenis maupun jumlah layanan. Sehingga dalam menentukan kebutuhan akan layanan, perkembangan populasi tidak bisa hanya dilihat dari perkembangan jumlah, tapi struktur dari jumlah tersebut harus diperhatikan. Dalam memanfaatkan layanan yang ada, pengguna membutuhkan waktu untuk beradaptasi, layanan e-banking selain ATM telah dikembangkan sejak 10 tahun yang lalu, namun tingkat pemanfaatannya masih rendah. Walaupun nasabah sudah terdaftar pada layanan tersebut, namun mereka masih belum sadar bahwa layanan
80
tersebut bisa memudahkan mereka melakukan transaksi dan mengurangi pergerakan. Layanan-layanan tersebut dianggap rumit, susah diakses serta harus meluangkan waktu untuk menggunakannya. ATM sendiri dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu, sehingga masyarakat sudah sangat akrab dengan layanan ini. Selain itu bentuk ATM yang berupa fisik dan bisa dirasakan juga bisa menjadi salah satu alasan mengapa layanan ini lebih mudah diterima. Layanan e-banking lainnya tidak mempunyai bentuk fisik sehingga nasabah ragu dalam memanfaatkan layanan tersebut. Antara ATM dan bank, nasabah lebih memilih menggunakan ATM, keberadaan bank mulai tergantikan dengan adanya ATM. Namun tidak semua fasilitas tersedia di ATM, seperti penarikan uang dalam jumlah banyak, transaksi valas, penyetoran tabungan dan transfer pada bank yang belum online. Ketidaktersediaan layanan tertentu ini juga yang membuat layanan e-banking selain ATM belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Saat ini dalam melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa menggunakan uang tunai, sehingga kebutuhan untuk melakukan penarikan uang tunai masih sangat besar dan transaksi tersebut hanya bisa dilakukan di ATM dan kantor bank. Secara keseluruhan, pengembangan layanan
elektronis masih merupakan
komplementer dari kegiatan transaksi perbankan yang ada, layanan tersebut hanya mengganti sebagian dari kebutuhan layanan nasabah serta menambah pilihan bagi pengguna dalam melakukan transaksi, tetapi tidak bisa menggantikan seluruh kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi. Perjalanan ke kantor bank dan ke ATM bukanlah tujuan utama sehingga nasabah lebih memilih bertransaksi di lokasi yang mudah diakses dan waktu tempuh yang lebih singkat. Hal ini membuat nasabah nyaman melakukan transaksi di kantor bank dan ATM karena lokasi yang strategis dari kedua layanan tersebut, sambil melakukan kegiatan lain nasabah bisa mampir ke kantor bank ataupun ATM. Selain itu perintah transaksinya mudah, nasabah yang awam dengan teknologi tidak perlu bingung.
81
Dengan menggunakan layanan e-banking selain ATM, nasabah sebenarnya bisa melakukan transaksi dimana saja dan kapan saja. Namun karena dalam mengakses teknologi juga harus melakukan perjalanan dan pengguna masih belum mampu menggunakan teknologi tersebut untuk kebutuhan praktis, maka layananlayanan tersebut belum dimanfaatkan dengan maksimal. Selain itu pengguna juga menganggap bahwa perintah transaksinya rumit. Sebenarnya jika dibandingkan, perintah transaksi internet banking dan sms banking juga mudah dilakukan, pada layanan sms banking, beberapa provider sudah menyediakan menu layanannya sehingga nasabah tidak perlu bingung mengetik perintah transaksi. Tetapi karena layanan tersebut belum akrab, nasabah takut untuk menggunakannya. Sampai saat ini nasabah lebih memilih menggunakan layanan yang bisa diakses secara fisik, aksesibilitas dalam bentuk teknologi belum begitu dimanfaatkan. Kehadiran layanan elektronis mengganti sebagian dari kebutuhan pergerakan responden, hal ini dibuktikan dengan berkurangnya jumlah kunjungan ke kantor bank akibat adanya ATM. Pengurangan jumlah frekuensi ini terjadi karena sebagian transaksi yang disediakan di ATM bisa menggantikan transaksi di kantor bank. Namun kehadiran ATM juga menambah frekuensi dan jenis transaksi yang dilakukan, dan menimbulkan kebutuhan pergerakan baru. Lokasi ATM yang jumlahnya lebih banyak, membuat nasabah nyaman mengunjungi ATM. Selain itu kedekatan ATM dengan kegiatan lain, membuat responden mau melakukan perjalanan dengan waktu tempuh yang lebih lama, karena mereka menempuh perjalanan ke ATM sambil menuju tempat kegiatan lain. Perbandingan waktu tempuh antara kunjungan ke lokasi kantor bank dan lokasi ATM bisa dilihat pada gambar 4.1.
82
Gambar 4.1 Perbandingan Waktu Tempuh Responden Menuju Lokasi ATM dan Kantor Bank
Perkembangan layanan baru, tidak mensubstitusi seluruh kegiatan transaksi yang
dibutuhkan
oleh
responden,
pengembangan
layanan
tersebut
hanya
mensubstitusi sebagian transaksi dan menimbulkan kebutuhan transaksi baru. Pergerakan yang terjadi juga bukan merupakan subsitusi dari pergerakan yang dibutuhkan, namun hanya berupa komplementer dari kebutuhan pergerakan. Bisa ditarik kesimpulan bahwa adanya layanan elektronis mempengaruhi pergerakan responden. Ada peralihan pergerakan dari kantor bank menuju ATM. Namun pergerakan yang terjadi tidak digantikan sepenuhnya. Peralihan pergerakan dari kantor bank ke ATM ini juga diikuti dengan pertambahan jumlah pergerakan. Kunjungan ke ATM frekuensinya lebih banyak dibanding frekuensi ke kantor bank. Adanya ATM mengakibatkan terjadinya pertambahan frekuensi dan juga jenis transaksi yang dilakukan. Perubahan pergerakan ini memberikan dampak positif dan juga negatif, dampak positifnya adalah pergerakan yang tadinya menuju ke kantor bank, sebagian dialihkan ke ATM yang letaknya umumnya berada di dalam lokasi
83
kegiatan lain, jadi pergerakan yang terjadi merupakan pergerakan di dalam lokasi tersebut. Sambil melakukan kegiatan lain, responden bisa melakukan kebutuhan transaksinya. Sedangkan dampak negatifnya adalah perubahan layanan yang terjadi mengakibatkan meningkatnya kebutuhan pergerakan dan pergerakan yang dilakukan mempunyai waktu tempuh yang lebih lama. Selain itu pergerakan yang terjadi hanya merupakan pengganti beberapa kebutuhan transaksi jadi tidak sepenuhnya mengurangi pergerakan, justru menambah jumlah pergerakan.
4.5
Pemilihan Lokasi Layanan Jasa Perbankan Untuk melihat bagaimana pemilihan lokasi layanan jasa perbankan saat ini,
akan dilihat perkembangan lokasi layanan jasa perbankan di wilayah studi dan pertimbangan pemilihan lokasi bank.
4.5.1
Perkembangan Lokasi Layanan Jasa Perbankan Pada awal perkembangan bank di Kota Bandung, pusat kota menjadi pilihan
utama bagi bank dalam memilih lokasi kantor. Yang menjadi alasan mengapa bank berlokasi pada pusat kota adalah kedekatan dengan perdagangan, keuntungan aglomerasi, kemudahan akses dan kemudahan melakukan komunikasi dengan pihak lain. Pada periode tahun 1990 terdapat perubahan pola distribusi kantor bank. Distribusi lokasi kantor bank yang tadinya memusat di kawasan pusat kota mengalami penyebaran dan mulai terkonsentrasi di kawasan pinggiran. Kantor-kantor bank di Kota Bandung pada tahun 1980, lokasinya sebagian besar terkonsentrasi pada kawasan pusat kota. Pada tahun 1990, mulai bermunculan kantor bank yang berlokasi di luar kawasan pusat kota (pinggiran), terutama pada bagian utara kota. Tiga alasan utama yang menyebabkan perubahan ini ialah terjadinya penyebaran perdagangan pada kawasan pinggiran, berkembangnya kawasan-kawasan permukiman baru di kawasan pinggiran dan penyebaran fasilitas telekomunikasi.
84
Sampai dengan tahun 2007, walaupun akses informasi dan perkembangan layanan sudah semakin meningkat, bank tidak harus melayani nasabah dengan menyediakan kantor bank. Pola distribusi kantor bank tetap mengikuti pola persebaran yang ada sejak tahun 1990, semakin banyak kantor bank terdistribusi di luar kawasan pusat kota. Saat ini, selain di pusat kota, sebagian besar kantor bank terdistribusi sepanjang Jalan Sukajadi, Jalan Ir H Juanda, Jalan Ahmad Yani, Jalan Sudirman-Cimahi, Jalan kopo dan Jalan Buah Batu- Soekarno Hatta-Kiara Condong. Terjadi aglomerasi kantor-kantor bank pada daerah-daerah tersebut. Dari persebaran lokasi kantor bank ini, bisa ditarik suatu kesimpulan, bahwa baik sejak awal perkembangan lokasi kantor bank sampai saat ini, perkembangan perilaku lokasi kantor bank memiliki pola mengikuti kegiatan perdagangan. Pada kondisi awal dimana kegiatan perdagangan memusat pada kawasan pusat kota, maka lokasi kantor bank juga berada pada kawasan pusat kota. Ketika terjadi perubahan persebaran kegiatan perdagangan, dimana kegiatan perdagangan tidak lagi hanya terdapat di pusat kota, yaitu ketika kegiatan perdagangan mengalami penyebaran karena perkembangan permukiman baru yang menyebar, maka lokasi kantor bank menyebar juga. Perilaku lokasi yang mengikuti persebaran kegiatan perdagangan ini terkait dengan peranan bank sebagai layanan jasa. Lokasi jasa merupakan fungsi dari dua hal yaitu akses terhadap informasi dan minimasi perjalanan dari pegawai dan nasabah. Dengan berlokasi dekat daerah perdagangan, maka kantor bank memperoleh akses informasi yang baik dan juga mendekatkan diri pada nasabah sehingga bisa meminimasi perjalanan nasabah. Akses informasi ini dalam karakteristik lokasi kantor bank dicerminkan sebagai aglomerasi dengan kegiatan sejenis, tersedianya fasilitas telekomunikasi yang memadai, kedekatan dengan kegiatan industri, dan kedekatan dengan kegiatan perdagangan dan pusat bisnis. Maka semakin berkembang kegiatan perdagangan di suatu daerah, maka akan terjadi perkembangan kantor bank di lokasi tersebut.
85
Saat ini, lokasi kantor bank teraglomerasi di sekitar Jalan Sukajadi, karena daerah tersebut merupakan daerah tempat berkembangnya kawasan komersial dan perumahan pada poros regional Bandung-Lembang, perkembangan lokasi bank di Jalan Ir H Juanda karena lokasi tersebut ialah daerah yang intensitas penetrasi kegiatan komersial pada kawasan perumahan sangat besar, alasan-alasan ini juga berlaku pada lokasi perkembangan bank di ruas jalan lainnya. Dengan meningkatnya kegiatan komersial ataupun perumahan di daerah tersebut, maka potensi nasabah baik nasabah produsen maupun nasabah konsumen semakin besar, sehingga bank berusaha untuk mendekati nasabah dan memilih berlokasi di daerah tersebut. Kondisi ini ditunjang dengan semakin meratanya fasilitas telekomunikasi di seluruh wilayah kota, sehingga walaupun berlokasi di luar kawasan pusat kota, kemudahan mengadakan kontak tidak terganggu. Untuk lebih jelasnya, pola persebaran lokasi kantor bank, bisa dilihat pada gambar 4.2, 4.3, 4.4 dan 4.5. Dengan melihat peta distribusi kantor bank tahun 2007 (gambar 4.5) dan peta guna lahan Kota Bandung, bisa dilihat bahwa persebaran kantor bank lebih banyak pada daerah komersial, yaitu mendekati lokasi perusahaan-perusahaan. Kantor bank yang mendekati lokasi perumahan, jumlahnya lebih sedikit. Pada lokasi-lokasi tersebut, persebaran kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kasnya merata. Sedangkan untuk kantor pusat bank, lokasinya umumnya di pusat kota, yaitu di jalan asia-afrika karena pada awal berdirinya bank-bank umumnya berlokasi di kawasan pusat kota.
86
Gambar 4.2 Distribusi Kantor Bank Tahun 1980 Lokasi Kantor Bank Sumber: Bank Indonesia
U
Gambar 4.3 Distribusi Kantor Bank Tahun 1988 Lokasi Kantor Bank Sumber: Bank Indonesia
U
87
88
Gambar 4.4 Distribusi Kantor Bank Tahun 1990 Lokasi Kantor Bank Sumber: Bank Indonesia
U
Gambar 4.5 Distribusi Kantor Bank Tahun 2007 Lokasi Kantor Bank Sumber: Data Lokasi Bank
U
89
90
GAMBAR 4.6
PETA GUNALAHAN
KABUPATEN BANDUNG Leg en d a : Kec. CIDADAP
Kec. SUKASARI
KOTA CIMAHI
Kec. SUKAJADI
Kec. COBLONG
Kec. KALER BANDUNG WETAN
Kec. ANDIR Kec. ASTANA ANYAR
Kec. BOJONGLOA KALER
Kec. BABAKAN CIPARAY
KABUPATEN BANDUNG
Kec. CIBEUNYING Kec.
Kec. CICENDO
Kec. BANDUNG KULON
Batas Kota Batas Kecamatan Jalan Sungai Emplasemen Industri Jasa Permukiman Kebun Campuran Kuburan Lapangan Olah Raga Monumen Perusahaan Sawah Taman Tanah Kosong Tegalan
Kec. BOJONGLOA KIDUL
Kec. SUMUR BANDUNG
Kec. REGOL
CIBEUNYING KIDUL
Kec. Kec. KIARA CICADAS Kec. CONDONG BATUNUNGGAL
Kec. ARCAMANIK
Kec. UJUNG BERUNG Kec. CIBIRU
Kec. LENGKONG
Kec. BANDUNG KIDUL
Kec. MARGA CINTA
Kec. RANCASARI
KABUPATEN BANDUNG
KABUPATEN BANDUNG
K O TA B A N D U N G
S u m b er : D ina s P e rta na ha n K ota B a ndung, 2003 U
Skala 1:130.000 0 1,3 5,2Km
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008
91
4.5.2
Pertimbangan Pemilihan Lokasi Pada tahun 1990an ketika persebaran teknologi informasi dan komunikasi
mulai mengalami persebaran yang merata, hasil penelitian Setyono (1992) mengungkapkan bahwa pertimbangan utama bagi perbankan dalam memilih lokasi ialah kedekatan dengan kegiatan perdagangan, tersedianya jaringan telepon, kedekatan dengan jaringan jalan utama, kompetisi dengan bank lain dan kedekatan dengan pusat kota. Kelima faktor tersebut menjadi pertimbangan utama karena bank yang ada di Indonesia, sebagian besar fokusnya ialah pada bisnis perbankan retail yang melayani nasabah perorangan sehingga untuk mendekati nasabah, bank memilih berlokasi di dekat kegiatan perdagangan. Ketersediaan jaringan telekomunikasi, kedekatan dengan jalan utama dan kompetisi dengan bank lain ialah perwujudan dari dua pertimbangan yang selalu menjadi faktor lokasi kegiatan ekonomi, yaitu aksesibilitas dan aglomerasi. Kedua kegiatan itu berkaitan dengan usaha meminimalkan biaya yang bagi kegiatan-kegiatan ekonomi merupakan salah satu syarat untuk memaksimalkan keuntungan. Pertimbangan kedekatan dengan pusat kota dapat dianggap sebagai usaha untuk mendapatkan ketiga faktor tersebut dalam satu titik. Saat ini, dengan semakin meratanya jaringan teknologi informasi dan komunikasi di seluruh kota serta aksesibilitas yang tidak hanya secara fisik tapi juga secara teknologi informasi dan komunikasi, apakah bank mengalami perubahan dalam pertimbangan pemilihan lokasi. Area layanan bank bukan berdasarkan administratif namun berdasarkan tingginya permintaan pasar yang ada kemudian baru dipilih lokasi yang strategis. Bagi Bank Mandiri yang menjadi contoh kasus dalam penelitian ini, pembagian wilayah layanan perbankan di satu kota dibagi menjadi beberapa sektor. Tiap sektor memiliki kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas. Penentuan kantor-kantor ini berdasarkan lokasi dan permintaan pasar. Untuk Bank Mandiri cabang Bandung, dibagi menjadi 3 sektor, yang mengajukan usulan pengoperasian kantor bank baru ialah tim peneliti dari tiap sektor. Dalam
92
melakukan analisis untuk menentukan apakah perlu ada kantor bank baru di wilayah tersebut, hal-hal yang akan dianalisa oleh tim peneliti dari tiap sektor tersebut ialah : 1. Letak Geografis 2. Wilayah Administrasi Pemerintahan dan Kependudukan Berisi tentang informasi mengenai demografi wilayah / kecamatan dimana Bank Mandiri akan membuka suatu kantor baru 3. Sarana dan Fasilitas Umum Informasi mengenai sarana dan fasilitas umum biasanya didapatkan dari kantor kecamatan dimana Bank Mandiri akan membuka jaringan kantor baru 4. Potensi Perekonomian (biasanya dilihat dari PRDB) contohnya seperti ini 5. Potensi Perbankan Berisi tentang informasi peta persaingan perbankan dimana Bank Mandiri akan membuka jaringan kantor baru, termasuk berisi data perkembangan dana perbankan di wilayah tersebut . Dari data yang ada diatas, tim peneliti kemudian akan membuat analisis sebagai berikut: 1. Lokasi tempat pembukaan kantor tersebut 2. Prasarana pendukung yang diperlukan 3. Perkiraan Penghimpunan Dana yang akan diperoleh 4. Perkiraan Pendapatan 5. Perkiraan Biaya dan Analisa Break Even Point 6. Analisa Break Even Point Untuk pertimbangan pembukaan kantor bank, umumnya setiap bank sama. Untuk Bank Mandiri sendiri, pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan lokasi baru ialah letak geografis lokasi tersebut, wilayah administrasi pemerintahan dan kependudukan, sarana dan fasilitas umum yang tersedia, potensi perekonomian serta potensi perbankan di daerah tersebut. Diadakan analisis geografis dan demografi di wilayah masing-masing untuk kemudian ditentukan apakah perlu dibangun kantor
93
cabang di daerah tersebut. Baik untuk menangkap nasabah baru atau karena permintaan di daerah tersebut memang besar sehingga butuh kantor baru. Salah satu pertimbangan penentuan lokasi kantor baru juga ditentukan oleh ada atau tidaknya bank lain di kawasan tersebut, jika ada bank lain yang mulai mengoperasikan kantor di daerah tersebut, umumnya bank lain akan mengikuti. Ini karena adanya tingkat kompetisi yang tinggi. Pengoperasian kantor baru terjadi karena ada usulan dari sektor tersebut yang kemudian disetujui oleh pusat atau memang arahan dari pusat. Jadi tidak ada perbedaan yang mendasar dalam menentukan lokasi perbankan antara tahun 1990an dan saat ini, meskipun perkembangan teknologi yang ada sudah sangat maju. Perbedaan mendasar yang terjadi ialah kedekatan dengan pusat kota tidak menjadi pertimbangan utama. Faktor penting bagi bank dalam menentukan lokasi ialah potensi pasar yang besar, letak geografis lokasi , ketersediaan jaringan telekomunikasi dan kompetisi dengan bank lain. Jika dilihat urutan pertimbangannya, pada tahun 1990an ketika teknologi informasi dan komunikasi belum menyebar secara merata, teknologi informasi dan komunikasi berada pada urutan atas pertimbangan pemilihan lokasi. Di tahun 2007 dengan meningkatnya jaringan telekomunikasi di seluruh kota, maka pertimbangan ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi tidak lagi berada di urutan atas. Kondisi perbankan di Kota Bandung saat ini, walaupun akses masyarakat terhadap teknologi sudah tinggi dan sudah banyak dikembangkan delivery chanels yang lain, yang bertujuan untuk mengurangi transaksi di kantor cabang. Karena nasabah masih belum aware dengan layanan tersebut, belum ada penurunan jumlah yang berarti, berkaitan dengan jumlah nasabah yang mengunjungi kantor cabang. Sehingga untuk saat ini belum terjadi pengurangan kantor cabang. Bahkan perkembangan kantor bank masih sangat besar, karena dengan memanfaatkan teknologi, bank mengembangkan produk-produk baru yang menambah kebutuhan nasabah untuk bertransaksi. Belum ada perubahan yang berarti dalam pertimbangan pemilihan lokasi, jika dibandingkan dengan pertimbangan pemilihan lokasi pada era
94
1990an, pertimbangan pemilihan lokasi pada saat ini pun masih sama, yaitu bagaimana mendekati nasabah. Saat ini pun bank masih memilih untuk berlokasi pada daerah perdagangan dan juga perumahan untuk menangkap nasabah yang lebih banyak. Tapi lebih cenderung mendekati daerah perdagangan. Karena cara untuk mendekati pasar ialah dengan mendekati daerah-daerah tersebut. Hal ini terkait dengan perjalanan ke kantor bank yang umumnya bukan merupakan kegiatan utama sehingga untuk menarik nasabah maka lokasi kantor bank diletakkan di dekat lokasi kegiatan komersial, karena nasabah akan melakukan kegiatan-kegiatan lain tersebut. Sambil melakukan kegiatan utamanya, nasabah bisa melakukan transaksi di kantor bank. Aksesibilitas secara fisik masih menjadi pertimbangan utama. Walaupun aksesibilitas elektronis sudah berkembang namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna. Untuk ke depannya memang direncanakan kegiatan yang bisa dilakukan dengan teknologi, dikerjakan dengan teknologi dan bukan menggunakan tenaga manusia. Dampak teknologi informasi yang terjadi saat ini ialah adanya perbedaan dalam tingkat pemanfaatan teknologi. Yang menjadi perbedaan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi antara dulu dan sekarang ialah besar pemanfaatannya dalam memberikan layanan kepada nasabah. Saat ini bank berusaha mengalihkan transaksi yang biasa di kantor bank dan ATM ke layanan elektronis internet banking, call mandiri dan sms banking karena lebih efisien dan biaya nya lebih sedikit. Harapan ke depannya ialah setiap transaksi bisa dilakukan melalui layanan elektronis. Namun untuk mencapai ke tahapan tersebut, waktu yang dibutuhkan masih sangat lama. Harus ada perubahanperubahan dalam pemanfaatan teknologi oleh nasabah dan perubahan dalam cara melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Bank merupakan kegiatan ikutan yang jumlahnya di suatu wilayah akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya kegiatan komersial dan perdagangan di daerah tersebut. Selain itu tingkat persaingan yang tinggi akan
95
membuat bank menumpuk di satu daerah, sebagai usaha untuk memperebutkan nasabah. Prosedur perijinan boleh atau tidaknya dibangun cabang baru, dititikberatkan pada motivasi untuk meraih keuntungan. Sehingga struktur ruang dan ketersediaan layanan bank di daerah yang potensi pasarnya rendah tidak diperhatikan. Dari sisi pengguna, Untuk pertimbangan memilih lokasi ketika akan melakukan transaksi, jika dilihat dari nilai rata-rata, maka bagi responden di lokasi ATM faktor yang menjadi pertimbangan utama ialah waktu tempuh menuju lokasi dan kemudahan untuk mencapai lokasi, sedangkan yang menjadi pertimbangan kedua ialah dekat dengan kegiatan lain, kenyamanan dan keamanan. TABEL IV.14 NILAI RATA-RATA PERTIMBANGAN RESPONDEN DALAM MEMILIH LOKASI Nilai Rata-rata Pertimbangan ATM
Bank
Waktu Tempuh
2.63
2.63
Lokasi Mudah Dicapai
2.80
2.76
Dekat dengan Kegiatan Lain
3.16
3.17
Kenyamanan
3.20
3.23
Keamanan
3.20
3.20
Sumber: Hasil Analisis 2008
Pertimbangan tersebut ternyata juga berlaku bagi responden di lokasi kantor bank. Faktor pertimbangan utamanya ialah waktu tempuh menuju lokasi dan kemudahan mencapai lokasi. Sedangkan pertimbangan kedua ialah kedekatan dengan lokasi lain, keamanan dan juga kenyamanan. Maka untuk lokasi kantor bank yang melayani nasabah perorangan, lokasinya harus mempunyai waktu tempuh yang singkat, waktu tempuh ini bisa berupa waktu tempuh dari rumah maupun waktu tempuh dari tempat masyarakat melakukan kegiatan lain, seperti kantor maupun kampus. Karena umumnya kunjungan ke kantor bank bukanlah tujuan utama.
96
Kemudahan mencapai lokasi digambarkan sebagai ketersediaan sarana dan prasarana transportasi untuk mengakses kantor bank. Faktor-faktor pertimbangan tersebut, mempunyai nilai yang hampir sama. Jadi semua faktor tersebut merupakan pertimbangan yang sangat penting bagi nasabah dalam memilih lokasi melakukan transaksi. Pilihan nasabah dalam memilih lokasi ini juga sejalan dengan pertimbangan pemilihan lokasi kantor bank, nasabah juga memilih lokasi melakukan transaksi pada tempat yang dekat dengan lokasi kegiatan lain. Sehingga pergerakan pada daerah-daerah komersial yang ramai pun semakin banyak. Baik pelaku perbankan maupun pengguna layanan perbankan memilih lokasi pada daerah yang dekat dengan kegiatan komersial. Dari segi pelaku perbankan, hal ini terbukti jelas dengan pemilihan lokasi kantor bank dan juga lokasi ATM yang umumnya diletakkan pada daerah kegiatan komersial. Apalagi saat ini dengan kebutuhan ruang yang lebih kecil untuk ATM ,maka ATM bisa lebih bebas diletakkan pada daerah kegiatan komersial. Dilihat dari sisi pengguna layanan bank, kecenderungan melakukan transaksi di ATM untuk tiap jenis transaksi yang bisa dilakukan di ATM menunjukkan semakin dekat lokasi transaksi dengan kegiatan lain yang dilakukan, maka lokasi tersebut menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi.