BAB 3 ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN POTENSI AIR HUJAN DI WILAYAH KOTA DEPOK 3.1
Proyeksi Jumlah Penduduk Dan Kebutuhan Air Bersih Di Kota Depok
Dalam kurun waktu 10 tahun, penduduk Kota Depok naik sebesar 66,84 persen. Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 Kota Depok menunjukkan jumlah penduduk Kota Depok sebesar 1.736.565 jiwa, sedangkan hasil Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk Kota Depok sebesar 1.160.791 jiwa. Berdasarkan hasil sensus penduduk (SP) tahun 2010, jumlah penduduk laki-laki 879.325 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 857.240 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Cimanggis sebanyak 242.214 orang (13,95%), Sukmajaya sebanyak 232.895 orang (13,41%), Tapos sebanyak 216.581 orang (12,47%) dan Kecamatan Pancoran Mas sebanyak 210.204 orang (12,10%). Sex ratio penduduk Kota Depok adalah 103, artinya jumlah penduduk laki-laki 3 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio terbesar terdapat di empat kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan, Cipayung, Bojongsari dan Limo yakni sebesar 104 dan terkecil terdapat di Kecamatan Sukmajaya yakni sebesar 100. Selama kurun waktu 10 tahun, Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kota Depok sebesar 4,27 persen per tahun. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Limo adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatankecamatan lain di Kota Depok yakni sebesar 8,48 persen, sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Sukmajaya yakni sebesar 2,44 persen. Kecamatan Cimanggis menempati urutan pertama dari jumlah penduduk di Kota Depok, namun dari sisi laju pertumbuhan penduduk adalah terendah kedua setelah Kecamatan Sukmajaya yakni hanya sebesar 3,27 persen. 24
Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Depok adalah sebesar 8.670 jiwa per km2. Wilayah paling padat penduduknya adalah kecamatan Cimanggis yang mencapai 1.209 jiwa/km2 (hasil SP2010). Sedangkan daerah dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Limo yang kepadatannya hanya sekitar437 jiwa/km2. Jumlah penduduk Kota Depok tahun 2011 mencapai 1.813.612 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki 918.835 jiwa dan penduduk perempuan 894.777 jiwa. Kecamatan Cimanggis merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya dibanding dengan kecamatan lain di Kota Depok, yaitu 252.424 jiwa, sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Limo yaitu 91.749 jiwa. Di Tahun 2011 kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 9.055 jiwa/km². Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan 13.433 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Pancoranmas dengan tingkat kepadatan 12.059 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar 4.977 jiwa/km2 Untuk memperkirakan jumlah penduduk dapat dilkukan dengan metoda geometrik menggunakan rumus sebagai berikut : Pn = P0 (1 + r)n Dimana : Pn P0 R N
= Jumlah penduduk pada tahun ke n = Jumlah penduduk pada tahun dasar. = laju pertumbuhan penduduk. = Jumlah interval tahun
Jumlah penduduk kota Depok pada tahun 2011 adalah 1.813.612 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk rata rata sebesar 4,27 %. Dengan menggunakan rumus tersebut di atas maka perkiraan jumlah penduduk Kota Depok sampai 30 tahun yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Jika kebutuhan air bersih untuk kota Depok diasumsikan 150 liter per orang per hari (untuk Kota besar), maka kebutuhan air bersih kota Depok sampai 30 tahun yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah pendusuk kota depok pada tahun 2011 adalah 1.891.053 jiwa , dan pada tahun 2041 akan meningkat menjadi 6.358.074 jiwa. Kebutuhan air bersih kota Depok pada tahun 2011 yakni sebesar 103.535.164 m3 per 25
tahun (3.283,08 liter per detik) dan pada tahun 2041 akan meningkat menjadi 348.104.558 m3 per tahun (11.038,32 liter per detik). Tabel 3.1 : Perkiraan Jumlah Penduduk Dan Kebutuan Air Bersih Kota Depok Sampai Tahun 2041
No
Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumlah Kebutuhan Air Bersih (m3/tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038
1891053 1971801 2055997 2143788 2235328 2330776 2430301 2534074 2642279 2755105 2872748 2995414 3123318 3256684 3395744 3540743 3691932 3849578 4013955 4185351 4364065 4550411 4744713 4947313 4947313 5158563 5378833 5608510
103535164 107956116 112565842 117372404 122384205 127610011 133058958 138740576 144664798 150841985 157282938 163998919 171001673 178303445 185917002 193855658 202133294 210764386 219764025 229147949 238932567 249134987 259773051 270865361 270865361 282431312 294491129 307065900
26
29 30 31
2039 2040 2041
5847993 6097702 6358074
320177614 333849198 348104558
Jumlah pemakaian air PDAM kota Depok pada tahun 2010 adalah 12.900.111 m3 per tahun atau 409,06 liter per detik (Lihat Tabel 2. ). Jika diasumsikan pada tahun 2011 pemakaian air PDAM diasumsikan sama dengan pemakaian pada tahuhn 2010, maka jika dibandingkan dengan kebutuhan air bersih kota Depok pada tahun 2011 yakni sebesar 103.535.164 m3 per tahun, pemakaian air PDAM pada tahun 2011 hanya mencukupi 12,46 % dari total kebutuhan air bersih. Sisanya 87,54 % yakni sebesar 90.635.053 m3 per tahun diasumsikan menggunakan air tanah.
Gambar 3.1 : Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kota Depok Sampai Tahun 2041.
Jika diasumsikan peningkatan pemakaian air PDAM di kota depok adalah sebesar 250 liter per detik tiap 10 tahun maka pemakaian air PDAM pada tahun 2020, 2030 dan tahun 2040 masing masing adalah 27
659.06 liter per detik (20.784.116 m3 per tahun), 909,06 liter per detik (28.668.116 m3 per tahun) dan 1.159,06 liter per detik (36.552.116 m3 per tahun). Selisih jumlah kebutuhan Air bersih di kota Depok dan jumlah pemakaian air oleh PDAM dipasok dengan menggunakan sumber air tanah. Perkiraan jumlah penduduk, kebutuhan air bersih kota depok, pemakaian air PDAM dan perkiraan pengguanaan air tanah di kota Depok sampai tahun 2041 dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.2.
3.2
Potesi Air Hujan Dan Potensi Air Hujan Yang Meresap Ke Dalam Tanah
Dengan intensitas curah hujan rata rata yang relatif tinggi yakni 3.332 mm per tahun (data th. 2010), maka potensi air hujan di wilayah Kota Depok cukup besar. Potensi air permukaan atau air limpasan (runoff) di wilayah Kota Depok dapat dihitung dengan Rumus sebagai berikut : Jumlah air limpasan = C.I.A Potensi Air hujan yang meresap ke dalam tanah dapat dihitung dengan rumus sederhana sebagai berikut : Petensi Air Hujan Yang Meresap ke dalam Tanah = (1-C) I A dimana : C = koefisien Runoff I = Intensitas curah hujan (m per tahun) A = Luas Area (m2) Koefisien runoff rata – rata untuk wilayah Kota Depok (Ciliwung hulu) pada tahun 2007 adalah 0,65 (Haryoto, 2007). Curah hujan rata-rata kota Depok adalah 3.332 mm per tahun atau 3,332 m per tahun (Data th 2010) maka, Potensi air limpasan hujan (permukaan) (2011) = = 0,65 x 200,29 km2 x 1.000.000 m2/km2 x 3.332 m/tahun = 433.788.082 m3/tahun.
28
Tabel 3.2 : Perkiraan Jumlah Penduduk Dan Kebutuhan Air Bersih Kota Depok, Pemakanai Air PDAM Dan Perkiraan Pengguanaan Air Tanah Di Kota Depok Sampai Tahun 2041
No
Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumlah Kebutuhan Air 3 Bersih (m /tahun)
Perkiraan Jumlah Pemakaian Air PDAM
Perkiraan Jumlah Pemakaian Air Tanah (m3/tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
1.891.053 1.971.801 2.055.997 2.143.788 2.235.328 2.330.776 2.430.301 2.534.074 2.642.279 2.755.105 2.872.748 2.995.414 3.123.318 3.256.684 3.395.744 3.540.743
103.535.164 107.956.116 112.565.842 117.372.404 122.384.205 127.610.011 133.058.958 138.740.576 144.664.798 150.841.985 157.282.938 163.998.919 171.001.673 178.303.445 185.917.002 193.855.658
12.900.111 12.900.111 12900111 12.900.111 12.900.111 12.900.111 12.900.111 12.900.111 12.900.111 20.784.116 20.784.116 20.784.116 20.784.116 20.784.116 20.784.116 20.784.116
90.635.053 95.056.005 99.665.731 104.472.293 109.484.094 114.709.900 120.158.847 125.840.465 131.764.687 130.057.869 136.498.822 143.214.803 150.217.557 157.519.329 16.5132.886 173.071.542
29
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041
3.691.932 3.849.578 4.013.955 4.185.351 4.364.065 4.550.411 4.744.713 4.947.313 4.947.313 5.158.563 5.378.833 5.608.510 5.847.993 6.097.702 6.358.074
202.133.294 210.764.386 219.764.025 229.147.949 238.932.567 249.134.987 259.773.051 270.865.361 270.865.361 2824.31.312 294.491.129 307.065.900 320.177.614 33.3849.198 348.104.558
30
20.784.116 20.784.116 20.784.116 28.668.116 28.668.116 28.668.116 28.668.116 28.668.116 28.668.116 28.668.116 28.668.116 28.668.116 28.668.116 36.552.116 36.552.116
181.349.178 189.980.270 198.979.909 200.479.833 210.264.451 220.466.871 231.104.935 242.197.245 242.197.245 253.763.196 265.823.013 278.397.784 291.509.498 297.297.082 311.552.442
Air limpasan tersebut mengalir ke sungai sungai yang mengalir di wilayah Depok serta tertampung di beberapa situ yang ada diwilayah Depok. Sebagian besar air tersebut belum dimanfaatkan untuk keperluan air bersih karena memerlukan proses pengolahan dan masih digunakan untuk keperluan pertanian dan perikanan.
Gambar 3.2 : Perkiraan kebutuhan Air bersih, Perkiraan Pemakaian Air PDAM dan perkiraan Pemkaian Air Tanah di Kota Depok sampai tahun 2041.
Potensi air hujan yang meresap ke dalam tanah (2011) = (1-0,65) x 200,29 km2 x 1.000.000 m2/km2 x 3.332 m/tahun = 200.290.001 m3/tahun. Koefisien Runoff diwilayah Depok pada tahun 2041 diasumsikan naik menjadi 0,8 akibat perubahan tata guna lahan serta pertumbuhan kota
31
dan pemukiman yang semakin meluas. Dengan demikian potensi air hujan yang meresap ke dalam tanah menjadi lebih kecil. Potensi air hujan yang meresap ke dalam tanah (2041) = (1-0,80) x 200,29 km2 x 1.000.000 m2/km2 x 3.332 m/tahun = 133.473.256 m3/tahun. Air tanah merupakan sumber daya air yang sangat penting karena saat ini untuk keperluan air bersih masyarakat menggunakan air yang dipasok oleh PDAM atau menggunakan air tanah yang berasal dari sumur dangkal atau sumur dalam. Air tanah adalah merupakan sumber air bersih yang paling murah bagi masyarakat dengan kualitas yang cukup baik. Di lain pihak prosentase pelayanan air bersih oleh PDAM masih relatif Kecil yakni sekitar 15 %. Sehingga sebagian besar kebutuhan air masih menggunakan air tanah. Jika diasumsikan masyarakat yang belum terlayani oleh PDAM menggunakan air tanahserta koefisien runoff untuk wilayah Depok dianggap tetap sebesar 0,65, maka jumlah pemakaian air tanah akan sama dengan pontensi air hujan yang meresap ke dalam tanah (titik impas) akan terjadi pada tahun 2030, seperti terlihat pada Gambar 3.3 (skenario 1). Jika diasumsikan koefisien runoff 0,65 pada tahun 2011 dan pada tahun 2041 koefisen runoff naik menjadi 0,8 akibat pertumbuhan kota serta perbuahan tata guna lahan, maka perkiraan titik impas (breakpoint) antara potensi air yang meresap ke dalam tanah dan pemakaian air tanah di Kota Depok akan terjadi pada tahun 2026 seperti terlihat pada Gambar 3.4 (skenario 2). Jika pengguanan air tanah lebih besar dari potensi air hujan yang meresap ke dalam tanah, maka akan terjadi defisit cadangan air tanah yang mengakibatkan penurunan muka air tanah serta menyebabkan penurunan tanah ( land subsidance). Untuk menjaga kelestarian air tanah di wilayah Depok perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangan baik untuk jangka pendek maupun untuk program jangka panjang. Hai ini mengingat wialyah Depok juga merupakan daerah resapan untuk wilayah DKI Jakarta, sehingga keseimbangan potensi dan pemakaian air tanah di wilayah Depok juga akan berpengaruh untuk wilayah DKI Jakarta.
32
53 Gambar 3.3 : Perkiraan Titik Impas (Breakpoint) Antara Potensi Air Yang Meresap Ke Dalam Tanah Dan Pemakaian Air Tanah Di Kota Depok. (Skenario 1 : Koefsisen Runoff tahun 2011 sampai dengan Tahun 2041 dipertahankan tetap 0,65. Titik Impas Diperkiraakan Terjadi Pada Tahun 2030) 33
Gambar 3.4 : Perkiraan Titik Impas (Breakpoint) Antara Potensi Air Yang Meresap Ke Dalam Tanah Dan Pemakaian Air Tanah Di Kota Depok. (Skenario 2 : Koefsisen runoff tahun 2011 adalah 0,65 dan koefsisen runoff tahun 2041 naik menjadi 0,80 akibat perubahan tata guna lahan. Titik impas diperkiraakan terjadi pada Tahun 2026).
34
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan antara lain :
Dalam jangka pendek perlu adanya pengendalian yang ketat ataupun pembatasan pemakaian air tanah dalam jumlah yang besar atau berlebihan. Mempercepat pengembangan sumber-sumber air untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan yang akan datang. Melakukan kontrol terhadap penggunaan tata guna lahan agar koefisien runoff dapat dijaga agar tidak bertambah besar. Memperbesar kapasitas dari PDAM dan memperbesar jaringan air minum dengan menggunakan sumber air permukaan, sehingga kebutuhan air bersih masyarakat dapat terpenuhi. Dengan demikian jumlah pemakaian air tanah dapat dikurangi atau dibatasi. Mengembangkan dan memasyarakatkan teknologi peresapan atau pengisian air tanah buatan (artificial recharge of ground water), yaitu teknik meresapkan air permukaan (misalnya air hujan) kedalam tanah agar jumlah air tanah menjadi bertambah serta mengembangkan dan memasyarakatkan teknologi pemanenan air hujan.
35