BAB 3 JARINGAN IPTV DARI HEADEND DAN MIDDLEWARE SAMPAI GPON DAN MSAN
3.1 Sejarah Organisasi PT
Telekomunikasi
Indonesia,
Tbk.
(“TELKOM”,
“Perseroan”,
“Perusahaan”) merupakan salah satu BUMN yang menyediakan informasi dan komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap dan terbesar di Indonesia. Saat ini sahamnya sebagian besar dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (52,5%) dan oleh publik sebesar 47,5%. Telkom juga menjadi pemegang saham mayoritas di sembilan anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). TELKOM menyediakan layanan InfoComm, telepon tidak bergerak kabel (fixed wireline) dan telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), layanan telepon seluler, data dan internet, serta jaringan dan interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan. Pada tahun 1882, didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegraf. Layanan komunikasi kemudian dikonsolidasikan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraf Telefon (PTT). Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856, dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan
32
33
Bogor (Buitenzorg). Pada tahun 2009 momen bersejarah tersebut dijadikan sebagai patokan hari lahir Telkom. Perusahaan Negara Pada tahun 1961, status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965, PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi) Perumtel. Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi diubah namanya menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat) diambil alih oleh pemerintah RI menjadi Badan
Usaha
Milik
Negara
(BUMN)
untuk
menyelenggarakan
jasa
telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel. Pada tahun 1989, ditetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi, yang juga mengatur
peran
swasta
dalam
penyelenggaraan
telekomunikasi.
PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero). Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Pada tanggal 14 November 1995 dilakukan Penawaran Umum Perdana saham Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), Bursa Saham New York (NYSE) dan Bursa Saham London (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan di Bursa Saham Tokyo.
34
Tahun 1999 ditetapkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Penghapusan Monopoli Penyelenggaraan Telekomunikasi. Memasuki abad ke21, Pemerintah Indonesia melakukan diregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia. Tahun 2001 Telkom membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara Telkom dan Indosat. Sejak bulan Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal. Pada 23 Oktober 2009, Telkom meluncurkan "New Telkom" ("Telkom baru") yang ditanda dengan penggantian identitas perusahaan. Layanan Telkom menyediakan jasa telepon tetap kabel (fixed wireline), jasa telepon tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (mobile Service), data/internet serta jasa multimedia lainnya. Sampai dengan 31 Desember 2009, jumlah pelanggan TELKOM telah tumbuh sebesar 21,2% atau menjadi 105,1 juta pelanggan. TELKOM melayani 8,4 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel, 15,1 juta pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel, dan 81,6 juta pelanggan telepon seluler. Sampai dengan 31 Desember 2009, sebagian besar dari saham biasa TELKOM dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia dan sisanya dimiliki oleh pemegang saham publik. Saham TELKOM diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (“BEI”), New York Stock Exchange (“NYSE”), London Stock Exchange (“LSE”) dan Tokyo Stock Exchange (tanpa tercatat). Harga saham
35
TELKOM di BEI pada akhir Desember 2009 adalah Rp9.450 dengan nilai kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir tahun 2009 mencapai Rp190.512 miliar atau 9,43% dari kapitalisasi pasar BEI.
3.1.1 Logo PT. TELKOM
Gambar 3.1 Logo PT. TELKOM
Adapun Arti dari simbol-simbol logo tersebut yaitu:
1.
Lingkaran
sebagai
simbol
dari
kelengkapan
produk
dan
layanan dalam portofolio bisnis baru TELKOM yaitu TIME (Telecommunication, Information, Media & Edutainment). Expertise. 2.
Tangan yang meraih ke luar. Simbol ini mencerminkan pertumbuhan dan ekspansi ke luar. Empowering.
3.
Jemari tangan. Simbol ini memaknai sebuah kecermatan, perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat. Assured.
4.
Kombinasi tangan dan lingkaran. Simbol dari matahari terbit yang maknanya adalah perubahan dan awal yang baru. Progressive.
5.
Telapak tangan yang mencerminkan kehidupan untuk menggapai masa depan. Heart.
36
warna-warna yang digunakan adalah :
a.
Expert Blue pada teks Telkom melambangkan keahlian dan pengalaman yang tinggi
b.
Vital Yellow pada telapak tangan mencerminkan suatu yang atraktif, hangat, dan dinamis
c.
Infinite sky blue pada teks Indonesia dan lingkaran bawah mencerminkan inovasi dan peluang yang tak berhingga untuk masa depan.
3.1.2 Visi, Misi dan Motto PT.TELKOM Visi “To become a leading Infocom player in the region“ Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik. Misi “One Stop InfoCom Services with Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role Model as the Best Managed Indonesian Corporation “ Dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif.
37
Telkom
akan
mengelola
bisnis
melalui
praktek-praktek
mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis. Motto “The world is in your hand” TELKOM wajib mematuhi peraturan Bapepam-LK dan SEC. Selain itu, Telkom menerapkan dan berupaya menjunjung tinggi kebijakan dan praktik tata kelola perusahaan berdasarkan international best practices serta Pedoman Pelaksanaan tata kelola Perusahaan Indonesia (“Good Corporate Governance”) yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance di Indonesia. Sebagai sebuah perusahaan publik, Telkom menyadari bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance merupakan lebih dari sekedar mematuhi peraturan, namun merupakan kewajiban yang harus dilakukan demi melindungi
kepentingan
para
pemegang
saham
dan
pemangku
kepentingan dalam rangka berupaya mempertahankan pertumbuhan usaha dalam industri komunikasi dan informasi yang sangat kompetitif. Keberhasilan TELKOM dalam implementasi Good Corporate Governance tercermin dalam berbagai penghargaan yang telah diterima oleh Perusahaan. Penghargaan tersebut antara lain adalah: “Most Trusted Companies based on Corporate Governance Perception Index Assessment” dan “Trusted Company based on Investor and Analyst’s Assessment Survey” dari Indonesian Institute for Corporate
38
Governance (IICG) yang bekerja sama dengan majalah SWA (Desember 2009); dan “Best Good Corporate Governance – Non Financial Sector” dari majalah Business Review dan Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD) (Mei 2009). Dalam rangka menjaga transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi dan kewajaran, Direksi dan Dewan Komisaris telah mengembangkan, menerapkan, serta meningkatkan struktur dan prosedur tata kelola guna memastikan bahwa good corporate governance diterapkan di perusahaan. TELKOM berkomitmen untuk melaksanakan good corporate governance secara konsisten agar senantiasa dapat memberikan layanan terbaik bagi para pelanggan dan menjaga kepercayaan dari para pemegang saham dan masyarakat.
3.1.3 Tim Manajemen PT. TELKOM Berikut adalah tabel tim manajemen PT. Telkom yang dibagi menjadi tiga bagian utama:
Tabel 3.1 Manajemen Telkom Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris Komisaris Independen Komisaris Independen Direktur Utama Direksi 1 Direktur Keuangan Direktur Network & Solution
: Jusman Syafii Djamal : Bobby AA Nazief : Mahmuddin Yasin : Rudiantara : Johnny Swandi sjam : Rinaldi Firmansyah : Sudiro Asno : Ermady Dahlan
39
Direksi II
Direktur Konsumer
: I Nyoman G Wiryanata
Direktur Human Capital & General Affair
: Faisal Syam
Chief Information Technology : Indra Utoyo Direktur Enterprise & Wholesale : Arief Yahya Direktur Compliance & Risk Management : Prasetio
3.1.4 Struktur Organisasi Infratel Area Network Kota Area Network Kota adalah STO yang membawahi sebelas STO lainnya di wilayah Jakarta Utara diantaranya: Cideng, Mangga Dua, Kota 1, Ancol, Sunter, Pluit, Kemayoran, Cilincing, Tanjung Priuk, Marunda, SG1. Berikut adalah struktur organisasi area network kota.
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Arnet Kota
40
3.2 Konfigurasi Konfigurasi Jaringan IPTV dari perangkat penyelenggara sampai ke pengguna atau pengguna melalui tahapan-tahapan jaringan yang berbeda, hal ini terimplementasi karena perangkat yang digunakan berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi di lapangan yang mengacu pada fungsi-fungsi perangkat. Perangkat-perangkat yang dioperasikan untuk layanan IPTV atau Grovia diantaranya Headend, Middleware, Terra Router, Metro Ethernet, GPON, MSAN, Set-top-box. Informasi dari perangkat premise equipment (perangkat penyelenggara) sampai ke perangkat customer premise equipment (pengguna) dapat beroperasi karena telah terbangunnya konfigurasi fisik dan konfigurasi logik.
3.2.1 Konfigurasi Fisik layanan IPTV Konfigurasi fisik IPTV adalah jaringan perangkat keras, hubungan antar
perangkat-perangkat
keras
menggunakan
media
transmisi.
Konfigurasi fisik layanan IPTV dari Headend dan Middleware menuju GPON dan MSAN menggunakan beberapa perangkat dengan jalur backbone yang berbeda, konfigursi existing IPTV dapat dilihat pada gambar berikut ini:
41
Gambar 3.3 Konfigurasi fisik IPTV
Dari konfigurasi di atas, dapat dilihat bahwa ada beberapa tahapan jaringan IPTV, yaitu: 1.
Jalur IPTV dari Middleware dan Headend ke switch layer 2 dan layer 3 menggunakan media transmisi serat optik dengan bandwidth trunk 10 Gbps.
2.
Jalur IPTV dari switch Headend menuju backbone Metro Ethernet, kemudian menuju backbone Terra Router untuk jalur trafik multicast dan dari switch middleware menuju router HPBB (High Provider Backbone) yang berfungsi sebagai perantara antar backbone Metro Ethernet dengan backbone Terra Router untuk jalur trafik unicast.
3.
Sebelum menuju ke node access, jalur trafik dari Terra Router kembali menuju backbone Metro Ethernet untuk trafik multicast dan menuju ke router HPBB yang kemudian dilanjutkan ke backbone Metro Ethernet untuk trafik unicast.
42 4.
Setelah sampai pada backbone Metro Ethernet maka trafik akan menuju ke node access. Node access dapat berupa GPON atau MSAN yang terhubung langsung dengan Metro Ethernet.
3.2.2 Konfigurasi Logik Layanan IPTV Konfigurasi logik merupakan pengaturan atau penanaman protokol yang bersifat konfigurasi virtual tetapi pasti dan sangat menentukan berhasil tidaknya informasi sampai ketujuan. Konfigurasi logik IPTV dari headend dan middleware menggunakan protokol yang berbeda-beda. Konfigurasi logik IPTV secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.4 Konfigurasi logik IPTV
43
Dari gambar 3.4 terlihat ada beberapa jalur logik dan protokol yang digunakan yaitu: ) menunjukan jalur logik trafik multicast
a. Garis warna kuning (
dengan L2VPN (Layer 2 Virtual Private Network) dari headend ke middleware. b. Garis warna hijau (
) adalah kelanjutan dari trafik logik multicast
yang menggunakan protokol PIM-SM (Protokol Independent Multicast) c. Garis warna merah (
) merupakan jalur trafik unicast dengan
IPVPN (Internet Protocol Virtual Private Number). d. Garis putus-putus warna biru tua (
) merupakan VLAN trafik
unicast dari Metro Ethernet menuju GPON atau MSAN pada jalur VLAN ini diterapkan protokol VPLS. e. Garis putus-putus warna biru muda (
) merupakan VLAN trafik
multicast dari Metro Ethernet menuju GPON atau MSAN. f. Garis warna ungu (
) merupakan Protokol Epipe (Ethernet pipe)
yang ditanam pada Metro Ethernet merupakan jalur trafik point-to-point untuk unicast dari GPON menuju Gateway Metro Ethernet atau sebaliknya.
3.2.3 Konfigurasi trafik Multicast Trafik multicast adalah trafik yang digunakan untuk layanan IPTV real time yang melalui VLAN khusus. Multicast adalah metode komunikasi yang menghubungkan satu pengirim data dengan sekelompok penerima data. Multicast memungkinkan hanya satu paket data yang dikirimkan
44
kepada satu kelompok penerima, tanpa bergantung pada banyaknya penerima data tersebut. Penggunaan trafik multicast dapat dilihat pada gambar 3.5 di bawah ini.
Gambar 3.5 Trafik Multicast
Pada gambar 3.5 dapat dilihat bahwa trafik multicast di broadcast ke seluruh node termasuk middleware. Pada saat pengguna mengakses siaran langsung maka: 1. Pengguna Live TV format SD akan mendapat bandwidth sebesar ~ 2,7 Mbps 2. Pengguna Live TV format HD akan mendapat bandwidth sebesar ~ 6 Mbps 3. Picture in Picture ~ 300kbps
3.2.4 Protokol PIM PIM-SM adalah salah satu protokol yang dapat digunakan untuk mendeteksi paket-paket multicast yang beredar pada jaringan. Penggunaan
45
dan penempatan protokol PIM-SM pada IPTV dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.6 Penggunaan Protokol PIM pada IPTV
Pada gambar 3.6 dapat dilihat bahwa trafik Multicast pada Metro Ethernet Tipe-1 di-deliver melalui PIM-SM, sehingga PIM-SM perlu dienable di semua trunk layer 3 antar Metro Ethernet (Tipe-1) dan backbone Terra Router. Hal ini dapat dibuktikan dari data capture atau pengambilan data pada gambar di bawah ini.
46
Gambar 3.7 Data Konfigurasi logik untuk protokol PIM-SM
Sesuai dengan data konfigurasi di atas, dapat dilihat bahwa protokol PIM-SM ditanam pada Metro Ethernet Tipe-1 menuju Terra Router. Penanaman ini diarahkan pada dua node Terra Router serta dari sumber IPTV yaitu headend dan dengan sistem yang diarahkan ke bsr (beline self ring)-candidate dan rp (rendezvous point)-candidate.
3.2.5 Konfigurasi trafik Unicast Trafik unicast adalah trafik yang digunakan untuk siaran tunda layanan IPTV. Trafik unicast juga menggunakan VLAN khusus yang berbeda dengan trafik multicast. Penggunaan trafik unicast dapat dilihat pada gambar 3.8 di bawah ini.
47
Gambar 3.8 Trafik Unicast
Dari gambar 3.8 di atas dapat dilihat bahwa trafik unicast atau layanan siaran tunda berasal dari middleware kemudian di kirim kepada pelanggan yang memesan siaran, berbeda dengan trafik multicast, trafik unicast harus melalui router HPBB terlebih dahulu sebelum menuju ke backbone Terra Router, dan kembali menuju backbone Metro Ethernet, lalu menuju GPON/MSAN. Pada saat pengguna mengakses siaran tunda maka: 1. Video on Demand format SD akan mendapat bandwidth sebesar ~ 2,7 Mbps 2. Video on Demand format HD akan mendapat bandwidth sebesar ~ 6 Mbps
3.2.6 Service IES Service IES adalah Service yang digunakan untuk mengatur pengguna sehingga tidak saling merugikan atau bisa juga digunakan untuk billing
48
penggunaan bandwidth oleh pengguna. Hal ini dapat dibuktikan dari data capture di bawah ini.
Gambar 3.9 Data Konfigurasi Logik Service IES
Dari data capture di atas dapat diketahui bahwa Service IES ditanam pada Metro Ethernet Tipe-1 dan untuk layanan IPTV multicast, dengan menggunakan VLAN tertentu dan alamat metro tertentu untuk menerima trafik multicast yang berasal dari headend yang menuju middleware dengan port 1/1/2. Cara membaca dari port 1/1/2 tercantum pada gambar 3.10 di bawah ini.
Gambar 3.10 Cara membaca Port 1/1/2
3.2.7 Protokol VPLS Protokol VPLS (Virtual Private LAN Service) adalah protokol yang digunakan untuk IPTV multicast dan unicast yang diaktifkan pada Metro Ethernet Tipe-1 dan Tipe-2 yang diarahkan menuju metro gateway Terra
49
Router. Hal ini dapat dibuktikan pada hasil capture atau pengambilan data logik di bawah ini.
Gambar 3.11 Data Konfigurasi Logik Protoko VPLS Unicast
Dari hasil data capture di atas dapat dilihat bahwa pada label atau VCID (Virtual Container Identifications) 1813301001 protokol vpls ditanam pada dua Metro Ethernet tipe-1 untuk trafik unicast yang menuju MSAN. Dari data di atas juga dapat diketahui bahwa port Metro Ethernet tipe-1 menuju MSAN yang sudah diaktifasi vpls adalah port 1/2/4 dan 5/1/20. Penggunaan vpls untuk layanan multicast dapat dibuktikan dari hasil data capture di bawah ini.
50
Gambar 3.12 Data Konfigurasi Logik Protokol VPLS Multicast
Dari hasil capture data di atas vpls dengan VCID (Virtual Container Identifications) 1823300110 diaktifasi pada Metro Ethernet Tipe-2 dengan sistem point-to-multipoint yang diarahkan ke arah gateway Metro Ethernet Client dengan dua arah dan pada port yang menuju GPON diaktifkan protokol igmp snooping versi 2. Dari data di atas dapat juga diketahui port yang sudah diaktifasi yaitu port 1/1/1, 1/1/5, 1/1/6.
51
IGMP (Internet Group Management Protokol)
snooping
versi
2
adalah protokol yang digunakan untuk mendeteksi host yang join atau keluar dari sebuah multicast host group serta untuk mempercepat zapping time (waktu perpindahan channel) ke arah sisi access.
3.2.8 Protokol HVPLS Hierarchical Virtual Private LAN Service (HVPLS) diperkenalkan untuk meningkatkan skalabilitas dari VPLS. Selain itu, Metro Ethernet Tipe-2 tidak dapat support protokol PIM, sehingga delivery traffic multicast dilakukan melalui mekanisme HVPLS (Hierarchical VPLS) dari Metro Ethernet Tipe-1. Hal ini dapat dibuktikan pada hasil data capture di bawah ini.
Gambar 3.13 Data Konfigurasi HPVLS
Dari hasil data capture di atas dapat dilihat bahwa HVPLS diaktifasi pada Metro Ethernet Tipe-1 dan Metro-E Tipe-2 untuk melayani trafik multicast pada Metro Ethernet Tipe-2.
52
3.2.9 Protokol Epipe Epipe (Ethernet pipe) adalah jalur trafik point-to-point untuk headend menuju middleware dalam rangka pengambilan informasi multicast untuk disimpan di middleware. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil data capture di bawah ini.
Gambar 3.14 Data Konfigurasi Protokol Epipe
Dari hasil data capture di atas dapat dilihat bahwa router dihubungkan ke Headend, menuju router pada middleware dengan IP tertentu melalui port 1/2/6 dan VLAN tertentu.
3.3 Perangkat Keras dan Perangkat Lunak 3.3.1 Metro Ethernet Metro Ethernet yang digunakan dibagi menjadi dua tipe yang dibedakan berdasarkan tipe perangkat itu sendiri dan kapasitas maksimum per slot metro. Perangkat existing Metro Ethernet yang digunakan oleh PT. Telkom, yaitu :
53
a. Metro-E Tipe 1 (7750 SR7) Metro Ethernet Tipe 1 router berkapasitas besar dengan kapasitas maksimum 100 Gb per slot. Bentuk dari Metro Ethernet Tipe 1 (7750 SR) dapat dilihat pada gambar 3.14 di bawah ini.
Gambar 3.15 Perangkat Metro-E Tipe 1 (7750 SR7)
Spesifikasi dari Metro Ethernet Tipe 1 (7750 SR) diuraikan dalam bentuk tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3.2 Spesifikasi Metro-E Tipe 1 (7750 SR7) 7750 SR-7 : Switch fabric : up to 1Tb/s (half duplex) System Throughput Bandwidth Dimensions Weight Power Cooling
: Slot Capacity : up to 100Gb/s(full duplex) : 10Gbps : Height: 35.5 cm (14 in.) (H) * 44.5 cm (17.5 in.) (W) * 59.7 cm (25.5 in.) (D) : Empty: 27.2 kg (60 lb) : Loaded: 70.5 kg (155 lb) approx : -40 V DC to -72V DC •52A to 93A :AC options available : Side to side air flow
54
b. Metro-E Tipe 2 (7450 ESS6) Metro Ethernet Tipe 2 adalah router dengan kapasitas maksimum 40 Gb per slot. Bentuk dari Metro Ethernet Tipe 2 (7450 ESS6) dapat dilihat pada gambar 3.15 di bawah ini.
Gambar 3.16 Perangkat Metro-E Tipe 2 (7450 ESS6)
Spesifikasi dari Metro Ethernet Tipe 1 (7750 SR) diuraikan dalam bentuk tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3 Spesifikasi Metro-E Tipe 2 (7450 ESS6)
System throughput IOM support
Dimensions
Weight Power
7450 ESS-6 AND 7450 ESS-6V : Switch fabric: Up to 320 Gb/s (half duplex) : Slot capacity: Up to 40 Gb/s(full duplex) : IOM-20G : IOM3-XP : Up to 4 per chassis : ESS-6 dimensions: : 5.56 cm (14 in.) (H) * 44.5 cm (17.5 in.) (W) * 64.8 (25.6 in.) (D) : ESS-6V dimensions: 80 cm (31.5 in.) (H) * 46.5 cm (18.3 in.) (W) * 45.5 cm (17.9 in.) (D) ESS-6V: : Empty: 54.4 kg (119.7 lb) chassis weight with PEMs, fan trays and air filters : Loaded: 89 kg (195.8 lb) approx. : -40 V DC to -72 V DC
55
: 41 A to 75 A : 1+1 redundancy : AC options available : ESS-6: Side-to-back air flow, Front-bottom intake, rear : ESS-6V: Front-bottom intake, rear top exhaust
Cooling
3.3.2 GPON 1. GPON (ZTE ZXA10 C300) GPON merupakan perangkat multi layanan yang berkapasitas maksimum 40 Gbps per slot. Spesifikasi dari GPON ZTE ZAX10 C300 yang digunakan PT. Telkom dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini.
Tabel 3.4 Spesifikasi GPON (ZTE ZXA10 C300)
Matrix capacity Bandwidth per subcriber slot Operating temperature Operatng humidity Working voltage
Dimension
Weight Power consumption
ZXA10 C300 : 400/800 Gbps : 20/40 Gbps : -5oC ~ +45oC : 5% ~ 95%, non considering : -48 V (20%) or 220 V AC (20%, 50Hz) : 449.2 mm (H) * 535 mm (W) * 270 mm (D) (21 inch shelf) : 443.7 mm (H) * 482.6 mm (W) * 270 mm (D) (19 inch shelf) : 2200 mm (H) * 600 mm (W) * 300 mm (D) (Rack) : 60 kg (empty rack for 19 inch and 21 inch) : 175 kg (19 inch rack) : 183 kg (21 inch rack) : 1400 W (21 inch rack') : 1250 W (19 inch rack')
Data logik penggunaan GPON pada PT. Telkom dapat dilihat dari hasil data capture salah satu GPON di bawah ini.
56
Gambar 3.17 Data Logik penggunaan GPON
57
3.3.3 MSAN 1. MSAN (ZTE ZXMSG 5200) MSAN merupakan perangkat multi layanan yang memiliki kapasitas maksimum lebih kecil dari GPON. Spesifikasi dari MSAN ZTE ZXMSG 5200 yang digunakan PT. Telkom dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5 Spesifikasi MSAN (ZTE ZXMSG 5200)
Service configuration Maximum number of POTS subscriber Maximum number of ADSL subscriber Operatng humidity Working voltage Dimension
Weigh
Power consumption Wavelength Bit rate
ZXMSG 5200 : 1 HABD + 1 HABF : 960 POTS : 960 ADSL2+ : 5% ~ 95%, non considering : -48 V (20%) or 220 V AC (20%, 50Hz) : 1650 mm (H) * 1550 mm (W) * 550 mm (D) : 230 kg (empty cabinet) : 300 kg (fully loaded cabinet, without batteries) : 508 kg (fully loaded cabinet, with batteries) : 1209 W (master shelf) : 1179 W (subtended shelf) : Up : 1260~1360nm : Down : 1480~1500nm : Up : 156M, 622M, 1.25Gbps : Down : 1.25Gbps, 2.5Gbps
Data logik penggunaan GPON pada PT. Telkom dapat dilihat dari hasil data capture salah satu GPON di bawah ini.
58
Gambar 3.18 Data Logik penggunaan MSAN
59
Gambar dari perangkat MSAN yang digunakan PT. Telkom dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.19 Perangkat MSAN
3.3.4 Secure CRT Secure CRT adalah software yang digunakan untuk melakukan provisioning (aktifasi konfigurasi logik), melihat konfigurasi logik, monitoring kondisi perangkat, kondisi software melalui telnet. Berikut tahapan provisioning, monitoring konfigurasi logik dan perangkat melalui secure CRT.
60
Gambar 3.20 Koneksi secure CRT ke jaringan
Untuk mengakses secure CRT dibutuhkan koneksi jaringan dengan IP khusus. Seperti pada gambar 3.20.
Gambar 3.21 log-in pengguna
61
Setelah setelah secure CRT terkoneksi dengan jaringan, untuk melihat konfigurasi maka pengguna harus melakukan log-in dengan memasukan id dan password, log-in secure CRT hanya dapat dilakukan oleh pihak yang memiliki wewenang. Seperti pada gambar 3.21.
Gambar 3.22 Log-in Perangkat
Untuk log-in kedalah perangkat yang diinginkan maka harus memasukkan node Metro Ethernet yang diinginkan seperti gambar 3.22.
62
Gambar 3.23 Password Log-in Perangkat
Setelah pengguna memasukkan node Metro Ethernet yang diinginkan maka pengguna harus melakukan log-in ulang dengan memasukkan password yang berbeda dari log-in awal. Seperti pada gambar 3.23.
Gambar 3.24 Konfiguasi Perankat melalui Secure CRT
63
Setelah melakukan log-in ulang dengan password yang berbeda, maka pengguna dapat melakukan konfigurasi pada perangkat yang diinginkan, dan melihat kondisi serta memonitor perangkat.
3.4 Media Transmisi Media transmisi yang digunakann PT. Telkom pada Metro Ethernet menuju GPON/MSAN untuk layanan IPTV spesifikasinya spertei tabel di bawah ini: Tabel 3.6 Spesifikasi Media Transmisi Karakteristik Tipe Kabel Standart Mode Field Diameter (1310 nm) Mode Field Diameter (1550 nm) Diameter Cladding (1310 nm) Diameter Cladding (1550 nm) Attentuasi maksimum pada 1310 nm Attentuasi maksimum pada 1550 nm Rugi-rugi sambungan Rugi-rugi konektor
Nilai Singel Mode ITU-T G.652 0.5 µm 0.5 µm 2 µm 2 µm 0.4 db/Km 0.25 db/Km 0.2 db 0.5 db
Spesifikasi Media transmsi yang terdapat pada tabel 3.6 di atas digunakan sebagai media transmisi dari: 1.
Metro Ethernet ke Metro Ethernet
2.
Metro Ethernet ke GPON
3.
Metro Ethernet ke MSAN
4.
GPON ke MSAN
64
3.5 Connector Connector adalah alat penghubung antara media transmisi dengan interface. Jenis connector yang digunakan oleh PT. Telkom seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.25 Connector
3.6 Interface Interface adalah alat yang berfungsi sebagai penguhubung antara transmitter dengan serat optik maupun serat optik dengan receiver. Selain itu juga sebagai pengghubung keperangkat lain dalam jaringan serat optik. Spesifikasi interface yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
65
Tabel 3.7 Spesifikasi Interface SFP 1 Gb
Tabel 3.8 Tabel Spesifikasi SFP 10 Gb
66
Spesifikasi Media interface yang terdapat pada tabel 3.7 dan 3.8 di atas dipergunakan sebagai media transmisi dari: 1.
Metro Ethernet ke Metro Ethernet
2.
Metro Ethernet ke GPON
3.
Metro Ethernet ke MSAN
4.
GPON ke MSAN
3.7 Permasalahan 3.7.1 Trunk Layanan IPTV MSAN ke Metro Ethernet Berdasarkan pada gambar konfigurasi fisik 3.3 dapat diketahui bahwa terdapat MSAN yang terhubung langsung dengan jaringan Metro Ethernet secara point-to-point dan bila terjadi gangguan pada media transmsinya maka layanan langsung terisolir atau terputus. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil data capture konfigurasi logik di bawah ini.
Gambar 3.26 Data Konfigurasi MSAN ke Metro Ethernet
67
Dari hasil data capture di atas dapat diketahui bahwa port 2/1/19, 2/1/20, 2/2/2 dan seterusnya merupakan adalah port yang digunakan untik melayani trafik dari MSAN menuju Metro Ethernet secara point-to-point. Sementara trafik pada MSAN sangat kecil dengan rata-rata sebesar 7.95 MB sedangkan port pada Metro Ethernet bandwidthnya sebesar 1 GB. Dengan demikian dapat dilihat bahwa manajemen network tidak berfungsi secara optimal karena terjadi pemborosan port dan bandwidth pada Metro Ethernet.
3.7.2 Trunk Layanan IPTV MSAN via GPON ke Metro Ethernet Berdasarkan pada gambar konfigurasi fisik pada gambar 3.3 dapat diketahui bahwa terdapat MSAN yang melalui GPON kemudian menuju jaringan Metro Ethernet. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil data capture di bawah ini.
Gambar 3.27 Data Konfigurasi MSAN via GPON
68
Dari hasil data capture di atas dapat diketahui bahwa Virtual Identifications (VCID) 2013323398 yang merupakan identitas logik MSAN Session City dengan maximum transmision unit 1632 byte melalui vlan tertentu trafiknya dilewatkan melalui GPON pada port 2/2/19. Pada konfigurasi logik MSAN diatas untuk layanan data diarahkan ke Broadband remote acces server (BRAS). Sistem ini dapat mengoptimalisasi perangkat GPON namun bila terjadi gangguan pada trunk GPON ke Metro Ethernet maka semua layanan langsung terganggu dan dampak yang ditimbulkan cukup besar karena MSAN sudah mulai dikosentrasikan ke GPON.
3.7.3 Trunk Layanan IPTV GPON ke Metro Ethernet Berdasarkan pada gambar konfigurasi fisik 3.3 dapat diketahui bahwa jaringan Metro Ethernet dan Terra Router menggunakan topologi ring sedangkan dari Metro Ethernet menuju ke node access (GPON/MSAN) menggunakan topologi point-to-point. Sama seperti diatas bahwa bila media transmisinya terganggu maka semua layanan terganggu. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil data capture di bawah ini.
69
Gambar 3.28 Data Konfigurasi GPON ke Metro Ethernet
Dari hasil data capture di atas merupakan port GPON yang melalui port 2/2/19 pada Metro Ethernet dengan Bit Rate 1 Gbps yang di buat secara point-to-point untuk layanan access. Hal ini menyebabkan pelanggan akan terisolir apabila terjadi gangguan.