BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
BAB II KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BANDUNG
Sampah berdasarkan definisi adalah segala sesuatu yang dianggap sudah tidak memiliki kegunaan. Pada masanya, gas hasil keluaran pada pengeboran minyak dianggap sebagai sampah dan dibuang dengan cara dibakar di tempat. Sekarang setelah ditemukan teknologi pemanfaatannya, alih-alih dikategorikan sebagai sampah, gas alam tersebut dianggap sebagai salah satu sumber energi. Dan untuk alasan yang sama, apa yang saat ini dianggap sebagai sampah ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
II.1.
Nilai Keterbakaran Sampah Sebelum memanfaatkan sampah sebagai bahan bakar, penting untuk
mengetahui karakteristik fisis dan kimiawi dari sampah tersebut. Karakteristik fisis seperti sumber, jenis, timbulan dan komposisi sampah serta densitas dan kadar air berguna dalam penentuan penanganan sampah. Sedangkan karakteristik kimiawi seperti uji proksimat, ultimat, dan nilai kalor sangat menentukan kadar keterbakaran sampah.
II.1.1. Karakteristik Fisis Sumber dari sampah di kota besar sangat banyak dan bervariasi, untuk mempermudah pengklasifikasian dibuat beberapa kategori yang cukup mewakili, antara lain: (1) permukiman, (2) komersial, (3) institusi, (4) fasilitas dan layanan umum, (5) industri, dan (6) pertanian. Yang dimaksud dengan sampah perkotaan biasanya meliputi seluruh sumber sampah di atas terkecuali sampah industri dan pertanian, karena perbedaan penanganan. Sampah perkotaan ini tersusun atas komponen organik (dapat terbakar) dan anorganik (tidak dapat terbakar). Komponen organik biasanya tersusun atas sisa makanan, berbagai macam kertas, berbagai macam plastik, tekstil, karet, kulit, kayu dan sampah taman. Sedangkan komponen anorganik terdiri atas II-1
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
barang-barang seperti kaca, kaleng, aluminium, besi, dan kotoran. Tidak semua material sampah dapat diterima sebagai bahan bakar. Material yang tidak dapat diterima adalah : (1) material yang dapat menyebabkan pelanggaran standar polusi udara atau air, dan (2) material yang dapat menimbulkan bahaya bagi peralatan atau personel PLTSa. Beberapa contoh material yang tidak dapat diterima adalah: bahan peledak, sampah radioaktif, sampah patologis, dan logam berat. Sifat bahan bakar sampah adalah heterogen. Keheterogenan dalam komposisi penyusun ini menimbulkan tingkat kesulitan tersendiri bagi perancang sistem PLTSa. Yang dimaksud komposisi adalah distribusi komponen-komponen yang menyusun sampah secara keseluruhan, yang biasanya dinyatakan dalam persen berat. Komposisi dan timbulan sampah perkotaan sangat bervariasi antara satu kota dengan kota yang lain, satu musim dengan musim yang lain, dan satu waktu dengan waktu yang lain. Tabel 2-1 Komposisi sampah perkotaan dalam persentase (%) Komposisi
Medan
Palembang
Bandung
Semarang
Surabaya
Jakarta
Ujung Pandang
Kertas
17.5
18.8
10.4
12.28
12.45
10.11
14.15
Kayu
0
-
0
25.74
-
3.12
1.15
48.2
75.2
63.6
34.12
71.85
65.05
65.84
0
0.3
1.8
1.56
1.94
2.45
1.22
Karet/kulit
2.3
0.5
4.1
1.08
0.54
0.55
0.36
Plastik
13.5
3.3
5.6
13.5
7.6
11.08
6.19
Metal
3.5
0.8
0.9
1.82
0.9
1.9
1.89
Pasir
-
-
-
0.49
-
-
1.28
Kaca
2.3
0.4
1.5
1.74
0.9
1.63
2.33
Lainnya
12.7
0.6
12.1
7.64
3.82
4.11
5.6
Sampah Dapur Kain
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1999
II-2
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
Gambaran variasi ini dapat dilihat dari studi yang dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 1999. Seperti yang terlihat dalam tabel 2-1, tidak hanya komposisinya yang bervariasi tetapi komponen penyusunnya pun bervariasi antara satu kota dengan kota yang lain. Sedangkan tabel 2-2 memberi gambaran perbedaan timbulan dari satu kota dengan kota lain di Indonesia. Tabel 2-2 Timbulan Sampah di Kota-kota di Indonesia Kota di Indonesia Medan Palembang Jakarta Bandung Semarang Surabaya Ujung Pandang
Volume Sampah (kg/org/hr) 0.5 0.69 1-3.5 0.967 0.458 0.82 0.898
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1999
Karakteristik fisis lain dari sampah yang juga perlu diketahui adalah densitas dan kadar airnya. Densitas sampah beserta kadar airnya ini juga sangat bervariasi antara satu tempat dengan tempat lain, akan sangat tergantung dari jenis sampah dan penanganannya. Densitas sampah didefinisikan sebagai satuan berat per satuan unit volume (contoh: kg/m3). Sedangkan kadar air sampah dapat diekspresikan dengan dua cara. Dalam metode berat basah, kadar air diekspresikan sebagai persentase berat basah dari sampah. Sedangkan dalam metode berat kering, kadar air itu diekspresikan dalam berat kering sampah. Dalam bidang manajemen sampah metode yang lebih umum digunakan adalah metode berat basah. Metode ini diekspresikan dengan:
Dengan
M = kadar air, % w = berat inisial dari sampel sesuai keadaan mula, kg d = berat sampel setelah dikeringkan pada suhu 105°C, kg
II-3
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
II.1.2. Karakteristik Kimiawi Informasi mengenai karakteristik kimiawi sampah perkotaan akan sangat bermanfaat jika kita akan memperlakukan sampah sebagai bahan bakar PLTSa. Hal ini disebabkan kelayakan pembakaran sampah sangat bergantung dari karakteristik kimiawi sampah yang secara umum dibagi menjadi tiga bagian penting: analisis proksimat, ultimat, dan nilai kalor. Analisis proksimat sangat erat dengan penentuan perilaku keterbakaran. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kadar pembentuk bahan bakar yang berupa kadar air, zat terbang, karbon tetap, dan abu. Prosedur analisis ini adalah pertama-tama sampel sampah dilembutkan terlebih dahulu kemudian dipanaskan pada suhu 105°C hingga mencapai berat konstan untuk memperoleh kadar air. Setelah itu sampel dipanaskan pada suhu 900°C pada wadah tertutup (untuk mencegah oksidasi) sampai mencapai berat konstan, berat yang berkurang dicatat sebagai zat terbang. Sampel yang tersisa dipanaskan pada 750°C dalam oven yang terbuka agar dapat terjadi pembakaran dan berat yang berkurang adalah karbon tetap sedangkan sisanya adalah abu. Kandungan air dapat menurunkan nilai kalor, sehingga semakin kecil kandungan air akan semakin bagus bagi bahan bakar. Sedangkan zat terbang ini menyumbang nilai kalor bahan bakar, tetapi jika terlalu banyak dapat mengakibatkan pembakaran yang tidak terkontrol sehingga dapat mengganggu pipa-pipa pada boiler. Batu bara yang baik memiliki kadar zat terbang yang relatif kecil. Karbon tetap adalah komponen utama pembentuk bahan bakar, kehadiran karbon tetap ini merupakan penyumbang utama nilai kalor. Sedangkan abu yang terlalu banyak menimbulkan masalah pada emisi debu, dan memperbesar kemungkinan slagging. Analisis ultimat merupakan prosedur standar yang digunakan untuk mendapatkan komposisi unsur-unsur yang ada dalam bahan bakar. Analisis ultimat ini diperlukan untuk menentukan produk pembakaran, udara yang diperlukan untuk pembakaran, serta nilai kalor. Komposisi unsur-unsur yang biasanya diuji adalah C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N (nitrogen), dan S
II-4
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
(sulfur). Untuk bahan bakar sampah ini ditambahkan uji Cl (klorin) sebagai salah satu unsur halogen yang merupakan pembentuk dioksin. Karbon, hidrogen, dan sulfur menyumbang nilai kalor bahan bakar. Hal ini sesuai dengan persamaan Dulong dimana nilai kalor sebanding dengan kandungan C, H, dan S. Kandungan oksigen mempengaruhi rasio campuran udara bahan bakar pada boiler. Sedangkan kandungan nitrogen dan klorin berpengaruh pada emisi gas buang, dimana nitrogen dapat membentuk NOx pada temperatur tinggi dan klorin dapat membentuk dioksin pada temperatur rendah. Nilai Kalor adalah besarnya energi yang didapat ketika suatu bahan bakar dengan massa tertentu teroksidasi. Semakin besar nilai kalor ini maka akan semakin besar pula energi yang dihasilkan oleh suatu benda ketika dibakar. Cara memperoleh nilai kalor dari suatu bahan bakar biasanya dengan melakukan pengujian menggunakan bom kalorimeter atau melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan Dulong.
Untuk perhitungan nilai kalor dengan menggunakan bom kalorimeter, diuji nilai kalor dari masing-masing komponen sampah. Nilai kalor kering sampah hasil pengujian ini dapat ditentukan dari nilai kalor tiap jenis dan komposisi sampah yang sudah diuji.
Dengan y = fraksi tiap jenis sampah dan i = jenis sampah Nilai kalor nyata sangat tergantung pada kadar air, semakin tinggi kadar air maka akan semakin memperkecil nilai kalor. Pengaruh kadar air terhadap nilai kalor nyata ini digambarkan dalam LHV (lower heating value).
II-5
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
Dengan y sebagai fraksi air tiap jenis sampah dan hfg adalah energi yang diperlukan untuk menguapkan kandungan air dari sampah
II.2.
Gambaran Umum Pengelolaan Sampah Kota Bandung Secara topografi kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter dpl
dengan iklim yang dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Temperatur rata-rata kota Bandung adalah 23,5°C dengan variasi harian 8-12°C. Curah hujan bulanan rata-rata 154,64 dengan variasi antara 2000-3000 mm/thn dan jumlah hari hujan rata-rata 16 hari per bulannya. Luas wilayah kota Bandung adalah 16.730 Ha, dengan jumlah penduduk 2.232.629 jiwa pada tahun 2004 dan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 0,4%. Sistem pengelolaan sampah kota Bandung dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung yang didirikan pada tahun 1985 sesuai Peraturan Daerah Tingkat II Bandung nomor 02/PK/1985 tentang “Pembentukan Perusahaan Daerah Kebersihan Daerah Tingkat II Bandung. Daerah pelayanan kebersihan yang dilakukan PD Kebersihan Kota Bandung meliputi seluruh wilayah kota Bandung yang dibagi menjadi tiga daerah operasi pelayanan berbasis kewilayahan, yaitu: 1. Wilayah operasi Bandung Barat, meliputi daerah administratif Bojonegara, Tegalega, dan Karees (hanya kelurahan Situsaeur) dengan luas daerah pelayanan ± 4.500 Ha. 2. Wilayah
operasi
Bandung
Tengah,
meliputi
wilayah
administrative
Cibeunying, Karees dan sebagian wilayah Gedebage dengan luas daerah pelayanan ± 6.900Ha. 3. Wilayah operasi Bandung Timur, meliputi daerah Ujung Berung dan Gedebage (kecamatan Rancasari) dengan luas daerah pelayanan ± 5300 Ha.
II-6
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
Sistem pelayanan sampah kota Bandung dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Sistem pelayanan langsung. Pelaksanaan pelayanan kebersihan dilakukan mulai dari pengumpulan/penyapuan, pemindahan, dan pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan pengelolaan di TPA dilakukan oleh PD Kebersihan kota Bandung. Kegiatan pelayanan langsung dilakukan pada pasar, jalan, fasilitas umum, industri, usaha/komersial dan lokasi pemukiman yang tidak terjangkau sarana pengumpul. 2. Sistem pelayanan tidak langsung. Pelaksanaan pelayanan kebersihan dilakukan mulai dari penampungan sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS), pengangkutan ke TPA dan pengelolaan di TPA oleh PD Kebersihan kota Bandung. Kegiatan pelayanan tidak langsung dilakukan pada obyek rumah tinggal dan usaha/komersial yang belum dilayani langsung. Sarana pewadahan di TPS disediakan oleh PD Kebersihan berikut juga pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Hal ini berkaitan erat dengan pembiayaan. Pendapatan terbesar PD Kebersihan diperoleh dari tarif retribusi sampah berdasarkan Keputusan Walikota Bandung no. 644 Tahun 2002, tentang tarif jasa kebersihan kota Bandung. Tarif tersebut didasarkan pada biaya pengelolaan sampah dengan sistem lahan-urug per satuan volume sampah. Tabel 2-3 Biaya pengelolaan sampah kota Bandung Peruntukan Biaya Kontainer Landasan kontainer Truk Buldozer Loader Excavator TPA Jumlah
3
Biaya Rp/m 1209,46 703,03 3230,57 375,04 301,92 388,34 332,04 6540,4
II-7
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
Kegiatan pelayanan kebersihan/pengelolaan sampah saat ini baru mencapai ±70% dari timbulan sampah. Sedangkan sisa sampah yang belum terkelola dibuang ke sungai, dibakar, dan sebagian dikompos. Selain timbulan sampah kota Bandung yang tinggi, kondisi TPA Sarimukti saat ini yang buruk ditambah letaknya yang terlalu jauh (±125km) menambah permasalahan bagi pengelolaan sampah kota Bandung dan mengakibatkan biaya pengelolaan sampah menjadi lebih mahal. II.3.
Karakteristik Keterbakaran Sampah Kota Bandung Analisis mengenai nilai keterbakaran sampah ini bertujuan untuk mengkaji
kelayakan sampah kota Bandung sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Datadata primer mengenai karakteristik umum dan fisik sampah yang diperoleh merupakan hasil survei lapangan padaseluruh TPS di kota Bandung yang dilakukan bekerja sama dengan PD Kebersihan Kota Bandung. Survei ini dilakukan selama 8 hari berturut-turut pada bulan Desember 2006. Sedangkan data-data primer mengenai karakteristik kimiawi diperoleh melalui pengujian skala laboratorium yang dilakukan di LaboratoriumTermodinamika Departemen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung. Seluruh data primer pada Tugas Akhir ini adalah milik Pusat Rekayasa Industri Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Institut Teknologi Bandung. Tabel 2-4 Tahapan Pengumpulan Data Sampah
II-8
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
II.3.1. Karakteristik Fisis Sampah Bandung Berdasar data yang diperoleh dari PD Kebersihan selama 8 hari berturutturut di tiap TPS per kecamatan maka rata-rata timbulan sampah kota Bandung adalah 2.403,43 m3/hari. Data ini adalah data timbulan sampah yang dibuang di TPS kota Bandung sebelum diambil oleh pemulung. Data mengenai timbulan sampah kota Bandung ditampilkan pada tabel 2-5. Tabel 2-5 Timbulan sampah kota Bandung tiap hari Sampah Wilayah
Kecamatan Andir
Bandung Barat
Bandung Tengah
Bandung Timur
Vol/hari, Massa/hari, m3/hari ton/hari 132,91 29,64
82.777
Vol/org/hari, Massa/org/hari, kg/org/hari lt/org/hari 18.362 1,61 0,36
Jml Jiwa
Jml KK
Astanaanyar
110,44
24,63
66.653
14.097
1,66
0,37
Babakan Ciparay
99,72
22,24
92.690
24.145
1,08
0,24
Bandung Kulon
91,38
20,22
98.544
23.134
0,93
0,21
Bojongloa Kaler
82,13
18,31
91.926
22.436
0,89
0,20
Bojongloa Kidul
77,50
17,28
63.350
12.667
1,22
0,27
Cicendo
144,69
32,27
89.505
21.512
1,62
0,36
Sukajadi
124,44
27,75
78.283
19.358
1,59
0,35
Sukasari
128,28
28,61
65.424
15.632
1,96
0,44
Bandung Wetan
70,61
15,75
36.677
6.817
1,93
0,43
Batununggal
99,16
22,11
105.062
26.760
0,94
0,21
Cibeunying Kaler
70,19
15,65
53.158
14.475
1,32
0,29
Cibeunying Kidul
36,56
8,15
89.955
20.491
0,41
0,09
Cidadap
66,88
14,91
53.089
12.843
1,26
0,28
Coblong
78,50
17,51
92.850
21.813
0,85
0,19
Lengkong
116,44
14,55
67.114
67.114
1,73
0,22
Regol
137,32
30,62
69.122
15.658
1,99
0,44
Sumur Bandung
69,03
15,39
39.122
8.206
1,76
0,39
Arcamanik
45,12
10,06
61.370
14.978
0,74
0,16
Bandung Kidul
90,44
20,17
42.646
10.576
2,12
0,47
Cibiru
13,78
3,07
64.564
12.885
0,21
0,05
Cicadas
101,13
22,55
86.638
21.726
1,17
0,26
Kiaracondong
152,31
33,97
121.511
27.731
1,25
0,28
Margacinta
68,10
15,19
81.180
22.186
0,84
0,19
Rancasari
36,28
8,09
54.204
14.303
0,67
0,15
160,13
35,71
70.286
19.452
2,28
0,51
2.403,43
524
1.917.700
509.357
1,25
0,27
Ujungberung Total Kota Bandung
Sumber: Pusat Rekayasa Industri LPPM ITB
II-9
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
Sedangkan pengukuran densitas, komponen penyusun, dan komposisi sampah kota Bandung dilakukan pada beberapa TPS yang dapat mewakili berbagai jenis sampah di kota Bandung (permukiman, pasar, faslitas umum, dan institusi). Pengukuran densitas dilakukan dengan cara menimbang sampah yang terdapat pada gerobak sampah di TPS yang telah diketahui volumenya. Data pengukuran densitas ditampilkan pada tabel 2-6. Tabel 2-6 Pengukuran densitas TPS Maleer Indah
Jenis sampah
Densitas kg/m3 kg/lt
Permukiman
211,76
0,21
Gelael
Pertokoan, rmh mkn
151,36
0,15
Pasar Sadang Serang
Pasar
97,32
0,10
Punclut
Hotel,sekolah
191,08
0,19
Pasar Palasari
Pasar
167,76
0,17
Tegalega/Kobana
Permukiman, pasar, jalan
257,48
0,26
BI Braga
Perkantoran
713,89
0,71
TD Cikutra
Permukiman
182,17
0,18
Pasar Cihaurgeulis
Pasar
141,18
0,14
TD Nyengseret
Permukiman
185,64
0,19
Terminal Leuwi Panjang
Terminal
216,83
0,22
Pasar Sederhana
Pasar, rmh mkn
217,57
0,22
Pasar Sederhana
Permukiman, kantor, industri kecil
208,78
0,21
Cicendo
Permukiman
360,00
0,36
Pasar Ciroyom
Pasar
250,51
0,25
KPAD Barat (Gerobak I)
Permukiman
198,86
0,20
KPAD Barat (Gerobak II)
Permukiman
175,00
0,18
Pasar Cijerah
Pasar, permukiman
255,16
0,26
PT. OMEDATA
Industri
149,62
0,15
Hotel Grand Pasundan
Hotel
264,76
0,26
Ujung Berung Indah
Permukiman
259,18
0,26
Pasar Ciwastra
Permukiman, pasar
280,56
0,28
Batununggal Indah
Permukiman
200,35
0,20
Jl. Indramayu
Permukiman
190,00
0,19
Cisaranten Jati
Permukiman
84,85
0,08
Pangaritan
Permukiman
123,92
0,12
Pasar Cicadas
Pasar, permukiman
238,64
0,24
Derwati
Permukiman
380,86
0,38
226,97
0,23
Rata-rata
II-10
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
Densitas sampah kota Bandung sangat bervariasi, variasi ini bergantung pada perlakuan sampah di masing-masing TPS. Pada data dalam tabel II.6 terlihat beberapa data dengan deviasi yang sangat besar. Hal ini diakibatkan adanya pemadatan sampah dari petugas di TPS. Sebagai contoh, sampah pada TPS BI Braga merupakan sampah–sampah potongan uang yang dipadatkan sedemikian rupa sehingga densitasnya sangat tinggi. Untuk mendapatkan tingkat keakuratan yang lebih tinggi, maka beberapa data dengan deviasi terbesar tidak dihitung dalam perata-rataan densitas. Berdasar asumsi di atas maka didapat densitas ratarata kota Bandung adalah 223 kg/m3 atau 0,22 ton/m3. Karena keheterogenannya, penentuan komposisi sampah bukanlah suatu hal yang mudah. Oleh sebab itu metode pengukuran di lapangan dirancang secara umum. Hasil perolehan data untuk mendapatkan komponen dan komposisi penyusun sampah kota Bandung dilakukan dengan cara memilah-milah sampah di beberapa TPS terpilih kemudian masing-masing komponen ditimbang untuk mendapatkan persen berat dari komponen tersebut. Hasil penimbangan diperlihatkan tabel 2-7 Tabel 2-7 Komposisi sampah kota Bandung Komponen Organik Sisa makanan Kertas Kaca Plastik daur ulang Plastik bukan daur ulang Logam/kaleng Tekstil Karet Styrofoam Sisa elektronik Lain-lain Total
Berat rata2 (kg) Persentase berat (%) 43,91 32,22 26,96 19,78 13,76 10,10 4,97 3,65 7,47 5,48 9,01 6,61 5,95 4,37 4,74 3,48 2,69 1,97 0,65 0,48 2,23 1,64 13,95 10,24 136,29
Keterangan
Tidak terbakar Dipulung Dipulung
Dipulung Tidak terbakar
100,00
Sumber : Pusat Rekayasa Industri LPPM ITB
II-11
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
Komposisi sampah di atas adalah masih merupakan komposisi sampah sebelum diambil oleh pemulung. Ada beberapa komponen sampah yang pada kenyataannya di lapangan diambil oleh pemulung sehingga komposisi sampah di atas masih harus dikurangi dengan kondisi di lapangan. Beberapa contoh sampah yang diambil oleh pemulung adalah styrofoam, sisa elektronik, logam, plastik dari jenis-jenis tertentu dan kertas dari jenis-jenis tertentu pula. Berikut ini adalah komposisi sampah setelah dikurangi sampah-sampah yang diambil oleh pemulung.
Tabel 2-8 Komposisi Sampah kota Bandung yang masuk PLTSa Komponen Berat rata-rata Persen berat Organik 43.91 38% Sisa makanan 26.96 23% Kertas 13.76 12% Plastik bukan daur ulang 9.01 8% Tekstil 4.74 4% Karet 2.69 2% Lain-lain 13.95 12% Total 115.02 100% Sumber : Pusat Rekayasa Industri LPPM ITB
II.3.2. Karakteristik Kimiawi Pengujian karakteristik kimiawi sampah kota Bandung ini dilakukan di laboratorium dengan menggunakan beberapa sampel yang mewakili komponenkomponen sampah kota Bandung. Hasil pengujian untuk karakteristik kimiawi dapat dilihat pada gambar 2-1, 2-2, dan 2-3 di bawah. Dari gambar tersebut terlihat bahwa sampah Bandung memiliki komposisi zat terbang yang relatif tinggi. Komposisi zat terbang ini dapat menimbulkan permasalahan slagging pada boiler. Sedangkan nilai kalor HHV sampah Bandung relatif tinggi, terutama komponen plastik dan styrofoam.
II-12
BAB II Karakteristik Sampah Kota Bandung
Karbon Tetap
Volatile Matter
Abu
Kandungan Air
Lain-lain Karet Tekstil TPA II TPA I Daimatu Styrofoam Plastik Aqua Gelas Plastik Botol Infus Plastik Keresek Plastik PE Alat2 Suntik Plastik HD Plastik Ember Plastik OPP Plastik PP Plastik Mainan Plastik Lain2 (Kemasan) Plastik Keras Plastik Botol Plastik PVC Kertas Dus Kertas Duplex Kertas Arsip Kertas CD Kayu Sisa Makanan Daun 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Gambar 2-1 Hasil Pengujian Proksimat Sampah Bandung
Karbon
Hidrogen
Sulfur
Oksigen
Nitrogen
Klorin
TPA II TPA I Daimatu Styrofoam Plastik Aqua Gelas Plastik Botol Infus Plastik Keresek Plastik PE Alat2 Suntik Plastik HD Plastik Ember Plastik OPP Plastik PP Plastik Mainan Plastik Lain2 (Kemasan) Plastik Keras Plastik Botol Plastik PVC Kertas Dus Kertas Duplex Kertas Arsip Kertas CD Kayu Sisa Makanan Daun 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Gambar 2-2 Hasil pengujian ultimat sampah kota Bandung
II-13