BAB 3
PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan Ibuprofen, HPMC 6 cps (Shin-Etsu), PVP K-30, laktosa, acdisol, amprotab, talk, magnesium stearat, kalium dihidrogen fosfat, natrium hidroksida, natrium dihidrogen fosfat, diklorometan, kloroform, metanol, etanol, aseton, aquadest.
3.2 Alat Percobaan Ayakan mesh 14 dan 16, pH meter (Beckman Φ 50), Spektrofotometer ultraviolet (Beckman DU 650i), alat pencampur (Homogenizer, Turbula Tipe 2C), oven suhu 40 °C (WTB), alat penetapan kecepatan aliran (Erweka tipe GDT), alat penetapan kadar lembab (Mettler LJ16), ayakan betingkat (Retsch), difraktometer XRD/Rigaku-Geiger Flex (LIPI Bandung), alat pengukur bobot jenis mampat (Erweka tipe SVM), mesin pencetak tablet (Stokes tipe 592-2), alat penetapan kekerasan tablet (Erweka tipe TB-24), alat uji disolusi tipe dayung (Hanson Research SRII-6).
3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.
3.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan ibuprofen dalam dapar fosfat pH 7,2 dibuat pada rentang 3 sampai 20 bpj. Serapan diukur pada panjang gelombang 221 nm.
3.5 Orientasi Metode Pembuatan Dispersi Padat Pembentukan sistem dispersi padat dilakukan dengan menggunakan metode pelarutan dengan proses penguapan menggunakan heating plate dan penangas air 40 ºC, metode pengendapan, metode pelarutan dengan variasi jenis pelarut serta penguapan menggunakan rotavapor serta metode granulasi basah.
19
20 Tabel 3.1 Formula Dispersi Padat Ibuprofen:HPMC Metode Pelarutan Bahan Ibuprofen (mg) HPMC (mg) Etanol (ml) Diklorometan (ml) SD 1:0,25 100 25 20 30 SD 1:0,5 100 50 20 30 SD 1:1 100 100 40 60 SD 1:1,5 100 150 40 60 SD 1:2 100 200 40 60 Formula
Keterangan : SD = dispersi padat Selanjutnya proses pembentukan sistem dispersi padat dilakukan menggunakan metode pengendapan menggunakan air. Air ditambahkan hingga terbentuk larutan koloidal putih. Tabel 3.2 Formula Dispersi Padat Ibuprofen:HPMC Metode Pengendapan Bahan Ibuprofen (g) HPMC (g) Etanol (ml) Diklorometan (ml) SD 1:0,25 100 25 20 30 SD 1:0,5 100 50 20 30 SD 1:1 100 100 40 60 SD 1:1,5 100 150 40 60 SD 1:2 100 200 40 60 Formula
Pembentukan dispersi padat menggunakan metode pelarutan dengan variasi jenis pelarut serta proses penguapan menggunakan rotavapor. Tabel 3.3 Formula Dispersi Padat Ibuprofen:HPMC Metode Pelarutan (Rotavapor) Formula Ibuprofen (g) 1 1 2 1 3 1 4 5 6 -
HPMC (g) 1 1 1 1 1 1
Etanol (ml) 40 100 40
Bahan Diklorometan (ml) 60 60
Metanol (ml) 50 100 -
Kloroform (ml) 50 100 -
3.6 Pengaruh Penambahan HPMC terhadap Kelarutan Ibuprofen Dilakukan uji kelarutan ibuprofen dengan berbagai perlakukan seperti pada Tabel 3.4. Ibuprofen setara dengan 100 mg dilarutkan dalam 50 ml dapar fosfat pH 7,2; diaduk selama 30 menit dengan kecepatan 150 ppm pada suhu 37 °C menggunakan pengaduk-
21 penangas air. Larutan disaring dan kadarnya ditentukan menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang 221 nm. Tabel 3.4 Uji Kelarutan Ibupofen Formula SD 1:0,25 SD 1:0,5 SD 1:1 SD 1:1,5 SD 1:2 CF 1:0,25 CF 1:0,5 CF 1:1 CF 1:1,5 CF 1:2 Ibuprofen
Jumlah Bahan Fragmen Dispersi Padat Ibuprofen Ibuprofen:HPMC (mg) (mg) 125 150 200 250 300 100 100 100 100 100 100
HPMC (mg) 25 50 100 150 200 -
Dapar Fosfat pH 7,2 (ml) 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Keterangan : CF = campuran fisik; SD = dispersi padat
3.7 Orientasi Formula Dispersi Padat Ibuprofen Metode Granulasi Basah Dibuat formula dengan variasi komposisi seperti pada Tabel 3.5 dengan kadar 100 mg dan bobot tablet 500 mg. Pada orientasi selanjutnya dibuat formula dengan variasi komposisi seperti pada Tabel 3.6 dengan kadar 200 mg dan bobot tablet 700 mg. Tabel 3.5 Formula Granul Dispersi Padat Ibuprofen:HPMC (100 mg) Bahan (mg) Ibuprofen (g) HPMC (g) Acdisol (g) Laktosa (g) Total (g)
F1 10 10 1,38 24,62 46
F2 10 15 1,38 19,62 46
F3 10 20 1,38 14,62 46
HPMC, laktosa, dan acdisol dicampur selama 10 menit menggunakan alat pencampur (Homogenizer, Turbula Tipe 2C). Ibuprofen dilarutkan dalam 15 ml etanol, larutan ini kemudian digunakan untuk menggranulasi masa granul. Massa granul diayak dengan ayakan mesh 14 kemudian dikeringkan dalam oven suhu 40 °C sampai kandungan lembab kurang dari 3%. Granul yang telah kering diayak kembali dengan ayakan mesh 16. Granul
22 padat yang diperoleh diayak menggunakan ayakan bertingkat mesh 500-1000 μm dengan kecepatan 50 ppm selama 30 menit untuk mengamati distribusi ukuran partikelnya. Tabel 3.6 Formula Granul Dispersi Padat Ibuprofen:HPMC (200 mg) Bahan (mg) Ibuprofen (g) HPMC (g) PVP K-30 (g) Acdisol (g) Laktosa (g) Total (g)
F2B1 40 60 3,87 24,93 128,8
F2B2 40 60 3,87 24,93 128,8
F2B3 40 60 3,87 24,93 128,8
F4 40 3,87 3,87 81,06 128,8
Keterangan : F2B1 = Formula 2 batch 1, F2B2 = Formula 2 batch2, F2B3 = Formula 2 batch 3, F4 = granulasi menggunakan PVP K-30 sebagai pengikat Penentuan kelarutan dilakukan dengan menimbang granul dengan ukuran 500-710 µm sebanding dengan 100 mg ibuprofen dan dibandingkan terhadap campuran fisika serta ibuprofen murni. Sampel dilarutkan ke dalam 50 ml dapar fosfat pH 7,2 lalu diaduk selama waktu tertentu dengan kecepatan 150 ppm pada suhu 37 ºC menggunakan pengadukpenangas air. Larutan disaring dan ditentukan kadarnya menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang 221 nm.
3.8 Evaluasi Granul Granul yang sudah kering diayak dengan ayakan bertingkat mesh 500 µm hingga 1000 µm, diukur kecepatan alirannya dengan alat penetap aliran (Erweka tipe GDT). Sejumlah granul ditimbang dan diamati profil pemampatannya dengan alat pengukur bobot jenis mampat (Erweka tipe SVM), lalu dihitung nilai kadar mampat dan nilai persen kompresibilitas. Sebanyak dua gram granul yang akan dicampur dengan fasa luar ditimbang dan diukur kandungan lembabnya dengan alat pengukur kandungan lembab (Mettler LJ 16).
23 3.9 Evaluasi Sistem Dispersi Padat Sistem dispersi padat ibuprofen:HPMC dievaluasi menggunakan difraktometer sinar X. Difraktogram dispersi padat ibuprofen:HPMC dibandingkan terhadap campuran fisik ibuprofen:HPMC (1:1,5); ibuprofen, dan HPMC murni.
3.10 Pembuatan Tablet Ibuprofen Tablet ibuprofen dengan kandungan zat aktif sebesar 200 mg dibuat sebanyak 200 tablet dengan bobot masing-masing 700 mg. Metode granulasi basah digunakan dalam proses pencetakan tablet. Komposisi formula dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Komposisi Formula Bahan Granul fasa dalam (g) Amprotab (g) Talk (g) Mg Stearat (g) Jumlah tablet yang dicetak
F2B1 69,32 3,77 1,51 0,75 107
F2B2 49,35 2,68 1,07 0,54 76
F2B3 72,07 3,92 1,57 0,78 111
F4 93,32 5,07 2,03 1,01 144
Keterangan : F2B1 = Formula 2 batch 1, F2B2 = Formula 2 batch2, F2B3 = Formula 2 batch 3, F4 = granulasi menggunakan PVP K-30 sebagai pengikat 3.11 Evaluasi Tablet Keseragaman bobot ditentukan dengan mengambil secara acak 20 tablet, lalu diameter dan tebal tablet diukur menggunakan jangka sorong. Menurut FI III diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Keragaman bobot ditentukan dengan mengambil 20 tablet secara acak lalu ditimbang masing-masing tablet. Hitung bobot rata-rata tablet dan penyimpangan terhadap bobot ratarata. Kekerasan tablet ditentukan dengan mengambil 20 tablet secara acak lalu masing-masing diuji kekerasannya dengan alat penetapan kekerasan tablet (Erweka tipe TB-24). Friabilitas ditentukan dengan mengambil 20 tablet atau setara dengan bobot total 6,5 gram, diambil secara acak lalu dibersihkan dari debu dan ditimbang (Wo) kemudian diuji dengan
24 alat uji friabilitas sebanyak 100 putaran. Tablet yang telah diuji dibersihkan dari debu lalu ditimbang (Wt). Persen friabilitas ditentukan dengan rumus:
F=
W0 − Wt × 100% W0
Friksibilitas ditentukan dengan mengambil 20 tablet atau setara dengan bobot total 6,5 gram, diambil secara acak lalu dibersihkan dari debu dan ditimbang (Wo) kemudian diuji dengan alat uji friksibilias sebayak 100 putaran. Tablet yang telah diuji dibersihkan dari debu lalu ditimbang (Wt). Persen friksibilitas ditentukan dengan rumus:
F=
W0 − Wt × 100% W0
Uji disolusi dilakukan terhadap tablet F2, tablet F4, tablet ibuprofen 200 mg yang beredar di pasaran, dan 200 mg ibuprofen murni. Uji disolusi dilakukan dengan alat 2 uji disolusi (tipe dayung) selama 45 menit dengan kecepata 150 ppm pada 37 °C dalam media 900 ml dapar fosfat pH 7,2. Pengambilan sampel dilakukan pada menit ke-5, 10, 20, 30, dan 45. Medium disolusi yang diambil disaring melalui kertas Whatman kemudian filtrat diukur serapannya dengan spektrofotometer ultraviolet pada 221 nm.