BAB 3 LANDASAN TEORI
3.1
Pengertian Persediaan Menurut Schroeder (1993, p.580), Persediaan dapat dikatakan sebagai persediaan dari suatu bahan atau material yang telah memudahkan produksi atau memuaskan permintaan pelanggan. Menurut Assauri (1993, p.219), Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam proses pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi Menurut Tersine (1994, p.3) persediaan mempunyai banyak pengertian terhadap beberapa hal yang berbeda, diantaranya adalah: 1. Stock on hand pada suatu waktu tertentu (aset dapat dilihat, dihitung dan diukur). 2. Daftar per item dari semua aset fisik. 3. Untuk menentukan jumlah item yang harus ada di tangan. 4. Nilai stok barang yang dimiliki perusahaan pada waktu tertentu (dalam konteks dokumen bagian keuangan dan akutansi).
32 3.2
Peranan Persediaan Menurut
Assauri
(1993,
p.220-221),
Pada
dasarnya
persediaan
mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta selanjutnya menyampaikannya pada langganan atau konsumen. Persediaan memungkinkan produk-produk dihasilkan pada tempat yang jauh dari langganan dan/atau sumber bahan mentah. Adapun alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaan pabrik adalah karena: 1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari satu tingkat proses ke tingkat proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan. 2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat schedule operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya. Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi, antara lain berguna untuk dapat: 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan. 2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
33 6. Memberikan pelayanan (service) kepada langganan dengan sebaik-baiknya di mana keinginan langganan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya. Persediaan adalah merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali. Sebagian besar dari sumber-sumber perusahaan juga sering dikaitkan didalam persediaan yang akan digunakan dalam perusahaan pabrik. Nilai dari persediaan harus dicatat, digolong-golongkan menurut sejenisnya yang kemudian dibuatkan perincian dari masing-masing barangnya
dalam
sautu periode yang bersangkutan. Pada akhir suatu periode, pengalokasian biaya-biaya dapat dibebankan pada aktifitas yang terjadi dalam periode tersebut dan untuk aktifitas mendatang juga harus ditentukan atau dibuat. Dalam mengalokasikan biaya-biaya, biasanya setiap perusahaan mengenal pusat-pusat biaya untuk mengukur hasil yang telah dicapai dalam suatu periode tertentu sehubungan dengan penentuan dari posisi keuangan perusahaan sebagai suatu unit usaha. Kegagalan dalam mengalokasikan biaya akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mengetahui posisi keuangan dan kemajuan yang telah dicapai oleh suatu perusahaan secara layak. Dari keterangan di atas dapatlah diketahui bahwa persediaan adalah sangat penting artinya bagi perusahaan pabrik karena berfungsi menghubungkan antara
operasi
yang
berurutan
dalam
pembuatan
suatu
barang
dan
menyampaikannya kepada konsumen. Hal ini berarti dengan adanya persediaan
34 memungkinkan terlaksananya operasi produksi, karena faktor waktu antara operasi itu dapat dihilangkan sama sekali walaupun sebenarnya dapat diminimumkan.
Persediaan
dapat
diminimumkan
dengan
mengadakan
perencanaan produksi yang lebih baik, serta organisasi bagian produksi yang lebih efisien.
3.3
Pengawasan Persediaan Pengawasan persediaan merupakan salah satu tugas penting dalam perusahaan yang memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuannya, yakni untuk kelangsungan hidup perusahaan dan perkembangan perusahaan.
3.3.1
Arti Pengawasan Persediaan Menurut Assauri (1993, p.229), Pengawasan persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan-urutan kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan terlebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya. Sebenarnya kegiatan pengawasan persediaan tidak terbatas pada penentuan atas perencanaan tingkat dan komposisi persediaan tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atas pelaksanaan pengadaan bahan-bahan/barang-barang yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang diperlukan serta dengan biaya serendah-rendahnya. Jadi kegiatan pengawasan persediaan meliputi perencanaan persediaan, pengaturan penyimpanan, pengaturan pemesanan dan lainnya.
35 3.3.2
Tujuan Pengawasan Persediaan Menurut Assauri (1993, p.230), Tujuan pengawasan persediaan dapat dinyatakan sebagai usaha untuk: 1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. 2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar. 3. Menjaga agar pembeliaan secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
3.3.3
Fungsi Pengawasan Persediaan Menurut Assauri (1993, p.230), fungsi-fungsi utama dari suatu pengawasan persediaan yang efektif adalah: 1. Memperoleh bahan-bahan yakni menetapkan prosedur untuk memperoleh suatu supply yang cukup dari bahan-bahan yang dibutuhkan baik kuantitas maupun kualitas. 2. Menyimpan dan memelihara/maintain bahan-bahan dalam persediaan yakni mengadakan suatu sistem penyimpanan untuk memelihara dan melindungi bahan-bahan yang telah dimasukkan ke dalam persediaan. 3. Pengeluaran bahan-bahan yakni menetapkan suatu pengaturan atas pengeluaran dan penyampaian bahan-bahan dengan tepat pada saat serta tempat di mana dibutuhkan.
36 4. Meminimalisasi investasi dalam bentuk bahan/barang yakni mempertahankan persediaan dalam jumlah yang optimum setiap waktu.
3.4
Fungsi Persediaan Menurut Stevenson (1999, p.530), fungsi persediaan adalah: 1. Untuk melancarkan proses produksi. 2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan Hal tersebut berkenaan dengan keinginan untuk memuaskan permintaan rata-rata konsumen. 3. Untuk menghindari terjadinya stockout Keterlambatan pengiriman dan peningkatan permintaan yang tidak diharapkan, akan meningkatkan resiko kekurangan. Keterlambatan dapat terjadi karena kondisi cuaca, supplier stockout, pengiriman material yang salah, masalah kualitas dan sebagainya. Resiko tersebut dapat dikurangi dengan memiliki safety stock yaitu stok yang lebih dari permintaan ratarata untuk mengimbangi variabilitas pada permintaan dan lead time. 4. Untuk menghasilkan keuntungan pada siklus permintaan Untuk meminimasi biaya penjualan dan inventori, perusahaan sering membeli dengan jumlah yang lebih dari permintaan dalam waktu dekat. Biasanya lebih ekonomis untuk memproduksi dalam jumlah banyak. Kelebihan output harus disimpan untuk penggunaan yang akan datang. Dengan demikian, penyimpanan inventory memungkinkan perusahaan untuk membeli dan berproduksi dalam lot size yang eknonomis tanpa
37 harus menyesuaikan penjualan atau produksi dengan permintaan. Hasil ini digunakan untuk periodik order atau siklus order. 5. Untuk menghindari peningkatan harga Biasanya perusahaan akan mengira bahwa besarnya kenaikan harga adalah mengenai pemesanan dalam jumlah yang besar melebihi normal. Kemampuan untuk menyimpan barang-barang juga akan membuat perusahaan mendapat keuntungan dari harga diskon untuk permintaan dalam jumlah besar.
3.5
Motivasi Persediaan Menurut Nahmias (1997, p.213-214), Motivasi suatu perusahaan menyimpan persediaan yaitu: 1. Skala ekonomis Banyak perusahaan yang memproduksi barang yang
sejenis dalam
perusahaan tersebut dengan menggunakan mesin sama. Mesin tersebut harus diatur, maka suatu jenis barang yang sama diproduksi dalam jumlah yang banyak juga untuk keperluan dimasa mendatang untuk mengurangi biaya pengaturan mesin tersebut. 2. Ketidakpastian Ketidakpastian ini yang menjadi motif utama perusahaan untuk menyimpan persediaan. Ketidakpastian terhadap permintaan dari luar sangat penting. Karena seringkali terjadi permintaan dari konsumen, jika ternyata tidak dapat dipenuhi, maka konsumen tersebut akan kecewa dan dimasa mendatang tidak akan
membeli
pada
perusahaan
lagi.
Selain
terhadap
permintaan
38 ketidakpastian yang lain yaitu terhadap waktu tunggu (lead time). Lead time ini didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang diperlukan dari saat pesanan diterima sampai pesanan tersebut sampai. 3. Spekulasi Jika nilai suatu barang diprediksikankan meningkat, akan lebih ekonomis untuk menyimpan persediaan dalam jumlah besar. 4. Transportasi Jika transportasi lama, pesanan dalam jumlah yang cukup besar dapat menghemat biaya dan waktu transportasi. 5. Pemulusan (smoothing) Perubahan dalam pola permintaan dari suatu produk dapat bersifat deterministik maupun acak. Persediaan dapat mengantisipasi permintaan di saat puncak. 6. Logistik Beberapa pembatas dapat meningkatkan pembelian, produksi, atau distibusi dari barang yang akan menekan sistem pada persediaan utama. Salah satu kasus yaitu barang harus dibeli dalam jumlah yang minimum, dan yang lain yaitu masalah logistik, dimana dimungkinkan untuk mengurangi semua persediaan sampai nol dan mengharapkan produksi secara terus-menerus. 7. Mengontrol biaya Biaya untuk menyimpan persediaan tidaklah sama jika persediaan tersebut disimpan dalam jumlah yang besar atau kecil. Akan lebih mudah jika perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah besar.
39 3.6
Karakteristik Sistem Persediaan Menurut Nahmias (1997, p.196-197), Karakteristik dalam persediaan dalam dikategorikan sebagai berikut: 1. Demand Terdapat asumsi tentang pola dan karakteristik dari permintaan seringkali menjadi hal yang paling signifikan dalam penentuan kekompleksan dari pengendalian persediaan. a) constant dan variable Model persediaan yang sederhana mengasumsikan bahwa tingkat permintaan adalah konstan. Model EOQ dan perluasan dari model ini didasarkan pada asumsi ini. Selain itu juga terdapat permintaan yang berubah-ubah pada konteks yang beragam. b) Pasti dan acak Sangat mungkin bahwa permintaan konstan tapi dalam keadaan acak. Persamaan dari keadaan acak ini yaitu tidak pasti atau stokastik. Dalam permintaan stokastik, diasumsikan bahwa tingkat rata-rata permintaan adalah konstan. Permintaan secara acak ini lebih realistik dan kompleks dibandingkan permintaan yang bersifat deterministik. 2) Lead time Jika barang dipesan dari luar, lead time didefinisikan sebagai jumlah waktu yang diperlukan sejak pemesanan diberikan sampai barang tiba. Jika barang diproduksi, lead time adalah waktu untuk memproduksi barang tersebut. Biasanya lead time ini dilambangkan dengan τ dimana satuannya sama dengan satuan permintaan.
40 3) Review time Jika beberapa sistem, tingkat persediaan selalu diketahui. Asumsi ini sangat akurat ketika pencatatan dilakukan. Model tersebut yaitu continous review. Model lain yaitu periodic review, dimana tingkat persediaan hanya diketahui pada saat-saat tertentu. 4) Express demand Karakteristik lain yang juga penting yaitu permintaan yang berlebihan, permintaan yang tidak dapat dipenuhi langsung dari persediaan. Ada dua asumsi yaitu backorder (diadakan lebih untuk pemenuhan di masa mendatang) dan lost (biasa dipenuhi dari luar sistem). 5) Changing inventory Pada beberapa kasus, persediaan mengalami perbedaan selama waktu yang mempengaruhi pada kegunaannya. Beberapa barang mempunyai batas waktu dalam penyimpanan (expired date) seperti makanan dan barang-barang lainnya yang dapat rusak.
3.7
Jenis-Jenis Persediaan Persediaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu persediaan berdasarkan proses produksi dan persediaan berdasarkan fungsi.
3.7.1
Persediaan Berdasarkan Proses Produksi Persediaan dapat dikelompokkan menurut bentuknya, dimana hal ini berkaitan dengan jenis dan posisi barang tersebut dalam urutan pengerjaan produk yaitu: (Assauri, 1993, p.222-223 )
41 1. Persediaan bahan baku (Raw material stocks) Yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi yang diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya. Bahan baku yang diperlukan oleh pabrik untuk diolah yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi (finished goods). 2. Persediaan bagian produk/parts yang dibeli (Purchased parts/component stocks) Yaitu persediaan yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembly dengan parts lain tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi. 3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (Supplies stock) Yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk memebantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. 4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process stock) Yaitu persediaan barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam suatu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses kembali untuk menjadi barang jadi. Tetapi mungkin saja barang
42 setengah jadi bagi suatu pabrik, merupakan barang jadi bagi pabrik lain karena proses produksinya memang sampai disitu saja. Mungkin pula barang setengah jadi itu merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya yang akan memprosesnya menjadi barang jadi. Jadi pengertian dari barang setengah jadi atau barang dalam proses adalah barang-barang yang belum berupa barang jadi akan tetapi masih memerlukan proses lebih lanjut lagi di pabrik itu sehingga menjadi barang jadi yang sudah siap untuk dijual kepada konsumen. 5. Persediaan barang jadi (finished goods stock) Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada langganan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini adalah merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual. Biaya-biaya yang meliputi pembuatan produk selesai ini terdiri dari biaya bahan baku, upah buruh langsung, serta biaya overhead yang berhubungan dengan produk tersebut.
3.7.2
Persediaan Berdasarkan Fungsi Macam-macam persediaan yang umum dimiliki pada suatu perusahaan diantaranya sebagai berikut: (Tersine, 1994, p.7-8) 1. Working stock (cycle atau size stock) Adalah persediaan yang diperlukan dan disimpan sebelum diperlukan agar pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan untuk meminimasi biaya pemesanan dan penyimpanan, dan mendapatkan potongan harga secara umum, jumlah rata-
43 rata persediaan on-hand yang dihasilkan dari ukuran lot membentuk stok aktif suatu organisasi. 2. Safety stock (buffer atau fluctuation stock) Adalah persediaan yang disimpan untuk mengantisipasi kemungkinan supply dan demand yang tidak pasti. Dalam siklus pemenuhan kembali, stok ini berfungsi sebagai tameng terhadap kekurangan stok 3. Anticipation stock (seasonal atau stabilization stock) Adalah persediaan yang digunakan untuk menghadapi permintaan musiman yang memuncak, keperluan sampingan (promosi, pemogokan buruh, penutupan karena libur). Stok ini disediakan atau diproduksi sebelum diperlukan dan berkurang selama permintaan puncak, dengan harapan agar tingkat produksi rata-rata tetap tercapai dan jumlah tenaga kerja tetap stabil. 4. Pipeline stock (biasanya timbul sebagai stock transit dalam work-in-process) Adalah persediaan yang ada dalam transit untuk mengetahui waktu yang dihabiskan menerima material pada akhir input, mengirim material melewati proses produksi dan mengirim hasil akhir pada akhir output. Secara ekternal, stock pipeline adalah persediaan pada truk, kapal,dll. Secara internal, saat diproses, menunggu untuk diproses dan saat dipindahkan 5. Decoupling stock Adalah persediaan yang diakumulasikan antara aktivitas tidak bebas untuk mengurangi permintaan untuk melengkapi operasi yang tersinkronisasi. Hal ini mengisolasi satu part dari sistem agar setiap operasi dapat lebih terbebaskan. Hal ini meupakan pemulusan untuk sistem suplai-produksidistribusi yang melindungi dari pergeseran yang berlebihan.
44 6. Physic stock Adalah persediaan retail pada display yang digunakan untuk menstimulasi permintaan dan berperan sebagai silent salesperson. Akan meningkat seiring dengan semakin banyaknya item tersebut dilihat dan dipertimbangkan untuk dipesan. Menurut Assauri (1993, p.221-222), Persediaan dilihat dari fungsinya dapat dibedakan atas: 1. Batch stock atau lot size inventory Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahanbahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar sedang penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. 2. Fluctuation stock Adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.
45 3. Anticipation stock Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat. Di samping itu anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produk atau menghindari kemacetan produksi.
3.8 Item Penting Persediaan Secara universal, sistem persediaan selalu berkaitan dengan hal-hal berikut sebelum pada akhirnya sampai pada penentuan jumlah pemesanan yang tepat dengan biaya total yang optimal, yaitu: 1) Permintaan/demand (Tersine, 1994, p.12) a. Demand size merupakan ukuran skala magnitude dari permintaan, yang dibedakan antara konsatan atau variabel dan deterministik atau probabilistik (diskrit atau kontinu). b. Demand rate adalah ukuran permintaan per satuan waktu. c. Demand pattern mengacu pada berapa banyak barang yang dikeluarkan dari persediaan. 2) Penambahan/replenishments (Tersine, 1994, p.13) a. Replenishments size merupakan ukuran atau jumlah dari pesanan/order untuk diterima dalam persediaan, bisa konstan atau variabel tergantung tipe dari sistem persediaan. Saat pesanan replenishments diterima
46 perusahaan biasanya akan masuk dalam tempat penyimpanan dan menjadi bagian dari peresdiaan perusahaan. b. Replenishment pattern adalah bagaimana unit-unit barang ditambahkan kedalam persediaan. c. Replenishment lead time adalah jangka waktu antara pengambilan keputusan untuk mengganti/mereplenishment suatu barang dengan penambahan nyata pada stok, bisa konstan bisa juga variabel. 3) Waktu tunggu/lead time (Elsayed, 1994, p.64-65) Adalah tenggang waktu yang diperlukan anatar saat pemesanan bahan baku dan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini dapat konstan dapat juga probabilistik 4) Persediaan pengaman/safety stock (Assauri, 1993, p.242) Adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan
terjadinya
kekurangan
bahan(stockout).Kemungkinan
terjadinya stockout dapat disebabkan karena penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula atau ketrlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. 5) Reorder level (Assauri, 1993, p.255) Adalah titik batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pesanan harus diadakan kembali. Titik ini menunjukkan kepada bagian pembelian untuk mengadakan pembelian kembali bahan-bahan persediaan untuk menggantikan yang telah digunakan.
47 3.9
Biaya-Biaya Dalam Persediaan Tujuan utama dari persediaan yaitu untuk mendapatkan jumlah, waktu, dan tempat yang tepat serta pengeluaran biaya yang rendah. Ada beberapa parameter ekonomi dasar untuk model persediaan dan yang relevan untuk sebagian besar sistem yaitu: 1) Biaya pembelian/Purchase cost (Tersine, 1994, p.13) Biaya pembelian dari suatu barang adalah biaya untuk membeli satu satuan barang jika diperoleh dari sumber eksternal atau memproduksi satu satuan barang jika barang tersebut diproduksi secara internal. Biaya per unit ini harus selalu dibebankan ketika barang tersebut ditempatkan sebagai persediaan. Untuk barang yang dibeli, biaya pembelian ini termasuk biaya transportasi sedangkan untuk barang yang diproduksi, biaya pembelian ini termasuk upah karyawan, biaya bahan baku dan overhead pabrik. 2) Biaya pemesanan/order cost (Tersine, 1994, p.14) Biaya pemesanan ini berasal dari biaya yang timbul setiap dilakukan pemesanan untuk pemenuhan kembali persediaan yang dimiliki. Pada saat pemesanan dilakukan, sejumlah biaya tertentu yang berkaitan yaitu pemrosesan, penyiaoan, pendistribusian, penanganan dan pembelian sejumlah barang yang dipesan. 3) Biaya penyimpanan/holding cost (Tersine, 1994, p.14) Biaya penyimpanan adalah biaya yang diasosiasikan dengan investasi dalam persediaan dan untuk memaintain investasi fisik dalam gudang.
48 Mengkoordinasikan item-item seperti biaya barang, pajak, asuransi, handling cost, biaya penyusutan, dan lain-lain. Menurut Elsayed (1994, p.64) komponen pembentuk biaya simpan adalah: a. Biaya kesempatan/opportunity cost atas modal yang diinvestasikan dalam persediaan Misalnya hilangnya kesempatan bunga atas modal yang bisa didapatkan perusahaan bila meletakkan modalnya pada bank b. Biaya pergudangan (storage and space cost) Meliputi biaya sewa gudang, biaya penanganan dan pemeliharaan/maintenance bahan baku di gudang dan biaya administrasi gudang. c. Pajak dan asuransi Selain pajak dan asuransi ada juga biaya resiko persediaan (biaya penyusutan dan biaya pencegahan). Sebagai contoh perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan pasti memiliki biaya resiko persediaan karena makanan memiliki jangka waktu penyimpanan. d. Biaya keusangan/kekunoan (cost of obsolescene) Termasuk didalamnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan bila ada pergantian teknologi seperti penggantian komputer, alat komunikasi dan lainnya.
49 4) Biaya kekurangan stok/stockout cost (Tersine, 1994, p.415) Dikenal juga dengan shortage cost. Merupakan biaya yang dikenakan jika tidak terdapat persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan berlebih yang datang pada suatu saat tertentu. Ada dua jenis yakni backorder cost dan lost sales cost. Keduanya sulit diukur secara akurat. a) Biaya pemesanan kembali/backorder cost Terjadi bila konsumen akan menunggu sampai pesanan dapat dipenuhi sehingga penjualan tetap terjadi, tetapi tertunda. Backorcer ini dapat menyebabkan tambahan biaya seperti dalam hal transportasi dan pemesanan. Biaya backorder lebih mudah diprediksi daripada biaya kehilangan penjualan/lost sales cost b) Biaya kehilangan penjualan/lost sales cost terjadi jika konsumen dihadapkan pada suatu keadaan dimana pesanan tidak dapat dipenuhi, sehingga mereka membatalkan pesanan tersebut. Biaya ini biasanya termasuk keuntungan yang akan diterima dan kemungkinan negatif dalam hal penjualan dimasa yang akan datang.
3.10 Pengujian Distribusi Normal Menurut modul praktikum Statistika Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti (2002, p.II-10), Sebaran peluang kontinu yang paling penting dalam statistika adalah sebaran/distribusi normal dengan kurvanya yang berbentuk genta. Untuk mengetahui apakah suatu populasi mengikuti sebaran normal atau tidak dapat digunakan uji Goodness of fit, yaitu uji yang digunakan
50 untuk menentukan apakah populasi memiliki suatu distribusi teoritik tertentu. Uji ini didasarkan pada seberapa baik kesesuaian antara frekuensi yang teramati dalam data sample dengan frekuensi harapan pada distribusi yang dihipotesakan. Langkah-langkah uji Goodness of fit distibusi normal: 1) H0: Populasi data mengikuti distibusi normal 2) H1: Populasi data tidak mengikuti distibusi normal 3) Tentukan taraf nyata (α) 4) Daerah kristis: tolak H0 jika χ2 hitung > χ2 tabel dengan v = k-1-m 5) Perhitungan: a. Buatlah selang kelas b. Masukkan data-data yang ada ke dalam tabel Tabel 3.1 Tabel Perhitungan Uji Goodness of fit Distribusi Normal Batas
Oi(fi)
xi
fi*xi
(xi-x)2fi
Kelas
Keterangan: n = jumlah sample fi = oi = frekuensi observasi s = simpangan baku =
∑ ( xi − x)
2
fi
n −1
pi = luas daerah dibawah kurva normal
Pi
Ei=Pi*n
(oi-ei)2/ei
51 xi = titik tengah kelas x = rata-rata sample c. Hitung total χ2: χ2 =
(oi − ei ) 2 ∑ ei
dimana oi = frekuensi observasi (pengamatan) ei = frekuensi harapan Menurut modul praktikum Statistika Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti (2002, p.II-13), Sebuah alternatif penting untuk menguji kesesuaian distribusi adalah metode yang ditemukan oleh dua matematikawan Rusia: Kolmogorov dan Smirnov pada akhir dekade 1930. Dengan uji Komlogorov Smirnov, dapat diperiksa apakah distribusi nilai-nilai sample yang teramati sesuai dengan distribusi teoritis tertentu. Uji Kolmogorov Smirnov beranggapan bahwa distribusi variabel yang sedang diuji bersifat kontinu dan sample dicuplik dari populasi secara acak sederhana. Uji kesesuaian Kolmogorov-Smirnov dapat diterapkan pada dua keadaan: 1. Menguji apakah suatu sample mengikuti sebuah bentuk distribusi populasi teoritis 2. Menguji apakah dua buah sample berasal dari dua populasi identik. Prinsip dari uji Kolmogorov-Smirnov adalah menghitung selisih absolut antara fungsi distribusi frekuensi kumulatif sampel (disebut Fs(x)) dan fungsi distribusi frekuensi teoritis (disebut Ft(x)) pada masing-masing interval kelas. Ho: F(x) = F(x) untuk semua x dari ~ sampai +~ H1: F(x) = F(x) untuk paling sedikit sebuah x
52 Dengan F(x) adalah fungsi distibusi frekuensi kumulatif populasi pengamatan. Statistik uji Kolmogorov-Smirnov merupakan selisih absolute terbesar antara Fs(x) dan Ft(x) yang kita sebut deviasi maksimum D. Stastistik D ditulis sebagai berikut: D = | Fs(x) + Ft(x) | Nilai D kemudian dibandingkan dengan nilai kritis pada tabel distribusi pencuplikan, pada ukuran sampel n dan tingkat kemaknaan α . Ho ditolak bila nilai teramati maksimum D lebih besar atau sama dengan nilai kritis D maksimum. Dengan penolakan Ho berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara distribusi teramati dan distribusi teoritis. Perbedaan-perbedaan yang tampak hanya disebabkan variasi pencuplikan (sampling variation). Dalam SPSS terdapat beberapa cara untuk menguji kenormalan suatu data, antara lain adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dapat digunakan pada dat yang bersifat kuantitatif dan data kualitatif yang berskala ordinal. Cara penggunaan software SPSS yaitu : a. Definisikan data pada kolom pertama b. Masukkan data ke dalam kolom pertama c. Pada menu utama pilih: Analyze, Nonparametric test, 1 sample KS •
Pada test variabel list masukkan variabel yang akan diuji
•
Pada test distribution pilihlah normal
Langkah-langkah dalam pengujian SPSS 1) H0: Populasi data mengikuti distibusi normal 2) H1: Populasi data tidak mengikuti distibusi normal 3) Tentukan taraf nyata (α)
53 4) Daerah kritis: Pvalue ≤ α 5) Perhitungan: bandingkan Pvalue dengan nilai α 6) Untuk Pvalue lebih besar atau sama dengan α maka terima Ho sedangkan untuk Pvalue lebih kecil dari α maka tolak Ho. 7) Kesimpulan terima/tolak Ho dan simpulkan bahwa populasi mengikuti/tidak mengikuti distribusi normal.
3.11
Model Persediaan Berdasarkan Kebijakan Persediaan Model persediaan ini mengarah kepada cara melakukan pemeriksaan dan pemesanan yang digunakan dalam pengendalian persediaan (kapan pemesanan sebaiknya dilakukan dan berapa jumlah yang harus dipesan). Beberapa model yang ada dan didasari oleh kebijakan persediaan yang telah disebutkan adalah sebagai berikut
3.11.1 Periodic-Review Policy Menurut (Elsayed, 1994, p.67) tingkat persediaan pada model ini diperiksa dalam jangka waktu T. Jika pada akhir periode T tingkat persediaan masih lebih besar daripada tingkat pemesanan kembali, maka tidak terjadi pemesanan. Namun bila persediaan kurang atau sama dengan tingkat pemesanan kembali, maka pemesanan dilakukan agar persediaan mencapai tingkat persediaan maksimum yang telah dilakukan. Model ini bisa terpresentasikan dengan: Qi = 0
if Ii > r
Qi = R-Ii
if Ii ≤ r
54 Dimana: Ii = tingkat persediaan pada akhir periode I r = tingkat pemesanan kembali R = tingkat persediaan maksimum saat pemesanan Qi = ukuran pemesanan pada periode I Ada tiga parameter dasar yang diperlukan untuk menggambarkan model persediaan ini yakni: R, r, dan T. Karena itu nilai optimal dari R, r dan T harus dicari sehingga didapatkan total biaya persediaan model yang terkecil.
3.11.2 Order Up To R Policy (R,T) Menurut Elsayed (1994, p.68) Ini merupakan suatu kasus dari (R,r,T) kebijakan dari periodic review. Dalam kebijakan ini, tingkat pemesanan kembali r ditentukan sama dengan R. Konsekuensinya ukuran pemesanan Qi = R-Ii selalu ditempatkan pada akhir periode Ti. R dan T merupakan dua parameter yang dibutuhkan untuk mendefinisikan kebijakan ini.
3.11.3 Continous Review Policy Menurut Elsayed (1994, p.68) Pada model ini, level persediaan akan dimonitor secara kontinu dan ukuran permintaan Qi = R-Ii selalu ditempatkan pada level permintaan kembali r atau dibawahnya. Perbedaan antara periodic review dan continous review adalah bisa ditempatkan pada akhir periode Ti, tergantung pada tingkat persediaan, dimana permintaan selalu ditempatkan saat tingkat persediaan sama dengan atau dibawah r (lamanya waktu periode yang bebas)
55 3.11.4 Fixed-reorder Quantity Policy Menurut Elsayed (1994, p.68) Model ini hampir sama dengan continous review dengan pengecualian unit-unit dikeluarkan dari persediaan sekali pada satu waktu. Karena itu, tingkat persediaan dapat diobservasi saat turun pada titik r. Akibatnya, jumlah order yang tetap dari ukuran Q selalu ditempatkan saat Ii = r. Q dan r adalah parameter-parameter yang dibutuhkan untuk mendefinisikan model ini.
3.11.5 Base Stock Policy Menurut Elsayed (1994, p.68) Pada model ini kita menset titik pemesanan kembali r = R dan order dilakukan setelah ada pengambilan dari persediaan. Konsekuensinya, jumlah persediaan ditangan/inventory on hand (Ii) dan jumlah pemesanan (Qi) harus sama dengan R setiap waktu. Level persediaan maksimum (R) adalah level base stock yang dimaksud.
3.12 Model Persediaan Deterministik Model ini digunakan ini digunakan untuk menentukan jumlah persediaan adalah dengan Economic Order Quantity (EOQ). Berikut adalah asumsi-asumsi dasar yang mendukung tebentuknya model ini adalah (Tersine, 1994, p.95) 1) Tingkat permintaan tetap, berulang dan diketahui 2) Interval pemesanan tetap dan diketahui 3) Seluruh ukuran pemesanan ditambahkan ke dalam persediaan dalam waktu yang sama.
56 4) Tidak diperbolehkan adanya kekurangan stok. Mengingat permintaan dan interval waktu pemesanan yang tetap, maka perusahaan dapat secara tepat menentukan waktu dan jumlah yang dipesan. 5) Struktur harga tetap, biaya pemesanan dianggap sama untuk semua ukuran pemesanan. Biaya simpan adalah suatu fungsi linier dengan dasar rata-rata persediaan dan tidak adanya “quantity discount”. 6) Untuk setiap barang yang dipesan merupakan produk tunggal, dan tidak berinteraksi dengan produk lainnya.
3.13
Model Persediaan Probabilistik Pada model ini diasumsikan bahwa tingkat permintaan rata-rata konstan terhadap waktu dan dengan asumsi ini, maka dimungkinkan untuk menetapkan distribusi probabilitas permintaan. Fokus permintaan tertuju pada distribusi permintaan selama waktu tunggu. Permintaan ini selama waktu tunggu bernilai acak jika salah satu diantara permintaan itu sendiri dan/atau waktu juga bernilai acak. Model persediaan probabilistik terbagi menjadi dua yakni model persediaan kontinu dan model persediaan periodik Ditinjau dari struktur biaya, perbedaan tampak jelas bahwa dalam kondisi probabilistik perusahaan perlu memperhitungkan biaya tambahan untuk mengatasi kekurangan stock yang terjadi selama produksi. Untuk mengatasinya, perusahaan perlu melakukan
pemesanan ulang atas produk-produk yang
diperlukan untuk menyelesaikan pesanan pelanggan, tanpa menyebabkan pelanggan membatalkan pesanannya.
57 3.14 Model Persediaan Kontinu: Backorder case Pada model ini level persediaan diperiksa secara kontinu, dan pemesanan sejumlah Q dilakukan setiap kali level persediaan mencapai tingkat yang kurang atau sama dengan titik pemesanan kembali r, dimana mencakup safety stock yang dibutuhkan untuk mengantisipasi permintaan selama lead time Tujuan dari model ini adalah menemukan nilai optimu Q dan r yang dapat meminimasi total biaya persediaan per unit waktu. Menurut Elsayed (1994, p.87-91) Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Fungsi mutlak dari permintaan selama lead time adalah: x
f(x) =
∫ g ( x, t )l (t )dt
(1a)
0
dimana: g (x,t) = kondisi probabilitas fungsi permintaan selama lead time t x>0 l(t)
= fungsi lead time t, t>0
f(x)
= fungsi permintaan x selama lead time
Level rata-rata inventory adalah :
I = E {z} +
1 (E{y} − E{z}) 2
Jika suatu pesanan berada di reorder point r dan permintaan berlebih selama lead time l, dari r ke z E {z} =
x
∫ (r-x)f(x)dx = r- E {x} 0
Jika permintaan/order datang, level persediaan meningkat sejumlah Q:
58 E {y} = E {z} + Q = r- E {x} + Q
Karena itu I dapat dirumuskan sebagai :
I = E {z} +
=
1 (E{y} − E{z}) 2
Q + r- E {x} 2
Dan karena E {x}= Dl maka I =
Q + r-Dl 2
(1b)
Jika terjadi kekurangan persediaan, jumlah kekurangan persediaan adalah: ⎧0, x ≤ r S(x) = ⎨ ⎩x − r, x > r
Dimana jumlah kekurangan persediaan per tahun adalah: S (x)(N) =
S ( x) D Q
(2)
Total biaya persediaan per tahun, didapat dari persamaan (1b) dan (2)
TC(Q,r) =
AD ⎞ πD ⎛Q +H ⎜ + r − Dl ⎟ + S (x) Q ⎝2 ⎠ Q
Dimana: AD = biaya pemesanan per tahun Q ⎛Q ⎞ H ⎜ + r − Dl ⎟ = biaya penyimpanan per tahun ⎝2 ⎠
πD Q
S (x) = biaya kekurangan persediaan per tahun
Nilai optimal Q dan r didapat dari penyelesaian kedua persamaan berikut:
(3)
59 ∂TC (Q, r ) − AD H πD S ( x) + = =0 ∂Q 2 Q2 Q2
(4)
πD ∂TC (Q, r ) = Hf ( x) dx = 0 ∂r Q ∫r
(5)
x
Dari persamaan (4):
2 × D( A + π S ( x) H
(6)
⎛ H ×Q⎞ Titik pemesanan kembali tiap iterasi r * = x L + sL Z ⎜1 − ⎟ ⎝ π ×D ⎠
(7)
Jumlah pemesanan ekonomis tiap iterasi Q * =
Dan dari persamaan (5):
Safety stock setiap iterasi: x
SS =
∫ (r-x)f(x)dx 0
SS = r- E {x} dan karena E {x}= Dl = x L maka SS = r - x L
(8)
Jumlah kekurangan persediaan tiap iterasi x
S (x) = ∫ ( x − r ) f(x)dx 0
Jika diketahui data berdistribusi normal maka:
S (x) = S L
1 2Π
e
2 ⎡ ⎛ ⎞ ⎤ ⎢ 1 ⎜ r − Xl ⎟ ⎥ ⎢ 2 ⎜⎝ sL ⎟⎠ ⎥ ⎦ ⎣
-
[(r − xl )(1 − P(Z ))]
Keterangan: D = permintaan rata-rata (unit/tahun) l = lead time
(9)
60 x L = permintaan rata-rata selama waktu lead time
f(x) = probability density function permintaan x selama lead time H = biaya penyimpanan per unit/tahun = i * C i = angka fraksi C = harga per unit A = biaya pemesanan per pesanan
π = biaya backorder per unit Q = jumlah pemesanan ekonomis per siklus r = titik pemesanan kembali S (x) = jumlah kekurangan persediaan per siklus
SS = jumlah safety stock tiap iterasi TC = total biaya persediaan Langkah-langkah perhitungan untuk memperoleh Q * dan r * yang optimal: 1. Dengan S (x) = 0, hitung Q1 dengan menggunakan rumus (6) 2. Gunakan hasil Q1 untuk mendapatkan r1 dengan menggunakan rumus (7) dan SS1 dengan menggunakan rumus (8) 3. Gunakan r1 yang diperoleh pada langkah 2 untuk menentukan nilai S (x)1 4. Masukkan hasil S (x)1 pada rumus (6) sehingga diperoleh Q2 5. Gunakan hasil Q2 untuk mendapatkan r2 dengan menggunakan rumus (7) dan SS2 dengan menggunakan rumus (8) 6. Ulangi langkah 4, 5, 6 sampai mendapatkan nilai Q dan r yang sama dimana kedua nilainya tidak mengalami perubahan lagi.
61 7. Nilai Q dan r yang telah stabil tersebut merupakan nilai Q dan r yang optimal
3.15
Sistem
Menurut O’Brien (2002, p7), Sistem adalah sebuah gabungan dari komponen-komponen yang saling
terhubung dan berinteraksi sehingga
membentuk satu kesatuan untuk mencapai satu tujuan bersama dengan menerima input dan menghasilkan output dalam serangkaian proses yang terorganisasi. Tiga buah komponen dari sistem adalah: 1. Input Mencakup seluruh elemen dan komponen yang memasuki sistem untuk diproses, sebagai contoh ; bahan mentah, energi, data, tenaga manusia. 2. Proses Termasuk didalamnya adalah seluruh kegiatan transformasi yang merubah input menjadi output, sebagai contoh: perhitungan matematis, kegiatan manufaktur 3. Output Termasuk didalamnya adalah hasil dari elemen - elemen yang telah dihasilkan oleh proses yang akan dikirimkan ke tujuan akhir, contohnya barang jadi, pelayanan jasa, dan manajemen informasi yang harus diterima oleh pengguna. Menurut McLeod, Jr (2001, p.11), sistem adalah sekelompok elemenelemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Definisi ini cocok untuk suatu organisasi seperti suatu perusahaan atau bidang fungsional lainnya. Organisasi terdiri dari sejumlah sumber daya seperti
62 manusia, material, uang, mesin, dan informasi dimana sumber daya tersebut bekerja menuju tercapainya suatu tujuan yang ditentukan oleh pemilik atau manajemen Menurut Davis (1984, p.68) Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Berarti, sebuah sistem bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara tak teratur, tetapi terdiri dari unsur yang dapat dikenal sebagai saling melengkapi karena satunya maksud, tujuan atau sasaran. Sistem fisik lebih dari sekedar konseptual, karena dapat memperlihatkan kegiatan atau perilaku. Model umum sebuah sistem terdiri dari masukan, pengolah, dan keluaran. Menurut Mathiassen (2000, p.9) Sistem adalah koleksi dari komponenkomponen yang mengimplementasikan rekomendasi modeling, fungsi-fungsi dan interface-interface.
3.16
Informasi
Berdasarkan O’Brien (2002,p.13), Informasi adalah data yang telah dikonversikan menjadi bentuk yang bermakna dan berguna bagi pengguna akhir. Orang sering salah mengartikan data sebagai informasi, sebenarnya sebuah informasi dapat dikatakan sebagai data yang telah diolah dalam bentuk: 1. Teratur, telah dimanipulasi, dan terorganisasi dengan baik. 2. Isinya telah dianalisa dan dievaluasi 3. Telah disusun sedemikian rupa dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh pengguna
63 Sehingga informasi adalah data yang telah diproses dalam konteks tertentu sehingga memberikan nilai bagi pengguna akhir yang spesifik Terdapat empat dimensi informasi menurut McLeod, Jr (2001, p.145), yaitu: - Relevansi Informasi disebut relevan jika informasi tersebut berkaitan langsung dengan masalah yang sedang dihadapi. Manajer harus mampu memilih informasi yang diperlukan. - Akurasi Secara ideal, semua informasi harus akurat untuk menunjang terbentuknya sistem yang akurat pula. Akurasi ini terutama diperlukan dalam aplikasiaplikasi tertentu seperti aplikasi yang melibatkan keuangan, semakin teliti informasi yang diinginkan maka biaya pun semakin bertambah. - Ketepatan waktu Informasi harus dapat tersedia untuk memecahkan masalah pada waktu yang tepat sebelum situasi menjadi tidak terkendali atau kesempatan yang ada menghilang. Manajer juga harus mampu memperoleh informasi yang menggambarkan keadaan yang sedang terjadi sekarang, selain apa yang telah terjadi pada masa lalu. - Kelengkapan Perusahaan khususnya manajer harus dapat memperoleh informasi yang memberi gambaran lengkap dari suatu permasalahan atau penyelesaian. Namun pemberian informasi yang tidak berguna secara berlebihan harus dihindari.
64 3.17
Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2002,p7), Sistem Informasi adalah kombinasi dari sumber daya manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber data yang mengumpulkan, merubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Manusia telah bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu dengan lainnya menggunakan peralatan fisik (perangkat keras), serangkaian instruksi dan prosedur (perangkat lunak), jaringan komunikasi (network) , dan juga data yang tersimpan (sumber data) sejak berkembangnya sistem informasi Menurut McLeod, Jr (2001, p4), sistem informasi adalah suatu kombinasi yang terorganisasi dari manusia, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mentransformasikan, serta menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
3.18
Sistem Informasi Manajemen
Menurut McLeod (2001, p326-327), Sistem informasi manajemen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi umum untuk manajer dalam perusahaan atau dalam subunit fungsional perusahaan. Subunit dapat didasarkan pada area fungsional atau tingkatan manajemen. Sistem informasi manajemen menyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan keluaran dari berbagai simulasi model matematika, dimana model laporan ataupun keluaran dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik
65 Sistem informasi manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal (perusahaan atau subunit dibawahnya). Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus, dan keluaran dari simulasi matematika. Keluaran informasi tersebutlah yang akan digunakan oleh manajer maupun non-manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
3.19
Tahapan Pengembangan Sistem Informasi
Menurut McLeod (2001, p.194-200), pengembangan Sistem informasi, atau disebut juga sebagai Software Development life Cycle (SDLC) adalah sebuah proses yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer. SDLC terdiri dari serangkaian tugas yang mengikuti langkah –langkah pendekatan sistem. Karena dilakukan secara top-down, maka seringkali disebut sebagai waterfall model. Siklusnya dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini:
66
Gambar 3.1 Siklus Tahapan Pengembangan Sistem Informasi Penjelasan dari tahap–tahap pengembangan sistem informasi diatas adalah: 1. Tahap perencanaan, terdiri dari kegiatan: a. Menyadari masalah b. Mendefinisikan masalah c. Menentukan tujuan sistem d. Mengidentifikasi kendala – kendala sistem e. Membuat studi kelayakan f. Mempersiapkan usulan penelitian sistem g. Menyetujui atau menolak penelitian proyek
67 h. Menetapkan mekanisme pengendalian 2. Tahap analisis, terdiri atas kegiatan: a. Mengumumkan penelitian sistem b. Mengorganisasikan tim proyek c. Mendefinisikan kebutuhan informasi d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem e. Menyiapkan usulan rancangan f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek 3. Tahap rancangan, terdiri dari aktivitas berikut: a. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci b. Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigurasi sistem c. Mengevaluasi berbagai teknik konfigurasi sistem d. Memilih konfigurasi terbaik e. Menyiapkan usulan penerapan f. Menyetujui atau menolak penerapan sistem 4. Tahap penerapan, terdiri dari aktivitas–aktivitas berikut : a. Merencanakan penerapan b. Mengumumkan penerapan c. Membuat sumber daya perangkat lunak d. Menyiapkan database e. Menyiapkan fasilitas fisik f. Mendidik peserta dan pemakai g. Menyiapkan usulan cutover h. Masuk ke sistem baru.
68 5. Tahap penggunaan, terdiri dari aktivitas : a. Menggunakan sistem b. Audit sistem c. Memelihara sistem
3.20
Analisis dan Desain Sistem Berorientasi Objek
Menurut Bahrami (1999, p.11), Sistem berorientasi objek memproduksi sistem yang lebih mudah untuk dikembangkan, lebih fleksibel, lebih robust, dan lebih reusable daripada pendekatan struktur top-down. Object Oriented Analysis and Design merupakan tahap awal dalam pembuatan software berbasis objek, Tujuan dari analisa dan desain ini adalah untuk mengembangkan garis besar dari keseluruhan kebutuhan sistem dan sebagai landasan utuk implementasi sistem. Analisa lebih berfokus kepada konteks sistem, sedangkan desain lebih berfokus pada sisi teknis dari perancangan software itu sendiri. Mathiassen (2000, p13).
3.20.1 Analisis Sistem
Menurut McLeod (2001, p.234) analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaiki. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian sistem yang ada dengan tujuan penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna sistem. Menurut O’Brien (2003,p34) analisa sistem informasi adalah proses mengidentifikasi komponen-komponen dasar dari sistem tersebut yang meliputi
69 sumber-sumber yang digunakan. Aktivitas pengolahan informasi yang dilakukan dan informasi yang dihasilkan sehingga dapat dimengerti dan dikembangkan 3.20.2 Perancangan Sistem Informasi
Menurut Mcleod (1996, p238) perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem yang baru. Menurut Mulyadi (1993, p51) adalah proses penterjemahan kebutuhan pemakai ke dalam alternatif rancangan sistem informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan.
3.20.3 Keunggulan dan Kelemahan Analisis dan Desain Berorientasi Objek Keunggulan Analisis dan Desain Berorientasi Objek
Menurut Mcleod (2001, p.613-614) terdapat dua kemampuan sistem berorientasi objek yaitu: 1. Reusability Kemampuan untuk menggunakan kembali pengetahuan dan kode program yang ada, dapat menghasilkan keunggulan saat suatu sistem baru dikembangkan atau sistem yang ada dipelihara atau direkayasa ulang. Setelah suatu objek diciptakan, ia dapat digunakan kembali, mungkin hanya dengan modifikasi kecil di sistem lain. Ini berarti biaya pengembangan yang ditanamkan di satu proyek dapat memberikan keuntungan bagi proyek-proyek lain. 2. Interoperability Kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai aplikasi dari beberapa sumber, seperti program yang dikembangkan sendiri dan perangkat lunak
70 jadi, serta menjalankan aplikasi-aplikasi ini di berbagai platform perangkat keras. Reusability dan interoperability menghasilkan empat keunggulan kuat (McLeod, 2001, p.614-615) yaitu: - Peningkatan kecepatan pembangunan, karena sistem dirancang seperti dunia nyata melihatnya. - Pengurangan biaya pengembangan, karena pengembangan lebih cepat. - Kode berkualitas tinggi memberikan keandalan lebih besar dan ketangguhan yang lebih dibandingkan yang biasa ditemukan dalam sistem berorientasi proses. - Pengurangan biaya pemeliharaan dan rekayasa ulang sistem, karena kode yang berkualitas tinggi dan kemampuan pemakaian kembali. Menurut Bahrami (1999, p.11) Beberapa keuntungan sistem berorientasi objek: 1. Memungkinkan untuk bekerja dalam level abtraksi yang lebih tinggi 2. Menyediakan transisi yang lancar antara fase-fase yang berbeda dalam pengembangan sistem. 3. Mendukung latihan pengembangan yang bagus. 4. Mempromosikan reusability. Kelemahan Analisis dan Desain Berorientasi Objek
Menurut Mcleod (2001, p.615) beberapa kelemahan sistem berorientasi objek yaitu: 1. Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan. 2.Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit.
71 3.Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan untuk sistem bisnis. 3.20.4 Konsep Analisis dan Desain Berorientasi Objek
Terdapat tiga buah konsep atau teknik dasar dalam analisis dan desain berorientasi objek (Sutisna, 2001, online) yaitu: 1. Encapsulation (Pemodulan) Encapsulation dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara sederhana berarti pengelompokkan data dan fungsi (yang disebut sebagai metode). Secara tradisional, data dan fungsi dalam sebuah program adalah independen. Seperti dalam pemrograman modular dan abstraksi data, pemrograman berorientasi objek mengelompokkan data dengan fungsi yang beroperasi pada data tersebut. Setiap objek kemudian mempunyai sebuah set data dan set fungsi secara logik. Sebagai contohnya, dalam dunia nyata, seorang ibu rumah tangga menanak nasi dengan menggunakan rice cooker, ibu tersebut menggunakannya hanya dengan menekan tombol. Tanpa harus tahu bagaimana proses itu sebenarnya terjadi. Disini terdapat penyembunyian informasi milik rice cooker, sehingga tidak perlu diketahui seorang ibu. Dengan demikian menanak nasi oleh si ibu menjadi sesuatu yang menjadi dasar bagi konsep information hiding. 2. Inheritance Inheritance dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara sederhana berarti menciptakan sebuah class baru yang memiliki sifat-sifat induknya, ditambah karakteristik khas individualnya. Jika kelas A menurunkan kelas B,
72 maka operasi dan struktur informasi yang terdapat pada kelas A akan menjadi bagian dari kelas B. Objek-objek memiliki banyak persamaan, namun ada sedikit perbedaan. Contoh dengan beberapa buah mobil yang mempunyai kegunaan yang berbeda-beda. Ada mobil bak terbuka seperti truk, bak tertutup seperti sedan dan minibus. Walaupun demikian objek-objek ini memiliki kesamaan yaitu teridentifikasi sebagai objek mobil, objek ini dapat dikatakan sebagai objek induk (parent). Sedangkan minibus dikatakan sebagai objek anak (child), hal ini juga berarti semua operasi yang berlaku pada mobil berlaku juga pada minibus. 3. Polymorphism Polimorphism adalah kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk menyediakan atribut dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda. Polimorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang berbeda (bahkan dari subtipe yang berbeda) dapat menggunakan properti dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengirim stimulus atau bagian yang memicu tidak perlu mengetahui bagaimana suatu metoda diimplementasikan. Sebagai contoh, objek dari tipe kendaran semuanya mempunyai operasi akselerasi walaupun mungkin saja terdapat perbedaan dalam melakukan akselerasi dalam tipe kendaraan yang berbeda. Kendaraan darat biasanya berakselerasi menggunakan tenaga yang diterapkan melalui roda, dimana kendaraan air biasanya berakselerasi menggunakan tenaga yang diterapkan melalui baling-baling. Jika dipanggil metode akselerasi, maka metode
73 tersebut akan memberikan hasil yang berbeda untuk kendaraan air dan kendaraan darat. Pada objek mobil, walaupun minibus dan truk merupakan jenis objek mobil yang sama, namun memiliki juga perbedaan. Misalnya suara truk lebih keras dari pada minibus, hal ini juga berlaku pada objek anak (child) melakukan metode yang sama dengan algoritma berbeda dari objek induknya. Hal ini yang disebut polymorphism, teknik atau konsep dasar lainnya adalah ruang lingkup atau pembatasan. Artinya setiap objek mempunyai ruang lingkup kelas, atribut, dan metode yang dibatasi.
3.20.4.1 Pengertian Objek
Menurut Mathiassen (2000, p.4) objek merupakan sebuah entitas nyata yang memiliki identitas, state, dan behaviour. Dalam analisis, objek menjelaskan fenomena diluar sistem, seperti orang dan benda yang biasanya bersifat independent. Meski orang dan benda tersebut tidak dapat diperintah/dikontrol tapi event-event yang bisa mereka lakukan harus kita daftar. Sedang dalam desain, objek menjelaskan fenomena dalam sistem yang dapat kita control, dimana kita mendeskripsikan behaviour objek-objek tersebut dalam operation yang akan menjadi fungsi dalam program yang akan dibuat. Menurut Bahrami (1999, p.15) objek merupakan kombinasi dari data dan logic yang mempresentasikan beberapa entitas dalam dunia nyata.
3.20.4.2 Pengertian Class
74 Menurut Mathiassen (2000, p.4) Class mendeskripsikan beberapa objek yang memiliki structure, behaviour dan attribut yang sama, dimana class merupakan cetak biru dari objek. Atribut umumnya digunakan untuk data, seperti angka dan string.
Sedangkan behaviour merupakan operasi yang dapat
dilakukan oleh objek yang diwakili class tersebut. Menurut Bahrami (1999, p.16) Class adalah kelompok objek yang membagi struktur (instance variables) dan kelakuan (methods) dan turunan dari objek (inheritance). Dimana objek adalah instansiasi dari class
Gambar 3.2 Contoh Class
3.20.5 Unified Model Language
UML adalah sebuah modeling language, bukanlah sebuah method. Sebagian besar method, paling tidak dalam prinsipnya, terdiri dari sebuah modeling language dan sebuah proses. Modeling language adalah notasi (terutama grafikal) yang digunakan method untuk mengekspresikan rancangan. Proses adalah nasihat atas langkah-langkah apa yang perlu diambil dalam menjalankan sebuah rancangan.
75 3.20.5.1 Sejarah Terbentuknya UML
UML (Unified Modeling Language) adalah sebuah bahasa yang berdasarkan
grafik/gambar
untuk
memvisualisasi,
menspesifikasikan,
membangun, dan pendokumentasian dari sebuah sistem pengembangan software berbasis OO atau Object-Oriented (Booch, Rumbaugh, Jacobson, 1999, p13). UML sendiri juga memberikan standar penulisan sebuah sistem blue print, yang meliputi konsep bisnis proses, penulisan kelas-kelas dalam bahasa program yang spesifik, skema database, dan komponen-komponen yang diperlukan dalam sistem software Pendekatan analisa & rancangan dengan menggunakan model OO mulai diperkenalkan sekitar pertengahan 1970 hingga akhir 1980 dikarenakan pada saat itu aplikasi software sudah meningkat dan mulai rumit. Jumlah yang menggunakaan metoda OO mulai diuji coba dan diaplikasikan antara 1989 hingga 1994, seperti halnya oleh Grady Booch dari Rational Software Co., dikenal dengan OOSE (Object-Oriented Software Engineering), serta James Rumbaugh dari General Electric, dikenal dengan OMT (Object Modelling Technique). Kelemahan saat itu disadari oleh Booch maupun Rumbaugh adalah tidak adanya standar penggunaan model yang berbasis OO, ketika mereka bertemu ditemani rekan lainnya Ivar Jacobson dari Objectory mulai mendiskusikan untuk mengadopsi masing-masing pendekatan metoda OO untuk membuat suatu model bahasa yang uniform/seragam yang disebut UML (Unified Modeling Language) dan dapat digunakan oleh seluruh dunia.
76 Secara resmi bahasa UML dimulai pada bulan oktober 1994, ketika Rumbaugh bergabung Booch untuk membuat sebuah project pendekatan metoda yang uniform/seragam dari masing-masing metoda mereka. Saat itu baru dikembangkan draft metoda UML version 0.8 dan diselesaikan serta di release pada bulan oktober 1995. Bersamaan dengan saat itu, Jacobson bergabung dan UML tersebut diperkaya ruang lingkupnya dengan metoda OOSE sehingga muncul release version 0.9 pada bulan Juni 1996. Hingga saat ini sejak Juni 1998 UML version 1.3 telah diperkaya dan direspons oleh OMG (Object Management Group), Anderson Consulting, Ericsson, Platinum Technology, ObjectTime Limited, dan lain-lain serta di pelihara oleh OMG yang dipimpin oleh Cris Kobryn. UML adalah standar dunia yang dibuat oleh Object Management Group (OMG), sebuah badan yang bertugas mengeluarkan standar-standar teknologi object-oriented dan software component.
3.20.5.2 Kegunaan UML
UML diperuntukan untuk pemakaian sistem software yang intensif. UML banyak digunakan terutama untuk (Booch, Rumbaugh, Jacobson, 1999, p17): •
Sistem informasi perusahaan
•
Layanan perbankan dan financial
•
Telekomunikasi
•
Transportasi
77 •
Pertahanaan / angkasa luar
•
Perdagangan
•
Alat-alat elektronik medis
3.20.5.3 UML Diagram
Menurut Bahrami (1999, p93), terdapat sembilan jenis diagram yang didefinisikan oleh UML yaitu: 1.
Class diagram (statis)
2.
Use case diagram
3.
Behaviour diagram (dinamis): 3.1.
Interaction diagram: 3.1.1. Sequence diagram 3.1.2. Collaboration diagram
4.
3.2.
Statechart diagram
3.3.
Activity diagram
Implementation diagram: 4.1.
Component diagram
4.2.
Deployment diagram
Dari kesembilan diagram tersebut, terdapat tiga buah diagram inti yang paling sering digunakan untuk membangun sistem yaitu use case diagram (untuk menggambarkan kebutuhan pengguna sistem), sequence diagram (untuk menganalisis setiap use case dan memetakannya ke dalam class), dan class diagram (untuk menentukan struktur berorientasi objek). Ketiga diagram ini akan
78 dapat meng-cover 80% dari kebutuhan pemodelan objek ketika membangun aplikasi bisnis dengan teknologi objek (Ambler, 2002, online). Berikut ini merupakan penjelasan beberapa diagram yang digunakan untuk penelitian dalam menganalisis dan mendesain sistem informasi yang akan dibangun pada BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.20.5.3.1 Class Diagram
Class diagram menggambarkan kumpulan dari class, interface, collaboration, dan hubungannya. Diagram ini merupakan diagram yang paling umum ditemukan dalam memodelkan sistem berorientasi objek. Class diagram sangatlah
penting
tidak
hanya
untuk
visualisasi,
menentukan,
dan
mendokumentasikan model struktural, tetapi juga untuk mengkonstruksikan sistem yang executable. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metode/fungsi), sehingga class memiliki tiga area pokok yaitu nama, atribut, dan metode. Class diagram dapat digunakan untuk tiga hal (Booch, 1999, p108) yaitu: 1. Untuk memodelkan gambaran dari sistem Memodelkan gambaran dari sistem melibatkan pembuatan keputusan tentang pertimbangan abstraksi mana yang menjadi bagian dari sistem dan yang mana
yang
menjadi
batasan.
Penggunaan
class
diagram
untuk
menspesifikasikan abstraksi ini dan tanggung jawabnya. 2. Untuk memodelkan kolaborasi yang sederhana Sebuah kolaborasi adalah kumpulan class, interface, dan elemen lain yang bekerja bersama untuk menyediakan tingkah laku (behaviour) dari class.
79 Penggunaan
class
diagram
adalah
untuk
memvisualisasikan
dan
menspesifikasi kumpulan class dan relasinya. 3. Untuk memodelkan skema database yang logis Skema disini adalah blueprint dari konseptual desain dari database. Dibanyak domain, diperlukan penyimpanan informasi yang secara terus menerus kedalam relational database atau object oriented database. Database tersebut dapat dibuat skemanya dengan menggunakan class diagram. Menurut Mathiassen (2000, p.72-77) Beberapa hubungan antar class adalah sebagai berikut: 1. Generalization adalah kelas induk/general class yang medeskripsikan properti umum grup dari kelas anak/specialized class.
Gambar 3.3 Contoh Generalization 2. Aggregation atau agregasi adalah hubungan “bagian dari” atau “bagian keseluruhan”. Suatu class atau objek mungkin memiliki atau bisa dibagi menjadi class atau objek tertentu, dimana class atau objek yang disebut kemudian merupakan bagian dari class atau objek yang terdahulu. Agregrasi terbagi lagi menjadi tiga yakni: a. Whole-part
80 dimana whole merupakan jumlah dari seluruh part. Bila kita menambah atau
mengurangi
part
maka
kita
mengubah
whole
secara
fundamental/keseluruhan
b. Container-content Dimana whole merupakan container dari part-part. Bila kita menambah atau mengurangi content tidak akan mengubah properti fundamental dari whole. c. Union-member Dimana whole merupakan organisasi kesatuan/union dari anggotaangota/member . Kita tidak mengubah union secara fundamental dengan menambah atau mengurangi beberapa anggota/member.
Gambar 3.4 Contoh Aggregation. 3. Composition adalah strong aggregation. Pada composition, objek “bagian” tidak dapat berdiri sendiri tanpa objek “keseluruhan”. Jadi mereka terkait dengan kuat satu dengan yang lainnya. (Mathiassen, 2000, p.105)
Gambar 3.5 Contoh Composition
81 4. Association adalah hubungan bermakna antar dua/lebih class atau obyek. Umumnya assosiation digambarkan dengan sebuah garis yang dilengkapi dengan sebuah label, nama, dan status hubungannya seperti terlihat dalam gambar 3.4
Gambar 3.6 Contoh Assosiation 4. Cluster merupakan kumpulan dari class yang saling berhubungan. Cluster membantu kita dalam melakukan overview problem domain. Class dalam cluster
biasa
dihubungkan
dengan
hubungan
generalization
aggregration. Pada gambar berikut ini dapat dilihat contoh dari class diagram
Gambar 3.7 Contoh Class Diagram
atau
82
3.20.5.3.2 Use Case Diagram
Menurut Mathiassen (2000, p.119), Use case diagram menyediakan overview kebutuhan sistem dari persepktif user dan menyediakan pondasi untuk mendefinisikan dan mengevaluasi fungsi-fungsi dasar dan kebutuhan interface. Use case merupakan pola untuk interaksi sistem dan actor dalam application domain. Actor merupakan abtraksi dari user/pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem kita. Menurut Bahrami (1999, p.101), use case diagram adalah grafik actoractor, sebuah set use case dibatasi dengan batasan sistem/system boundary mencakup komunikasi partisipasi dari actor dan use case serta generalisasi dari use case-use case. Pada gambar berikut dapat dilihat contoh dari Use case diagram
Gambar 3.8 Contoh Use Case Diagram
83 3.20.5.3.3 Sequence Diagram
Menurut Bahrami (1999, p.104-105) Sequence diagram merupakan bagian dari interaction diagram. Interaction diagram adalah diagram yang mendeskripsikan
bagaimana
sekelompok
objek
berkolaborasi
untuk
menyelesaikan tugas. Sequence diagram adalah cara mudah dan intuitif untuk mendeskripsikan kebiasaan/behaviour dari sistem dengan melihat interaksi antara sistem dengan lingkungannya. Sequence diagram menunjukkan interaksi yang diatur dalam dimensi waktu. Berikut adalah contoh dari sequence diagram:
Gambar 3.9 Contoh Sequence Diagram
3.20.5.3.4 Statechart Diagram
84 Menurut Bahrami (1999, p.106) statechart diagram yang disebut pula state diagram adalah diagram yang menunjukkan urutan dari keadaan/state dari objek selama hidupnya, dimana objek dapat merespon terhadat stimuli dari luar dan dapat merespon terhadap message. State adalah set dari nilai-nilai yang mendeskripsikan sebuah objek pada titik tertentu dalam satuan waktu yang dipresentasikan oleh simbol-simbol state dan transisi yang dipresentasikan oleh anak panah yang berhubungan dengan simbol state tersebut. Berikut adalah contoh dari statechart diagram:
Gambar 3.10 Contoh Statechart Diagram
3.20.5.3.5 Component Diagram
Menurut Bahrami (1999, p.112), component diagram adalah diagram yang memodelkan komponen fisik (seperti source code, tampilan layar/user interface, program yang akan dieksekusi/executable program) dalam desain. Component diagram bisa sama atau bisa juga tidak sama
dengan banyak
komponen-komponen kecil yang digunakan dalam pembuatan aplikasi kita. component diagram merupakan diagram yang menggambarkan komponenkomponen desain yang dihubungkan dengan hubungan ketergantungan antara satu komponen dengan komponen lain. Berikut adalah contoh dari component diagram.
85
Gambar 3.11 Contoh Component diagram
3.20.5.3.6 Deployment Diagram
Menurut Bahrami (1999, p.112), deployment diagram menunjukkan konfigurasi elemen-elemen run-time processing dan komponen-komponen software, proses dan objek yang ada dalam komponen tersebut. Deployment diagram merupakan diagram dari node-node yang dihubungkan dengan komunikasi secara asosiasi. Berikut adalah contoh dari deployment diagram:
Gambar 3.12 Contoh Deployment diagram